Professional Documents
Culture Documents
AKMK-6540 - Camerafullpaper
AKMK-6540 - Camerafullpaper
Abstract: Small and medium sized enterprises (SMEs) give major contribution to the
development of both developed and developing countries economy. Nevertheless, the focus of
the studies in management accounting field is still on the developed countries. Studies on the
adoption of management accounting practices (MAPs) in developing countries are still too
little. This study explores the level of adoption from a range of MAPs in SMEs sector in one
of the developing countries in South East Asia, Indonesia. This study also determines factors
that affect the extent of use of MAPs in SMEs, namely environment uncertainty, market
competition, qualification of internal accounting staff, participation of owner/manager, and
size of the firm. Logistic regression is applied to analyze the data and to test the hypotheses.
It is observed that qualification of internal accounting staffs, participation of
owner/manager, and size of the firm significantly affect the use MAPs in SMEs. Environment
uncertainty affects partially the use of MAPs. The paper serves as a stepping stone to the
research in the fields of management accounting and organizational design in Indonesian
SMEs.
Abstrak: Usaha kecil menengah (UKM) memberikan kontribusi yang besar pada
perkembangan perekonomian, baik negara maju maupun berkembang. Meskipun demikian,
penelitian mengenai hal tersebut di negara berkembang masih terbatas. Penelitian ini
bertujuan untuk menunjukkan tingkat adopsi praktik-praktik akuntansi manajemen (PAM)
pada sektor UKM di salah satu negara berkembang di Asia Tenggara, yakni Indonesia, dan
menentukan faktor-faktor kontinjensi yang memengaruhi pengimplementasian PAM tersebut,
yaitu ketidakpastian lingkungan, persaingan pasar, tingkat kualifikasi staf akuntansi internal,
partisipasi pemilik/manajer, dan ukuran perusahaan. Analisis regresi logistik digunakan
untuk menganalisis data dan menguji hipotesis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
tingkat kualifikasi staf akuntansi internal, partisipasi pemilik/manajer, dan ukuran
perusahaan memengaruhi secara signifikan terhadap penggunaan PAM oleh UKM.
Ketidakpastian lingkungan memengaruhi secara parsial terhadap penggunaan PAM oleh
UKM. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tumpuan bagi penelitian-penelitian
selanjutnya di bidang akuntansi manajemen dan desain organisasional pada UKM di
Indonesia.
Kata Kunci: praktik akuntansi manajemen, teori kontinjensi, usaha kecil menengah
1. Pendahuluan
Usaha kecil dan menengah (selanjutnya disebut UKM) menjadi tulang punggung perekenomian
Indonesia, yakni sebagai penyedia lapangan pekerjaan yang utama (Tambunan, 2008). Pada tahun
2015 UKM merupakan pelaku usaha terbesar di Indonesia, yakni 56,5 juta usaha atau 99,9 persen dari
total pelaku usaha nasional. Dari jumlah tersebut UKM dapat menyerap tenaga kerja 97,3 persen dari
total jumlah tenaga kerja di Indonesia (Marta, 2016). Selain itu, pada tahun yang sama UKM memberi
kontribusi 60,34 persen terhadap total PDB nasional (Mutmainah, 2016). Melalui sektor usaha ini
telah terbukti kemampuannya dalam bertahan dan meningkatkan kinerja perekonomian saat krisis
ekonomi melanda Indonesia pada akhir tahun 1990-an. Hal itu disebabkan UKM memiliki
fleksibilitas dalam beradaptasi dan dapat terus berkembang meski harus menggunakan modal sendiri,
membayar bunga yang tinggi, dan hanya mendapatkan sedikit perhatian dari pemerintah (Hamdani
Akan tetapi, UKM juga rentan terhadap kegagalan. Secara spesifik, masalah yang dihadapi oleh
UKM di Indonesia dapat dibagi menjadi keuangan dan nonkeuangan. Hambatan yang bersifat
keuangan berupa akses ke sumber modal formal yang terbatas. Sektor ini sulit untuk memperoleh
pinjaman modal dari bank atau institusi keuangan lain yang formal. Hal tersebut disebabkan oleh
terbatasnya jaminan untuk pinjaman, bentuk usaha yang masih informal, proses birokrasi yang
berbelit atau pemilik/manajer UKM kurang memiliki informasi yang lengkap mengenai cara
memperoleh pinjaman. Hambatan yang bersifat nonkeuangan dapat berupa teknologi yang digunakan
masih tradisional, kualitas produk masih kurang memadai, keterbatasan dalam pemasaran produk,
kurangnya kualitas sumber daya manusia dan kurangnya pemahaman terhadap akuntansi, finansial
Namun, alasan yang paling signifikan yang menjadi penyebab gagalnya suatu UKM yakni
ketidakmampuan UKM untuk memanfaatkan alat atau praktik-praktik bisnis dan manajemen yang
esensial (Gaskill et al., 1993; Nandan, 2010; Ahmad, 2012). Padahal, berdasarkan Perry (2001),
perencanaan yang dilakukan secara formal akan dapat mengurangi kemungkinan gagalnya suatu
UKM. Hopper et al. (1999) menyebutkan bahwa salah satu faktor penyebab tingginya tingkat
kegagalan UKM yakni tidak digunakannya salah satu praktik-praktik akuntansi manajamen
(selanjutnya disebut PAM), yakni sistem manajemen biaya, sebagai suatu bentuk pengendalian yang
lebih berorientasi pada laba. Pada UKM, PAM berperan sebagai sistem informasi yang mengolah
informasi secara efisien. Selain itu, informasi keuangan dan nonkeuangan yang dihasilkan oleh PAM
dapat meningkatkan daya saing serta membantu dalam menghadapi berbagai perubahan yang dialami
perusahaan sehingga dapat meningkatkan kinerja (Reid dan Smith, 2002). Penggunaan PAM tidak
kompetitif suatu perusahaan (Folk et al. 2002). Penggunaan PAM dapat membantu UKM dalam
mengelola sumber daya yang dimiliki sehingga dapat meningkatkan nilai yang diberikan kepada
Di lain pihak, sebagian besar penelitian yang ada mengenai penggunaan PAM pada UKM
dilakukan di negara-negara maju, dan sedikit sekali penelitian yang dilakukan di negara-negara
berkembang, seperti Indonesia (lihat Sousa et al., 2006; McChlery et al., 2005; Armitage et al., 2016).
Lebih jauh lagi, keberhasilan penerapan suatu PAM akan bergantung pada faktor-faktor
kontinjensinya, seperti faktor organisasional dan karakteristik lingkungan bisnis (Miles dan Snow,
Mengingat pentingnya peranan sektor UKM bagi perekonomian Indonesia dan masih sedikit
penelitian yang berfokus pada sektor ini, penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan seberapa jauh
pengimplementasian PAM pada sektor UKM di Indonesia dan faktor-faktor kontinjensi yang
memengaruhi pengimplementasian PAM tersebut. Penelitian ini dilakukan di salah satu negara
berkembang di Asia Tenggara, yakni Indonesia. Indonesia dipilih sebagai lokasi penelitian karena
Secara spesifik, penelitian ini diharapkan dapat memberi beberapa kontribusi. Pertama, penelitian
ini akan menunjukkan seberapa jauh pengimplementasian PAM oleh sektor UKM di Indonesia.
Kedua, penelitian ini akan menunjukkan faktor-faktor kontinjensi yang berpengaruh pada
pengimplementasian PAM yang digunakan oleh UKM di Indonesia. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat bagi pelaku UKM dan akuntan/auditor eksternal, pembuat kebijakan, dan
akademisi tentang kemajuan dan faktor-faktor kontinjensi yang memengaruhi pengaplikasian PAM
pada sektor UKM Indonesia. Hal tersebut mengingat penelitian pada bidang ini masih sedikit
ditemukan. Manfaat penelitian ini bagi pelaku UKM dan akuntan/auditor eksternal yakni memberi
wawasan yang lebih mendalam tentang penggunaan PAM yang tepat bagi UKM di Indonesia.
berpengaruh pada UKM bukan hanya menggunakan PAM seperti yang telah digunakan oleh
perusahaan-perusahaan besar. Manfaat penelitian ini bagi pemerintah yakni membantu dalam
membuat kebijakan. Dengan penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang PAM
beserta faktor kontinjensi yang memengaruhinya sehingga dapat membantu pertumbuhan UKM.
