You are on page 1of 15

TUGAS LINTAS MINAT PSIKOLOGI KESEHATAN

TINGKAT DEPRESI PENGURUS OSIS SMK PGRI 1 GIRI


BANYUWANGI BERDASARKAN JENIS KELAMIN
MENGGUNAKAN BECK DEPRESSION INVENTORY-II

Disusun Oleh :

Meirina Hapsah 101611535001

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PSDKU UNIVERSITAS AIRLANGGA
BANYUWANGI
2019
TINGKAT DEPRESI PENGURUS OSIS SMK PGRI 1 GIRI
BANYUWANGI BERDASARKAN JENIS KELAMIN
MENGGUNAKAN BECK DEPRESSION INVENTORY-II

DEPRESSION LEVEL IN OSIS SMK PGRI 1 GIRI BANYUWANGI


MANAGERS BASED ON GENDER USING BECK DEPRESSION
INVENTORY-II

Meirina Hapsah1), Arys Kusumaayu Purwoningrum2), Gayatri Rahma Dewi3),


Jayanti Dian Eka Sari4)
1 Program Studi Kesehatan Masyarakat PSDKU, Universitas Airlangga
2 Program Studi Kesehatan Masyarakat PSDKU, Universitas Airlangga
3 Program Studi Kesehatan Masyarakat PSDKU, Universitas Airlangga
4 Program Studi Kesehatan Masyarakat PSDKU, Universitas Airlangga
Email: Meirina.hapsah-2016@fkm.unair.ac.id

ABSTRACT
Depression affects public health status around the world. The situation can
interfere with the mood that affects someone's feelings, thinking skills, and
completing daily activities. Depression refers to feelings of sadness, despair, no
motivation and lack of pleasure in living life. Depression makes a person's
condition difficult to live a life normally. on some occasions a person with
depression will be easier to do life-threatening actions. Based on a survey from
Riskesdas in 2013 showed that as many as 14 million people or about 6% of the
total population of Indonesia with the age of 15 years and above have suffered
emotional mental disorders marked with depression. Most of the incidence of
Depesi is suffered by teenage girls. Epidemiological Data mention that the degree
of depression between female and male is 2:1 which will continue until the age of
adulthood. This research in Iaims to know the level of depression student council
SMK PGRI 1 Giri Banyuwangi based on gender using BDI-II (Beck Depression
Inventory-II). This research is a type of descriptive research with a quantitative
approach by using a sample of total population of the board of OSIS SMK PGRI 1
Giri Banyuwangi as much as 51 people. The questionnaire consisting of 21
statements. The Total of respondents ' answers is categorized into 3 levels of
depression categories, namely mild, moderate and severe depressive levels. The
OSIS manager with the category of mild depression is mostly female gender as
much as 36 people (92%), a mild depression in male groups of 7 people (58%),
moderate depression in males as much as 5 people (42%) And in women as many
as 3 people (8%). Therefore, there is a difference in the level of depression in each
gender in the board of OSIS SMK PGRI 1 Giri Banyuwangi.
Keywords: BDI-II (Beck Depression Inventory-II), depression, gender, teenagers.
ABSTRAK
Depresi mempengaruhi status kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Keadaan
tersebut dapat mengganggu mood yang berpengaruh pada perasaan seseorang,
kemampuan berpikir, dan menyelesaikan kegiatan sehari-hari. Depresi merujuk
pada perasaan sedih, putus asa, tidak memiliki motivasi serta kurangnya
kesenangan dalam menjalani kehidupan. Depresi membuat kondisi seseorang sulit
untuk menjalani kehidupan secara normal. Sehingga, pada beberapa kejadian
seseorang dengan depresi akan lebih mudah untuk melakukan tindakan yang
mengancam nyawa. Berdasarkan survey dari riskesdas pada tahun 2013
menunjukkan bahwa sebanyak 14 juta orang atau sekitar 6% dari jumlah penduduk
Indonesia dengan usia 15 tahun keatas telah mengalami gangguan mental
emosional yang ditandai dengan depresi. Sebagian besar kejadian depesi di derita
oleh remaja perempuan. Data epidemiologi menyebutkan bahwa tingkat depresi
pada perempaun dan laki-laki sebesar 2:1 yang akan terus berlanjut sampai pada
usia dewasa. Penelitian in ibertujuan untuk mengetahui tingkat depresi pengurus
OSIS SMK PGRI 1 Giri Banyuwangi berdasarkan jenis kelamin menggunakan
BDI-II (Beck Depression Inventory-II). Penelitian ini merupakan jenis penelitian
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan sampel total
populasi pengurus OSIS SMK PGRI 1 Giri Banyuwangi sebanyak 51 orang.
Kuesioner yang digunakan adalah BDI-II (Beck Depression Inventory-II) yang
terdiri dari 21 pernyataan. Total dari jawaban responden dikategorikan menjadi 3
tingkat kategori depresi, yaitu tingkat depresi ringan, sedang dan berat. Pengurus
OSIS dengan kategori depresi ringan sebagian besar berjenis kelamin perempuan
sebanyak 36 orang (92%), depresi ringan pada kelompok laki-laki sebanyak 7 orang
(58%), depresi sedang pada laki-laki sebanyak 5 orang (42%) dan pada perempuan
sebanyak 3 orang (8%). Oleh sebab itu, ditemukan adanya perbedaan tingkat
depresi pada masing-masing jenis kelamin pada pengurus OSIS SMK PGRI 1 Giri
Banyuwangi.
Kata Kunci: BDI-II (Beck Depression Inventory-II), Depresi, Jenis Kelamin,
Remaja.

