You are on page 1of 6

HUBUNGAN JENIS INSISI KATARAK DENGAN KEJADIAN SINDROMA

MATA KERING PASIEN PASCA OPERASI KATARAK


I Nyoman Widiadnyana, I Kadek Nuryanto, I Gusti Ngurah Made Kusuma Negara
RS Mata Bali Mandara, Jl. Angsoka No 8 Denpasar, Bali, 80234
STIKES BALI Jl. Tukad Balian No.180, Renon,Denpasar, Bali, 80227
Email : widi.adnyana3@gmail.com

ABSTRACT
Introduction : Cataract surgery is a surgery for cataract patients. This surgery has some com-
plications, such as the occurrence of dry eyes syndrome. There are two techniques of cataract
surgery; they are Phacoemulsification and SISC with different type of incision. The purpose of
this study was to determine the relationship between the types of cataract incision with the in-
cidence of dry eyes syndrome.
Methods : This study used descriptive correlation design with cross-sectional approach. The
sampling method used was non-probability sampling with consecutive sampling technique.
The total sample used in this study were 78 respondents, in which 51 respondents had under-
gone Phacoemulsification incision and 27 respondents had undergone SICS incision. The data
collection tool used was the OSDI questionnaires.
Results : 10 respondents who had the SISC and 5 respondents who had the Phacoemulsifica-
tion experienced dry eyes syndrome. The result of Chi Square test showed that p-value was
0.009; which means there was a significant relationship between the types of cataract incision
with the incidence of dry eyes syndrome.
Discussion : The types of cataract incision had a significant relationship to the occurrence of
dry eyes syndrome. Therefore, nurses are expected to be able to provide care and give CIE
(communication, information, and education) to reduce the complications.

Keywords: cataract, dry eyes syndrome, type of incision

PENDAHULUAN Sampai saat ini penanganan utama


Katarak merupakan penyebab utama pada penderita katarak adalah dengan teknik
terjadinya kebutaan dan gangguan operasi. Teknik operasi katarak ada beberapa
penglihatan di dunia. Sesuai dengan distribusi teknik diantaranya mulai dari insisi korne-
penyebab kebutaan estimasi global, katarak oskleral pada Extra Capsular Cataract Ex-
merupakan penyebab utama dari kebutaan traction (ECCE), teknik Small Incision Cata-
yaitu sebesar 51%, diikuti oleh glaucoma dan ract Surgery (SICS) yang melibatkan pemo-
Age related Macular Degeneration (AMD). tongan pada konjunctiva dan sklera, hingga
Indonesia merupakan Negara urutan ketiga phacoemulsifikasi (PHACO) dengan insisi
dengan angka kebutaan terbanyak di dunia transkorneal dengan variasi lokasi insisi di
dan urutan pertama terbanyak di Asia superior dan temporal, (Steinert, 2010). Di
Tenggara (WHO, 2010). Rumah Sakit Mata Bali Mandara sendiri me-
Data terakhir menunjukkan angka makai teknik SICS dan PHACO dalam pe-
kebutaan disebabkan oleh katarak di Indone- nanganan operasi katarak. Data terakhir di
sia sangat besar yaitu diperkirakan lebih dari tahun 2015 menunjukkan bahwa rata-rata
50% atau sekitar 240.000 orang setiap ta- operasi katarak di Rumah Sakit Mata Bali
hunnya memerlukan operasi katarak (Depkes Mandara 150 orang/bulan, yaitu terdiri dari
RI, 2015). Data ini tersebar diseluruh kepu- SICS rata-rata 70 orang/bulan dan PHACO
lauan Indonesia termasuk Provinsi Bali. Ru- rata-rata 80 orang/bulan (Catatan RM
mah Sakit Mata Bali Mandara yang merupa- RSMBM, 2015)
kan Rumah Sakit khusus Indera di Bali, Teknik insisi katarak tersebut akan
menunjukkan bahwa angka morbidity akibat mengakibatkan kerusakan dari bagian mata
katarak dari tahun ke tahun masih merupakan antara lain pada kornea, konjungtiva dan
kasus terbanyak dari sepuluh besar penyakit lapisan air mata (LAM) sehingga memicu
gangguan penglihatan, dimana hal ini perlu timbulnya beberapa komplikasi pasca operasi
mendapat penanganan yang serius.
60
JRKN Vol.01/No. 01/April-September/2017 Insisi Katarak

