You are on page 1of 12

Pengaruh

Jurnal pemberian
Akuakultur sukrosa 5(2):
Indonesia, sebagai sumber(2006)
179-190 karbon Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai 179
http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id

PENGARUH PEMBERIAN SUKROSA SEBAGAI SUMBER KARBON DAN


PROBIOTIK TERHADAP DINAMIKA POPULASI BAKTERI DAN KUALITAS AIR
MEDIA BUDIDAYA UDANG VANAME, Litopenaeus vannamei

Effect of Sucrose as Carbon Source and Probiotic Administrations on Bacterial Population


Dinamic and Water Quality in White Shrimp, Litopenaeus vannamei Culture

Sukenda, P. Hadi dan E. Harris


Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga, Bogor 16680

ABSTRACT

Disinfection and nutrient enrichment prior stocking of post larvae in the pond will be affected on the
growth and composition of microbe. Attention should be taken to some factors related to deterministic and
stochastic factors of aquaculture environment in order to develop microbe community. This study was
performed to determine effect of sucrose and probiotic supplementation to shrimp culture pond on water
quality profile and population dynamic on shrimp culture media. The treatments were supplementation of
sucrose as carbon source, probiotic, and sucrose + probiotic into 25 L culture medium containing white
shrimp, Litopenaeus vannamei. Shrimp were fed commercial diet containing 30% protein by 5% body weight
every day. The result of study showed that bacterial population was increased by increasing time of shrimp
rearing. Increased of bacterial population was contrary to DO value. Bacteria grew was heterotrop and vibrio
that its intensity varied during experiment. Supplementation of sucrose supported proliferation of bacteria
including heterotrop, probiotik and vibrio groups. Specifically, interaction between probiotic bacteria and
vibrio was also found. The presence of probiotic bacteria showed a negative impact on vibrio population.
Further, development of bacteria in general was also implicated to fluctuation of ammonia concentration in
pond.

Keywords: carbon, sucrose, probiotic, white shrimp, Litopenaeus vannamei

ABSTRAK

Kegiatan disinfeksi dan pengkayaan nutrien sebelum penebaran PL akan mempengaruhi pola
pertumbuhan dan komposisi mikroba di tambak. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan
komunitas mikroba adalah faktor-faktor deterministic dan sthocastic masing-masing lingkungan budidaya.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian bahan berkarbon (sukrosa) dan probiotik di
tambak terhadap profil kualitas air serta dinamika populasi pada perairan budidaya. Pada penelitian ini
dilakukan penambahan sumber karbon (sukrosa), penambahan probiotik dan penambahan sukrosa + probiotik
pada masing-masing wadah yang berisi 25 liter air dan udang Vanamei, Litopenaeus vannamei. Pakan yang
diberikan berupa pellet komersial dengan kadar protein 30% setiap hari sebanyak 5% dari biomassa awal. Dari
hasil penelitian ini diketahui bahwa populasi bakteri pada media budidaya meningkat seiring dengan
bertambahnya waktu pemeliharaan. Peningkatan jumlah populasi bakteri ini diikuti oleh semakin menurunnya
nilai DO secara umum. Selain bakteri heterohof, tumbuh juga bakteri golongan Vibrio dengan persentase
kemunculan yang berbeda pada setiap perlakuan. Penambahan sukrosa dalam media budidaya mendukung
proliferasi bakteri secara umum, heterotrof, probiotik dan golongan Vibrio. Secara spesifik, timbul juga
interaksi antara bakteri probiotik dengan bakteri Vibrio. Tumbuhnya bakteri probiotik berimplikasi negatif
terhadap populasi Vibrio. Selain itu pertumbuhan bakteri secara umum juga berimplikasi terhadap fluktuasi
kadar amonia perairan.

Kata kunci : karbon, sukrosa, probiotik, udang vaname, Litopenaeus vannamei


180 Sukenda, P. Hadi dan E. Harris

PENDAHULUAN yang diintroduksikan dalam perairan.