Adapun manfaat penelitian ini bagi akademisi diharapkan dapat menjadi tumpuan bagi penelitian-
penelitian selanjutnya pada bidang akuntansi manajemen, desain organisasional, dan kinerja UKM.
Pada bagian selanjutnya penelitian ini membahas teori-teori yang berkaitan dan pengembangan
hipotesis. Metodologi penelitian yang digunakan dan teknik pengumpulan data akan dibahas di bab 3.
Pemaparan dan diskusi mengenai hasil penelitian akan dibahas di bab 4. Di bab terakhir disajikan
simpulan.
Berdasarkan data dari World Bank tahun 2014 Indonesia termasuk kedalam kelompok negara
berpenghasilan kecil menengah atau termasuk dalam kelompok negara berkembang. Indonesia
merupakan salah satu anggota Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara (Association of Southeast
Asian Nations, selanjutnya disebut ASEAN). Indonesia bersama negara ASEAN lainnya telah
selanjutnya disebut MEA) pada tahun 2015 di kawasan Asia Tenggara. Dengan adanya MEA, maka
ASEAN menjadi wilayah dimana tempat barang, jasa, investasi, tenaga kerja, dan modal bebas untuk
diperdagangkan (ASEAN, 2014). Berdasarkan data tahun 2015 total penduduk seluruh anggota
ASEAN mencapai lebih kurang 628,9 juta jiwa, sedangkan jumlah penduduk Indonesia mencapai
lebih dari 255 juta jiwa. Total produk domestik bruto (selanjutnya disebut PDB) ASEAN mencapai
lebih kurang USD2,4 triliun dan PDB Indonesia mencapai lebih dari USD857 miliar (ASEAN, 2016).
Dengan pasar sebesar tersebut maka ASEAN dan Indonesia pada khususnya memiliki potensi bisnis
Di lain pihak dampak diberlakukannya MEA yang dirasakan oleh pelaku UKM yakni semakin
terbukanya pasar di Indonesia sehingga persaingan pasar semakin kompetitif. UKM akan semakin
membutuhkan akuntansi manajemen yang dapat membantu untuk memenangkan kompetisi pasar.
Akuntansi manajemen dapat digunakan sebagai salah satu alat yang dapat membantu keberhasilan
suatu perusahaan.
Berbagai institusi di Indonesia telah memberi definisi yang berbeda tentang UKM. Undang-
Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dinyatakan bahwa usaha
kecil adalah entitas usaha yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang-perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung, dari usaha menengah atau usaha besar yang
mempunyai kekayaan bersih lebih dari Rp50 juta hingga Rp500 juta, tidak termasuk tanah dan
bangunan, atau memiliki penjualan tahunan lebih dari Rp300 juta hingga Rp2,5 milyar. Adapun usaha
menengah merupakan entitas usaha yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang-perorangan atau
badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,
atau menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung, dari usaha kecil atau usaha besar yang
memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500 juta sampai dengan Rp10 milyar, tidak termasuk tanah
dan bangunan, atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2,5 milyar sampai Rp50 milyar.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik, yang termasuk usaha kecil adalah entitas usaha yang memiliki
jumlah tenaga kerja 5 hingga 19 orang sedangkan usaha menengah memiliki jumlah tenaga kerja 20
hingga 99 orang.
Teori kontinjensi menyebutkan bahwa tidak ada sistem akuntansi manajemen dan pengendalian
yang dapat diaplikasikan secara universal. Teknik akuntansi dan pengendalian yang tepat untuk
digunakan bergantung pada keadaan atau faktor-faktor kontinjensi yang mempengaruhi suatu
Fisher (1995) menyebutkan bahwa beberapa faktor kontinjensi yang dapat memengaruhi
pengaplikasian sistem akuntansi manajemen dan pengendalian ataupun teknik akuntansi manajemen
yaitu lingkungan eksternal (simpel atau kompleks; statis atau dinamis), teknologi (job shop atau
produksi masal; saling ketergantungan produksi; otomatis), strategi kompetitif dan misi (biaya rendah
atau inovasi), unit bisnis dan karakteristik industri (ukuran perusahaan, diversifikasi, struktur
perusahaan, regulasi), dan pengetahuan (pengetahuan terhadap proses transformasi). Chenhall (2003)
juga menyebutkan bahwa beberapa faktor kontekstual kunci yang dapat memengaruhi ketepatan
pemilihan teknik akuntansi yaitu lingkungan eksternal, teknologi (baik tradisional maupun
Pada penelitian ini digunakan lima faktor kontinjensi yang berpotensi memengaruhi pengadopsian
PAM oleh UKM. Kelima faktor kontinjensi tersebut dipilih karena sebagian besar penelitian berbasis
teori kontinjensi pada UKM menggunakan faktor-faktor tersebut, seperti yang terlihat pada tabel 1
berikut.
Tabel 1
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa faktor kontinjensi yang paling banyak digunakan yaitu
ukuran perusahaan, tingkat kualifikasi staf akuntansi internal, ketidakpastian lingkungan, partisipasi
pemilik dan persaingan pasar, masing-masing telah digunakan pada 16, 8, 5, 5 dan 3 penelitian. Hal
lain yang patut diperhatikan yakni dari 30 penelitian yang ditinjau terdapat 22 penelitian yang
dilakukan di negara maju, 7 penelitian dilakukan di negara berkembang, dan 1 penelitian yang tidak
Pada saat lingkungan eksternal tidak pasti, manajer akan membutuhkan informasi tambahan untuk
mengatasi keadaan lingkungan yang kompleks. Informasi yang dibutuhkan tersebut bersifat eksternal,
nonfinansial, dan eks-ante yang dihasilkan oleh PAM yang lebih kontemporer (Gordon dan
Narayanan, 1984). Apabila ketidakpastian lingkungan eksternal rendah, manajer dapat mengambil
keputusan berdasarkan informasi yang telah disediakan oleh PAM yang bersifat lebih tradisional
Penelitian Gul (1991) menunjukkan bahwa pengaruh sistem akuntansi manajemen terhadap
kinerja bergantung dari ketidakpastian lingkungan. Pada saat ketidakpastian tinggi, sistem akuntansi
manajemen yang kontemporer akan memberikan pengaruh positif terhadap kinerja. Bila
ketidakpastian rendah, sistem akuntansi manajemen yang kontemporer akan memiliki pengaruh
negatif. Gul (1991) berpendapat bahwa informasi yang kaya dari sistem akuntansi manajemen yang
kontemporer tidak dibutuhkan pada kondisi lingkungan kompetisi yang rendah dan permintaan pasar
dapat diprediksi.
Di lain pihak, Marn et al. (2016) menunjukkan bahwa motivasi pemilik dan ketidakpastian
lingkungan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap tingkat penggunaan perencanaan
strategik pada UKM di Malaysia. Oleh karena itu, tingkat ketidakpastian lingkungan eksternal akan
H1. Ketidakpastian lingkungan persepsian berpengaruh secara positif terhadap penggunaan praktik-
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa intensitas persaingan pasar dapat mendukung
penggunaan sistem akuntansi manajemen dan PAM yang kontemporer. Hasil penelitian Khandwalla
(1972) membuktikan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kompetisi dan penggunaan
pengendalian manajemen yang kontemporer. Selain itu, Al-Omiry dan Drury (2007) menemukan
bahwa sistem penentuan biaya yang lebih maju berhubungan positif, salah satunya dengan intensitas
persaingan. Perusahaan yang menghadapi persaingan pasar yang relatif intens akan cenderung
memiliki produk atau jasa yang menghasilkan margin laba rendah karena tekanan untuk menyamai
atau bahkan menurunkan harga jual lebih rendah dari harga yang ditetapkan pesaingnya. Pada
keadaan tersebut sangat dibutuhkan sistem biaya yang akurat karena sistem biaya yang tidak akurat
akan menyebabkan biaya produk/jasa menjadi lebih tinggi atau lebih rendah dari yang seharusnya.
Penentuan biaya produk/jasa yang lebih rendah (undercosting) dapat menyebabkan perusahaan terus
menjual produk yang sebenarnya memberikan laba rendah sehingga perusahaan mengalami kerugian.
Apabila sistem biaya produk lebih tinggi (overcosting) akan menyebabkan penghentian produk yang
Hubungan antara persaingan pasar dengan penggunaan PAM akan diuji dengan menggunakan
H2. Persaingan pasar berpengaruh secara positif terhadap penggunaan praktik-praktik akuntansi
manajemen.
