You are on page 1of 25

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN KONSEP

BIOTEKNOLOGI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN


BERDASARKAN MASALAH DI SMP

Maria Candra Dewi1 ; H. Muhammad Zaini2; H. Yudi Firmanul Arifin3

Abstract

The concept of Biotechnology is materials science subjects taught in the first


semester of class IX which had only delivered using lecture method, so that student
learning outcomes are not optimal. Aims of the research is developing learning
instrument using problem based learning model on the concept of biotechnology and
improve higher-order thinking skills. This research is classified in research
development, which aims to develop learning tools that include lesson plan (RPP),
Teaching Material and Student Worksheet (LKS). Data significance of learning
outcomes test results obtained product results signify the product of learning
outcomes between the experimental class and control class (F = 375.88, P = 0.0001)
with R2 of 0.8754 which means that 87.54 % of the experimental class influence the
control class. Test data to learn the significance of the results obtained by the results
of the significance of learning outcomes between the experimental class and the
control class (F = 102.1, P = 0.0001) with R2 of 0.6562 which means that 65.62 % of
the experimental class influence the control class. High level thinking skills gained
from the work of students working on worksheets. High thinking ability of students
included in the category quite well until well. Based on the results of research and
discussion of the results of learning and thinking skills at the junior high level
students learning the concept of biotechnology using problem based learning model
can be inferred produce devices that have been revised after learning through
individual testing and field testing.

Key Words: biotechnology concept, problem based learning, higher order thinking
skills

Tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 pada


mata pelajaran IPA untuk SMP adalah mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah
untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar.
Kemampuan berpikir ilmiah siswa dapat dicapai apabila guru mampu menyusun
perencanaan proses pembelajaran. Perencanaan proses pembelajaran merupakan salah
satu aspek terciptanya pembelajaran yang efektif dan efesien. Perencanaan proses
pembelajaran yang sesuai dengan Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang standar
proses sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan belajar siswa yang
berlangsung sepanjang hayat.
1
Aumni S2 Pendidikan Biologi PPs Unlam
2
Dosen S1 dan S2 Pend. Biologi Unlam
3
Dosen S2 Pend. Biologi Unlam
Standar proses memberi ketentuan terhadap Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang disusun harus lengkap dan sistematis sehingga
pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dan memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan
fisik serta psikologis siswa. Berdasarkan standar proses tersebut, guru diharapkan
mampu memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran dan
karakteristik siswa.
Model pembelajaran yang tidak sesuai menyebabkan proses pembelajaran
tidak berjalan optimal yang berimbas pada hasil belajar siswa. Siswa kurang didorong
untuk mengembangkan keterampilan berpikir, namun seringkali hanya diarahkan
untuk menghafal informasi tanpa memahaminya dalam proses pembelajaran. Menurut
Armanto (2002) tradisi mengajar seperti ini merupakan karakteristik umum
bagaimana guru di Indonesia melaksanakan pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran seperti ini tidak mengakomodasi pengembangan
keterampilan siswa dalam pemecahan masalah dan penalaran akibatnya keterampilan
kognitif tingkat tinggi siswa sangat lemah karena kegiatan pembelajaran yang biasa
dilakukan hanya mendorong siswa untuk berpikir pada tingkat rendah (Armanto,
2002). Pembelajaran hanya merupakan pemindahan pengetahuan dari buku ke siswa
melalui bantuan guru. Guru mementingkan pembenaran informasi daripada
peningkatan keterampilan berpikir. Pemindahan pengetahuan dari buku ke siswa
mengakibatkan siswa cenderung menghafalkan informasi/materi yang diberikan guru
dan tidak mampu menghubungkan hasil belajar dengan kehidupan sehari-hari.
Konsep bioteknologi merupakan salah satu materi dalam mata pelajaran IPA
yang diajarkan pada kelas IX semester 1 yang selama ini hanya disampaikan
menggunakan metode ceramah sehingga hasil belajar siswa tidak
optimal.Penggunaan metode ceramah dalam pembelajaran konsep bioteknologi
disebabkan oleh keterbatasan waktu, mengejar materi dan sarana prasarana yang
kurang memadai.Kurangnya keterlibatan siswa secara aktif menyebabkan kurang
seimbangnya antara kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. Siswa akan terbiasa
menggunakan sebagian kecil dari keterampilan pikirnya dan menjadikan siswa malas
untuk berpikir serta terbiasa malas berpikir mandiri (Subali dkk., 2011). Kurang
sesuainya model pembelajaran yang digunakan guru menyebabkan hasil yang kurang
maksimal pada konsep bioteknologi.
Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBM) dapat dilakukan untuk
meningkatkan kualitas proses pembelajaran konsep bioteknologi dan hasil belajarnya.
Peningkatan kualitas proses pembelajaran dilakukan dengan cara mengembangkan
perangkat pembelajaran menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah.
Siswa harus diupayakan mengurangi pembelajaran yang cenderung menghafal
dengan menggantikan pada pembelajaran menggunakan keterampilan berpikir tingkat
tinggi.
Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan salah satu model pembelajaran
untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dalam orientasi masalah. PBM adalah suatu
model yang menggunakan dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar
tentang cara berpikir, keterampilan pemecahan masalah dan memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran (Hidayat, 2012). Peran
guru dalam PBM adalah menyajikan masalah dan mengembangkan lingkungan kelas
yang memungkinkan pertukaran ide secara terbuka.
Kondisi riil yang dihadapi oleh peneliti, guru-guru di SMPN 8 Banjarbaru
adalah keterampilan berpikir tingkat tinggi pada siswa belum dikembangkan sehingga
siswa hanya menghafal pengetahuan yang diperolehnya di kelas.Berdasarkan hasil
ulangan harian konsep bioteknologi tahun pelajaran 2012/2013 di SMPN 8
Banjarbaru menunjukkan lebih dari 50% belum mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM).KKM yang ditetapkan untuk kompetensi dasar pada konsep
bioteknologi adalah 70. Siswa tidak mampu mengerjakan soal ulangan yang
membutuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran
menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah pada konsep bioteknologi
dan pembelajarannya terhadap hasil belajar dan keterampilan berpikir tingkat tinggi.