Umuurnya bakteri probion ini dimanfaatkan
Dalam budidaya ikan, kegiatan dis- untuk mereduksi atau menghambat
infeksi sebelum penebaran serta pengkayan pertumbuhan beberapa bakteri patogen
nutrien perairan budidaya dan pemberian tertentu setelah sebelumnya diuji secara in
pakan akan mempengaruhi pola pertumbuhan vitro terlebih dahulu. Probion juga
dan komposisi mikroba didalamnya. Hal ini bermanfaat dalam bioremediasi lingkungan
mengakibatkan pengendalian kondisi perairan budidaya.
optimum komunitas mikroba pada sistem Efektivitas dari penggunaan probiotik
budidaya intensif menjadi sulit. Hal-hal yang akan meningkat seiring dengan kemampuan
perlu diperhatikan dalam pengembangan hidup dan proliferasi probion tersebut pada
komunitas mikroba adalah faktor-faktor lingkungan. Hal tersebut memungkinkan
deterministic dan sthocastic masing-masing adanya ketidaksesuaian kondisi lingkungan
lingkungan budidaya yang berbeda yang cocok untuk bakteri hidup dengan
(Verschuere et al., 2000). lingkungan barunya. Munculnya beragam
Faktor-faktor deterministic akan produk probiotik yang diproduksi secara
mempengaruhi perkembangan mikroba massal memerlukan studi mengenai
dalam sistem akuakultur seperti salinitas, efektivitasnya berkaitan dengan faktor-faktor
suhu, oksigen dan jumlah serta kualitas deterministic dan sthocastic. Tujuan
pakan yang diberikan. Kombinasi dari faktor- penelitian ini adalah untuk mengetahui
faktor lingkungan tersebut akan membentuk pengaruh pemberian bahan berkarbon
suatu habitat terbatas yang akan menyeleksi (sukrosa) dan probiotik dalam suatu
relung mikroba yang mampu untuk hidup lingkungan budidaya terhadap profil kualitas
dan berproliferasi. Perkembangan komunitas air serta dinamika populasi bakteri total dan
mikroba dalam sistem akuakultur juga Vibrio yang terdapat dalam perairan
terpengaruh oleh faktor-faktor sthocastic, budidaya.
yaitu kesempatan yang dimiliki oleh suatu
organisme untuk berada dalam waktu dan
saat yang tepat untuk masuk dan BAHAN DAN METODE
berproliferasi pada lingkungan yang
mendukung (Moriarty, 1999). Pemeliharaan udang uji
Sudah banyak pihak yang mulai merasa
Pemeliharaan udang uji dilakukan pada
perlu mengembangkan kontrol biologis
akuarium berukuran 50×35×40 cm3 yang
berkaitan dengan munculnya degradasi
diisi air laut sebanyak 25 liter dengan
kualitas perairan dan penyakit yang menjadi
kepadatan 9 ekor/akuarium. Pakan sebanyak
hambatan utama dalam produksi akuakultur.
1,25 gram diberikan setiap hari yang dibagi
Munculnya strain-strain bakteri resisten
dalam 5 kali pemberian (pukul 07.00, 11.00,
antibiotik dan peraturan yang membatasi
15.00, 19.00, dan 22.00). Pakan yang
penggunaan antibiotik serta beberapa bahan
diberikan berupa pelet komersil yang
kimia. Oleh karena itu diperlukan alternatif
mengandung protein 30%. Pakan diberikan
untuk mengatasi masalah tersebut.
dalam jumlah yang sama selama 25 hari
Penambahan karbon untuk mendukung
masa pemeliharaan.
pertumbuhan bakteri indigenous perairan
Perlakuan yang digunakan pada
telah banyak dilakukan untuk mengurangi
penelitian ini adalah:
jumlah amonia dalam perairan dan berpotensi
1. Kontrol, tanpa pemberian sukrosa maupun
sebagai sumber protein alternatif. Namun
probiotik
masalah akan timbul saat konsumsi oksigen
2. Penambahan karbon, penambahan sukrosa
perairan akan meningkat dan bakteri patogen
sebanyak 0,45 gram setiap hari pada
tumbuh sehingga dapat rnenginfeksi
media pemeliharaan.
organisme budidaya. Untuk mengatasi
3. Penambahan probiotik, penambahan
masalah patogen tersebut telah
probiotik sebanyak 5 ppm dilakukan
dikembangkan beberapa bakteri probion
setiap 4 hari kedalam media pemeliharaan.
Pengaruh pemberian sukrosa sebagai sumber karbon 181