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa karakteristik dari staf kunci yang dimiliki UKM akan
memengaruhi penggunaan PAM. Keberadaan staf akuntansi internal yang berkualifikasi dapat
memengaruhi secara signifikan pengadopsian PAM (Lopez dan Hiebl, 2015). Akan tetapi,
keterbatasan sumber daya yang dimiliki akan menyebabkan UKM tidak memiliki staf akuntansi
internal atau bila ada, staf akuntansi tersebut tidak memiliki kualifikasi yang sesuai, tidak memiliki
pelatihan yang mencukupi, atau tidak termotivasi untuk melakukan inovasi, akan mengurangi
kemungkinan pengadopsian PAM (McChlery et al., 2005). Staf akuntansi diharuskan memiliki
beberapa tanggung jawab dan peran secara bersamaan, tidak hanya berfokus pada satu area
manajerial. Hal tersebut menyebabkan staf tidak memiliki pelatihan yang cukup untuk mengadopsi
Hubungan antara tingkat kualifikasi staf akuntansi internal dengan penggunaan PAM akan diuji
H3. Tingkat kualifikasi staf akuntansi internal berpengaruh secara positif terhadap penggunaan
Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad (2012) menyebutkan bahwa partisipasi pemilik atau
manajer memiliki hubungan positif dengan penggunaan anggaran, PAM yang berhubungan dengan
pengambilan keputusan untuk jangka pendek serta perencanaan dan pengembangan strategi. Hal
tersebut karena pada UKM, pemilik atau manajer berperan sebagai pengambil keputusan yang paling
utama dan pada umumnya merupakan penentu masa depan perusahaan. Oleh karena itu, pemilik atau
manajer yang memiliki rasa tanggung jawab dan komitmen yang tinggi terhadap perusahaan mereka
akan mendorong penggunaan PAM yang memberi informasi yang tepat sehingga dapat membantu
dalam peningkatan kinerja perusahaan. Jika pemilik atau manajer menganggap akuntansi manajemen
hanya sebagai penyedia informasi untuk institusi eksternal (contohnya bank), akuntansi manajemen
tidak akan digunakan untuk pengambilan keputusan (Lopez dan Hiebl, 2015). Selain itu, pemilik atau
manajer memiliki wewenang mengalokasikan sumber daya yang dibutuhkan untuk pengadopsian
PAM (Ismail dan King, 2007). Oleh karena itu, komitmen pemilik atau manajer dalam bentuk
partisipasi akan memiliki peran penting dalam pengimplementasian PAM. Pernyataan tersebut akan
H4. Partisipasi pemilik atau manajer berpengaruh secara positif terhadap penggunaan praktik-
Pada umumnya perusahaan yang berukuran lebih besar menggunakan PAM lebih banyak
macamnya dan lebih kontemporer dibandingkan dengan perusahaan kecil. Perusahaan yang lebih
besar memiliki sumber daya yang lebih besar dan sistem komunikasi internal yang lebih baik
sehingga dapat memfasilitasi pengimplementasian PAM (Abdel-Kader dan Luther, 2008). Perusahaan
yang berukuran lebih besar juga memiliki proses bisnis yang lebih kompleks sehingga memiliki
tantangan yang lebih sulit. Oleh karena itu, perusahaan yang berukuran lebih besar membutuhkan
pengendalian dan informasi yang lebih banyak mengenai aktivitasnya sehingga membutuhkan PAM
Hubungan antara ukuran perusahaan dengan PAM akan diuji melalui hipotesis berikut ini.
H5. Ukuran perusahaan berpengaruh secara positif terhadap penggunaan praktik-praktik akuntansi
manajemen.
3. Metode Penelitian
Data yang digunakan untuk menguji hipotesis diperoleh dengan teknik survei. Teknik survei ini
dilakukan dengan mendatangi langsung responden dan mengirim tautan survei lewat internet/survei
daring. Responden penelitian ini yakni pemilik atau manajer akuntansi/keuangan UKM. Hal tersebut
dilakukan untuk memastikan bahwa responden memiliki pemahaman yang cukup tentang lingkungan
bisnis tempat UKM beroperasi serta faktor, baik eksternal maupun internal yang dapat mempengaruhi
pengadopsian PAM.
Setiap kuesioner terdiri dari 3 bagian. Pada bagian pertama responden diminta untuk memberi
informasi mengenai profil UKM. Bagian kedua berisi pertanyaan yang berhubungan dengan
sebelumnya. Penelitian awalan (pilot study) dilakukan sebelum kuesioner diberikan kepada responden
Populasi penelitian ini ialah UKM yang berada di Kota Yogyakarta. Yogyakarta dipilih sebagai
tempat penelitian karena dua alasan. Pertama, alasan waktu dan biaya. Kedua, Yogyakarta terletak di
tengah Pulau Jawa; memiliki sarana dan prasarana infrastruktur yang sudah maju; kaya dengan
budaya, tradisi, sumber daya manusia yang berkualitas sehingga menjadi tempat yang kondusif untuk
Data mengenai populasi diperoleh dari situs web Usaha Mikro Kecil Menengah milik Dinas
Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Yogyakarta. Namun, setelah dilakukan pengecekan
awal diketahui bahwa data tersebut tidak mencerminkan kondisi terbaru. Banyak dari UKM yang
tercantum telah berpindah alamat atau telah tutup usahanya. Oleh karena itu, metode proses
sampel insidental dan bola salju/snowball. Peneliti menggunakan data dari situs web untuk
menentukan letak/wilayah sentra-sentra UKM sebagai titik permulaan penentuan sampel. Peneliti
kemudian mendatangi wilayah-wilayah sentra tersebut dan meminta kesediaan UKM yang ditemukan
untuk menjadi sampel penelitian. Akhirnya, diperoleh 124 UKM yang dapat dijadikan sampel.
Karena pengambilan sampel survei dilakukan dengan dua cara, yaitu mendatangi responden
langsung dan lewat internet, analisis beda rata-rata dilakukan terhadap jawaban kuesioner dari
responden yang didatangi langsung dan lewat internet dengan menggunakan uji t sampel bebas
Tabel 2
Uji Beda Rata-Rata Responden yang Didatangi Langsung dan Melalui Internet
Praktik akuntansi manajemen merupakan variabel dependen yang menggunakan skala nominal
(binari) dan ordinal untuk mengidentifikasi penggunaan PAM. Praktik akuntansi manajemen yang
digunakan dalam penelitian ini berjumlah 46 yang diadopsi dari penelitian-penelitian sebelumnya
(Chenhal dan Langfield-Smith, 1998; Shields et al., 1991; Wijewardena dan De Zoysa, 1999; Joshi,
2001; Abdel-Kader dan Luther, 2006; Hansen dan Van der Stede, 2004). Bagian ini diawali dengan
pertanyaan apakah responden telah menggunakan suatu PAM dengan jawaban ya/tidak. Apabila
responden telah menggunakan PAM tersebut, responden diminta untuk menjawab pertanyaan
selanjutnya tentang seberapa sering PAM tersebut digunakan. Jawaban atas pertanyaan tersebut dalam
bentuk skala Likert 1 hingga 5, dengan skala 1 menunjukkan tidak pernah dan 5 berarti sangat sering.
Ketidakpastian lingkungan persepsian diukur dengan instrumen yang telah dikembangkan oleh
Gordon dan Narayanan (1984) dan disesuaikan untuk UKM. Maksudnya, hanya mengikutsertakan
pertanyaan-pertanyaan yang relevan bagi UKM. Responden diminta menjawab 6 pertanyaan pada
tersebut mencakup persaingan pembelian bahan baku, persaingan harga, produk dan jasa baru yang
muncul, kestabilan ekonomi, aktivitas pasar pesaing, dan selera dari pelanggan. Adapun empat
pertanyaan yang tidak digunakan yaitu sebagai berikut. Pertama, persaingan tenaga kerja. Pada
umumnya tenaga kerja pada UKM tidak membutuhkan keahlian yang tinggi dan keahlian tersebut
dapat dengan mudah dipelajari sehingga tenaga kerja tidak terlalu memengaruhi UKM. Kedua,
teknologi. Teknologi yang digunakan oleh UKM pada umumnya tidak terlalu modern sehingga faktor
teknologi tidak terlalu memengaruhi UKM. Ketiga, kendala hukum, politik dan ekonomi. Pada
umumnya UKM berada pada lingkungan operasional yang terbatas sehingga pengaruh ketidakpastian
lingkungan hukum dan politik pada UKM akan kecil dan tidak langsung. Keempat, penemuan ilmiah.