PENDAHULUAN
Depresi merupakan gangguan mental yang menjadi beban penyakit secara
global. Keadaan tersebut tersebut mempengaruhi status kesehatan masyarakat di
seluruh dunia. Sebab, depresi merupakan gangguan dengan keadaan suasana hati
yang tertekan, tumbuhnya perasaan bersalah dengan penilaian terhdap diri sendiri
yang rendah, hilangnya minat atau kesenangan yang dimiliki seseorang, terjadi
penurunan energy, terganggunya tidur dan nafsu makan serta rendahnya
konsentrasi yang dimiliki seseorang. Seseorang dengan depresi sering mengalami
kecemasan dalam hidupnya (WHO, 2012). Sepresi merupakan gangguan mood
yang dapat mempengaruhi perasaan seseorang, kemampuan berpikir, dan
menyelesaikan kegiatan sehari-hari (National Institute Of Mental Health, 2016).
Depresi memiliki arti lebih luas dari perasaan sedih yang dirasakan seseorang.
Sebab, depresi merujuk pada perasaan sedih, putus asa, tidak memiliki motivasi
serta kurangnya kesenangan dalam menjalani kehidupan (Anxiety and depression
association of America, 2016). Depresi membuat seseorang merasa tertekan atau
merasa sedih dalam menjalani kehidupan. Kondisi tersebut terjadi berulang selama
beberapa waktu. Oleh sebab itu depresi dapat berarti memiliki semangat yang
rendah (National Association for Mental Health, 2012).
Depresi yang dimiliki oleh seseorang berdampak pada kehidupan mereka.
Sebab, depresi membuat seseorang sulit untuk menjalani kehidupan secara normal
serta tidak dapat membuat kehidupan tersebut menjadi berharga. Sehingga, pada
kejadian yang paling serius seseorang dengan depresi akan lebih mudah untuk
melakukan tindakan yang mengancam nyawa (National Association for Mental
Health, 2012). Depresi mempengaruhi kegiatan sehari-hari seseorang sebagai
contoh makan, tidur bahkan dalam melakukan pekerjaannya (National Institute Of
Mental Health, 2016). Depresi berdampak pada kemampuan individu dalam
menyelesaikan kegiatan sehari karena sifat kecemasan yang dimilikinya (WHO,
2012).
Berdasarkan data dari WHO pada tahun 2016, depresi terjadi pada 35 juta
orang, sebanyak 60 juta orang menderita bipolar. Sedangkan, kejadian skizofrenia
terjadi pada 21 juta orang dan 47,5 juta orang menderita dimensia (Kementerian
Kesehatan RI, 2016). Berdasarkan survey dari riskesdas pada tahun 2013
menunjukkan bahwa sebanyak 14 juta orang atau sekitar 6% dari jumlah penduduk
Indonesia dengan usia 15 tahun keatas telah mengalami gangguan mental
emosional. Gangguan tersebut ditandai dengan kecemasan dan depresi. Sedangkan,
hanya sebesar 1,7 per 1.000 penduduk atau sekitar 400.000 orang penduduk
mengalami skizofrenia (Kementerian Kesehatan RI, 2016). Kejadian depresi
sebagian besar terjadi pada masa remaja. Prevalensi depresi terus meningkat dari
2,5 persen pada masa anak-anak hingga 8,3 persen pada masa remaja (Carr, 2001;
Aditomo, 2004).
Menurut WHO tahun 2014, remaja merupakan penduduk dengan rentang
usia antara 10 sampai dengan 19 tahun. Sedangkan menurut BKKBN (Badan
Kependudukan dan Keluarga Bencana), penduduk digolongkan dalam usia remaja
apabila belum menikah serta berusia 10 sampai dengan 24 tahun. Lain halnya
apabila menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 24 Tahun 2014 yang
menyatakan bahwa penduduk dikategorikan remaja apabila berada pada usia 10
sampai dengan 18 tahun (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Sebagian besar kejadian depesi di derita oleh remaja perempuan. Sebagai
contoh, penelitian di Amerika Serikat dan Canada yang menemukan bahwa remaja
laki-laki mengalami depresi sebesar 25-40%. Nilai tersebut jauh lebih rendah dari
tingkat depresi pada remaja perempuan sebesar 25-35% (Marcotte, 2002;
Darmayanti, 2008). Kondisi tersebut menunjukan bahwa, pada periode awal dan
tengah masa remaja kejadian depresi pada perempuan terus mengalami
peningkatan. Data epidemiologi menyebutkan bahwa tingkat depresi pada