Probiotik yang diberikan adalah Bacillus Jumlah nitrogen yang diperlukan untuk
sp. yang telah dikultur dalam media SWC pembentukan sel baru tergantung pada C/N
cair sehari sebelumnya. rasio bakteri (bakteri heterotrof 4 .3).
4. Penambahan probiotik dan karbon,
penambahan sukrosa sebesar 0,'45 grarn ΔN = ΔCmik / [C/N]mik
dilakukan setiap hari, sedangkan = (ΔCH × %C × E) / [C/N]mik
penambahan probiotik Bacillus sp. ΔCH = ΔN / %C × (E / [C/N]mik
dilakukan setiap 4 hari dengan dosis 5 = ΔN / 0,5 × (0,5 / 4,3)
ppm = ΔN / 0,05814
Penambahan karbon Keterangan:
ΔN : jumlah nitrogen yang diperlukan untuk
Proses intesifikasi mikroba dilakukan pembentukan sel baru
dengan penambahan sukrosa (gula tebu) pada ΔCH : jumlah sumber karbon yang harus
ditambahkan
media pemeliharaan udang sesuai
perhitungan yang dilakukan oleh Avnimelech
Secara umum, N yang masuk ke
(1999). Kontrol akumulasi nitrogen inorganik
perairan dari sisa pakan, degradasi bakteri
pada tambak didasarkan pada proses
maupun ekskresi ikan adalah 50% dari
immobilisasi nitrogen oleg mikroba. Bakteri
nitrogen pakan.
dan mikroorganisme lain menggunakan
karbohidrat (gula, pati dan selulosa) s ebagai ΔCH = pakan × %N pakan × %N ekskresi
makanan untuk menghasilkan energy dan = pakan × 0,0465 × 0,5/0,05814
tumbuh melalui pembentukan protein dan = pakan × 0,3999
sel-sel baru (Avnimelech, 1999).
Asumsi:
C organik → CO2 + energi + C yang 1. Kadar protein Pakan 30%
terasimilasi dalam sel mikroba 2. Efisiensi konversi mikroba 50%
3. jumlah karbon dalam sumber karbon
Persentase karbon yang terasimilasi 50%
berkaitan dengan metabolisme karbon pakan 4. C/N rasio bakteri heterotrof (target)
sering diidefinisikan sebagai Efisiensi 4,3
konversi mikroba (E) yang berkisar antara 40 Dengan demikian sukrosa yang
– 60% (Paul dan van Veen, 1978; Gaudy dan diberikan adalah 0,399 kali jumlah pakan.
Gaudy, 1980 dalam Avnimelech et al., l994). Sebelum diberikan, sukrosa dilarutkan dalam
Selain karbon, bakteri juga memerlukan air laut terlebih dahulu untuk rneratakan
nitrogen sebagai penyusun utama protein. distribusinya.
Bersama karbon, nitrogen inorganik akan
diimobilisasi menjadi sel-sel mikroba. Proses Pembuatan dan pemberian probiotik
ini merupakan peristiwa mendasar yang
terjadi hampir pada semua jenis bakteri. Bakteri probiotik diperoleh dari isolat
Dari persamaan di atas, penambahan murni bakteri Bacillus sp. yang biasa
karbon yang diperlukan untuk menggeser digunakan pada tambak udang vannamei
nitrogen inorganik sehingga menjadi mikroba intensif. Sebanyak 2 ose bakteri probiotik
dapat dihitung dengan rumus berikut : dibiakkan dalam 25 ml SWC cair dan
diinkubasi selama 24 jam pada inkubator
ΔCmik = ΔCH × %C × E goyang (25 °C). Sebelurn dimasukkan ke
media pemeliharaan, probiotik sebanyak 5
Keterangan ; ppm diencerkan terlebih dahulu
ΔCmik : jumlah karbon yang terasimilasi menggunakan air media pemeliharaan agar
oleh mikroba distribusinya lebih merata. Dosis yang
%C : kandungan karbon dari bahan diberikan dari awal sampai akhir penelitian
sumber karbon yang ditambahkan
(biasanya 50%)
adalah sama.
E : efisiensi konversi mikroba.
182 Sukenda, P. Hadi dan E. Harris