Inovasi ilmiah pada UKM umumnya jarang bahkan tidak ada sehingga faktor ini tidak terlalu
berpengaruh pada UKM. Skor dari variabel ini diperoleh berdasarkan nilai rata-rata dari semua
jawaban pertanyaan setiap responden. Skor yang rendah (tinggi) menunjukkan ketidakpastian
Intensitas persaingan pasar diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh
Hansen dan Van der Stede (2004) dan kemudian disesuaikan untuk UKM oleh Ahmad (2012).
Responden diminta untuk menjawab pertanyaan tentang tingkat persaingan pasarnya dalam skala
Likert 1 hingga 5. Skala 1 berarti sama sekali tidak intens dan 5 menunjukkan sangat intens.
Kualifikasi staf akuntansi internal diukur dengan tingkat pendidikan tertinggi dari staf akuntansi
skala Likert 1 hingga 5. Skala 1 menunjukkan tidak ada partisipasi sama sekali dan 5 berarti
partisipasi sangat tinggi. Instrumen yang digunakan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Ismail dan King (2007) dan disesuaikan untuk UKM oleh Ahmad (2012).
Analisis regresi logistik digunakan untuk menunjukkan pengaruh simultan dari hubungan antara
seluruh variabel independen dan variabel dependennya. Dalam penelitian ini lima faktor kontinjensi
merupakan variabel independen dan penggunaan PAM merupakan variabel dependen. Model empiris
PAM merupakan penggunaan PAM oleh UKM, ENVUNC merupakan ketidakpastian lingkungan
persepsian, MARCOM merupakan persaingan pasar, ACCQUAL merupakan tingkat kualifikasi staf
Berikut ini disajikan data mengenai profil dari sampel yang diperoleh.
Tabel 3
Profil UKM
dari 10 tahun. UKM yang telah beroperasi selama 5 hingga 10 tahun ada 21,77%. Adapaun UKM
Dilihat dari aktivitas utama UKM, sebagian besar UKM bergerak di bidang industri
pabrikan/pengolahan, perhotelan, wisata dan restoran, serta konveksi; masing-masing sebesar 21,77%;
18,55% dan 14,52%. Adapun aktivitas UKM yang paling sedikit bergerak di bidang properti dan IT,
Bila dilihat dari jumlah tenaga kerja, sebagian besar UKM (52,42%) memiliki tenaga kerja 5
hingga 19 orang. Sebanyak 31,45% responden memiliki tenaga kerja sebanyak 20 hingga 100 orang.
Adapun UKM yang memiliki tenaga kerja 1 hingga 4 orang dan lebih dari 100 orang masing-masing
sebesar 11,29% dan 4,84%. Apabila dilihat dari kelompok usahanya, 70,16% responden terdiri atas
Apabila dilihat dari posisi responden, sebagian besar manajer UKM yang merupakan pemilik
UKM ada 46,77%. Adapun responden sebagai manajer ada 41,13%; responden sebagai staf ada
Pengujian validitas dilakukan terhadap enam poin pertanyaan mengenai faktor ketidakpastian
lingkungan yang memengaruhi penggunaan PAM oleh UKM. Berikut ini disajikan hasil analisis
faktor tersebut.
Tabel 4
Faktor
1 2
ENVUNC1A -0,423 0,654
ENVUNC1B 0,332 0,729
ENVUNC2 0,292 0,563
ENVUNC3 0,156 0,728
ENVUNC4 0,874 -0,205
ENVUNC5 0,897 -0,071
Keterangan:
ENVUNC: ketidakpastian lingkungan
Dari enam poin yang dianalisis, terbentuk menjadi dua faktor dengan nilai eigenvalue lebih dari 1
dengan kemampuan menjelaskan varians kumulatif sebesar 63,67%. Setiap anggota dari setiap faktor
ditunjukkan dengan nilai loading factor lebih besar dari 0,50. Faktor pertama terdiri atas pertanyaan
mengenai aktivitas pasar pesaing dan selera pelanggan sehingga faktor pertama merupakan konstruk
mengenai lingkungan pasar. Faktor kedua terbentuk dari pertanyaan mengenai persaingan bahan baku,
harga dan produk baru yang dipasarkan, serta kestabilan ekonomi sehingga faktor kedua merupakan
Nilai Cronbach alpha dari seluruh variabel independen ialah 0,752. Nilai tersebut lebih besar dari
Tujuan pertama dari penelitian ini yaitu untuk menjawab pertanyaan seberapa jauh pengadopsian
PAM pada sektor UKM. Pada tabel 5 disajikan peringkat 5 tertinggi dan terendah penggunaan PAM
oleh UKM. Pada tabel 6 disajikan peringkat 5 tentang penggunaan PAM yang paling sering dan
paling tidak sering oleh UKM. Hasil yang lebih lengkap dalam tabel disajikan pada Apendiks 2.
Secara keseluruhan tidak semua PAM diadopsi oleh seluruh UKM. Hanya ada 22 PAM yang
digunakan oleh lebih dari 75% dari UKM. Selisih penggunaan PAM yang tertinggi (anggaran
pembelian) dan terendah (analisis siklus hidup produk) sebesar 87,90% (96,77% - 8,87%).
Tabel 5
Sebagian besar PAM yang paling banyak digunakan merupakan PAM yang bersifat lebih
tradisional dan keuangan (14 dari 16 PAM). PAM tersebut yaitu anggaran pembelian, anggaran
bulanan, penilaian kinerja berdasarkan laba operasional (ketiganya berada pada peringkat 1), biaya
standar (peringkat 2), anggaran tahunan (peringkat 3), biaya variabel (peringkat 4), harga pokok
pesanan (peringkat 5), biaya absorpsi (peringkat 6), anggaran fleksibel (peringkat 7), penilaian kinerja
berdasarkan pertumbuhan penjualan dan analisis biaya-volume-laba (keduanya memiliki peringkat 8),
anggaran keuangan (peringkat 9), anggaran produksi dan anggaran inkremental (keduanya berada
pada peringkat 10). Praktik-praktik tersebut pada umumnya merupakan sistem penganggaran
tradisional, penilaian kinerja berdasarkan ukuran keuangan, sistem biaya tradisional, dan alat
perencanaan tradisional.
Tabel 6
Frekuensi Penggunaan
PAM Peringkat
Rata-rata Deviasi standar
Lima PAM Paling Sering Digunakan
Anggaran pembelian 4.27 0.94 1
Penilaian kinerja berdasarkan laba operasional 4.23 0.96 2
Frekuensi Penggunaan
PAM Peringkat
Rata-rata Deviasi standar
Harga pokok pesanan/Job costing 4.12 1.31 3
Biaya standar 3.86 0.98 4
Anggaran produksi 3.84 1.48 5
Lima PAM Paling Tidak Sering Digunakan
Activity-based costing (ABC) 1.55 1.09 37
Analisis internal rate of return 1.55 1.02 37
Contract costing 1.48 1.13 38
Strategic costing 1.41 1.05 39
Analisis net present value 1.38 0.89 40
Analisis siklus hidup produk 1.21 0.75 41
Secara keseluruhan hanya terdapat 3 PAM yang sering digunakan oleh UKM (memiliki rata-rata
> 4) dan hanya 16 PAM yang kadang-kadang digunakan oleh UKM (memiliki rata-rata > 3) (lihat
tabel 6 dan apendiks 2). Nilai rata-rata PAM yang paling sering digunakan (anggaran pembelian)
yakni 4,27. Hal itu berarti PAM tersebut masuk dalam kategori sering digunakan. Di lain pihak, nilai
rata-rata PAM yang paling tidak sering digunakan (analisis siklus hidup produk) yakni 1,21. Hal itu
berarti PAM tersebut masuk dalam kategori tidak pernah digunakan. Jarak rata-rata PAM yang paling
sering digunakan dengan yang paling tidak sering digunakan yakni 3,06.