perempaun dan laki-laki sebesar 2:1. Kondisi tersebut akan terus berlanjut sampai
pada usia dewasa (Gladstone & Koenig, 2002; Darmayanti, 2008).
Beck Depression Inventory (BDI) merupakan suatu alat berupa instrument
kuesioner yang digunakan untuk mengukur dan evaluasi tingkat depresi. Evaluasi
dan pengukuran tersebut dilakukan pada populasi normal dan psikiatris. Pada awal
mulanya, kuesioner tersebut dikembangkan pada tahun 1961 oleh Beck et al. yang
kemudian pada tahun 1978 mengalami revisi sampai dengan pada tahun 1996
kuesioner tersebut direvisi menjadi BDI-II. Kuesioner BDI-II telah dilakukan
penerjemahan menjadi beberapa bahasa termasuk dalam bahasa Indonesia serta
pengguaan kuesioner tersebut tidak memiliki ketergantungan pada tingkat depresi
tertentu (Jakson, 2016).
Oleh sebab itu, dilakukan penelitian tingkat depresi pada remaja
menggunakan kuesioner BDI-II (Beck Depression Inventory-II). Penelitian tersebut
dilakukan di SMK PGRI 1 Giri Banyuwangi dengan responden penelitian adalah
seluruh pengurus OSIS di sekolah tersebut. Penelitian tersebut bertujuan untuk
mengetahui tingkat depresi Pengurus OSIS SMK PGRI 1 Giri berdasarkan jenis
kelamin dengan menggunakan instrument Beck Depression Inventory-II.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif. Penelitian deskriptif memiliki tujuan untuk membuat deskripsi
mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat pada suatu populasi atau objek tertentu dari
penelitian secara sistematis, akurat dan faktual (Kriyantono, 2008; Ardian, 2013).
Penelitian ini menggunakan instrument berupa kuesioner penelitian yang
disesuaikan dengan BDI-II (Beck Depression Inventory-II). Kuesioner tersebut
terdiri dari 21 pernyataan. Pernyataan tersebut yang harus dijawab oleh responden
sesuai dengan kondisi dirasakan selama 2 minggu terakir.
Pembagian kuesioner dilakukan oleh tiga orang peneliti pada tanggal 15 dan
18 Maret 2019 yang dibantu oleh 3 orang asisten peneliti yang sudah dilatih
sebelumnya. Penelitian berlokasi di SMK PGRI 1 Giri Banyuwangi. Penelitian ini
telah memperoleh izin dari pihak kesiswaan SMK PGRI 1 Giri Banyuwangi dan
kemahasiswaan PSDKU Universitas Airlangga Banyuwangi. Penelitian dimulai
dengan pembagain Informed Consent (IC) yang dilanjutkan dengan pengisian
kuesioner oleh respoden penelitian. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh
pengurus OSIS SMK PGRI 1 Giri Banyuwangi. Berdasarkan data yang diperoleh
dari sekretaris OSIS, jumlah pengurus sebanyak 51 orang siswa. Oleh karena itu,
jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 51 orang. Hasil dari kuesioner
penelitian diolah dan dianalisi untuk memperoleh data mengenai tingkat depresi
pada remaja pengurus OSIS SMK PGRI 1 Giri Banyuwangi berdasarkan jenis
kelamin. Kuesioner penelitian akan disimpan di tempat yang aman, dijaga
kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kebutuhan penelitian.
Model kuesioner pada penelitian ini berupa pernyataan. Pada masing-
masing pernyataan terdapat 3 skala kategori untuk mengetahui perasaan responden
selama 2 minggu terakhir. Skala tersebut akan menentukan tingi rendahnya tingkat
depresi yang dimiliki oleh responden. Pada beberapa pernyataan terdapat beberapa
jawaban yang akan dikonversi menjadi bentuk angka-angka dalam pengolahannya,
yaitu:
1. Pernyataan skor pada 1a atau b bernilai 1
2. Pernyataan skor pada 2a atau b bernilai 2
3. Pernyataan skor pada 3a atau b bernilai 3
Total dari jawaban responden dikategorikan menjadi 3 tingkat kategori
depresi, yaitu tingkat depresi ringan apabila total skor pernyataan 0-16, tingkat
depresi sedang apabila total skor penyataan 17-29, sedangkan apabila total skor
pernyataan 30-63 maka dikategorikan sebagai depresi berat (Aldiansyah, 2008).
Oleh sebab itu, semakin tinggi total skor pernyataan yang dimiliki responden maka
semakin tinggi pula tingkat depresi yang dirasakan.