Inokulasi dan penghitungan bakteri pada selang kepercayaan 95%, laju


pertumbuhan semua perlakuan berbeda nyata
Pengambilan sampel air untuk inokulasi
dengan kontrol. Populasi bakteri masing-
bakteri total dan golongan Vibrio dilakukan
masing perlakuan pada awal pemeliharaan
setiap 4 hari sesaat sebelum pemberian
hampir sama yaitu berkisar pada level 2 ×104
probiotik. Air sampel diambil dari badan air
cfu/ml dan terus mengalami pertumbuhan
dengan sedikit pengadukan secara perlahan
hingga mencapai kisaran 4 × 107 cfu/ml.
menggunakan botol film. Setelah itu
Dari uji BNJ diketahui bahwa
dilakukan pengenceran berseri dan bakteri
pertumbuhan bakteri pada kontrol dan
diinokulasi secara duplo pada pengenceran
perlakuan penarnbahan probiotik tidak
l0-1, 10-2, 10-3 dan 10-4. Sedangkan inokulasi
berbeda secara nyata (P>0.05). Pertumbuhan
bakteri golongan Vibrio dilakukan pada
bakteri pada perlakuan penambahan karbon
pengenccran 10-l dan 10-2. Hasil inokulasi
dan kombinasi penambahan karbon dan
dari pengenceran sampel pertama digunakan
probiotik relative lebih cepat yang ditandai
sebagai acuan pengenceran pada
dengan kelimpahannya yangg lebih besar
pengambilan sampel selanjutnya.
daripada kontrol dan perlakuan penambahan
Pengamatan udang uji dan kualitas air probiotik (P>0.05). Tidak dijumpai
perbedaan yang signifikan antara perlakuan
Selama masa pemeliharaan dilakukan penambahan karbon dan kombinasi
pengumpulan data berkaitan dengan profil penambahan karbon dan probiotik.
bakteri (bakteri total dan golongan Vibrio), Proses pengambilan sampel dilakukan
kualitas air (TAN dan amonia nitrogen (NH3- dengan mengaduk media terlebih dahulu
N), DO, pH, suhu dan salinitas) serta untuk mensuspensikan endapan yang
beberapa parameter penunjang lain seperti terdapat di dasar akuarium. Hal ini perlu
tingkat kelangsungan hidup dan Food diperhatikan karena jumlah bakteri pada
Conversion Ratio (FCR). Pengambilan sedimen biasanya lebih tinggi daripada badan
sampel air dilakukan bersamaan dengan air (Widiyanto, 2005). Hal ini diakibatkan
pengambilan sampel air untuk pemeriksaan oleh kandungan nutrien yang lebih tinggi di
bakteri yaitu setiap 4 hari. dasar wadah budidaya akibat akumulasi
bahan organik sisa pakan dan metabolisme
ikan. Kandungan bakteri heterotropik pada
HASIL DAN PEMBAHASAN badan air tambak sistem intensif dengan
produksi 4,9 – 5,8 ton/hektar berkisar antara
Dinamika populasi bakteri total
1,8×104 cfu/ml sampai 6,3×104 cfu/ml.
Jumlah total bakteri heterotropik yang Sedangkan kandungan bakteri heterotrofik
hidup pada kolom air cenderung meningkat pada sedimen mencapai 1,2×106 cfu/ml
dengan semakin bertambahnya waktu (Devaraja dalam Widiyanto, 2005).
pemeliharaan. Berdasarkan analisa ragam

Gambar 1. Dinamika populasi bakteri total pada beberapa perlakuan selama penelitian
Pengaruh pemberian sukrosa sebagai sumber karbon 183

Secara umum, peningkatan jumlah dengan karbon oleh bakteri dalam proses
biomassa bakteri dalam sistem budidaya pembentukan sel barunya.
dapat dilakukan dengan pemberian bahan Dengan penambahan probiotik dan
berkarbon. Walapun begitu, pemberian karbon, kedua keuntungan di atas secara
probiotik saja dalam sistem budidaya juga bersama-sama dapat didapatkan dalam suatu
berpotensi meningkatkan biomassa bakteri di pemeliharaan organisme akuatik.
perairan (P>0.05). Peningkatan tersebut Penambahan karbon tidak mengganggu
diperoleh selain dari penambahan massa pertumbuhan dari bakteri probiotik, bahkan
bakteri probion juga diduga akibat reaksi cenderung mendukung terbukti dengan
yang timbul antara bakteri probion dengan peningkatan biomassa bakteri yang
bakteri asli perairan di media budidaya. signifikan. Dengan demikian dapat diketahui
Interaksi yang muncul memungkinkan bahwa penambahan probiotik dan karbon
timbulnya proliferasi bakteri asli tertentu pada suatu media budidaya dapat
sebagai akibat respon dari interaksi tersebut. mempercepat tumbuhnya bakteri total secara
Tanpa pemberian probion, peningkatan umum. Jika tidak dimanfaatkan oleh udang,
jumlah bakteri juga dapat diperoleh dengan biomassa mikroba ini dapat rneningkatkan
penambahan sumber karbon tertentu saja, kandungan bahan organik dan mempercepat
dalam hal ini sukrosa. Laju penambahan proses sedimentasi pada dasar kolam.
biomassa secara signifikan lebih besar Nilai TAN (NH3 + NH4+) cenderung
daripada hanya menambahkan bakteri stabil dengan fluktuasi kecil terbentuk karena
probiotik saja (P>0.05). Hal tersebut terjadi adanya asimilasi nitrogen anorganik tersebut
diduga akibat adanya pengkayaan nutrien oleh bakteri. Amonia merupakan limbah
(karbon) yang mampu mendukung nitrogenik utama yang diekskresikan oleh
pertumbuhan bakteri heterotrof secara umun udang dan kebanyakan organisme akuatik
untuk berproliferasi. Organisme akuatik lainnya. Sebagian besar nitrogen dari protein
biasanya mengeluarkan limbah metabolitnya pakan akan diubah menjadi amonia.
dalam bentuk amonia. Penambahan bahan Di dalam perairan, karena pengaruh
berkarbon pada badan perairan dapat suhu dan pH, amonia akan terionisasi
mendukung biosintesis protein mikroba. menjadi NH4+, salah satu bentuk nitrogen
Proses tersebut biasanya terjadi setelah anorganik yang paling banyak dimanfaatkan
terkonversinya amonia menjadi amonium oleh bakteri heterotrof dan nitrifikasi.
sebelum akhirnya diasimilasi bersama