Dominasi PAM tradisional juga dapat dilihat pada frekuensi penggunaannya. Sembilan dari dua
belas PAM yang paling sering digunakan merupakan PAM yang bersifat tradisional dan keuangan
yang mencakup anggaran pembelian (peringkat 1), penilaian kinerja berdasarkan laba operasional
(peringkat 2), harga pokok pesanan (peringkat 3), biaya standar (peringkat 4), anggaran produksi
(peringkat 5), biaya absorpsi (peringkat 6), biaya variabel (peringkat 7), anggaran bulanan (peringkat
Namun, terdapat dua PAM kontemporer yang masuk dalam kategori penggunaan paling banyak,
yaitu penilaian kinerja berdasarkan jumlah keluhan pelanggan (peringkat 6) dan penilaian kinerja
berdasarkan kepuasan pelanggan (peringkat 7). Hal tersebut dapat disebabkan oleh UKM yang
menganggap bahwa kepentingan pelanggan merupakan prioritas utama mereka. Penilaian kinerja
bukan lagi mengenai penghitungan biaya internal, tetapi merupakan peningkatan pelayanan dan
proses yang berdampak dan dirasakan oleh pelanggan (Sousa et al. 2005). Pernyataan tersebut
didukung oleh frekuensi penggunaan penilaian kinerja berdasarkan kepuasan pelanggan dan jumlah
keluhan pelanggan ditambah dengan penilaian kinerja berdasarkan pengiriman tepat waktu yang
Di lain pihak pada pengadopsian PAM yang rendah terdapat beberapa hal yang patut
diperhatikan. Pertama, sebagian besar PAM yang paling sedikit diadopsi oleh UKM merupakan PAM
kontemporer (10 dari 17 PAM). PAM kontemporer tersebut yaitu value-chain analysis (peringkat 22),
penilaian kinerja berdasarkan waktu proses produksi dan analisis profitabilitas pelanggan (keduanya
memiliki peringkat 24), zero-based budgeting (peringkat 25), penilaian kinerja berdasarkan turn-over
pegawai (peringkat 27), penilaian kinerja berdasarkan tingkat absensi pegawai (peringkat 29), target
costing (peringkat 30), activity-based costing (peringkat 32), strategic costing (peringkat 34) dan
analisis siklus hidup produk (peringkat 35). Sebagian besar PAM tersebut merupakan teknik akuntansi
manajemen berbasis aktivitas, penilaian kinerja berdasarkan ukuran nonkeuangan, sistem anggaran
kontemporer, dan akuntansi manajemen strategik. Kedua, tujuh dari tujuh belas PAM yang paling
sedikit diadopsi oleh UKM merupakan PAM yang bersifat tradisional dan keuangan. Sousa et al.
(2005) menyebutkan bahwa hambatan utama dan dapat memperlambat pengadopsian suatu PAM baru
ialah keahlian dan pelatihan dari staf akuntansi internal. Selain itu, Ilias et al. (2010) juga
menyebutkan bahwa penggunaan PAM bergantung pada kebutuhan suatu UKM. Bila transaksi dan
operasi bisnis semakin rumit, teknik yang semakin maju dibutuhkan untuk menciptakan keadaan yang
efisien.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa UKM masih lebih banyak menggunakan PAM
tradisional daripada PAM kontemporer. Hasil tersebut konsisten dengan hasil penelitian diantaranya
dari Ilias et al. (2010), Ahmad (2012), Sousa et al. (2006) dan Armitage et al. (2016). Selain itu,
berdasarkan PAM yang paling banyak diadopsi oleh UKM dapat disimpulkan bahwa UKM
menggunakan PAM dengan tujuan untuk penentuan, pengendalian dan pengurangan biaya,
perencanaan, penganggaran, serta penentuan harga produk atau jasa secara efektif dan efisien (Ilias et
al., 2010).
Pada bagian ini dilakukan analisis regresi logistik untuk menguji kelima hipotesis yang telah
ditentukan. Analisis regresi logistik dilakukan untuk menentukan faktor-faktor yang memengaruhi
Tabel 7
Skor -2 Log likelihood sebesar 84,932 menggambarkan bahwa model fitness cukup baik. Hal
tersebut didukung oleh nilai chi-square dari uji Hosmer dan Lemeshow yaitu 7,563. Nilai tersebut
lebih kecil dari nilai chi-square tabel (15,507 pada df 8) pada signifikansi 0,477 (lebih besar dari
0,05). Hasil uji Hosmer dan Lemeshow tersebut menunjukkan bahwa model regresi logistik adalah fit.
Nilai dari Cox & Snell R Square dan Nagelkerke R Square menunjukkan kemampuan variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependen. Pada model penelitian ini kemampuan variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependen berkisar 22,1% hingga 36,4%. Selain itu, tingkat
ketepatan ramalan model yakni 86,3%. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
model penelitian yang digunakan adalah fit dan analisis regresi logistik dapat dilakukan untuk
Untuk menentukan faktor-faktor yang memengaruhi secara signifikan penggunaan PAM yang
harus diperhatikan adalah nilai Wald dan p-value/signifikansinya. Apabila nilai signifikansi kurang
dari 0,05, variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap penggunaan PAM. Berikut ringkasan dari
• Nilai signifikansi variabel ketidakpastian lingkungan yakni 0,122 > dari 0,05 dengan nilai Wald
sebesar 2,399 sehingga tidak memengaruhi secara signifikan terhadap penggunaan PAM.
• Nilai signifikansi variabel persaingan pasar yakni 0,382 > dari 0,05 dengan nilai Wald sebesar 0,765
• Nilai signifikansi variabel tingkat kualifikasi staf akuntansi internal yakni 0,024 < dari 0,05 dengan
nilai Wald sebesar 5,080 sehingga memengaruhi secara signifikan terhadap penggunaan PAM.
• Nilai signifikansi variabel partisipasi pemilik/manajer yakni 0,035 < 0,05 dengan nilai Wald sebesar
• Nilai signifikansi variabel ukuran perusahaan yakni 0,010 < dari 0,05 dengan nilai Wald sebesar
Pada pengujian validitas konstruk yang telah dilakukan sebelumnya dihasilkan dua buah konstruk
(ENVUNC1) dan ketidakpastian lingkungan industri dan ekonomi (ENVUNC2). Oleh karena itu,
dilakukan pengujian terhadap peranan kedua konstruk tersebut terhadap penggunaan PAM.
Rangkuman hasil uji regresi logistik ditampilkan pada tabel 8 berikut ini.
Tabel 8
Secara umum model yang kedua (menggunakan dua konstruk ketidakpastian lingkungan) lebih
baik daripada model yang pertama (satu konstruk variabel ketidakpastian lingkungan). Nilai dari Cox
& Snell R Square dan Nagelkerke R Square pada model kedua lebih baik daripada model yang
pertama. Nilai pada model kedua berkisar 26% hingga 42,8%. Nilai pada model pertama 22,1%
hingga 36,4%. Hal itu berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen
pada model yang kedua lebih baik daripada model pertama. Selain itu, tingkat ketepatan ramalan
model kedua sebesar 87,9%. Ketepatan ramalan model kedua lebih besar dibandingkan dengan
Skor -2 Log likelihood sebesar 78,582 menggambarkan bahwa model fitness cukup baik. Hal
tersebut didukung oleh nilai chi-square dari uji Hosmer dan Lemeshow. Nilai chi-square dari uji
Hosmer dan Lemeshow yakni sebesar 2,650. Nilai tersebut lebih kecil dari nilai chi-square tabel
(15,507 pada df 8) dan signifikansinya lebih besar dari 0,05 (0,954). Hasil uji Hosmer dan Lemeshow
• Nilai signifikansi variabel persaingan pasar yakni 0,529 > dari 0,05 dengan nilai Wald sebesar 0,397
• Nilai signifikansi variabel tingkat kualifikasi staf akuntansi internal yakni 0,029 < dari 0,05 dengan
nilai Wald sebesar 4,792 sehingga memengaruhi secara signifikan terhadap penggunaan PAM.
• Nilai signifikansi variabel partisipasi pemilik/manajer yakni 0,013 < 0,05 dengan nilai Wald sebesar
• Nilai signifikansi variabel ukuran perusahaan yakni 0,045 < dari 0,05 dengan nilai Wald sebesar
• Nilai signifikansi konstruk ketidakpastian lingkungan pasar yakni 0,828 > 0,05 dengan nilai Wald
sebesar 0,047 sehingga tidak memengaruhi secara signifikan terhadap penggunaan PAM.
• Nilai signifikansi konstruk ketidakpastian lingkungan industri dan ekonomi yakni 0,008 < dari 0,05
dengan nilai Wald sebesar 7,025 sehingga memengaruhi secara signifikan terhadap penggunaan
PAM.