Hasil dan Pembahasan


Karakteristik responden
Hasil penelitian mendapatkan karakteristik responden yang berada pada
tabel 1. Karakteristik responden berupa jenis kelamin, usia, dan kelas atau tingkat
pendidikan yang ditempuh responden di SMK PGRI 1 Giri Banyuwangi.

Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, dan


Kelas
Profil Responden Frekuensi Persentase (%)
Laki-Laki 12 24

Perempuan 39 76
Jenis Kelamin
Total 51 100

Usia 14 Tahun 1 2

15 Tahun 1 2

16 Tahun 13 25

17 Tahun 19 38

18 Tahun 15 29

19 Tahun 1 2

20 Tahun 1 2

Total 51 100
Kelas Kelas XI 31 60

Kelas X 12 24

Kelas XII 8 16

Total 51 100

Sumber: Data Primer Diolah Penulis

Berdasarkan tabel 1 mengenai karakteristik reponsen. Diperoleh informasi


bahwa, dari 52 pengurus OSIS SMK PGRI 1 Giri Banyuwangi yang menjadi
responden penelitian sebanyak 39 orang (76%) adalah perempuan sedangkan
responden laki-laki hanya berjumlah 12 orang (24%). Kondisi tersebut
menunjukkan bahwa sebagian besar responden penelitian adalah perempuan. Jenis
kelamin responden selanjutnya dikaitkan dengan hasil pengukuran mengenai
tingkat depresi pada pengurus OSIS SMK PGRI 1 Giri Banyuwangi menggunakan
instrument dari BDI-II (Beck Depression Inventory-II). Informasi lain yang
diperoleh dari hasil penelitian adalah usia responden yang sebagian besar berusia
17 tahun sebanyak 19 orang (38%). Selain itu, sebagain besar responden penelitian
di pengurus OSIS berada pada kelas XI terdiri dari 31 orang (60%). Selebihnya
berada di kelas X dan XII.