NH3 + H2O ↔ NH4+ + OH- → ionisasi ammonia

Bakteri heterotrof (1)


BOD5 + NH4+ → C5H7NO2

Bakteri autotrof (2)


22 NH4+ + 37 O2 + 4 CO2 + HCO3-
↓ Proses-proses mikroba yang
C5H7NO2 + 21 NO2- + 2 H2O + 42 H+ umum berlangsung dalam
media budidaya
Bakteri nitrifikasi (3)
106 CO2 + 16 NH4+ + 52 H2O + PO-3

C106H152O53N16P + 106 O2 + 16 H+
184 Sukenda, P. Hadi dan E. Harris

Proses-proses mikrobial yang ber- mengalami laju pertumbuhan yang paling


langsung akan menggeser persamaan besar.
kesetimbangan NH3 dan NH4+ ke kanan yang Secara umum, penambahan karbon dan
berdampak pada pengurangan jumlah probiotik ataupun kombinasi keduanya dapat
amonia. Terjadinya proses pengurangan ini memicu tumbuhnya bakteri golongan Vibrio.
akan mengimbangi proses penambahan Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa
amonia setiap harinya akibat pemberian penambahan karbon dapat meningkatkan
pakan dan metabolisme udang. Proses ini pertumbuhan bakteri golongan Vibrio,
akan menjaga amonia sehingga stabil pada meskipun dikombinasikan dengan bakteri
level rendah dan akan mendorong terjadinya probiotik Bacillus sp. Namun dengan
pengkayaan mikroba dalam lingkungan penambahan probiotik dihasilkan peng-
budidaya. hambatan spesifik terhadap bakteri jenis
Vibrio hijau. Pada penelitian ini hanya
Dinamika populasi bakteri Vibrio ditemukan bakteri Vibrio kuning dan hijau
yang tidak berpendar, namun tidak
Populasi bakteri golongan Vibrio
ditemukan bakteri golongan Vibrio yang
mengalami pertumbuhan yang signifikan
berpendar. Bakteri Vibrio hijau hanya
pada semua perlakuan. Bakteri tersebut ikut
ditemukan pada pengambilan sampel ke-4
berkembang seiring dengan bertambahnya
dan 5 pada semua perlakuan termasuk
waktu. Pada selang kepercayaan 95%, bakteri
kontrol.
golongan Vibrio pada perlakuan karbon

Gambar 2. Dinamika populasi bakteri golongan Vibrio dalam beberapa perlakuan selama
Penelitian

Gambar 3. Profil penghambatan spesifik bakteri golongan Vibrio hijau pada perlakuan selama
Penelitian
Pengaruh pemberian sukrosa sebagai sumber karbon 185

Penghambatan secara spesifik ini jenis bakteri awal perairan dan jenis bakteri
rnerupakan hasil kompetisi mikroba dalam probion yang digunakan. Pengkayaan bahan
proses-proses ekologi yang umum dijumpai. organik sumber karbon dalam perairan juga
Sifat ini seringkali digunakan sebagai dasar dapat meningkatkan potensi tumbuhnya
pengembangan bakteri probiotik. Bakteri bakteri-bakteri patogen. Bahkan pemberian
tersebut berkompetisi dengan bakteri lain probion juga dapat memicu tumbuhnya
dengan berbagai cara seperti produksi bakteri patogen jika terdapat kedekatan
senyawa inhibitor, pengelnbangan hubungan taksonomi antara bakteri probion
kemamprum mengikat Fe atau senyawa dengan bakteri patogen yang terdapat pada
kimia tertentu untuk memperoleh energi lingkungan budidaya. Dalam prakteknya,
(Veschuere et a1., 2000). Beberapa strain sterilisasi awal akan sangat membantu
Bacillus mampu menghasilkan senyawa menekan peluang munculnya bakteri patogen
antibiotik yang menghambat pertumbuhan dalam lingkungan budidaya. Setelah itu
bakteri Vibrio. Dengan meningkatnya laju pengkayaan bakteri probion yang bermanfaat
mortalitas Vibrio, populasi bakteri lain dapat dapat dilakukan untuk menciptakan dominasi
meningkat sehingga mampu menggeser populasi bakteri yang diinginkan. Hal
dominasi Vibrio (Moriarty, 1999). tersebut dapat meminimalkan tumbuhnya
Tumbuhnya Vibrio pada kegiatan bakteri patogen saat dilakukan pengkayaan
intensifikasi mikroba seperti ini harus tetap bahan sumber karbon (sukrosa molase)
diperhatikan walaupun yang bukan termasuk dalam praktek selanjutnya. Metode ini
golongan Vibrio berpendar. Hal tersebut diduga efektif pada sistem budidaya tanpa
berkaitan dengan dekatnya hubungan antara pergantian air (zero water exchange).
probiotik yang digunakan dengan bakteri
patogen yang pada lingkungan budidaya. Persentase kemuncnlan bakteri golongan
Pada lingkungan budidaya yang kompleks, Vibrio selama penelitian
memungkinkan terjadinya transfer gen bukan Persentase kemunculan Vibrio memiliki
hanya gen resistensi tapi juga kemampuan
selama penelitian cenderung menurun seiring
patogenitas lewat R plasmid dan transposons. dengan pertambahan waktu. Dengan
Karena memungkinkannya R plasmid ini demikian, laju perumbuhan populasi bakteri
dalam metransfer gen antar bakteri yang lainnya memiliki kecepatan yang lebih tinggi
berbeda dalam grup Gram negatif, akan dibandingkan dengan laju pertumbuhan
berbahaya bagi para pelaku budidaya untuk
bakteri Vibrio. Rata-rata kemunculan paling
menggunakan bakteri seperti Vibrio atau paling tinggi ditemukan pada kontrol yang
Pseudomonas sebagai Probiotik. mencapai l,82% (Gambar 5).
Hal yang perlu diperhatikan dalam
teknik intensifikasi mikroba adalah dominasi