Oleh karena itu, model persamaan yang terbentuk ialah sebagai berikut.
perusahaan, dan ketidakpastian lingkungan industri dan ekonomi memiliki pengaruh yang signifikan
dan positif. Artinya peningkatan ketiga variabel tersebut akan menyebabkan peningkatan pula pada
pengadopsian PAM. Adapun tingkat kualifikasi staf akuntansi internal memiliki pengaruh yang
Faktor kontinjensi pertama yang berpengaruh secara signifikan terhadap penggunaan PAM ialah
tingkat kualifikasi staf akuntansi internal. Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, pada
penelitian ini tingkat kualifikasi staf akuntansi internal memiliki pengaruh yang negatif terhadap
pengadopsian PAM. Praktik-praktik akuntansi manajemen merupakan salah satu sumber dari
informasi keuangan. Berdasarkan Collis dan Jarvis (2002), staf akuntansi internal yang berkualifikasi
dan memiliki tingkat pendidikan dan pelatihan mengenai akuntansi yang tinggi akan dapat membantu
pengembangan sistem akuntansi manajemen serta analisis dari informasi akuntansi yang dihasilkan
oleh sistem tersebut. Selain itu, Collis dan Jarvis (2002) juga menemukan bahwa informasi anggaran
dan praktik akuntansi kontemporer yang digunakan untuk perencanaan dan pengendalian keuangan
juga bergantung pada ketersediaan staf akuntansi internal yang ahli dan profesional. Temuan ini
dipertegas pula oleh Marc et al. (2010). Marc et al. menyimpulkan bahwa pengetahuan staf akuntansi
untuk menggunakan sistem pengukuran kinerja terintegrasi, seperti misalnya Balanced Scorecard
pada UKM di Slovenia. Menurut Sousa et al. (2006) kurangnya keahlian dan pemahaman staf
terhadap proses pengukuran kinerja akan menghambat pengadopsian ukuran kinerja baru, terutama
Faktor kontinjensi kedua yang memengaruhi secara signifikan penggunaan PAM ialah partisipasi
pemilik/manajer. Sebagian besar UKM dimulai dari usaha wiraswasta sehingga pemilik atau manajer
memiliki peran utama dalam menentukan kebijakan inovasi UKM, misalnya dalam
pengimplementasian sistem informasi akuntansi. Oleh karena itu, pemilik atau manajer yang
berkomitmen merupakan penentu gaya manajemen perusahaan dan penggunaan PAM terbaik yang
dapat memberikan informasi manajerial yang tepat, guna membantu pencapaian tujuan strategik
perusahaan (Thong et al., 1996). Hal tersebut didukung oleh temuan Ahmad (2012) yang
menyebutkan bahwa partisipasi pemilik atau manajer UKM berpengaruh signifikan dan positif
perencanaan dan pengendalian terutama pada pengembangan strategi. Selain itu, Marn et al. (2016)
menemukan bahwa pemilik atau manajer UKM yang termotivasi oleh pencapaian keuangan dan
pengembangan personal menunjukkan penekanan yang tinggi pada proses perencanaan strategik. Hal
tersebut konsisten dengan literatur yang menyebutkan bahwa pemilik atau manajer perusahaan yang
termotivasi oleh keuangan, peningkatan mutu dan ide produk baru, dan pengembangan pribadi
cenderung memiliki keinginan atau dorongan yang kuat untuk memajukan usahanya.
Faktor kontinjensi ketiga yang memengaruhi penggunaan PAM ialah ukuran perusahaan. Temuan
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad (2012) yang menyebutkan bahwa ukuran
perusahaan berhubungan positif dan signifikan dengan penggunaan sistem biaya dan sistem penilaian
kinerja pada UKM. Marc et al. (2010) juga menyebutkan bahwa semakin besar ukuran suatu
perusahaan, semakin besar pula kemungkinan UKM tersebut untuk menggunakan sistem penilaian
kinerja terintegrasi. Marc et al. (2010) juga menemukan bila suatu UKM telah mencapai suatu ukuran
tertentu, peningkatan pada ukurannya tidak akan lagi memengaruhi penggunaan sistem penilaian
kinerja. Abdel-Kader dan Luther (2008) menemukan bahwa perbedaan pada tingkat kemajuan
akuntansi manajemen yang digunakan perusahaan dapat dijelaskan dengan ukuran perusahaan yang
bersangkutan. Hansen dan Van der Stede (2004) juga melaporkan bahwa ukuran perusahaan
mendorong penggunaan anggaran yang bertujuan untuk penilaian kinerja dan pengomunikasian tujuan
perusahaan.
Faktor kontinjensi keempat yang memengaruhi pengimplementasian PAM oleh UKM ialah
ketidakpastian lingkungan industri dan ekonomi. Lingkungan eksternal yang bersifat tidak pasti yang
dihadapi UKM dapat diantisipasi dan dikendalikan melalui mekanisme internal, yaitu salah satunya
dengan menggunakan PAM kontemporer. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Marn et al. (2016). Marn et al. menyatakan bahwa tingkat ketidakpastian lingkungan memengaruhi
secara positif pengadopsian perencanaan strategik pada UKM. Semakin tinggi tingkat ketidakpastian
lingkungan, UKM harus semakin meningkatkan proses perencanaan strategik. Lingkungan industri
dan ekonomi akan berdampak pada tingkat ketidakpastian yang dihadapi UKM karena keterbatasan
sumber daya yang dimiliki. Oleh karena itu, UKM harus menerapkan proses perencanaan yang
proaktif dalam menghadapi ketidakpastian tersebut (Marn et al., 2016). Gul (1991) mengemukakan
bahwa pengaruh sistem akuntansi manajemen terhadap kinerja UKM bergantung pada tingkat
akuntansi manajemen yang kontemporer akan berpengaruh positif terhadap kinerja UKM. Akan
tetapi, bila tingkat ketidakpastian lingkungan rendah, penggunaan sistem akuntansi manajemen yang
Di lain pihak, persaingan pasar dan ketidakpastian lingkungan pasar tidak memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap penggunaan PAM. Hasil tersebut bertentangan dengan hasil dari penelitian-
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya (lihat Khandwalla, 1972; Al-Omiri dan Drury, 2007;
Perbedaan hasil penelitian tersebut disebabkan oleh dua hal. Pertama, Marc et al. (2010)
menyebutkan bahwa tingkat persaingan yang tinggi memaksa UKM untuk mendedikasikan seluruh
sumber daya yang dimiliki (waktu, uang, dan manusia) untuk menghadapi persaingan pasar tersebut,
bukan untuk mengimplementasi teknik-teknik manajemen yang inovatif. Alasan ini didukung oleh
temuan Marc et al. (2010) yang menunjukkan bahwa 50% UKM yang tidak mengimplementasikan
BSC karena UKM tidak memahami konsep dan 18% karena biaya implementasi yang tinggi. Kedua,
sampel penelitian berasal dari basis yang sama atau sempit. Ukuran perusahaan dari sampel penelitian
kurang bervariasi sehingga dapat dimungkinkan UKM mengalami lingkungan eksternal, berupa
ketidakpastian lingkungan pasar dan persaingan pasar yang mirip sehingga data yang terkumpul tidak
cukup untuk menghasilkan hubungan yang signifikan secara statistik (Ahmad, 2012).
Tujuan pertama penelitian ini yakni untuk menginvestigasi sejauh mana pengimplementasian
PAM pada sektor UKM di Indonesia. Penelitian ini menggunakan 46 PAM secara bersamaan. Dari
tujuan penelitian yang pertama dapat disimpulkan bahwa penggunaan PAM oleh UKM di Indonesia
masih didominasi oleh PAM tradisional. Penggunaan PAM kontemporer masih sedikit dan terbatas
pada PAM yang berdampak pada kinerja pelayanan terhadap pelanggan. Hasil penelitian ini konsisten
Tujuan kedua penelitian ini ialah menentukan faktor-faktor kontinjensi yang berpengaruh pada
pengadopsian PAM oleh UKM. Faktor-faktor kontinjensi yang dipergunakan yaitu ketidakpastian
lingkungan, persaingan pasar, tingkat kualifikasi staf akuntansi internal, partisipasi pemilik/manajer,
dan ukuran perusahaan. Analisis regresi logistik digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang
berpengaruh. Hasil yang diperoleh ialah variabel tingkat kualifikasi staf akuntansi internal, partisipasi
pemilik/manajer, dan ukuran perusahaan memengaruhi secara positif dan signifikan terhadap
penggunaan PAM oleh UKM. Adapun variabel ketidakpastian lingkungan secara parsial berpengaruh
positif dan signifikan terhadap penggunaan PAM pada faktor ketidakpastian lingkungan industri dan
ekonomi. Keempat variabel tersebut merefleksikan kompleksitas dari lingkungan bisnis yang dimiliki
UKM. Oleh karena itu, UKM harus menggunakan dan menganalisis informasi akuntansi yang lebih
detail dalam menghadapi tantangan tersebut (Ahmad, 2012). Praktik akuntansi manajemen yang pada
umumnya digunakan oleh perusahaan besar dan berhasil tidak dapat secara langsung digunakan oleh
UKM dan dijamin keberhasilannya. Namun, penggunaan PAM oleh UKM harus memperhatikan
faktor kontinjensi yang berpengaruh (Collis dan Jarvis, 2002). Di lain pihak, dua variabel yang lain
yaitu persaingan pasar dan ketidakpastian lingkungan pasar tidak memberikan pengaruh yang
Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan yang dapat memengaruhi interpretasi dari hasilnya.
