Professional Documents
Culture Documents
Jurnal pemberian
Akuakultur sukrosa 5(2):
Indonesia, sebagai sumber(2006)
179-190 karbon Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai 179
http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id
ABSTRACT
Disinfection and nutrient enrichment prior stocking of post larvae in the pond will be affected on the
growth and composition of microbe. Attention should be taken to some factors related to deterministic and
stochastic factors of aquaculture environment in order to develop microbe community. This study was
performed to determine effect of sucrose and probiotic supplementation to shrimp culture pond on water
quality profile and population dynamic on shrimp culture media. The treatments were supplementation of
sucrose as carbon source, probiotic, and sucrose + probiotic into 25 L culture medium containing white
shrimp, Litopenaeus vannamei. Shrimp were fed commercial diet containing 30% protein by 5% body weight
every day. The result of study showed that bacterial population was increased by increasing time of shrimp
rearing. Increased of bacterial population was contrary to DO value. Bacteria grew was heterotrop and vibrio
that its intensity varied during experiment. Supplementation of sucrose supported proliferation of bacteria
including heterotrop, probiotik and vibrio groups. Specifically, interaction between probiotic bacteria and
vibrio was also found. The presence of probiotic bacteria showed a negative impact on vibrio population.
Further, development of bacteria in general was also implicated to fluctuation of ammonia concentration in
pond.
ABSTRAK
Kegiatan disinfeksi dan pengkayaan nutrien sebelum penebaran PL akan mempengaruhi pola
pertumbuhan dan komposisi mikroba di tambak. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan
komunitas mikroba adalah faktor-faktor deterministic dan sthocastic masing-masing lingkungan budidaya.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian bahan berkarbon (sukrosa) dan probiotik di
tambak terhadap profil kualitas air serta dinamika populasi pada perairan budidaya. Pada penelitian ini
dilakukan penambahan sumber karbon (sukrosa), penambahan probiotik dan penambahan sukrosa + probiotik
pada masing-masing wadah yang berisi 25 liter air dan udang Vanamei, Litopenaeus vannamei. Pakan yang
diberikan berupa pellet komersial dengan kadar protein 30% setiap hari sebanyak 5% dari biomassa awal. Dari
hasil penelitian ini diketahui bahwa populasi bakteri pada media budidaya meningkat seiring dengan
bertambahnya waktu pemeliharaan. Peningkatan jumlah populasi bakteri ini diikuti oleh semakin menurunnya
nilai DO secara umum. Selain bakteri heterohof, tumbuh juga bakteri golongan Vibrio dengan persentase
kemunculan yang berbeda pada setiap perlakuan. Penambahan sukrosa dalam media budidaya mendukung
proliferasi bakteri secara umum, heterotrof, probiotik dan golongan Vibrio. Secara spesifik, timbul juga
interaksi antara bakteri probiotik dengan bakteri Vibrio. Tumbuhnya bakteri probiotik berimplikasi negatif
terhadap populasi Vibrio. Selain itu pertumbuhan bakteri secara umum juga berimplikasi terhadap fluktuasi
kadar amonia perairan.
Probiotik yang diberikan adalah Bacillus Jumlah nitrogen yang diperlukan untuk
sp. yang telah dikultur dalam media SWC pembentukan sel baru tergantung pada C/N
cair sehari sebelumnya. rasio bakteri (bakteri heterotrof 4 .3).
4. Penambahan probiotik dan karbon,
penambahan sukrosa sebesar 0,'45 grarn ΔN = ΔCmik / [C/N]mik
dilakukan setiap hari, sedangkan = (ΔCH × %C × E) / [C/N]mik
penambahan probiotik Bacillus sp. ΔCH = ΔN / %C × (E / [C/N]mik
dilakukan setiap 4 hari dengan dosis 5 = ΔN / 0,5 × (0,5 / 4,3)
ppm = ΔN / 0,05814
Penambahan karbon Keterangan:
ΔN : jumlah nitrogen yang diperlukan untuk
Proses intesifikasi mikroba dilakukan pembentukan sel baru
dengan penambahan sukrosa (gula tebu) pada ΔCH : jumlah sumber karbon yang harus
ditambahkan
media pemeliharaan udang sesuai
perhitungan yang dilakukan oleh Avnimelech
Secara umum, N yang masuk ke
(1999). Kontrol akumulasi nitrogen inorganik
perairan dari sisa pakan, degradasi bakteri
pada tambak didasarkan pada proses
maupun ekskresi ikan adalah 50% dari
immobilisasi nitrogen oleg mikroba. Bakteri
nitrogen pakan.