Gambar 4. Bakteri golongan Vibrio kuning (A) dan hijau (B) yang tumbuh pada saat penelitian
186 Sukenda, P. Hadi dan E. Harris

Gambar 5. Persentase rata-rata kemunculan bakteri golongan Vibrio selama penelitian

Pertumbuhan suatu jenis bakteri dalam Kualitas air pemeliharaan


lingkungan budidaya dipengaruhi oleh Dari data pengambilan sampel TAN
komposisi nutrien dan bakteri yang terdapat terbentuk profil yang tidak berbeda nyata
dalam perairan. Beberapa jenis bakteri ada antar perlakuan pada selang kepercayaan
yang memerlukan kondisi lingkungan 95%. Perlakuan kontrol dan penambahan
tertentu untuk tumbuh dan berkembang. karbon cenderung lebih tinggi dari pada
Beberapa jenis bakteri lain bahkan berperan perlakuan penambahan karbon atau karbon
sebagai kompetitor bagi jenis bakteri yang probiotik. Kisaran TAN pada perlakuan
lain. Rendahnya persentase kemunculan karbon adalah 0,5 – 1,5 ppm, sedangkan pada
bakteri golongan Vibrio pada perlakuan perlakuan karbon + probiotik mencapai 0,8 –
penambahan probiotik sangat mungkin 1,55 ppm dan perlakuan penambahan
dipengaruhi oleh kinerja bakteri probiotik. probiotik berkisar antara 0,98 – 2,32 ppm
Keberadaan bakteri Vibrio dalam media serta kontrol antara 1,38 – 2,7 ppm (Gambar
budidaya dapat tereduksi oleh enzim atau 6).
senyawa kimia yang dikeluarkan oleh bakteri Perlakuan penambahan karbon dan
probiotik atau kalah dalam kompetisi perlakuan penambahan karbon + probiotik
pemanfaatan nutrien. cenderung menghasilkan konsentrasi TAN
Secara umum, penambahan nutrien yang lebih kecil jika dibandingkan dengan
seperti sukrosa dapat mendukung perlakuan lain. Hal tersebut sejalan dengan
pertumbuhan semua jenis bakteri termasuk lebih besarnya populasi bakteri yang tumbuh
Vibrio. Namun karena kemampuan asimilasi pada perlakuan tersebut. Dari grafik 6 terlihat
dan proliferasi yang berbeda antar bakteri, bahwa pengendalian nitrogen inorganik dapat
maka akan terbentuk kompetisi dan dilakukan dengan memanipulasi C/N rasio
stratifikasi populasi bakteri. Hal tersebut perairan melalui penambahan bahan organik
dapat dilihat pada perlakuan penambahan sumber karbon. Perhitungan yang lebih
sukrosa yang mampu meningkatkan
cermat perlu dilakukan untuk penentuan
persentase kemunculan bakteri Vibrio. Akan banyaknya bahan organik yang harus
tetapi persentase tersebut cenderung menurun ditambahkan. T'idak signifikannya laju
setelah penambahan probiotik (perlakuan penurunan amonia antar perlakuan
penambahan probiotik). Pada kontrol, mengindikasikan bahwa dosis bahan organik
persentase bakteri Vibrio ditemukan paling yang ditambahkan (0,399 kali jumlah pakan
tinggi karena terbatasnya nutrien (terutama yang diberikan) masih kurang. Kurangnya
karbon) sehingga menyebabkan ter-
sumber karbon dalam perairan dapat
hambatnya pertumbuhan beberapa jenis menghambat laju pertumbuhan bakteri secara
bakteri heterotrof. Kondisi ini mengakibatkan umum.
tingginya persentase bakteri Vibrio dalam
komposisi bakteri total.
Pengaruh pemberian sukrosa sebagai sumber karbon 187