Pertama, banyak responden yang mengeluhkan istilah PAM yang digunakan terlalu teknis. Meskipun
demikian, beberapa langkah telah dilakukan untuk mengatasi hal tersebut. Di antaranya, pengambilan
sampel dilakukan dengan mendatangi langsung responden dan memberi glosarium/arti istilah beserta
contohnya. Kelemahan kedua yakni jumlah sampel yang digunakan kurang besar dan luas sehingga
sampel penelitian mengalami keadaan lingkungan yang mirip sehingga data yang terkumpul tidak
cukup untuk menghasilkan hubungan yang signifikan secara statistik. Ketiga, sampel penelitian
merupakan UKM yang berada di Kota Yogyakarta sehingga interpretasi hasil untuk UKM di daerah
Berdasarkan kelemahan yang telah dipaparkan, saran untuk penelitian selanjutnya ialah perlu
kuesioner penelitian. Selain kelima faktor kontinjensi yang telah digunakan dalam penelitian ini,
masih terdapat banyak faktor yang dapat memengaruhi penggunaan PAM, seperti teknologi, budaya,
dan strategi. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan faktor yang lebih banyak lagi agar diperoleh
model penelitian yang lebih tepat. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan teori-teori selain teori
kontinjensi agar dapat memberikan penjelasan yang lebih baik mengenai konteks organisasional.
Hubungan yang lebih luas antara faktor-faktor kontekstual, PAM, dan kinerja perusahaan juga dapat
diteliti. Penelitian studi kasus dengan UKM dapat dilakukan untuk memberikan penjelasan yang lebih
lengkap dan mendalam mengenai penggunaan PAM oleh UKM dan faktor-faktor kontekstual yang
mempengaruhinya.
Daftar Pustaka
Abdel-Kader, M., dan R. Luther. 2006. Management accounting practices in the British food and drinks
industry. British Food Journal, 108: 336-357.
──────────. 2008. The impact of firm characteristics on management accounting practices: A UK-based
empirical analysis. The British Accounting Review, 40: 2-27.
Ahmad, K. 2012. The use of management accounting practices in Malaysian SMEs. PhD Dissertation,
University of Exeter, United Kingdom.
Al-Omiri, M., dan C. Drury. 2007. A survey of factors influencing the choice of product costing systems in UK
organizations. Management Accounting Research, 18: 399-424.
Amat, J., S. Carmona, dan H. Roberts. 1994. Context and change in management accounting systems: a Spanish
case study. Management Accounting Research, 5: 107-122.
Armitage, H. M., A. Webb, dan J. Glynn. 2016. The use of management accounting techniques by small and
medium-sized enterprises: a field study of Canadian and Australian practices. Accounting Perspectives,
15: 31-69.
Association of South East Asian Nations (ASEAN). 2014. Thinking Globally, Prospering Regionally – ASEAN
Economic Community 2015. http://www.asean.org/resources/item/thinking-globally-prospering-
regionally-asean-economic-community-2015
──────────. 2016. ASEAN Statistical Leaflet – Selected Key Indicators 2016. http://FA#Stat2016_11.p65
- ASEAN_Stats_Leaflet2016_web.pdf (accessed April 15, 2017).
Badan Kerjasama dan Penanaman Modal Yogyakarta. “Mengapa Berinvestasi di Yogyakarta”
http://jogjainvest.jogjaprov.go.id/id/mengapa-yogyakarta/mengapa-berinvestasi-di-yogyakarta
(accessed April 15, 2017).
Chenhall, R. H. 2003. Management control systems design within its organizational context: findings from
contingency-based research and directions for the future. Accounting, Organizations and Society, 28:
127-168.
Chenhall, R. H., dan K. Langfield-Smith. 1998. Adoption and benefits of management accounting practices: An
Australian study. Management Accounting Research, 9: 1-19.
Collis, J., dan R. Jarvis. 2002. Financial information and the management of small private companies. Journal of
Small Business and Enterprise Development, 9: 100-110.
Fisher, J. 1995. Contingency-based research on management control systems: categorization by level of
complexity. Journal of Accounting Literature, 14: 24-53.
Folk, J. M., H. G. Ray, dan W. N. Eric. 2002. Introduction to Managerial Accounting. New York: McGraw-
Hill.
Gaskill, L. R., H. Van Auken, dan R. A. Manning. 1993. A factor analytic study of the perceived causes of small
business failure. Journal of Small Business Management, 31: 18-31.
Gul, Ferdinand A. 1991. The effects of management accounting systems and environmental uncertainty on small
business managers’ performance. Accounting and Business Research, 22: 57-61.
Gordon, L., dan V. Narayanan. 1984. Managemen accounting systems, perceived environmental uncertainty and
organization structure: an empirical investigation. Accounting, Organization and Society, 9: 33-47.
Hamdani, J., dan C. Wirawan. 2012. Open innovation implementation to sustain Indonesian SMEs.
International Conference on Small and Medium Enterprises Development with a Theme “Innovation
and Sustainability in SME Development” (ICSMED 2012). Procedia Economics and Finance, 4: 223-
233.
Hansen, S. C., dan W. A. Van der Stede. 2004. Multiple facets of budgeting: an exploratory analysis.
Management Accounting Research, 15: 415-439.
Hopper, T., T. Koga, dan J. Goto. 1999. Cost accounting in small and medium sized Japanese companies: an
exploratory study. Accounting and Business Research, 30: 73-86.
Ilias, A., M. Z. A. Razak, dan M. R. Yasoa’. 2010. The preliminary study of management accounting practices
(MAPs) in Small Business. Global Business and Management Research: An International Journal, 2:
79-88.
Ismail, N. A., dan M. King. 2007. Factors influencing the alignment of accounting information systems in small
and medium sized Malaysian manufacturing firms. Journal of Information Systems and Small Business,
1: 1-20.
Joshi, P. L. 2001. The international diffusion of new management accounting practices: the case of India.
Journal of International Accounting, Auditing & Taxation, 10: 85-109.
Khandwalla, Pradip. N. 1972. The effect of different types of competition on the use of management controls.
Journal of Accounting Research, 10: 275-285.
Lopez, O. L., dan M. R. W. Hiebl. 2015. Management accounting in small and medium-sized enterprises:
current knowledge and avenues for further research. Journal of Management Accounting Research, 27:
81-119.
Marc, M., D. Peljhan, N. Ponikvar, A. Sobota, dan M. Tekavcic. 2010. Determinants of integrated performance
measurement systems usage: an empirical study. The Journal of Applied Business Research, 26: 63-76.
Marn, J. T. K., C. W. Hin, dan A. M. Bohari. 2016. Antecedents of strategic planning of small and medium-
sized enterprises in Malaysia: the influence of ownership motivations and environmental uncertainty.
International Review of Management Marketing, 6: 270-276.
Marta, M. Fajar. 2016, “UMKM dan Ketidakberdayaannya”
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/06/09/084045026/umkm.dan.ketidakberdayaannya
(accessed April 15, 2017).
McChlery, S., L. Meechan, dan A. D. Godfrey. 2005. Barriers and catalysts to sound financial management
systems in small sized enterprises. CIMA: Research Executive Summaries Serries, 1.
Miles, R. W., dan C. C. Snow. 1978. Organizational Strategy, Structure, and Processes. New York: McGraw-
Hill.