METODE
Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan (Research &
Development) menggunakan model pengembangan ASSURE. Langkah-langkah
dalam penelitian dan pengembangan menggunakan model ASSURE sebagai berikut:
1. Analisis karakteristik siswa
Analisis karakteristik siswa meliputi identifikasi keterampilan awal spesifik
(pengetahuan), motivasi, dan gaya belajar siswa. Analisis terhadap siswa diharapkan
memudahkan peneliti dalam tahap berikutnya. Teknik yang akan digunakan peneliti
dalam menganalisis karakteristik siswa melalui observasi dan angket.
2. Menentukan tujuan pembelajaran dan kompetensi
Perumusan tujuan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti ialah dengan
menggunakan format ABCD (Audience, Behavior, Condition, Degree). Berikut ini
merupakan tujuan pembelajaran yang dirancang oleh peneliti berdasarkan silabus
yang dikembangkan pada konsep bioteknologi.
3. Memilih metode, media dan materi pembelajaran
Metode yang digunakan peneliti adalah ceramah, diskusi, tanya jawab. Media
yang digunakan adalah slide power point dan bahan ajar. Pemilihan materi
pembelajaran dapat diperoleh dengan memilih satu dari tiga kegiatan yaitu memilih
materi yang tersedia, memodifikasi yang sudah ada, atau dapat pula dengan
mendesain materi baru.
4. Memanfaatkan bahan dan media pembelajaran
Tahapan berikutnya ialah guru menyiapkan penggunaan kelas dan alat-alat
perlengkapan yang diperlukan dan fasilitasnya.Siswa menggunakan media dan bahan
ajar secara individu dan belajar bekerjasama. Siswa dapat memanfaatkan buku
penunjang lain atau hasil penelusuran internet.
5. Melibatkan siswa dalam aktivitas pembelajaran
Pada tahapan ini guru meminta siswa memberikan umpan balik pada konsep
bioteknologi yang dipelajari. Pada tahapan ini proses pembelajaran diupayakan
berpusat kepada siswa karena meminta peran serta siswa sebanyak mungkin.
Keterlibatan siswa dapat diberikan dalam bentuk menyampaikan ide/pendapat dan
mengajukan pertanyaan pada guru atau siswa lain. Siswa harus dapat menunjukkan
karakter kerjasama dalam kelompok dan teliti dalam mengerjakan tugas baik secara
individu maupun kelompok.
6. Evaluasi dan Revisi
Evaluasi merupakan langkah akhir dalam model ASSURE. Peneliti
melakukan evaluasi terhadap hasil pembelajaran dan perangkat pembelajaran.
Evaluasi hasil belajar bertujuan untuk menguji signifikansi hasil belajar yang dicapai
siswa pada konsep sistem bioteknologi pada siswa kelas IXB SMPN 8 Banjarbaru
Evaluasi perangkat pembelajaran bertujuan untuk menguji keefektifan dan
keefisienan perangkat pembelajaran dalam menunjang berlangsungnya proses
pembelajaran.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
A. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Konsep Bioteknologi

Perangkat pembelajaran yang dikembangkan terdiri dari Rencana Pelaksanaan


Pembelajaran (RPP), Silabus, Lembar Kegiatan Siswa (LKS), Lembar Penilaian (LP),
dan Bahan Ajar Siswa seperti Tabel 1.

Tabel 1 Perbandingan Perangkat Pembelajaran Sebelum dan Sesudah Pengembangan


Perangkat Bagian yang Sebelum Pengembangan Sesudah Pengembangan
Pembelajaran dikembangkan
Silabus Kompetensi Dasar Dituliskan di bagian Dituliskan di dalam tabel
bawah identitas sekolah
Alokasi waktu 4 x 40 menit Adanya penambahan
waktu menjadi 6 x 40
menit
Indikator dan tujuan Disusun berdasarkan Disusun oleh peneliti
pembelajaran buku teks yang
digunakan
Kegiatan pembelajaran Dituliskan secara umum Dituliskan secara
terperinci dan sesuai
sintaks PBM
RPP Alokasi waktu 4 x 40 menit Adanya penambahan
waktu menjadi 6 x 40
menit
Indikator dan tujuan Disusun berdasarkan Disusun oleh peneliti
pembelajaran buku teks yang
digunakan Terdapat ranah kognitif,
Terdapat ranah kognitif psikomotor, afektif, dan
saja keterampilan berpikir
tingkat tinggi
Materi ajar Dicantumkan topik Dicantumkan topik dan
pembelajaran saja sub topik pembelajaran
Kegiatan pembelajaran Dituliskan secara umum Dituliskan secara
terperinci
Lembar Bagian yang dinilai Memuat ranah kognitif Memuat ranah kognitif,
Penilaian saja psikomotor, afektif,
keterampilan berpikir
tingkat tinggi
Bahan Ajar Isi Menggunakan buku teks Disusun oleh peneliti
yang ada dengan mengadaptasi dari
beberapa sumber belajar
Tabel 1 menunjukkan beberapa perbedaan pada perangkat pembelajaran sebelum dan
sesudah dilakukan pengembangan oleh peneliti.Perbedaan utama pada perangkat
pembelajaran yang sudah dikembangkan memuat kemampuan kognitif, psikomotor,
afektif, dan keterampilan berpikir tingkat tinggi sedangkan perangkat pembelajaran
yang belum dikembangkan hanya mengutamakan kemampuan kognitif.

B. Langkah-langkah Pengembangan Perangkat Pembelajaran


1. Analisis karakteristik siswa (analyze learners)
Data karakteristik siswa meliputi jumlah siswa, jenis kelamin, usia, gaya
belajar dan kemampuan awal siswa seperti Tabel 2.

Tabel 2 Hasil Analisis Karakteristik Siswa


Jumlah Siswa Gaya Belajar Usia (tahun) Rata-
L P A V K Perpaduan 14 15 rata
Tahapan raport
kelas
VIII
Ujicoba kelp. 6 6 0 9 3 0 5 7 79
kecil (50%) (50%) (0%) (75%) (25%) (0%) (42%) (58%)

Uji lapangan
 Eksp 1 15 13 2 20 5 1 9 19 77
 Eksp 2 15 13 5 14 3 6 10 18 76
30 26 7 34 8 7 19 37
(54%) (46%) (13%) (61%) (14%) (13%) (34%) (66%)
Implementasi 13 14 5 20 2 0 9 18 76
(48%) (52%) (19%) (74) (7%) (0%) (33%) (67%)
Catatan: L = Laki-laki A = Audio K = Kinestetik
P = Perempuan V = Visual

2. Tujuan Pembelajaran (State objectives)


Menentukan tujuan pembelajaran adalah tahapan yang dilakukan setelah
menganalisa siswa;.
Kognitif Produk
1. Siswa mampu mendefinisikan pengertian bioteknologi secara mandiri sesuai
dengan kunci LP 1 Produk.
2. Siswa mampu menunjukkan tiga keuntungan pemanfaatan bioteknologi secara
mandiri sesuai dengan kunci LP 1 Produk.
3. Siswa mampu membedakan tiga ciri-ciri bioteknologi konvensional dan
bioteknologi modern secara mandiri sesuai dengan kunci LP 1 Produk.
4. Siswa mampu mencontohkan lima produk bioteknologi sesuai dengan kunci LP 1
Produk.
5. Siswa mampu menjelaskan lima dampak bioteknologi modern sesuai dengan
kunci LP 1 Produk.
Kognitif Proses
6. Diberikan LKS 1, siswa mampu menyelidiki pengaruh penambahan ragi
terhadap terbentuknya biomassa kedelai sesuai dengan kunci LKS 1.
7. Diberikan LKS 2, siswa mampu menyelidiki pengaruh penambahan larutan
gula terhadap tapai yang dihasilkan sesuai dengan kunci LKS 2.
8. Diberikan LKS 3, siswa mampu menyelidiki pengaruh penambahan volume
stater Acetobacter xylium terhadap terbentuknya nata de coco sesuai dengan
kunci LKS 3.
c. Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
Siswa dapat menunjukkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, meliputi
keterampilan berpikir kritis dan keterampilan berpikir kreatif selama proses
pembelajaran sesuai dengan lembar penilaian keterampilan berpikir tingkat tinggi.