Sedangkan dari data pemeriksaan NH3 organik dan anorganik. Sumber bahan
diketahui bahwa kisaran NH3 pada perlakuan organik yang biasanya diperoleh oleh bakteri
penambahan karbon dan perlakuan dalam sistem budidaya adalah sisa pakan dan
penambahan karbon + probiotik relatif lebih hasil metabolit udang. Protein yang terdapat
rendah dibandingkan dengan perlakuan lain. dalam sisa pakan akan didekomposisi oleh
Pada perlakuan penambahan karbon, NH3 bakteri menggunakan enzim protease
dicapai pada kisaran 0,0096 – 0.029 ppm, menjadi asam amino-asam amino yang
sedangkan pada perlakuan penambahan akhirnya diasimilasi ke dalam sel balkteri.
karbon + probiotik sebesar 0,00922 – 0.02 Penambahan karbon ternyata dapat
ppm. Pada perlakuan penambahan probiotik, meningkatkan asimilasi N oleh bakteri yang
NH3 berada pada kisaran 0,0068 – 0,04, berimplikasi pada pengurangan jumlah TAN.
sedangkan kontrol pada kisaran 0,018 – 0,03 Nilai total amonia nitrogen (TAN)
ppm (Gambar 7). menggambarkan jumlah total nitrogen yang
Nitrogen merupakan bahan yang berada dalam bentuk NH3 (tidak terionisasi)
dibutuhkan oleh bakteri terutama untuk dan NH4+ (terionisasi). Secara umum, nilai
proses sintesis asam amino dan nukleotida. TAN ini akan berkurang jika terdapat
Sumber nitrogen dapat berasal dari sumber asimilasi NH3 atau NH4+ oleh bakteri.

Gambar 6. Profil TAN pada beberapa perlakuan selama penelitian

Gambar 7. Profil amonia pada beberapa perlakuan selama penelitian


188 Sukenda, P. Hadi dan E. Harris

Kebanyakan bakteri cenderung memanfaakan Secara statistik, tidak ada perbedaan


ammonia dalam bentuk NH4+ daripada NH3. yang signifikan antara perlakuan dan kontrol
Hal tersebut berkaitan dengan fisiologis berkaitan dengan profil rataan penurunan DO
metabolik bakteri. Sukrosa yang dilarutkan yang terjadi secara linier ini. Namun DO
dalam perairan akan meningkatkan C/N rasio pada perlakuan penambahan probiotik +
perairan dan mendorong terjadinya karbon dan penambahan probiotik cenderung
+
immobilisasi NH4 menjadi biomassa bakteri. lebih rendah perlakuan penambahan karbon
Terjadinya asimilasi NH4+ perairan ini dan kontrol. Kisaran DO pada kontrol adalah
akan mendorong kesetimbangan reaksi 2,59 – 5,06 ppm, sedangkan pada perlakuan
amonia-amonium ke arah kanan sehingga penambahan probiotik berkisar antara 2,9 –
mendukung proses detoksifikasi amonia dan 6,10 ppm dan antara 3,14 – 4,87 ppm pada
percepatan mineralisasi bahan organik pada perlakuan penambahan karbon. Kandungan
media pemeliharaan. DO pada perlakuan penambahan karbon +
probiotik berkisar antara 2,17 – 4,9 ppm.
Bahan organik → NH3 ↔ NH4+ Profil Do yang terbentuk selama penelitian
ini tersaji pada gambar 9.
Kecenderungan terjadinya pengurangan Kandungan DO pada semua perlakuan
TAN yang berimplikasi juga pada cenderung menurun dari kisaran 4 – 6 ppm
pengurangan amonia disertai dengan pada awal pemeliharaan menjadi 2 – 3 ppm
peningkatan jumlah biomass bakteri pada akhir penelitian. Turunnya nilai DO ini
memberikan peluang terjadinya bioremediasi diduga berkaitan dengan semakin
lingkungan dan penyediaan sumber nutrien meningkatnya proses-proses mikroba yang
alternatif untuk udang. terjadi pada akhir pemeliharaan. Populasi
bakteri yang semakin melimpah
menyebabkan terjadinya ekstensifikasi
pemanfaatan oksigen terlarut dalam perairan.
Nilai pH perairan pada semua
perlakuan mengalami penurunan seiring
dengan bertambahnya waktu pemeliharaan.
Secara statistik, rataan pH pada semua
perlakuan tidak menunjukkan perbedaan
yang nyata pada selang kepercayaan 95 %.
Gambar 8. Immobilisasi N menjadi sel Penurunan ini diduga akibat kerja bakteri.
bakteri dan potensinya sebagai Proses respirasi dan dekomposisi bahan
sumber nutrien alternatif untuk organik oleh mikroba menghasilkan banyak
udang CO2 yang akan mengkibatkan perairan
menjadi lebih asam.