Mutmainah, D. A. 2016. “Kontribusi UMKM terhadap PDB Tembuh Lebih Dari 60 Persen”
http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20161121122525-92-174080/kontribusi-umkm-terhadap-pdb-
tembus-lebih-dari-60-persen/ (accessed April 15, 2017).
Nandan, R. 2010. Management accounting needs of SMEs and the role of professional accountants: a renewed
research agenda. Journal of Management Accounting Research (JAMAR), 8: 65-77.
O’Regan, N., M. A. Sims, dan D. Gallear. 2007. Leaders, loungers, laggards. Journal of Manufacturing
Technology Management, 19: 6-21.
Perry, S. C. 2001. The relationship between written business plans and the failure of small businessess in the
US. Journal of Small Business Management, 39: 201-208.
Reid, G. C. dan J. A. Smith. 2002. The bigger picture. Financial Management.
Shields, M. D., dan C. W. Chow. 1991. Management accounting practices in the US and Japan: comparative
survey findings and research implications. Journal of International Financial Management and
Accounting, 3: 61-77.
Sousa, S. D., E. M. Aspinwall, P. A. Sampaio, dan A. G. Rodrigues. 2005. Performance measures and quality
tools in Portuguese small and medium enterprises: survey results. Total Quality Management, 16: 277-
307.
Sousa, S. D., E. M. Aspinwall, dan A. G. Rodrigues. 2006. Performance measures in English small and medium
enterprises: survey results. Benchmarking, 13: 120-134.
Tambunan, T. 2008. SME development, economic growth, and government intervention in a developing
country: The Indonesian story. Journal of International Entrepreneurship, 6: 147-167.
Thong, J. Y. L., C. S. Yap, dan K. S. Raman. 1996. Top management support, external expertise and
information systems implementation in small business. Information Systems Research, 7: 248-267.
Tillema, S. 2005. Towards an integrated framework for MAS sophistication: Case studies on the scope of
accounting instruments in Dutch power and gas companies. Management Accounting Research, 16:
101-129.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Wijewardena, H., dan A. De Zoysa. 1999. A comparative analysis of management accounting practices in
Australia and Japan: an empirical investigation. The International Journal of Accounting, 34: 49-70.
Wouters, M., dan C. Wilderom. 2008. Developing performance-measurement systems as enabling
formalization: A longitudinal field study of a logistics department. Accounting, Organizations and
Society, 33: 488-516.
Apendiks 1
Silakan beri tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai dengan perusahaan Anda.
1. Berapa lama perusahaan Anda telah beroperasi:
[ ] 1-4 tahun [ ] 5-10 tahun [ ] lebih dari 10 tahun
2. Apa aktivitas utama perusahaan Anda:
[ ] Jasa [ ] Kerajinan
[ ] Konveksi [ ] Perdagangan
[ ] Otomotif dan Komunikasi [ ] Pertanian dan Peternakan
[ ] Perhotelan, Wisata dan Restoran
[ ] Industri Pabrikan/Pengolahan [ ] Lainnya…………………
3. Berapa jumlah tenaga kerja tetap yang perusahaan Anda pekerjakan:
[ ] 1-4 orang [ ] 5-19 orang [ ] 20-100 orang
[ ] lebih dari 100 orang
4. Berapa total penjualan/pendapatan tahunan perusahaan Anda:
[ ] Kurang dari Rp300 juta [ ] Rp300 juta – Rp1 milyar
[ ] Rp1 milyar – Rp 2,5 milyar [ ] Rp2,5 milyar – Rp50 milyar
[ ] Lebih dari Rp50 milyar
5. Apakah posisi Anda dalam perusahaan:
[ ] Staf [ ] Manajer
[ ] Pemilik [ ] Manajer sekaligus pemilik
Bagian 2: Penggunaan Praktik Akuntansi Manajemen
Pada bagian ini, Anda diminta untuk mengidentifikasi praktik akuntansi manajemen di bawah ini yang telah
digunakan oleh perusahaan Anda serta seberapa sering praktik akuntansi manajemen tersebut digunakan dengan
memberi tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai. Silakan gunakan skala berikut ini untuk menentukan
frekuensi penggunaan praktik akuntansi manajemen. Glosarium untuk istilah-istilah disediakan di halaman ke-
lima kuesioner.
A. Ketidakpastian lingkungan
Pada bagian ini, Anda diminta untuk mengidentifikasi ketidakpastian lingkungan dimana perusahaan Anda
berada dengan memberi tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang sesuai.
1. Seberapa pentingkah hal-hal berikut ini terjadi pada industri anda?
Tidak terlalu Kurang Sangat
Netral Penting
penting penting penting
a. Persaingan pembelian bahan baku 1 2 3 4 5
b. Persaingan harga 1 2 3 4 5
2. Berapa banyak produk dan jasa baru yang telah dipasarkan dalam industri Anda selama 5 (lima) tahun
terakhir ini?
Tidak ada Sedikit Netral Banyak Banyak sekali
1 2 3 4 5
4. Bagaimana Anda mengklasifikasikan aktivitas-aktivitas pasar para pesaing Anda selama 5 tahun terakhir
ini?
Sangat terprediksi Terprediksi Netral Tidak terprediksi Sangat tidak terprediksi
1 2 3 4 5
5. Bagaimana Anda mengklasifikasikan selera dan preferensi para pelanggan Anda selama 5 tahun terakhir
ini?
Sangat terprediksi Terprediksi Netral Tidak terprediksi Sangat tidak terprediksi
1 2 3 4 5
B. Persaingan pasar
Silakan Anda identifikasi keadaan yang sesuai dengan persaingan pasar yang dialami perusahaan Anda dengan
memberi tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai.
6. Seberapa ketat persaingan dari produk utama perusahaan Anda?
Tidak ketat sama
Tidak ketat Netral Ketat Sangat ketat
sekali
1 2 3 4 5
Apendiks 2
Persentase
PAM Ranking
Penggunaan
Penggunaan rendah
Penilaian kinerja berdasarkan aliran kas 21 54.84%
Value-chain analysis 22 53.23%
Penilaian kinerja berdasarkan analisis variansi 23 52.42%
Penilaian kinerja berdasarkan waktu proses produksi 24 47.58%
Analisis profitabilitas pelanggan 24 47.58%
Zero-based budgeting 25 46.77%
Analisis accounting rate of return 26 44.35%
Penilaian kinerja berdasarkan turn-over pegawai 27 41.13%
Anggaran penjualan 28 37.90%
Penilaian kinerja berdasarkan tingkat absensi pegawai 29 31.45%
Target costing 30 28.23%
Analisis internal rate of return 31 24.19%
Activity-based costing (ABC) 32 22.58%
Contract costing 33 16.94%
Analisis net present value 33 16.94%
Strategic costing 34 14.52%
Analisis siklus hidup produk 35 8.87%
Frekuensi Penggunaan
PAM Deviasi Ranking
Rata-rata
standar
Anggaran inkremental 2.90 1.05 18
Anggaran berkelanjutan/bergulir 2.90 1.18 18
Biaya kualitas 2.87 1.62 19
Penilaian kinerja berdasarkan jumlah produk cacat 2.73 1.44 20
Frekuensi penggunaan rendah
Batch costing 2.66 1.56 21
Penilaian kinerja berdasarkan return on investment 2.59 0.91 22
Analisis payback 2.50 1.01 23
Anggaran aliran kas 2.45 1.40 24
Analisis profitabilitas produk 2.41 1.34 25
Value-chain analysis 2.35 1.35 26
Penilaian kinerja berdasarkan jumlah klaim garansi 2.35 1.34 26
Penilaian kinerja berdasarkan waktu proses produksi 2.31 1.45 27
Analisis profitabilitas pelanggan 2.26 1.41 28
Penilaian kinerja berdasarkan aliran kas 2.19 1.14 29
Penilaian kinerja berdasarkan analisis variansi 2.13 1.13 30
Zero-based budgeting 2.12 1.27 31
Anggaran penjualan 2.06 1.47 32
Analisis accounting rate of return 1.95 1.12 33
Penilaian kinerja berdasarkan turn-over pegawai 1.94 1.23 34
Target costing 1.82 1.38 35
Penilaian kinerja berdasarkan tingkat absensi pegawai 1.79 1.24 36
Activity-based costing (ABC) 1.55 1.09 37
Analisis internal rate of return 1.55 1.02 37
Contract costing 1.48 1.13 38
Strategic costing 1.41 1.05 39
Analisis net present value 1.38 0.89 40
Analisis siklus hidup produk 1.21 0.75 41