3. Metode, media, dan bahan pembelajaran (Select methods, media, and


materials)
Metode yang digunakan pada uji coba pengembangan perangkat di dalam kelas
adalah metode ceramah, praktikum, diskusi dan tanya jawab. Media yang digunakan
adalah slide power point dan bahan ajar yang dibagikan kepada siswa. Metode,
media, dan bahan pembelajaran ditentukan oleh peneliti berdasarkan analisis
karakteristik siswa dan tujuan pembelajaran.

a. Uji perseorangan
Hasil pada tahapan analisis karakteristik siswa, penentuan tujuan
pembelajaran dan pemilihan metode, media dan bahan menghasilkan draft perangkat
pembelajaran konsep bioteknologi.Hasil validasi sintaks dan isi menunjukkan
perlunya perbaikan pada semua komponen pada hasil validasi sintaks dan isi pada
perangkat pembelajaran seperti Tabel 3. Hasil penilaian rumusan tujuan yang
divalidasi oleh validator 2 menunjukkan bahwa pada komponen audience, behavior,
dan conditions sudah dirumuskan dengan baik. Komponen degree diberikan penilaian
Tabel 3 Hasil Validasi Sintaks dan Isi Perangkat Pembelajaran

No. Komponen Hasil Penilaian Keterangan


V1 V2
1. Bagian awal Sudah baik Perlu perbaikan pada:
a. kata pengantar
b. daftar isi
2. Silabus Perlu perbaikan pada Sudah baik
format matriks
silabus pada bagian:
a. identitas sekolah
b. alokasi waktu
3. RPP Perlu perbaikan pada: Perlu perbaikan pada:
a. domain karakter a. alokasi waktu
b.indikator RPP b.kognitif proses
c. materi c. indikator RPP
pembelajaran d. alat dan bahan
d. motivasi e. langkah pembelajaran
pada bagian bahan ajar
4. LKS dan kunci Perlu perbaikan pada
LKS kunci LKS
5. Buku siswa/bahan Perlu perbaikan pada:
bacaan a. tujuan
b. rangkuman
c. latihan
d. besar huruf
6. Tabel spesifikasi LP Perlu perbaikan pada:
a. daftar pustaka
b. keterampilan berpikir
tingkat tinggi tidak ada
7. LP dan kunci LP Perlu perbaikan pada:
a. LP kognitif
b. LP psikomotor
c. LP afektif
d. LP keterampilan
berpikir tingkat tinggi
Keterangan:
V1 (Validator 1): Rita Rahmaniati, M.Pd; V2 (Validator 2): Rina Herawati Nihe, M.Pd

sudah dirumuskan dengan baik pada rentang kecermatan, sebagian dirumuskan


dengan baik pada proporsi jawaban benar yang dikehendaki, dan tidak lengkap pada
batas waktu dan standar-standar kualitatif disajikan pada Tabel 4. Hasil penilaian
bahan ajar siswa menunjukkan bahwa validator 3 secara umum memberikan
penilaian baik dan sangat baik kecuali pada bagian kebahasaan dan penyajian. Pada
aspek kebahasaan yaitu pada penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dan
aspek penyajian yang sesuai dengan taraf berpikir dan kemampuan membaca siswa
perlu adanya perbaikan pada beberapa bagian sehingga bahan ajar yang digunakan
lebih mudah dipahami siswa. Validator 3 memberikan saran pada isi bahan ajar yaitu
menggolongkan produk makanan berdasarkan
Tabel 4. Hasil Validasi Rumusan Tujuan Pembelajaran

Komponen Penilaian Masukan


1 2 3 Perbaikan
Audience
Menyebut peserta didik untuk siapa tujuan itu √
dimaksudkan
Behavior (kata kerja tindakan)
Mendeskripsikan kemampuan siswa yang
diharapkan setelah mengikuti pelajaran
 dinyatakan sebagai kinerja siswa √
 dinyatakan sebagai perilaku yang dapat
diamati √
 mendeskripsikan keterampilan dunia nyata
(bukan hanya kinerja tes) √

Condition (bahan dan/atau lingkungan)


Mendeskripsikan kondisi-kondisi saat kinerja itu
harus didemonstrasikan
 perlengkapan, peralatan atau referensi yang √
dapat atau tidak dapat digunakan siswa
 kondisi-kondisi lingkungan tertentu saat siswa
harus menampilkan kinerjanya √
Degree (kriteria)
Bila dipakai dan/atau dapat dipakai, menyatakan Kognitif produk no 2
standar untuk kinerja yang dapat dipakai dan 3:
 batas waktu √ Berapa keuntungan
 rentang kecermatan √ dan dampak yang
 proporsi jawaban benar yang dikehendaki diinginkan?
 standar-standar kualitatif √ √ Sudah ada di rubrik
Sudah ada di rubrik

Keterangan: 1 = dirumuskan dengan baik, 2 = sebagian dirumuskan dengan baik, 3 = tidak lengkap

organisme yang aktif terlibat, menghilangkan hidroponik dan aeroponik karena bukan
merupakan contoh bioteknologi, dan menambahkan contoh makanan lokal
merupakan hasil fermentasi asam laktat seperti mandai dan jaruk tigaron seperti
disajikan Tabel 5.
Penilaian yang diberikan validator menunjukkan perangkat pembelajaran
yang telah dikembangkan masih memerlukan beberapa perbaikan sebelum bisa
diujicobakan.Peneliti melakukan beberapa perbaikan sesuai dengan saran-saran dan
masukan yang diberikan masing-masing validator terhadap bagian-bagian yang
seharusnya direvisi.Hasil revisi perangkat diujicobakan oleh peneliti terhadap
sekelompok siswa dalam uji coba kelompok kecil.
Tabel 5 Hasil Validasi Bahan Ajar Siswa

No Aspek yang Dinilai Skala Penilaian


1 2 3 4
1 Materi
a. Kebenaran konten (fakta, konsep, prinsip, hokum, teori, dan √
proses ilmiah)
b. Kemutakhiran konten √
c. Memperhatikan keterkaitan sains, teknologi, dan masyarakat √
d. Sistematis, sesuai dengan struktur kelimuan √
2 Kebahasaan
a. Keterbacaan bahasa atau bahasa yang digunakan sesuai dengan √
usia siswa
b. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar √
c. Istilah yang digunakan tepat dan dapat dipahami √
d. Menggunakan istilah dan simbol secara ajeg √
3 Penyajian
a. Membangkitkan motivasi/minat/rasa ingin tahu √
b. Sesuai dengan taraf berpikir dan kemampuan membaca siswa √
c. Mendorong siswa terlibat aktif √
d. Memperhatikan siswa dengan kemampuan /gaya belajar yang √
berbeda
e. Menarik/menyenangkan √
4. Penilaian materi ajar siswa dalam menunjang inovasi dan
peningkatan mutu kegiatan belajar mengajar.
a. Kesesuaian dengan KTSP √
b. Menekankan pada penerapan-penerapan dunia nyata atau √
kehidupan sehari-hari
c. Menunjang keterlaksanaan proses belajar mengajar yang lebih √
diwarnai oleh student centered daripada teacher centered
d. Memberikan kemudahan dalam mengembangkan salah satu atau √
lebih keterampilan proses/inkuiri/pemecahan masalah/berpikir
tingkat tinggi/kreatifitas/life skills/karakter
e. Menunjang terlaksananya pembelajaran yang lebih diwarnai oleh √
belajar mengetahui, belajar melakukan, belajar menjadi diri
sendiri, dan belajar hidup dalam kebersamaan
f. Menunjang terlaksananya pembelajaran yang bervariasi √
g. Memberikan kemudahan dalam membuat soal evaluasi hasil √
belajar
h. Memberikan kemudahan dalam melaksanakan penilaian yang √
menyeluruh dan berkelanjutan (penilaian berbasis kelas)
i. Mampu mengundang keingintahuan siswa lebih lanjut. √
j. Penilaian menyeluruh Bapak/Ibu terhadap materi ajar ini
dibandingkan buku pelajaran √
Keterangan: 1 = kurang sekali, 2 = kurang, 3 = baik, 4 = sangat baik