dan mikroorganisme lain menggunakan
karbohidrat (gula, pati dan selulosa) s ebagai ΔCH = pakan × %N pakan × %N ekskresi
makanan untuk menghasilkan energy dan = pakan × 0,0465 × 0,5/0,05814
tumbuh melalui pembentukan protein dan = pakan × 0,3999
sel-sel baru (Avnimelech, 1999).
Asumsi:
C organik → CO2 + energi + C yang 1. Kadar protein Pakan 30%
terasimilasi dalam sel mikroba 2. Efisiensi konversi mikroba 50%
3. jumlah karbon dalam sumber karbon
Persentase karbon yang terasimilasi 50%
berkaitan dengan metabolisme karbon pakan 4. C/N rasio bakteri heterotrof (target)
sering diidefinisikan sebagai Efisiensi 4,3
konversi mikroba (E) yang berkisar antara 40 Dengan demikian sukrosa yang
– 60% (Paul dan van Veen, 1978; Gaudy dan diberikan adalah 0,399 kali jumlah pakan.
Gaudy, 1980 dalam Avnimelech et al., l994). Sebelum diberikan, sukrosa dilarutkan dalam
Selain karbon, bakteri juga memerlukan air laut terlebih dahulu untuk rneratakan
nitrogen sebagai penyusun utama protein. distribusinya.
Bersama karbon, nitrogen inorganik akan
diimobilisasi menjadi sel-sel mikroba. Proses Pembuatan dan pemberian probiotik
ini merupakan peristiwa mendasar yang
terjadi hampir pada semua jenis bakteri. Bakteri probiotik diperoleh dari isolat
Dari persamaan di atas, penambahan murni bakteri Bacillus sp. yang biasa
karbon yang diperlukan untuk menggeser digunakan pada tambak udang vannamei
nitrogen inorganik sehingga menjadi mikroba intensif. Sebanyak 2 ose bakteri probiotik
dapat dihitung dengan rumus berikut : dibiakkan dalam 25 ml SWC cair dan
diinkubasi selama 24 jam pada inkubator
ΔCmik = ΔCH × %C × E goyang (25 °C). Sebelurn dimasukkan ke
media pemeliharaan, probiotik sebanyak 5
Keterangan ; ppm diencerkan terlebih dahulu
ΔCmik : jumlah karbon yang terasimilasi menggunakan air media pemeliharaan agar
oleh mikroba distribusinya lebih merata. Dosis yang
%C : kandungan karbon dari bahan diberikan dari awal sampai akhir penelitian
sumber karbon yang ditambahkan
(biasanya 50%)
adalah sama.
E : efisiensi konversi mikroba.
182 Sukenda, P. Hadi dan E. Harris
Gambar 1. Dinamika populasi bakteri total pada beberapa perlakuan selama penelitian
Pengaruh pemberian sukrosa sebagai sumber karbon 183
Secara umum, peningkatan jumlah dengan karbon oleh bakteri dalam proses
biomassa bakteri dalam sistem budidaya pembentukan sel barunya.
dapat dilakukan dengan pemberian bahan Dengan penambahan probiotik dan
berkarbon. Walapun begitu, pemberian karbon, kedua keuntungan di atas secara
probiotik saja dalam sistem budidaya juga bersama-sama dapat didapatkan dalam suatu
berpotensi meningkatkan biomassa bakteri di pemeliharaan organisme akuatik.