Tingkat Depresi Pengurus OSIS SMK PGRI 1 Banyuwangi Berdasarkan Jenis


Kelamin dengan Menggunakan Skala Beck Depression Inventory-II
Pengkategorian tingkat depresi pada pengurus OSIS SMK PGRI 1 Giri
Banyuwangi menggunakan kuesioner Beck Depression Inventory-II terdapat pada
tabel 2.
Tabel 2. Kategori Tingkat Depresi Responden
Kategori Tingkat Frekuensi Persentase (%)
Depresi
Ringan 43 84
Sedang 8 16
Total 51 100
Sumber: Data Primer Diolah Penulis
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 51 orang responden yang
menderita depresi ringan sebanyak 43 orang atau sekitar 84%, sedangkan sisanya
sebanyak 8 orang atau sekitar 16% menderita depresi sedang. Kondisi tersebut
sesuai dengan pendapat yang yang menyatakan bahwa depresi merupakan suatu
gangguan yang dapat dialami oleh semua kelompok usia termasuk dalam hal ini
adalah remaja. Sebab dalam masa remaja terjadi perubahan dalam kehidupannya.
Perubahan tersebut mendorong remaja untuk menyesuaikan dengan lingkungan
barunya (Ardiwan, 2015). Remaja diharuskan untuk mampu menyesuaiakan diri
dengan lingkungan barunya. Apabila seorang remaja tidak mampu untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan peran barunya maka berdampak pada
sifat kelabilan pada diri remaja. Sifat lain yang dapat dirasakasn oleh remaja apabila
tidak mampu untuk menyesuaikan diri adalah depresi dan frustasi
(Safitri&Hidayati, 2013). Artinya, masa remaja memiliki peluang untuk menderita
depresi. Sebab, seorang remaja akan mengalami perubahan pada dirinya yang
menuntut untuk melakukan penyesuaian dengan lingkungan barunya. Remaja akan
mengalami gangguan depresi apabila mereka tidak mampu untuk menyesuaikan
diri dengan perubahan yang datang pada dirinya.
Perbedaan tingkat depresi pada remaja disebabkan oleh berbagai factor.
Sebagai contoh, penelitian yang dilakukan pada remaja di SMK 10 November
Semarang yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden penelitian memiliki
tingkat depresi ringan sebesar 80,0%. Tingginya angka tersebut berhubungan
dengan pola asuh orang tua dengan siswa (p=0,000). Artinya pola asuh yang
diberikan orang tua terhadap anaknya memiliki dampak pada perbedaan tingkat
depresi pada masing-masing siswa (Safitri&Hidayati, 2013). Penelitian lain
menunjukkan bahwa tingkat depresi yang dimiliki oleh seseorang berhubungan
dengan perfeksionalisme dan harga diri yang dimiliki oleh seseorang. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa hubungan prefeksionalisme dengan tingkat depresi
sebesar (r=<0,01), sedangkan harga diri seseorang memiliki hubungan dengan
tingkat depresi sebesar (r=0,511). Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakinn
tinggi tingkat prefeksionalisme yang dimiliki seseorang maka semakin tinggi pula
tingkat depresi yang dialami oleh orang tersebut (Aditomo & Retnowati, 2004).
Sedangkan penelitian serupa dilakukan oleh (Rosdiana & Widaya, 2013)
pada siswa-siswi akselerasi. Penelitian tersebut memberikan hasil bahwa tingkat
depresi yang dimiliki oleh seseorang berhubungan dengan tingkat prefeksionalisme
yang dimilikinya. Disimpulkan bahwa penyebab kejadian depresi pada remaja
dalah satunya adalah karena faktor dari luar diri remaja. Faktor tersebut adalah pola
asuh yang diberikan oleh orang tua. Disisi lain, terdapat penyebab yang berasal dari
diri remaja yang berpengaruh pada tingkat depresi yang dirasakan. Faktor tersebut
adalah sifat prefeksionisme yang dimiliki remaja. Sebagian besar penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya menunjukkan adanya hubungan antara tingkat depresi
pada remaja dengan sifat prefeksionalisme yang dimilikinya. Beberapa hasil
penelitian tersebut menjadi kemungkinan terhadap kejadian tingkat depresi pada
remaja pada pengurus OSIS SMK PGRI Banyuwangi.
Data hasil penelitian menghasilkan kategori tingkat depresi menurut jenis kelamin
yang disajikan pada tabel 3.