katarak. Apabila terjadi gangguan pada salah melakukan suatu penelitian terhadap keluhan
satu komponen seperti timbulnya disrupsi pasien tersebut, karena apabila pasien men-
lengkung neuronal yang disebabkan oleh in- galami sindroma mata kering akan meng-
sisi pada operasi katarak maka mengakibat- ganggu proses penyembuhan luka operasi dan
kan ketidakstabilan LAM yang dapat mence- cenderung akan mempengaruhi kemajuan
tuskan terjadinya sindrom mata kering visus atau tajam penglihatan pasien.
(SMK). Sindroma mata kering atau dry eye Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin
syndrome merupakan kumpulan gangguan mengetahui hubungan antara jenis insisi kata-
pada LAM yang disebabkan oleh penurunan rak (SICS dan PHACO) dengan kejadian sin-
produksi air mata dan atau peningkatan pen- droma mata kering yang dialami oleh pasien
guapan air mata, sehingga timbul gejala mata pasca operasi katarak. Hasilnya yang di-
terasa tidak nyaman (seperti iritasi, perih, be- peroleh diharapkan dapat digunakan sebagai
rair, seperti ada pasir, lengket, gatal, pegal, acuan dalam meningkatkan pelayanan dan
merah, merasa mengantuk, mudah lelah) dan mempercepat proses penyembuhan serta pen-
dapat terjadi penurunan tajam penglihatan ingkatan tajam penglihatan pasien.
bila sudah terjadi kerusakan epitel kornea
bahkan perforasi, dimana Dry eye ini sering METODE PENELITIAN
dijumpai, mengenai hampir 10-30% Desain penelitian yang digunakan
penduduk, tidak pandang ras, gender maupun adalah deskriptif korelasi melalui pendekatan
umur (Asyari, 2007). cross sectional yaitu desain penelitian yang
Menurut Asbell & Lemp (2011), bertujuan untuk mencari hubungan antara
operasi katarak merupakan salah satu variabel yaitu jenis insisi katarak dengan ke-
penyebab terjadinya sindroma mata kering jadian sindroma mata kering pada pasien pas-
(dry eye) disamping dipengaruhi oleh factor ca operasi katarak di Rumah Sakit Bali Man-
penyebab lainnya. Hasil penelitian yang dil- dara. Populasi dalam penelitian ini adalah
akukan oleh Cho & Kim, (2009) juga menya- semua penderita katarak di Rumah Sakit Mata
takan operasi katarak menyebabkan ter- Bali Mandara yang menjalani operasi katarak
jadinya sindroma mata kering. Berdasarkan dengan teknik phacoemulsifikasi dan SICS
hasil penelitian yang dilakukan oleh Retnani- pada periode penelitian. Cara pengambilan
adi S, dkk (2012) dengan judul “Pengaruh sampel dengan non probability sampling
Jenis Insisi pada Operasi Katarak Terhadap dengan teknik consecutive sampling, yaitu
Terjadinya Sindroma Mata Kering” menya- semua pasien pasca operasi katarak dengan
takan bahwa terdapat hubungan yang signif- teknik phacoemulsifikasi dan SICS yang me-
ikan antara jenis insisi pada operasi katarak menuhi criteria inklusi dan eksklusi, sehingga
dengan terjadinya sindroma mata kering didapatkan jumlah responden sebanyak 78
dengan nilai p value 0.018. Hal yang berbeda responden yang terdiri dari 51 responden pa-
justru ditemukan pada penelitian yang dil- da insisi Phaco dan 27 responden pada insisi
akukan oleh Dasgupta S, Gupta R.(2016) SICS
menyatakan bahwa jenis insisi terutama Metode pengumpulan data pada
Phacoemulsification dan SICS mengakibat- penelitian ini menggunakan metode survey
kan sidroma mata kering dengan pengaruh dengan kuisioner (questionnaires) yang
yang sama atau tidak berhubungan. terdiri dari data demografi empat pertanyaan
Berdasarkan catatan rekam medis (usia, jenis kelamin, pendidikan dan peker-
pasien, dari sekian banyak pasien yang telah jaan), OSDI (Ocular Surface Disease Index)
mendapat tindakan operasi katarak di Rumah yang terdiri dari 12 pertanyaan. OSDI
Sakit Mata Bali Mandara, pasien sering (Ocular Surface Disease Index) adalah instru-
menunjukan gejala sindroma mata kering, ment yang valid dan reliable untuk mengukur
diantaranya pasien mengeluhkan mata terasa sindroma mata kering (Schiffman, Christian-
tidak nyaman, seperti iritasi, perih, berair, son, Jacobsen, Hirsch, & Reis, 2000). Kui-
seperti ada mengganjal, gatal, pegal, merah, sioner ini langsung diberikan kepada pasien
cepat merasa mengantuk dan cepat lelah. Dari pasca operasi katarak yang telah memenuhi
data keluhan pasien tersebut, selama ini be- kriteria sebagai responden.
lum ada penelitian atau kajian khusus yang Dalam melakukan analisis, data yang
dilakukan untuk memastikan apakah pasien diperoleh terlebih dahulu harus diolah dengan
pasca operasi katarak tersebut mengalami tujuan mengubah data menjadi informasi.
sindroma mata kering atau tidak. Untuk Dalam proses pengolahan data terdapat
mengetahui hal tersebut maka penting untuk langkah-langkah yang ditempuh yaitu Edit-
61
JRKN Vol.01/No. 01/April-September/2017 Insisi Katarak