perairan (P>0.05). Peningkatan tersebut Penambahan karbon tidak mengganggu
diperoleh selain dari penambahan massa pertumbuhan dari bakteri probiotik, bahkan
bakteri probion juga diduga akibat reaksi cenderung mendukung terbukti dengan
yang timbul antara bakteri probion dengan peningkatan biomassa bakteri yang
bakteri asli perairan di media budidaya. signifikan. Dengan demikian dapat diketahui
Interaksi yang muncul memungkinkan bahwa penambahan probiotik dan karbon
timbulnya proliferasi bakteri asli tertentu pada suatu media budidaya dapat
sebagai akibat respon dari interaksi tersebut. mempercepat tumbuhnya bakteri total secara
Tanpa pemberian probion, peningkatan umum. Jika tidak dimanfaatkan oleh udang,
jumlah bakteri juga dapat diperoleh dengan biomassa mikroba ini dapat rneningkatkan
penambahan sumber karbon tertentu saja, kandungan bahan organik dan mempercepat
dalam hal ini sukrosa. Laju penambahan proses sedimentasi pada dasar kolam.
biomassa secara signifikan lebih besar Nilai TAN (NH3 + NH4+) cenderung
daripada hanya menambahkan bakteri stabil dengan fluktuasi kecil terbentuk karena
probiotik saja (P>0.05). Hal tersebut terjadi adanya asimilasi nitrogen anorganik tersebut
diduga akibat adanya pengkayaan nutrien oleh bakteri. Amonia merupakan limbah
(karbon) yang mampu mendukung nitrogenik utama yang diekskresikan oleh
pertumbuhan bakteri heterotrof secara umun udang dan kebanyakan organisme akuatik
untuk berproliferasi. Organisme akuatik lainnya. Sebagian besar nitrogen dari protein
biasanya mengeluarkan limbah metabolitnya pakan akan diubah menjadi amonia.
dalam bentuk amonia. Penambahan bahan Di dalam perairan, karena pengaruh
berkarbon pada badan perairan dapat suhu dan pH, amonia akan terionisasi
mendukung biosintesis protein mikroba. menjadi NH4+, salah satu bentuk nitrogen
Proses tersebut biasanya terjadi setelah anorganik yang paling banyak dimanfaatkan
terkonversinya amonia menjadi amonium oleh bakteri heterotrof dan nitrifikasi.
sebelum akhirnya diasimilasi bersama
Gambar 2. Dinamika populasi bakteri golongan Vibrio dalam beberapa perlakuan selama
Penelitian
Gambar 3. Profil penghambatan spesifik bakteri golongan Vibrio hijau pada perlakuan selama
Penelitian
Pengaruh pemberian sukrosa sebagai sumber karbon 185
Penghambatan secara spesifik ini jenis bakteri awal perairan dan jenis bakteri
rnerupakan hasil kompetisi mikroba dalam probion yang digunakan. Pengkayaan bahan
proses-proses ekologi yang umum dijumpai. organik sumber karbon dalam perairan juga
Sifat ini seringkali digunakan sebagai dasar dapat meningkatkan potensi tumbuhnya
pengembangan bakteri probiotik. Bakteri bakteri-bakteri patogen. Bahkan pemberian
tersebut berkompetisi dengan bakteri lain probion juga dapat memicu tumbuhnya
dengan berbagai cara seperti produksi bakteri patogen jika terdapat kedekatan
senyawa inhibitor, pengelnbangan hubungan taksonomi antara bakteri probion
kemamprum mengikat Fe atau senyawa dengan bakteri patogen yang terdapat pada
kimia tertentu untuk memperoleh energi lingkungan budidaya. Dalam prakteknya,
(Veschuere et a1., 2000). Beberapa strain sterilisasi awal akan sangat membantu
Bacillus mampu menghasilkan senyawa menekan peluang munculnya bakteri patogen
antibiotik yang menghambat pertumbuhan dalam lingkungan budidaya. Setelah itu
bakteri Vibrio. Dengan meningkatnya laju pengkayaan bakteri probion yang bermanfaat
mortalitas Vibrio, populasi bakteri lain dapat dapat dilakukan untuk menciptakan dominasi
meningkat sehingga mampu menggeser populasi bakteri yang diinginkan. Hal
dominasi Vibrio (Moriarty, 1999). tersebut dapat meminimalkan tumbuhnya
Tumbuhnya Vibrio pada kegiatan bakteri patogen saat dilakukan pengkayaan
intensifikasi mikroba seperti ini harus tetap bahan sumber karbon (sukrosa molase)
diperhatikan walaupun yang bukan termasuk dalam praktek selanjutnya. Metode ini
golongan Vibrio berpendar. Hal tersebut diduga efektif pada sistem budidaya tanpa
berkaitan dengan dekatnya hubungan antara pergantian air (zero water exchange).