b. Uji Coba Kelompok Kecil


Uji kelompok kecil dilaksanakan tanggal 23 September 2013. Uji kelompok
kecil terdiri 2 tahap yaitu one to one evaluation dan small group evaluation.
1. One to one evaluation, bertujuan menguji keterbacaan LKS dan bahan ajar yang
dilakukan oleh 6 orang siswa kelas IXA pada SMP Negeri 8 Banjarbaru disajikan
pada Tabel 6 dan Tabel 7.
Tabel 6 Ringkasan Penilaian Siswa terhadap LKS

No. Nama Siswa Skor Penilaian (1-4) Kategori


1. ARS 3 Baik
2. DA 3 Baik
3. KUZ 2,75 Kurang
4. R 3,25 Baik
5. MR 3,25 Baik
6. KAP 3,75 Baik

Keterangan: 1-1,9 : Kurang Sekali, 2-2,9 : Kurang, 3-3,9 : Baik, > 4 : Sangat Baik

Tabel 6 menunjukkan bahwa 5 dari 6 siswa memberikan skor penilaian di atas angka
tiga.Secara umum, LKS yang dikembangkan oleh peneliti dapat dikategorkan baik
meskipun ada beberapa harus diperbaiki sesuai komentar siswa. Beberapa komentar
siswa terhadap LKS yang dikembangkan antara lain kejelasan istilah dan perbaikan
kalimat agar mudah dipahami siswa.

Tabel 7. Ringkasan Penilaian Siswa terhadap Bahan Ajar

No. Nama Skor Penilaian (1-4) Kategori


1. ARS 3,18 Baik
2. DA 3,06 Baik
3. KUZ 3 Baik
4. R 3,21 Baik
5. MR 3,13 Baik
6. KAP 3,44 Baik
Keterangan: 1-1,9 : Kurang Sekali, 2-2,9 : Kurang, 3-3,9 : Baik, > 4 : Sangat Baik

Tabel 7. menunjukkan seluruh siswa memberikan skor penilaian di atas angka tiga
yang berarti bahwa bahan ajar yang disusun dapat dikategorikan baik. Beberapa
komentar siswa terhadap bahan ajar yang dikembangkan antara lain kejelasan istilah
dan perbaikan kalimat agar mudah dipahami siswa. Saran perbaikan terhadap LKS,
dan bahan ajar digunakan sebagai perbaikan sebelum peneliti melaksanakan uji
separuh kelas.

2. Small group evaluation, menguji keterlaksanaan RPP yang dilaksanakan


selama tiga kali pertemuan yaitu tanggal 30 September 2013, 1 Oktober 2013, dan 3
Oktober 2013. Data-data yang diperoleh sebagai berikut:

a. Hasil belajar produk


Hasil belajar kognitif produk siswa selama proses pembelajaran didapatkan dari
hasil posttest siswa selama proses pembelajaran. Hasil belajar produk siswa yang
tuntas adalah siswa yang mendapatkan skor minimal 72. Hasil belajar kognitif produk
siswa pada uji separuh kelas mengalami peningkatan dari 5 orang siswa yang tidak
tuntas menjadi 2 orang siswa yang tidak tuntas seperti Gambar 1.

Gambar 1 Hasil Belajar Produk Siswa pada Small Group Evaluation

Penilaian terhadap produk hasil karya siswa menunjukkan dua kelompok


mendapatkan nilai cukup dan satu kelompok mendapatkan nilai baik.Rata-rata nilai
tertinggi terletak pada aspek warna produk yang dihasilkan sedangkan rata-rata nilai
terendah pada aspek bentuk produk yang dihasilkan.Warna produk dapat
mengindikasikan keberhasilan percobaan yang dihasilkan seperti Tabel 8.

Tabel 8 Hasil Penilaian Produk Hasil Karya Siswa


Penilaian Produk
Skor
Kelompok Hasil Karya Siswa Kategori
Total
Warna Bentuk Kebersihan
1 27 30 30 77 Baik
2 30 25 30 85 Baik
3 30 20 25 75 Cukup Baik
Rata-rata 29 25 28 82 Baik

Keterangan kategori: 76-100% = Baik; 56-75% = Cukup Baik; 40-55% = Kurang; <40% = Buruk
(Arikunto, 2010)

Kebersihan diperlukan dalam menghasilkan suatu produk karena dalam proses


pembuatan tidak terjadi kontaminasi. Apabila terjadi kontaminasi maka terdapat
mikroorganisme yang bekerja selain mikroorganisme yang diinginkan. Dampak dari
kehadiran mikroorganisme yang tidak diinginkan adanya kegagalan mikroorganisme
mengubah suatu bahan baku menjadi produk yang diharapkan. Aspek bentuk
memiliki rata-rata nilai terendah disebabkan siswa baru pertama kali membuat produk
bioteknologi terutama pada pembuatan nata de coco.
Penilaian terhadap makalah siswa menunjukkan dua orang mendapatkan nilai
cukup baik dan sepuluh orang mendapatkan nilai baik.Secara umum, penilaian
terhadap makalah siswa dikatakan baik.Penyusunan makalah mendorong siswa untuk
mampu mengembangkan keterampilan berpikir kritis disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Hasil Penilaian Makalah Siswa

Penilaian Makalah
No. Nama Jml Kategori
1 2 3 4 5 6 7
1 ER 5 8 12 25 15 12 4 81 Baik
2 HR 3 10 15 22 12 15 4 81 Baik
3 LM 5 8 12 20 15 10 3 73 Cukup Baik
4 MP 5 8 12 22 15 10 5 77 Baik
5 MI 3 10 15 25 15 8 3 79 Baik
6 MFS 5 10 15 22 12 15 4 83 Baik
7 MPR 5 7 10 25 15 12 4 78 Baik
8 MY 3 8 15 22 12 12 5 77 Baik
9 NS 5 8 12 20 12 15 5 77 Baik
10 PP 5 10 15 20 15 12 2 79 Baik
11 PM 2 10 10 22 15 12 3 74 Cukup Baik
12 R 2 10 10 25 15 12 4 78 Baik
Rata2 4 8.92 12.75 22.50 14.00 12.08 3.83 78.08 Baik

Keterangan kategori: 76-100% = Baik; 56-75% = Cukup Baik; 40-55% = Kurang; <40% = Buruk
(Arikunto, 2010)

b. Hasil belajar proses


Hasil belajar kognitif proses didapatkan dari hasil posttest siswa selama
proses pembelajaran. Hasil siswa yang tuntas adalah siswa yang mendapatkan skor
minimal 72.Hasil belajar kognitif produk siswa pada uji separuh kelas mengalami
peningkatan dari 7 orang siswa yang tidak tuntas menjadi 3 orang siswa yang tidak
tuntas seperti Gambar 2.
Gambar 4.2 Hasil Belajar Proses Siswa pada Small Group Evaluation

c. Keterampilan berpikir tingkat tinggi


Keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa menunjukkan 11 orang siswa dapat
dikategorikan baik dan satu orang siswa memiliki penilaian cukup.Penilaian tertinggi
terdapat pada saat siswa menganalisis data dan nilai terendah diperoleh siswa saat
merumuskan masalah seperti Tabel 10.