Tabel 3. Kategori Tingkat Depresi Menurut Jenis Kelamin


Kategori Stres Total
Ringan Sedang Berat
n % n % n % N %
Kategori Laki-Laki 7 58% 5 42% 0 0% 12 100%
Jenis Perempuan 36 92% 3 8% 0 0% 39 100%
Kelamin
Sumber: Data Primer Diolah Penulis

Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa, pengurus OSIS dengan kategori


depresi ringan sebagian besar berjenis kelamin perempuan sebanyak 36 orang
(92%). Sedangkan, depresi ringan pada kelompok laki-laki hanya sebanyak 7 orang
(58%). Sedangkan pada tingkat depresi sedang sebagian besar pada kategori laki-
laki sebanyak 5 orang (42%) dan pada perempuan hanya sebanyak 3 orang (8%).
Angka tersebut menunjukkan adanya perbedaan tingkat depresi pada pengurus
OSIS SMK PGRI 1 Giri Banyuwangi pada kelompok laki-laki dan perempuan.
Adanya perbedaan tingkat depresi antara remaja laki-laki dan remaja
perempuan sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh (Darmayanti, 2008).
Penelitian tersebut manyatakan bahwa terdapat perbedaan tingkat depresi atau
kondisi depresi yang dialami oleh remaja laki-laki dan perempuan. Perubahan kritis
terjadi pada masa remaja, sebab pada masa tersebut terjadi perkembangan tugas dari
remaja secara sosial, kognitif maupun perubahan secara fisiologis. Sebab, dalam
pada masa tersebut remaja mulai membuat keputusan dalam hidupnya (Erik
Erikson; Alfeld‐Liro dan Sigelman, 2002; Darmayanti, 2008). Oleh sebab itu,
adanya perbedaan tingkat depresi pada remaja laki-laki dan perempuan merupakan
keadaan yang mungkin terjadi. Sebab pada masa tersebut seorang remaja belajar
untuk membuat keputusan dalam hidupnya.
Depresi yang diderita oleh remaja memiliki pengaruh pada hidupnya. Salah
satu pengaruh yang ditimbulkan akibat dari depresi adalah munculnya perilaku
antisosial yang dimilikinya. Sebagai contoh penelitian yang dilakukan oleh
(Baskoro, 2010) di Kecamatan Banyumanik Semarang pada siswa-siswi SMA
Mardisiswa. Penelitian tersebut menunjukan adanya hubungan antara tingkat
depresi remaja dengan perilaku antisosial yang dialami oleh siswa-siswi.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa seseorang dengan gangguan
depresi akan lebih berisiko terkena gangguan perilaku anti sosial sebesar 10 kali
lebih tinggi dibandingkan dengan seseorang yang tidak mengalami gangguan
depresi. Oleh sebab itu, diperlukan perhatian khusus untuk menangani gangguan
depresi pada remaja. Sebab, keadaan tersebut akan berpengaruh pada sifat antisosial
yang ada pada dirinya.
Terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan atau
meminimalkan adanya depresi pada remaja. Sebagai contoh penelitian yang
dilakukan oleh (Nora & Widuri, 2011) yang menemukan bahwa terdapat hubungan
antara komunkasi yang dilakukan ibu terhadap tingkat depresi pada anaknya di usia
remaja. Hasil penelitian menunjukkan hubungan negative yang signifikan antara
komunikasi yang dilakukan ibu dengan kejadian depresi pada remaja. Artinya,
semakin sering ibu menjalin komunikasi pada anaknya maka semakin kecil pula
kemungkinan remaja mendapatkan gangguan berupa depresi. Penelitian serupa
yang dilakukan untuk menurunkan tingkat depresi pada remaja dilakukan melalui
penerapan pola asuh yang baik. Penelitian tersebut dilakukan pada kelas X di SMK
10 November Kota Semarang yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara pola asuh yang diberikan orang tua terhadap kejadian depresi pada
siswa di sekolah tersebut. Artinya, orang tua diharapkan mampu untuk menerapkan
pola asuh yang baik kepada anak-anaknya sebagai upaya untuk mencegah
terjadinya depresi (Safitri&Hidayati, 2013). Oleh sebab itu, penurunan tingkat
depresi pada remaja dapat dilakukan dengan beberapa cara baik dengan
menerapkan pola asuh yang baik oleh orang tua maupun dengan cara menerapkan
proses komunikasi yang baik antara orang tua dan anaknya.