ing, Coding, Entry dan cleaning data.


Data yang sudah diolah kemudian Tabel 2. Variabel jenis insisi katarak (n=78)
dilakukan analisis data. Analisis data dalam
penelitian ini dibedakan menjadi analisis uni- Jenis Insisi Frekuensi Presentase
variat dan bivariat. Uji statistik yang
digunakan untuk mendapatkan korelasi antara SICS 27 34.6
kedua variabel adalah Chi Square yaitu uji
statistik yang digunakan untuk menguji 2 var- PHACO 51 65.4
iabel (independen dan dependen variable)
yang keduanya berkategori nominal. Nilai
expected tidak boleh kurang dari 5 (maksimal Tabel 2 diatas menunjukan bahwa dari
20% expected frequencies < 5) (Weiss and 78 responden, berdasarkan jenis insisi katarak
Weiss, 2008 dalam Swarjana, 2015). yaitu sebanyak 27 orang (34.6%)
menggunakan jenis insisi SICS (Small Inci-
HASIL PENELITIAN sion Cataract Surgery) dan 51 orang (65.4%)
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden menggunakan jenis insisi PHACO
(n=78) (Phacoemulsification).
Kategori Frekuensi Presentase Tabel 3. Variabel kejadian sindroma mata
kering (n=78)
Umur
45-54 Th 11 14,1 SMK
55-64 TH 18 23,1 Jenis Insisi Tid- Total
65-74 Th 34 43,6 Ya % %
ak
>75 TH 15 19,2
SICS 63.
10 37.0 17 27
0
Jenis Kelamin
PHACO 90.
Laki-Laki 36 46,2 5 9.8 46 51
2
Perempuan 42 53,8
Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa dari
27 responden yang menggunakan jenis insisi
Pendidikan katarak metode SISC (Small Incision Cata-
Tidak Sekolah 13 16,7 ract Surgery) yang mengalami sindroma mata
SD 32 41,0 kering yaitu sebanyak 10 orang (37.0%), se-
dangkan pada jenis insisi katarak yang
SMP 14 17,9 menggunakan metode PHACO
SMA 12 15,4 (Phacoemulsification) dari 51 responden
Diploma/PT 7 9,0 yang mengalami sindroma mata kering
sebanyak 5 orang (9.8%).
Pekerjaan
Tidak Bekerja 28 35,9
Petani 19 24,3
PNS 7 9,0
Swasta 24 30,8

62
Tabel 4. Hasil hubungan antara jenis insisi katarak dengan kejadian sindroma mata kering pada pasien
pasca operasi katarak di RSMBM (n=78)
Jenis Kejadian SMK Total OR P
Insisi (95% CI) value
SMK Tidak SMK
f % f % f %
SICS 10 37.0 17 63.0 27 100 5.4 0.009
PHACO 5 9.8 46 90.2 51 100 1.6-18.1
Jumlah 15 19.2 63 80.8 78 100

Hasil analisis uji statistik hubungan antara jenis insisi katarak dengan kejadian sindroma ma-
ta kering pada pasien pasca operasi katarak di Rumah Sakit Mata Bali Mandara dengan menggunakan
uji Chi Square diperoleh nilai p = 0.009 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara jenis
insisi katarak dengan kejadian sindroma mata kering pada pasien pasca operasi katarak. Dari hasil
analisis diperoleh pula nilai OR=5.4 artinya jenis insisi PHACO (Phacoemulsification) mempunyai
peluang 5.4 kali untuk tidak terkena sindroma mata kering.