Tabel 10 Hasil Penilaian Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa


Rincian Penilaian Keterampilan
Nama Total
No. Berpikir Tingkat Tinggi Kategori
Siswa Skor
1 2 3 4 5 6 7
1. ER 9 6 9 20 18 18 5 85 Baik
2. HR 8 8 8 22 19 18 3 86 Baik
3. LM 8 8 10 20 18 17 5 86 Baik
4. MP 10 9 8 18 19 19 2 85 Baik
5. MI 9 9 8 18 15 17 3 79 Baik
6. MFS 9 8 8 21 17 19 5 87 Baik
7. MPR 9 8 8 21 17 18 5 86 Baik
8. MY 10 5 8 18 20 19 5 85 Baik
9. NS 9 6 10 16 18 19 4 82 Baik
10. PP 7 7 9 16 15 13 3 70 Cukup Baik
11. PM 10 7 10 18 19 19 3 86 Baik
12. R 7 5 10 15 18 18 4 77 Baik
Rata-rata 8.75 7.17 8.83 18.58 17.75 17.83 3.92 82.83
% 87.5 71.7 88.3 74.32 88.75 89.15 78.4 82.83
Keterangan:
a. Rincian Penilaian Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
1 = Menentukan permasalahan di dalam artikel (nilai maksimal 10)
2 = Merumuskan masalah (nilai maksimal 10)
3 = Merumuskan hipotesis (nilai maksimal 10)
4 = Merancang percobaan (nilai maksimal 25)
5 = Melaksanakan penyelidikan (nilai maksimal 20)
6 = Menganalisis data (nilai maksimal 20)
7 = Merumuskan kesimpulan (nilai maksimal 5)
b. Kategori: 76 -100% = Baik; 56-75% = Cukup Baik; 40-55% = Kurang; <40% = Buruk
(Arikunto, 2010)
Siswa memperoleh nilai tertinggi saat menganalisis data disebabkan siswa
telah melaksanakan penyelidikan dengan benar.Siswa melaksanakan penyelidikan
dengan benar didukung dengan perolehan nilai saat melaksanakan penyelidikan
berada tertinggi kedua setelah menganalisis data.Siswa membuat analisa data
berdasarkan data yang diperoleh saat melaksanakan penyelidikan.Nilai terendah
diperoleh siswa saat merumuskan masalah karena siswa belum terbiasa menentukan
rumusan masalah.

c. Penyajian dan Analisis Data Uji Lapangan


Uji lapangan dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan yaitu tangggal 5, 6, 8
November 2013 di kelas eksperimen 1 dan tanggal 11, 12, 14 November 2013 di
kelas eksperimen 2. Data yang didapatkan dalam uji lapangan antara lain:

1. Hasil belajar kognitif produk siswa


Hasil belajar kognitif produk pada kelas eksperimen yang dalam proses
pembelajaran menggunakan model PBM berbeda signifikan dengan kelas kontrol
yang dalam pembelajaran menggunakan model kooperatif (F = 375,88; Pr = 0,0001).
Kesignifikan sebesar 87,54% disebabkan oleh pengaruh pemberian pembelajaran
berdasarkan masalah pada siswa di kelas eksperimen sisanya belum terungkapkan
dalam penelitian seperti Tabel 11.

Tabel 11 Signifikansi Hasil Belajar Produk pada Uji Lapangan

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F


Model 2 0.80482294 2.82726126 375.88 0.0001
Error 107 6.45934545 0.00752171
Corrected 109 5.65452251
Total
R-Square C.V Root MSE Y Mean
0.875402 4.966193 0.086728 1.74636364
Keterangan: R2 = 0,88; C.V = 4,97

Penilaian terhadap produk hasil karya siswa menunjukkan satu kelompok


mendapatkan nilai cukup baik dan sebelas kelompok mendapatkan nilai baik seperti
Tabel 12.
Tabel 12 Penilaian Produk Hasil Karya Siswa pada Uji Lapangan

Kelompok Penilaian Produk Skor Kategori


Hasil Karya Siswa Total
Warna Bentuk Kebersihan
1 30 20 27 77 Baik
2 22 22 28 72 Cukup Baik
3 25 30 30 85 Baik
4 30 30 28 88 Baik
5 30 25 30 85 Baik
6 28 27 26 81 Baik
7 26 25 28 79 Baik
8 30 28 25 83 Baik
9 32 27 27 86 Baik
10 28 28 25 81 Baik
11 30 26 28 84 Baik
12 32 28 28 88 Baik
Rata-rata 28.58 26.33 27.50 82.42

Kategori: 76-100% = Baik; 56-75% = Cukup Baik; 40-55% = Kurang; <40% = Buruk (Arikunto,
2010).

Tabel 12 menunjukkan secara umum siswa mendapatkan nilai baik. Nilai tertinggi
terletak pada aspek kebersihan dan terendah pada aspek warna produk. Kebersihan
diperlukan dalam menghasilkan suatu produk karena dalam proses pembuatan tidak
terjadi kontaminasi. Kontaminasi terjadi bila terdapat mikroorganisme yang bekerja
selain mikroorganisme yang diinginkan. Dampak dari kehadiran mikroorganisme
yang tidak diinginkan adanya kegagalan mikroorganisme mengubah suatu bahan
baku menjadi produk yang diharapkan.
Ringkasan penilaian terhadap makalah siswa menunjukkan siswa pada kedua
kelas eksperimen mendapatkan nilai baik.Penyusunan makalah mendorong siswa
untuk mampu mengembangkan keterampilan berpikir kritis seperti Tabel 13.

Tabel 13 Ringkasan Penilaian Makalah Siswa pada Uji Lapangan

Penilaian Makalah
No. Kelas Jml Kategori
1 2 3 4 5 6 7
1 Eksperimen 1 4.57 8.36 13.04 21.04 12.46 14.18 4.036 77.68 Baik
2 Eksperimen 2 4.56 8.67 12.78 22.56 13.59 13.04 4.333 79.52 Baik
Rata-rata 4.56 8.51 12.91 21.80 13.03 13.61 4.18 78.60 Baik

Keterangan: 76-100% = Baik; 56-75% = Cukup Baik; 40-55% = Kurang; <40% = Buruk (Arikunto,
2010).
2. Hasil belajar kognitif proses siswa
Hasil belajar kognitif produk pada kelas eksperimen yang dalam proses
pembelajaran menggunakan model PBM berbeda signifikan dengan kelas kontrol
yang dalam pembelajaran menggunakan model kooperatif (F = 102,14; Pr = 0,0001).
Kesignifikan sebesar 65,62% disebabkan oleh pengaruh pemberian pembelajaran
berdasarkan masalah pada siswa di kelas eksperimen sisanya belum terungkapkan
dalam penelitian seperti Tabel 14.