SIMPULAN
Hasil pengukuran depresi pada pengurus OSIS SMK PGRI 1 Giri
Banyuwangi menggunakan kuesioner Beck Depression Inventory (BDI)
menyatakan bahwa kategori depresi ringan sebagian besar berjenis kelamin
perempuan. Sedangkan, pada depresi sedang sebagian besar berada pada jenis
kelamin laki-laki. Oleh sebab itu, perlu dilakukan beberapa upaya untuk
meminimalkan masalah akibat depresi. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah
menjalin komunikasi yang antara orang tua dan anak serta menerapkan pola asuh
yang baik pada anak, khususnya pada usia remaja.

DAFTAR PUSTAKA
Aditomo , Anindito dan Retnowati , Sofia. 2004. Perfeksionisme, Harga Diri, Dan
Kecenderungan Depresi Pada Remaja Akhir. Jurnal Psikologi 2004, NO.
1, 1 – 14.
Aldiansyah, Dudy. 2008. Tingkat Depresi Pada Pasien-Pasien Kanker Serviks
Uteri Di Rsupham Dan Rsupm Dengan Menggunakan Skala Beck
Depression Inventory-Ii. Tesis, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
Anxiety and depression association of America. 2016. Depression. America.
Ardian, 2013. Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Program Acara
“Pesbukers” Di Antv. Jurnal E-Komunikasi Program Studi Ilmu
Komunikasi Universitas Kristen Petra, Surabaya. Vol I. No.1 Tahun 2013.
Ardiwan, Deni. 2015. Membedakan Tingkat Depresi Siswa Smp 15 Mataram
Berdasarkan Jenis Kelamin. Seminar Psikologi & Kemanusiaan. ISBN:
978-979-796-324-8.
Baskoro, Muhammad Dwi Panji. 2010. Hubungan Antara Depresi Dengan
Perilaku Antisosial Pada Remaja Di Sekolah. Artikel Karya Tulis Ilmiah.
Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro.
Darmayanti, Nefi. 2008. Meta-Analisis: Gender Dan Depresi Pada Remaja. Jurnal
Psikologi. Volume 35, NO. 2, 164 – 180.
Jakson, Gordon. 2016. QUESTIONNAIRE REVIEW Beck Depression Inventory.
Occupational Medicine 66:174–175.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2016. “Peran Keluarga Dukung Kesehatan Jiwa
Masyarakat”. Kementerian Kesehatan RI, Oktober 6.
National Association for Mental Health. 2012. Understanding Depression.
London. mind.org.uk.
National Institute Of Mental Health. 2016. Depression Basics. U.S. Department
Of Health And Human Services.
Nora, Ariza Cilva & Widuri, Erlina Listyani. 2011. Komunikasi Ibu Dan Anak
Dengan Depresi Pada Remaja. Humanitas, Vol. Viii No.1.
Rosadi, Nanang & Widayat, Iwan Wahyu. 2013. Hubungan Antara
Perfeksionisme dengan Depresi pada Siswa Cerdas Istimewa di Kelas
Akselerasi. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Vol. 2, No. 01.
Safitri, Yuhanda & Hidayati, Eny. 2013. Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua
Dengan Tingkat Depresi Remaja Di Smk 10 November Semarang. Jurnal
Keperawatan Jiwa . Volume 1, No. 1; 11-17.
WHO. 2012. Depression A Global Public Health Concern.

You might also like