Gambar 9. Profil DO pada beberapa perlakuan selama penelitian


Pengaruh pemberian sukrosa sebagai sumber karbon 189

Pertumbuhan mutlak, FCR dan SR tersebut terjadi diduga akibat pengkayaan


nutrien terlarut dalam bentuk single cell
Tingkat pertumbuhan mutlak terbaik
protein (bakteri) dan perbaikan kualitas air
pada penelitian ini diperoleh pada perlakuan
akibat adanya immobilisasi nitrogen
penambahan karbon + probiotik yang
inorganik oleh komunitas mikroba.
mencapai 0,97 gram./hari (Tabel 1).
Nilai FCR udang biasanya dipengaruhi
Keragaman tingkat pertumbuhan antar
oleh kualitas air dan makanannya. Perbedaan
perlakuan mengindikasikan adanya variasi
nilai FCR yang tercatat selama penelitian
asupan nutrien yang diterima oleh udang.
kemungkinan juga disebabkan oleh kedua
Tingginya tingkat pertumbuhan pada
faktor tersebut. Penambahan karbon dan
perlakuan karbon + probiotik diduga akibat
probiotik secara umum telah berdampak
pemanfaatan populasi bakteri yang melimpah
positif terhadap kualitas air dan tersedianya
sebagai sumber nutrien alternatif oleh udang.
sumber nutrien alternatif. Sedangkan
Perlakuan penambahan karon dan probiotik
Survival rate (SR) udang selama penelitian
atau kombinasi keduanya dapat
pada semua perlakuan masih tinggi dengan
meningkatkan tingkat pertumbuhan lebih
kisaran rata-tata 96,30 – 100%.
tinggi dibandingkan dengan kontrol. Hal

Gambar 10. Nilai pH pada beberapa perlakuan selama penelitian

Tabel 1. Pertumbuhan mutlak rata-rata udang vaname, Litopenaeus vannamei selama penelitian

Perlakuan Pertumbuhan mutlak rata-rata (g/hari)


Kontrol 0,75 ± 0,12
Penambahan karbon 0,87 ± 0,16
Penambahan probiotik 0,86 ± 0,06
Penambahan karbon + probiotik 0,97 ± 0,06

Tabel 2. Nilai rata-rata FCR udang vaname, Litopenaeus vannamei selama penelitian

Perlakuan FCR
Kontrol 1,70 ± 0,26
Penambahan karbon 1,46 ± 0,27
Penambahan probiotik 1,45 ± 0,10
Penambahan karbon+ probiotik 1,30 ± 0,08
190 Sukenda, P. Hadi dan E. Harris

KESIMPULAN carbon to nitrogen ratio. Bamidgeh,


46: 119 – 131.
Pemberian karbon dan probiotik
maupun kombinasinya dapat meningkatkan Avnimelech, Y. 1999. Carbon / Nitrogen
jumlah populasi bakteri total yang mencapai ratio as a control element in
107 cfu/ml. Sedangkan bakteri golongan aquaculture systems. Aquaculture,
Vibrio hanya mencapai 103 – 104 cfu/ml. 176: 227 – 235
Peningkatan jumlah populasi bakteri total ini
juga diikuti oleh semakin rendahnya nilai Moriarty D. J. W. 1999. Microbial
Food Conversion Ratio (FCR) dan semakin biosystem; New Frontiers' in: Bell C.
tinginya tingkat pertumbuhan mutlak udang R. Rrylinsky M., Johnson GP
vannamei, Vannamei litopenaeus. Hal ini (Editor). Proceeding of the 8th
mengindikasikan adanya pemanfaatan International Symposium on
populasi bakteri yang tumbuh sebagai Microbial Ecology. Canada.
sumber nutrien tambahan. Total amonia
nitrogen (TAN), NH3, DO dan pH juga Verschuere L., Rombaut G., Sorgeloos P.,
semakin rendah seiring dengan penambahan Verstraete W. 2000. Probiotic
jumlah bakteri. bacteria as biological control agents
in aquaculture. Microbiology and
Molecular Biology Reviews, 655 –
DAFTAR PUSTAKA 67l.

Avnimelech, Y., Kochva. M., M., Mokady, Widiyanto, T. 2005. Seleksi bakteri
S., 1994. Development of controlled nitrifikasi dan denitrifikasi untuk
intensive aquaculture systems with a bioremediasi di tambak udang.
limited water exchange and adjusted Disertasi Sekolah Pascasarjana.
Institut Pertanian Bogor.

You might also like