Tabel 14 Signifikansi Hasil Belajar Proses pada Uji Lapangan

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F


Model 2 0.22927626 0.61463813 102.14 0.0001
Error 107 0.64385919 0.00601738
Corrected 109 1.87313545
Total
R-Square C.V Root MSE Y Mean
0.656267 4.268367 0.077572 1.81736364
Keterangan: R2 = 0,66; C.V = 4,27

3. Keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa


Keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa pada kelas eksperimen 1
menunjukkan 24 orang siswa dapat dikategorikan baik dan 4 orang siswa memiliki
penilaian cukup baik. Penilaian tertinggi terdapat pada saat siswa menentukan
permasalahan dalam artikel dan nilai terendah diperoleh siswa saat merancang
percobaan disajikan pada Tabel 15. Siswa memperoleh nilai tertinggi saat
menentukan permasalahan dam artikel berarti siswa telah mampu mengembangkan
keterampilan berpikir kritis.Nilai terendah diperoleh siswa saat merancang percobaan
sehingga guru harus memberikan bimbingan pada siswa sehingga siswa mampu
mengembangkan keterampilan berpikir kreatif.
Keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa pada kelas eksperimen 2
menunjukkan 24 orang siswa dapat dikategorikan baik dan 3 orang siswa memiliki
penilaian cukup.Penilaian tertinggi terdapat pada saat siswa menentukan
permasalahan dalam artikel dan nilai terendah diperoleh siswa saat merancang
percobaan seperti Tabel 16.
Tabel 15 Penilaian Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Kelas Eksperimen 1

Rincian Penilaian Keterampilan


Nama Total
No. Berpikir Tingkat Tinggi Kategori
Siswa Skor
1 2 3 4 5 6 7
1. AR 10 10 10 15 20 18 4 87 Baik
2. A 8 7 8 17 15 17 4 76 Baik
3. BAS 10 8 10 13 15 18 3 77 Baik
4. BSR 10 5 8 15 18 18 4 78 Baik
5. DSH 8 7 10 13 20 18 5 81 Baik
6. EF 10 10 10 13 18 18 5 84 Baik
7. EEP 10 10 10 13 20 18 3 84 Baik
8. H 10 10 10 13 20 18 3 84 Baik
9. HNI 10 8 8 13 15 18 4 76 Baik
10. JN 10 8 8 13 18 18 4 79 Baik
11. JI 10 8 7 13 15 18 4 75 CukupBaik
12. MRA 10 8 8 25 20 18 4 93 Baik
13. M 10 10 10 13 12 18 5 78 Baik
14. MR 10 8 10 13 15 18 4 78 Baik
15. MA 10 10 10 15 20 18 5 88 Baik
16. MAS 10 7 8 13 12 18 4 72 CukupBaik
17. MGM 8 5 8 13 15 18 3 70 CukupBaik
18. ML 10 8 10 15 15 15 4 77 Baik
19. MRA 10 5 10 15 20 18 4 82 Baik
20. MZ 10 8 10 12 15 17 4 76 Baik
21. RT 10 10 7 13 15 18 4 77 Baik
22. SS 10 10 10 15 20 18 5 88 Baik
23. SR 8 10 7 13 17 17 4 76 Baik
24. SN 10 8 8 13 20 15 4 78 Baik
25. SMD 10 8 10 13 15 18 4 78 Baik
26. TY 10 8 10 13 20 15 4 80 Baik
27. WPB 8 10 8 13 12 17 4 72 CukupBaik
28. Y 10 8 10 15 15 15 4 77 Baik
Rata-rata 9.64 8.29 9.04 14.04 16.86 17.43 4.07 79
% 96.4 82.9 90.4 56.16 84.3 87.15 81.4 79
Nilai tertinggi 10 10 10 25 20 18 5 93
Nilai terendah 8 5 7 12 12 15 3 70

Keterangan:
a. Rincian Penilaian Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
1 = Menentukan permasalahan di dalam artikel (nilai maksimal 10)
2 = Merumuskan masalah (nilai maksimal 10)
3 = Merumuskan hipotesis (nilai maksimal 10)
4 = Merancang percobaan (nilai maksimal 25)
5 = Melaksanakan penyelidikan (nilai maksimal 20)
6 = Menganalisis data (nilai maksimal 20)
7 = Merumuskan kesimpulan (nilai maksimal 5)
b. Kategori: 76 -100% = Baik; 56-75% = Cukup Baik; 40-55% = Kurang; <40% = Buruk
(Arikunto, 2010).

Tabel 16 menunjukkan siswa memperoleh nilai tertinggi saat menentukan


permasalahan dam artikel berarti siswa telah mampu mengembangkan keterampilan
berpikir kritis.Nilai terendah diperoleh siswa saat merancang percobaan sehingga
Tabel 16 Hasil Penilaian Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Kelas
Eksperimen 2

Rincian Penilaian Keterampilan


Nama Total Kate-
No. Berpikir Tingkat Tinggi
Siswa Skor gori
1 2 3 4 5 6 7
1. A - - - - - - - - -
2. DA 7 10 7 22 15 15 5 81 Baik
3. ES 10 8 7 15 15 18 5 78 Baik
4. GMR 10 10 8 17 20 18 4 87 Baik
5. H 10 8 8 15 12 18 5 76 Baik
6. HP 10 10 7 15 15 15 5 77 Baik
7. KA 10 8 5 15 20 18 4 80 Baik
8. KAP 10 8 8 15 12 18 4 75 Cukup
9. MI 10 10 7 15 15 18 4 79 Baik
10. MLS 10 7 5 15 15 18 5 75 Cukup
11. MRN 10 10 10 15 20 18 3 86 Baik
12. MYS 10 10 5 15 18 15 5 78 Baik
13. MZF 10 10 7 15 15 18 4 79 Baik
14. MNP 10 10 7 18 17 18 5 85 Baik
15. MIQ 10 8 3 17 15 18 4 75 Cukup
16. MRB 8 8 10 15 20 15 4 80 Baik
17. MSI 10 8 10 15 22 18 3 86 Baik
18. MSN 8 8 7 15 15 18 5 76 Baik
19. NR 10 8 7 15 18 18 4 80 Baik
20. N 10 7 8 17 15 18 4 79 Baik
21. NH 10 8 5 15 20 18 5 81 Baik
22. NPA 10 8 8 15 12 18 5 76 Baik
23. SA 8 8 10 15 15 18 2 76 Baik
24. SY 10 10 10 15 20 18 3 86 Baik
25. SR 10 10 7 15 12 18 5 77 Baik
26. SNM 10 8 7 13 15 18 5 76 Baik
27. TR 10 8 10 10 20 15 5 78 Baik
28. YT 10 8 5 15 20 18 5 81 Baik
Rata-rata 9.61 8.64 7.32 15.5 16.64 17.36 4.32 79.29
% 96.1 86.4 73.2 62 82.7 86.8 86.4 79.29
Nilai tertinggi 10 10 10 22 20 18 5 87
Nilai terendah 7 7 3 10 12 15 2 75
Keterangan:
a. Rincian Penilaian Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
1 = Menentukan permasalahan di dalam artikel (nilai maksimal 10)
2 = Merumuskan masalah (nilai maksimal 10)
3 = Merumuskan hipotesis (nilai maksimal 10)
4 = Merancang percobaan (nilai maksimal 25)
5 = Melaksanakan penyelidikan (nilai maksimal 20)
6 = Menganalisis data (nilai maksimal 20)
7 = Merumuskan kesimpulan (nilai maksimal 5)
b. Kategori: 76 -100% = Baik; 56-75% = Cukup Baik; 40-55% = Kurang; <40% = Buruk
(Arikunto, 2010).