probiotik yang digunakan dengan bakteri
patogen yang pada lingkungan budidaya. Persentase kemuncnlan bakteri golongan
Pada lingkungan budidaya yang kompleks, Vibrio selama penelitian
memungkinkan terjadinya transfer gen bukan Persentase kemunculan Vibrio memiliki
hanya gen resistensi tapi juga kemampuan
selama penelitian cenderung menurun seiring
patogenitas lewat R plasmid dan transposons. dengan pertambahan waktu. Dengan
Karena memungkinkannya R plasmid ini demikian, laju perumbuhan populasi bakteri
dalam metransfer gen antar bakteri yang lainnya memiliki kecepatan yang lebih tinggi
berbeda dalam grup Gram negatif, akan dibandingkan dengan laju pertumbuhan
berbahaya bagi para pelaku budidaya untuk
bakteri Vibrio. Rata-rata kemunculan paling
menggunakan bakteri seperti Vibrio atau paling tinggi ditemukan pada kontrol yang
Pseudomonas sebagai Probiotik. mencapai l,82% (Gambar 5).
Hal yang perlu diperhatikan dalam
teknik intensifikasi mikroba adalah dominasi
Gambar 4. Bakteri golongan Vibrio kuning (A) dan hijau (B) yang tumbuh pada saat penelitian
186 Sukenda, P. Hadi dan E. Harris
Sedangkan dari data pemeriksaan NH3 organik dan anorganik. Sumber bahan
diketahui bahwa kisaran NH3 pada perlakuan organik yang biasanya diperoleh oleh bakteri
penambahan karbon dan perlakuan dalam sistem budidaya adalah sisa pakan dan
penambahan karbon + probiotik relatif lebih hasil metabolit udang. Protein yang terdapat
rendah dibandingkan dengan perlakuan lain. dalam sisa pakan akan didekomposisi oleh
Pada perlakuan penambahan karbon, NH3 bakteri menggunakan enzim protease
dicapai pada kisaran 0,0096 – 0.029 ppm, menjadi asam amino-asam amino yang
sedangkan pada perlakuan penambahan akhirnya diasimilasi ke dalam sel balkteri.
karbon + probiotik sebesar 0,00922 – 0.02 Penambahan karbon ternyata dapat
ppm. Pada perlakuan penambahan probiotik, meningkatkan asimilasi N oleh bakteri yang
NH3 berada pada kisaran 0,0068 – 0,04, berimplikasi pada pengurangan jumlah TAN.
sedangkan kontrol pada kisaran 0,018 – 0,03 Nilai total amonia nitrogen (TAN)
ppm (Gambar 7). menggambarkan jumlah total nitrogen yang
Nitrogen merupakan bahan yang berada dalam bentuk NH3 (tidak terionisasi)
dibutuhkan oleh bakteri terutama untuk dan NH4+ (terionisasi). Secara umum, nilai
proses sintesis asam amino dan nukleotida. TAN ini akan berkurang jika terdapat
Sumber nitrogen dapat berasal dari sumber asimilasi NH3 atau NH4+ oleh bakteri.
Tabel 1. Pertumbuhan mutlak rata-rata udang vaname, Litopenaeus vannamei selama penelitian
Tabel 2. Nilai rata-rata FCR udang vaname, Litopenaeus vannamei selama penelitian
Perlakuan FCR
Kontrol 1,70 ± 0,26
Penambahan karbon 1,46 ± 0,27
Penambahan probiotik 1,45 ± 0,10
Penambahan karbon+ probiotik 1,30 ± 0,08
190 Sukenda, P. Hadi dan E. Harris
Avnimelech, Y., Kochva. M., M., Mokady, Widiyanto, T. 2005. Seleksi bakteri
S., 1994. Development of controlled nitrifikasi dan denitrifikasi untuk
intensive aquaculture systems with a bioremediasi di tambak udang.
limited water exchange and adjusted Disertasi Sekolah Pascasarjana.
Institut Pertanian Bogor.