PEMBAHASAN lebih cepat, akan tetapi teknik PHACO ini


A. Jenis Insisi Katarak kurang efektif pada pasien katarak senilis
Berdasarkan hasil penelitian di Rumah yang padat (katarak senilis matur padat),
Sakit Mata Bali Mandara didapatkan bahwa sehingga metode SICS menjadi pilihan se-
dari 78 responden sebanyak 27 orang lanjutnya.
(34.6%) menggunakan jenis insisi SICS dan
51 orang (65.4%) menggunakan jenis insisi B. Kejadian Sindroma Mata Kering
PHACO. Teknik Small Incision Cataract Berdasarkan hasil dari penelitian yang
Surgery (SICS) merupakan evolusi dari dilakukan di Rumah Sakit Mata Bali Manda-
teknik Ekstracapsular Cataract Surgery ra didapatkan bahwa sebanyak 15 orang dari
(ECCE) dimana keseluruhan lensa dikeluar- 78 orang responden mengalami sindroma
kan dari mata melalui jalan luka di sclera. mata kering yang terdiri dari jenis insisi
Insisi teknik SICS tersebut biasanya hanya SICS 10 orang (37.0%) dan jenis insisi
memerlukan 1 jahitan (Steinert, 2010). Se- PHACO sebanyak 5 orang (9.8%).
dangkan, teknik fakoemulsifikasi (PHACO) Menurut Asyari (2007), Sindroma Mata
merupakan teknik ekstrakapsuler yang Kering (Dry eye syndrome) merupakan suatu
menggunakan getaran-getaran ultrasonic kelompok gejala dimana mata terasa tidak
untuk mengangkat nucleus dan korteks nyaman, seperti iritasi, perih, berair, seperti
dengan insisi yang kecil (2-5mm). ada pasir, lengket, gatal, pegal, merah, cepat
Teknik insisi operasi katarak dengan merasa mengantuk, cepat lelah, dan dapat
metode PHACO lebih banyak dilakukan di terjadi penurunan tajam penglihatan bila su-
Rumah Sakit Mata Bali Mandara karena dah terjadi kerusakan epitel kornea bahkan
komplikasi yang ditimbulkan setelah operasi pada kasus yang sudah lanjut dapat terjadi
katarak dapat diminimalisir, karena jenis perforasi kornea dan kebutaan.
operasi katarak ini insisinya kecil tanpa me- Berdasarkan hasil tersebut didapatkan
merlukan jahitan, sehingga proses penyem- bahwa insisi katarak dengan menggunakan
buhan bisa lebih cepat, sedangkan metode SICS lebih banyak mengalami sindroma ma-
SICS digunakan karena pada pasien dengan ta kering yaitu sebanyak 37.0 % dibanding-
katarak matur padat metode PHACO kurang kan dengan jenis insisi PHACO yang hanya
efektif untuk dilakukan. Hal ini sesuai sebanyak 9.8 %. Hal ini dikarenakan oleh
dengan apa yang ditulis oleh Steinert,(2010) adanya perbedaan jenis insisi yang dil-
yang menyatakan bahwa teknik Fakoemulsi- akukan pada pasien antara metode SICS dan
fikasi (PHACO) menghasilkan komplikasi PHACO yang mana jenis insisi dengan
yang berhubungan dengan luka operasi yang PHACO insisinya lebih kecil dibandingkan
lebih rendah jika dibandingkan dengan SICS, sehingga respon trauma dan inflamasi
tehnik yang memerlukan insisi yang lebih yang terjadi memberikan dampak yang ber-
besar seperti SICS, penyembuhan luka juga beda untuk terjadinya sindroma mata kering.
bisa lebih cepat, dan rehabilitasi visual yang Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan
63
Steinert (2010), bahwa Fakoemulsifikasi Mandara dengan menggunakan uji Chi
menghasilkan komplikasi yang berhubungan Square diperoleh nilai p = 0.009 yang berarti
dengan luka operasi yang lebih rendah jika terdapat hubungan yang signifikan antara
dibandingkan dengan tehnik yang memer- jenis insisi katarak dengan kejadian sindroma
lukan insisi yang lebih besar, penyembuhan mata kering pada pasien pasca operasi kata-
luka juga bisa lebih cepat, dan rehabilitasi rak. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai
visual yang lebih cepat, dibandingkan dengan OR=5.4 artinya jenis insisi PHACO mempu-