guru harus memberikan bimbingan pada siswa sehingga siswa mampu


mengembangkan keterampilan berpikir kreatif.
C. Revisi Produk
Penelitian ini telah berhasil mengembangkan perangkat pembelajaran.Hasil uji
coba kelompok kecil dan uji lapangan menjadi acuan peneliti untuk merevisi
produk.Produk yang berupa perangkat RPP direvisi sesuai masukan dan kekurangan
yang didapatkan selama penggunaannya pada uji coba.Hasil revisi produk ada pada
bagian silabus, RPP, LKS dan kunci LKS, tabel spesifikasi, LP dan buku ajar.Hasil
revisi produk disajikan pada Tabel 17.

Tabel 17 Perbandingan Perangkat Pembelajaran Sebelum dan Sesudah Revisi

Perangkat Bagian yang direvisi Sebelum Revisi Sesudah Revisi


Pembelajaran
Silabus Penulisan Letak penulisan Letak penulisan mata
kelas/semester dan kelas/semester sebelum pelajaran sebelum
mata pelajaran mata pelajaran kelas/semester
Penulisan kompetensi Letak penulisan Letak penulisan
dasar kompetensi dasar di atas kompetensi dasar di
matriks dalam matriks
Kegiatan pembelajaran Pada bagian motivasi Pada bagian motivasi
siswa menunjukkan siswa menunjukkan
produk bioteknologi produk bioteknologi
melalui gambar secara nyata
RPP Indikator Belum sesuai dengan Sesuai dengan silabus
silabus
Materi ajar Tertulis materi pokok saja Tertulis materi pokok
ditambah sub materi
Kegiatan pembelajaran Beberapa indikator belum Indikator sudah
dicantumkan dicantumkan
Sumber belajar Lembar penilaian Lembar penilaian
keterampilan berpikir keterampilan berpikir
tingkat tinggi belum tingkat tinggi sudah
dicantumkan dicantumkan
LKS dan Kunci Fase pada PBM Masih dicantumkan Tidak dicantumkan
LKS
Tujuan LKS 1 Tertulis “menyelidiki Diubah “menyelidiki
terbentuknya biomassa pengaruh pemberian
dari kedelai pada ragi terhadap
pembuatan tempe” terbentuknya biomassa
kedelai”
Prosedur kerja pada Tidak jelas pada beberapa Pengubahan beberapa
kunci LKS 1 kalimat kalimat sehingga jelas
Kesimpulan pada kunci Tidak sesuai dengan Disesuaikan dengan
LKS 1 tujuan LKS 1 tujuan LKS 1
Produk bioteknologi Tercantum “pembuatan Penggantian kata
pada LKS 2 peuyeum” “peuyeum” dengan
“tapai”
Kesimpulan pada kunci Tidak sesuai dengan Disesuaikan dengan
LKS 2 tujuan LKS 2 tujuan LKS 2
Prosedur kerja dan Kurang terperinci Diperinci dengan
alat/bahan pada penggantian kalimat
percobaan dan kejelasan ukuran
Tabel 17 (tabel sambungan)

Kesimpulan pada kunci Tidak sesuai dengan Disesuaikan dengan


LKS 3 tujuan LKS 3 tujuan LKS 3
Tabel Indikator produk Membedakan jenis Membedakan jenis
spesifikasi dan proses bioteknologi termasuk pada bioteknologi termasuk pada
indikator proses indikator produk
Lembar penilaian Belum dicantumkan Sudah dicantumkan
keterampilan
berpikir tingkat
tinggi
Lembar Lembar penilaian 1:  Jumlah butir soal kurang Penggantian butir soal
penilaian Produk  Soal tidak sesuai dengan disesuaikan dngan indikator
indikator yang ada
Lembar penilaian 2:  Dalam RTK terdapat  Identifikasi variabel dan
Proses identifikasi variabel dan mendefinisikan variabel
mendefinisikan variabel operasional dihapus
operasional  Penilaian dilakukan oleh
 Penilaian dilakukan oleh siswa sendiri dan guru
siswa sendiri, teman sejawat
siswa, dan guru
Lembar penilaian 3:  Jenis spesifikasi alat dan  Spesifikasi alat dan bahan
Psikomotor bahan belum terperinci diperinci sehingga jelas
 Penilaian dilakukan oleh  Penilaian diserahkan pada
siswa sendiri, teman sejawat pengamat
siswa, dan guru
Lembar penilaian 4:  Penilaian dilakukan oleh  Penilaian diserahkan pada
Perilaku berkarakter siswa sendiri, teman sejawat pengamat
siswa, dan guru
Lembar penilaian 5:  Keterampilan sosial yang  Keterampilan sosial yang
Keterampilan sosial diamati menyumbang diamati menyumbang
ide/pendapat dan komunikasi ide/pendapat dan bertanya
Bahan ajar Penggunaan bahasa Sulit dipahami Penggantian beberapa
pada beberapa kalimat sesuai dengan saran
kalimat validator
Isi  Hidrofonik dan aerofonik  Hidrofonik dan aerofonik
merupakan contoh dihilangkan karena bukan
bioteknologi merupakan contoh
bioteknologi
 Menambahkan contoh
 Contoh makanan lokal hasil makanan lokal yang
fermentasi belum merupakan hasil fermentasi
dicantumkan

KAJIAN DAN SARAN


A. Kajian Produk yang Telah Direvisi
Penelitian dan pengembangan berhasil mengembangkan perangkat
pembelajaran konsep bioteknologi dengan menggunakan model PBM di SMP Negeri
8 Banjarbaru menggunakan model pengembangan ASSURE. Hasil ini sejalan dengan
penelitian yang pernah dilakukan Singleton, dkk. (2013) yang telah berhasil
mengembangkan prototipe pembelajaran.
Keberhasilan pengembangan perangkat pada penelitian dapat ditunjukkan
dengan data hasil uji lapangan antara lain: aktivitas guru, aktivitas siswa,
keterlaksanaan RPP, hasil belajar produk siswa, hasil belajar proses siswa,
keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa, keterampilan psikomotor siswa, afektif
siswa dan respon siswa. Hasil data uji lapangan dapat diperinci sebagai berikut:

1. Hasil Belajar Kognitif


Hasil belajar kognitif siswa dapat dibedakan menjadi hasil belajar kognitif
produk dan hasil belajar kognitif proses selama pembelajaran sebagai berikut.

a. Hasil Belajar Produk


Hasil belajar produk selama proses pembelajaran diperoleh melalui nilai
pretest dan nilai posttest yang kemudian dilakukan uji signifikansi. Pembelajaran
menggunakan model PBM memberikan pengaruh 87,54% pada kelas eksperimen.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kartini (2011), Lissa dkk (2012),
Noorhasanah (2012), Ahmadi dkk.(2013), dan Palennari (2013).
Kartini (2011) melaporkan pembelajaran menggunakan model PBM dengan
strategi debat berpengaruh terhadap hasil belajar produk. Lissa dkk. (2012)
melaporkan bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi memiliki pengaruh positif
terhadap capaian belajar. Noorhasanah (2012) menyatakan adanya peningkatan hasil
belajar pada kelas perlakuan dibandingkan kelas kontrol. Ahmadi dkk. (2013)
mengemukakan hasil belajar dengan penerapan perangkat pembelajaran IPA terpadu
tipe webbed yang berorientasi model PBI dengan tema pencemaran air memperoleh
ketuntasan 96%. Palennari (2013) menyimpulkan strategi integrasi PBL dan Jigsaw
memiliki potensi untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa dibandingkan kelas
tradisional.

b. Hasil Belajar Proses


Hasil belajar proses selama proses pembelajaran diperoleh melalui nilai
pretest dan nilai posttest yang kemudian dilakukan uji signifikansi. Pembelajaran
menggunakan model PBM memberikan pengaruh 65,62% pada kelas eksperimen.
Hasil yang diperoleh sesuai dengan penelitian Klegeris dan Hurrent (2011), Yulinda
(2011), Rahmaniati (2011), dan Tayyeb (2013). Klegeris and Hurrent (2011)
mengemukakan adanya peningkatan ketrampilan pemecahan masalah siswa setelah
siswa mengalami pembelajaran model PBL. Yulinda (2011) mengemukakan melalui
hasil penelitian yang dilakukan bahwa rata-rata hasil belajar produk dan proses pada
kelas perlakuan meningkat. Rahmaniati (2011) menunjukkan terdapat pengaruh
penerapan model PBI terhadap hasil belajar performans proses siswa. Tayyeb (2013)
melaporkan PBL merupakan cara yang efektif untuk mendorong pemikiran kritis dan
keterampilan pemecahan masalah antar siswa.

2. Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa


Hasil penilaian menunjukkan bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi
siswa kelas IXB SMPN 8 Banjarbaru dan kelas IXC SMPN 2 Martapura termasuk
dalam kategori cukup baik dan baik. Sebagian kecil siswa dinilai cukup baik dan
dominasi kemampuan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam kategori baik.
Keterampilan berpikir tingkat tinggi melibatkan keterampilan berpikir kritis
dan berpikir kreatif.Hasil yang diperoleh pada penelitian ini sejalan dengan penelitian
Setiawan dkk. (2013) yang mengungkapkan keaktifan siswa dan sikap siswa dalam
pembelajaran dengan pendekatan problem based learning dapat meningkatkan
keterampilan higher order thinking siswa dengan pengaruh yang tinggi. Lissa
dkk.(2012), menyimpulkan keterampilan berpikir tingkat tinggi memiliki pengaruh
positif terhadap hasil capaian belajar. Masek (2013) mengemukakan PBL
mengembangkan keterampilan berpikir kritis sesuai dengan desain yang ditetapkan.

B. Saran Pemanfaatan Produk


Saran-saran yang penulis kemukakan berkenaan dengan hasil penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut sampai pada tahap diseminasi terhadap
perangkat pembelajaran yang dihasilkan dalam penelitian dengan subjek coba
yang lebih luas sehingga dapat melakukan evaluasi sumatif terhadap perangkat
yang telah dikembangkan. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
model pengembangan ASSURE.
2. Pada tahap implementasi sebaiknya menggunakan sekolah yang berbeda sehingga
dapat diperoleh hasil yang optimal.
3. Perlunya penelitian lebih lanjut menggunakan uji statistika untuk mengetahui
signifikansi keterampilan berpikir tingkat tinggi antara kelas kontrol dan kelas
eksperimen

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta.

Armanto, D., 2002. Teaching Multiplication Realistically in Indonesian Elementary


Schools. Utrecht: Dissertation Utrecht University.

Gage, N. L., 1966. Handbook of Research On Teching Project of The American


Educational Research Association. A Departement of The National Education
Association. Chicago.

Hidayat. 2012. Penerapan Model Problem Based Learning pada Pembelajaran Optik
untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Hasil Belajar Siswa
SMP.Jurnal Fisika UM.2(1): 1-8.

Kartini, N.H. 2011. Hasil Belajar dan Keterampilan Bertanya Siswa Madrasah
Aliyah pada Pembelajaran Konsep Virus melalui Penerapan Model PBM
dengan Stratedi Debat.Tesis tidak diterbitkan. Banjarmasin: Program
Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat.

Klegeris, A., dan Hurrent, H., 2011.Problem Based Learning in aLarge Classroom
Setting Methodology. Student Perception and Problem Solving
Skills.Proceeding of Edulearn 11 Conference. 4-6 July 2011. Barcelona.
Spain.

Lisa., Prasetyo, A.P.B., dan Indriyani. D.R., 2012.Pengembangan Instrumen


Penilaian Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Materi Sistem Respirasi dan
Ekskresi.Lembaran Ilmu Kependidikan. 2(1): 1-8.

Masek, A., 2013. The Effect of Problem Based Learning on Critical Thinking Ability:
A Theoretical and Empirical Review. International Review of Social Sciences
and Humanities. 2(1) 215-221.

Pallenari, M., 2013.Potensi Strategi Integrasi PBL dengan Pembelajaran Kooperatif


Jigsaw dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep Mahasiswa.Jurnal
Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran 1(3) 303-311.
Rahmaniati, R. 2011. Pengaruh Penerapan Perangkat Pembelajaran dengan Model
PBI terhadap Keterampilan Performans Siswa.Tesis tidak diterbitkan.
Banjarmasin: Program Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat.

Setiawan, T., Sugianto, dan Junaedi, I. 2012.Pengembangan Perangkat Pembelajaran


Matematika dengan Pendekatan Problem Based Learning untuk
Meningkatkan Keterampilan Higher OrderThinking.Unnes Journal of
Research Mathematics Education.1(1): 1-8.

Singleton, C., Omar, A., and Belmasrour, R., 2013. Assessment of Students’
Outcomes in Mathematics: Using the ASSURE Model as a Strategy for
Selecting Effective Multimedia. American Journal of Advanced scientific
Research.1(2) 257-263.

Subali, B. Setyorini, U. Sukiswo. 2011. Penerapan Model Problem Based Learning


untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP. 7 1(3): 1-8.

Tayyeb, R., 2013. Effectiveness of Problem Based Learning as an Instructional Tool


for Acquisition of Content Knowledge and Promotion of Critical Thinking
Among Medical Students. Journal of the College of Physicians and Surgeons
Pakistan 2013, 23 (1): 42-46.

Yulinda, R. 2011. Hasil Belajar, Kinerja, dan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
Siswa SMA pada Pembelajaran Konsep Daur Ulang Limbah melalui
Pendekatan Problem Solving. Tesis tidak diterbitkan. Banjarmasin: Program
Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat.

You might also like