teknik insisi SICS. Selain itu menurut Zhang nyai peluang 5.4 kali untuk tidak terkena sin-
S, Li YZ (2010), bahwa hampir semua jenis droma mata kering. Hubungan yang signif-
operasi mata dapat menyebabkan ketid- ikan ini terjadi karena adanya perbedaan jenis
akstabilan kelenjar air mata (LAM), sehingga insisi yang dilakukan pada operasi katarak,
menyebabkan terjadinya sindroma mata ker- dimana insisi pada operasi menggunakan
ing. Sindroma mata kering ini terjadi dikare- metode SICS insisinya lebih lebar daripada
nakan oleh beberapa alasan sebagai berikut, metode PHACO. Insisi yg lebar cenderung
pertama karena trauma pembedahan: insisi mengakibatkan kerusakan lebih besar pada
atau bedah dapat merusak bagian dari stem konjungtiva dan kornea, dimana akan terjadi
sel limbal, sel goblet konjungtiva, mengu- proses trauma dan inflamasi yang menyebab-
rangi sekresi musin, edema dapat mengu- kan terganggunya fungsi LAM (lapisan air
rangi adhesi musin dari epitel permukaan ma- mata), insisi yang lebar pun dapat merusak
ta, merubah kelengkungan kornea, sehingga stem sel dan sel goblet sehingga hal ini ber-
secara keseluruhan akan mempengaruhi sta- peran penting dalam kejadian sindroma mata
bilitas film air mata. Kedua, inflamasi pasca kering.
operasi katarak: respon inflamasi setelah Berdasarkan hasil penelitian yang
operasi katarak menyebabkan kemotaksis dilakukan oleh Retnaniadi S, dkk (2012)
leukosit dan pelepasan enzim lisosom, yang dengan judul “Pengaruh Jenis Insisi pada
dapat mengakibatkan kerusakan kornea, se- Operasi Katarak terhadap Terjadinya Sindro-
hingga meningkatkan peluang terjadinya sin- ma Mata Kering”, menyatakan bahwa ter-
droma mata kering. dapat hubungan signifikan antara jenis insi
Menurut Asbell & Lemp (2011), operasi si pada operasi katarak dengan terjadinya
katarak merupakan salah satu penyebab ter- sindroma mata kering dengan (p=0,018).
jadinya sindroma mata kering (dry eye) Menurut Retnaniadi, hal ini disebabkan oleh
disamping dipengaruhi oleh faktor penyebab pemotongan konjungtiva pada operasi katarak
lainnya. Menurut Steinert, (2010) menya- menyebabkan hilangnya sel stem dan sel gob-
takan bahwa sindroma mata kering disebab- let yang ada pada konjungtiva, sehingga
kan oleh beberapa faktor yang salah satunya sekresi musin pada LAM menjadi menurun.
adalah karena operasi katarak. Operasi kata- Insisi kornea dalam operasi katarak me-
rak menyebabkan terjadinya sindroma mata nyebabkan terjadinya penurunan sensasi kor-
kering karena teknik insisi katarak tersebut nea. Pemotongan pada ujung saraf trigeminal
akan mengakibatkan kerusakan dari bagian cabang optalmik menyebabkan sekresi air
mata antara lain pada kornea, konjungtiva mata menurun. Insisi pada saraf tepi juga me-
dan lapisan air mata (LAM) sehingga memicu nyebabkan terjadinya penurunan refleks
timbulnya beberapa komplikasi pasca operasi berkedip sehingga mempengaruhi tingginya
katarak. Apabila terjadi gangguan pada salah evaporasi pada permukaan mata serta meng-
satu komponen seperti timbulnya disrupsi ganggu pembentukan LAM. Gangguan pada
lengkung neuronal yang disebabkan oleh in- integritas pleksus saraf kornea mempunyai
sisi pada operasi katarak maka mengakibat- andil yang cukup besar dalam proses ter-
kan ketidakstabilan LAM yang dapat mence- jadinya SMK.
tuskan terjadinya sindrom mata kering Hal yang sama juga dikemukakan
(SMK). oleh Asbell & Lemp (2011), operasi katarak
merupakan salah satu penyebab terjadinya
C. Hubungan Antara Jenis Insisi Katarak sindroma mata kering (dry eye) disamping
Dengan Kejadian Sindroma Mata Ker- dipengaruhi oleh factor penyebab lainnya.
ing Demikian juga halnya menurut Zhang S, Li
Hasil analisis uji statistik hubungan YZ (2010), hampir semua operasi mata dapat
antara jenis insisi katarak dengan kejadian menyebabkan ketidakstabilan kelenjar air
sindroma mata kering pada pasien pasca mata (LAM), sehingga menyebabkan ter-
operasi katarak di Rumah Sakit Mata Bali jadinya sindroma mata kering. Hubungan ini
64
terjadi karena dengan perbedaan jenis insisi and Manual-SICS : A Prospective Study
katarak maka akan mengakibatkan perbedaan Based On Indian Scenario. Gouji Yanke
komplikasi pasca operasi katarak, tergantung Zhazhi (Int Eye Sci)
dari lebar insisi dan respon inflamasi yang Depkes RI. (2015). Katarak Dapat Disem-
terjadi, antara jenis insisi SICS dan PHACO buhkan. Diperoleh tanggal 4 Mei 2016,
terdapat beda teknik insisi dan healing pro- dari http://www.depkes.go.id/article/
cess. view/15060300002/
Retnaniadi, dkk. (2012) Pengaruh Jenis Insisi
KESIMPULAN Pada Operasi Katarak terhadap Ter-
Dari hasil penelitian dan pembahasan jadinya Sindroma Mata Kering, Jurnal
mengenai hubungan jenis insisi katarak Kedokteran Brawijaya, vol 27.
dengan kejadian sindroma mata kering pada Schiffman, R. M., Christianson, M. D., Ja-
pasien pasca operasi katarak di Rumah Sakit cobsen, G., Hirsch, J. D., & Reis, B. L.
Mata Bali Mandara dapat ditarik kesimpulan (2000). Reliability and validity of the
sebagai berikut : Ocular Surface Disease Index. Archives
1. Jenis insisi katarak yang dilakukan pada of Ophthalmology, 118(5), 615–621.
pasien katarak di Rumah Sakit Mata Bali Diperoleh tanggal 2 Mei 2016, dari
Mandara terhadap 78 responden adalah http://doi.org/10.1001/
jenis insisi SICS dan PHACO, yang archopht.118.5.615
terdiri dari insisi SICS sebanyak 27 Steinert, R. F. (2010). Cataract Surgery.
(34.6%) orang dan PHACO sebanyak 51 Saunders Elsevier. Diperoleh tanggal 2
(65.4%) orang. Mei 2016, dari https://
2. Kejadian sindroma mata kering pasien books.google.co.id/books?
pasca operasi katarak di Rumah Sakit id=NbM_MAd0dLIC
Mata Bali Mandara dari 78 responden Swarjana, K. (2015). Metodologi Penelitian
adalah sebanyak 15 orang, yang ber- Kesehatan : Edisi Revisi. Yogyakarta :
dasarkan jenis insisinya dapat dibedakan ANDI
menjadi, insisi SICS sebanyak 10 orang WHO. (2010). Visual Impairment and Blind-
(37.0%) dan 5 orang (9.8%) dari jenis ness 2010. Diperoleh tanggal 4 Mei
insisi PHACO. 2016, dari http://www.who.int/
3. Berdasarkan hasil analisa statistika blindness/publications/globaldata/en/
menggunakan uji Chi Square diperoleh Zhang S, Li YZ. (2010). Research of Ocular
yaitu adanya hubungan yang signifikan Surface Changes After Incisions of Cat-
antara jenis insisi katarak dengan kejadi- aract Surgery. Intl J Ophthalmol (Guoji
an sindroma mata kering pada pasien Yanke Zazhi)
pasca operasi katarak, yaitu dengan P
value = 0.009

DAFTAR PUSTAKA
Asbell, P. A., & Lemp, M. A. (2011). Dry
Eye Disease: The Clinician’s Guide to
Diagnosis and Treatment. Diperoleh
tanggal 4 Mei 2016, dari https://
books.google.co.id/books?
id=8MP1c1TyjXYC
Asyari. (2007) Dry Eye Syndrome (Sindroma
Mata Kering), Dexa Media no 4, vol 20,
hal 162-167, 2007.
Cho, Y. K., & Kim, M. S. (2009). Dry Eye
After Cataract Surgery and Associated
Intraoperative Risk Factors. Korean
Journal of Ophthalmology : KJO, 23(2),
65–73. Diperoleh tanggal 4 Mei 2016,
dari http://doi.org/10.3341/
kjo.2009.23.2.65
Dasgupta S, Gupta R. (2016). The Course of
Dry Eye Following Phacoemulsification
65

You might also like