You are on page 1of 4

‫صاَئئمم‬

‫صاَبم ْ ب‬ ‫ا ْابركببرر ْاكللمَّباَ ْ ب‬


‫ل ْبوابرببدبر ْ ا‬‫ا ْابركببرر ْاكللبمَّاَ ْبهلل ْئهلب م‬
‫×( ْ ا‬3)ْ ‫ا ْباكببرر‬ ‫×( ْ ا‬3)ْ ‫ا ْابركببرر‬ ‫×( ْ ا‬3)ْ ‫ا ْابركببرر‬ ‫ا‬
‫ْ ْ ا‬.‫ت ْبوابرزبهرربواكللبمَّاَ ْابرطبعبم ْبقاَئناع ْرالْامَّرعبترر‬
‫ا ْابركببرر‬ ‫ب ْبوابرمَّبطرر ْبواكللمَّباَ ْبنبب ب‬
‫ت ْبنبباَ م‬ ‫بوابرفبطرر ْ ا‬
‫ا ْابركببرراكللمَّباَ ْبتبرابكبم ْ ب‬
‫سبحاَ م‬
‫ل ْاللْئذىِ ْبجبعبل ْلْئرلامَّرسلئئمَّريبن ْئعريبد‬‫ْ ْابرلْبحرمَّاد ْ ئ‬.‫ل ْرالْبحرمَّاد‬
‫ا ْابركببرر ْبو ْ ئ‬
‫ا ْابركببرر ْ ا‬
‫ا ْبو ا‬ ‫ا ْابركببرر ْبل ْئالْببه ْئالل ْ ا‬ ‫ا ْابركببرر ْ ا‬‫ا‬
‫ا ْبورحبدها‬‫شبهاد ْابرن ْبل ْئابلْبه ْئالل ْ ا‬ ‫×( ْاب ر‬3)ْ ‫ا ْابركببرر‬ ‫ْ ْ ا‬.‫ضبحىَ ْببرعبد ْبيروئم ْبعبربفبة‬ ‫ضاَبن ْبورعيبد ْرالب ر‬ ‫صياَ بئم ْبربمَّ ب‬ ‫رالْفئرطئر ْببرعبد ْ ئ‬
‫شرر ْبنئبلي‬
‫شاَفئاع ْئفىَ ْرالْبمَّرح ب‬ ‫سرولْ ااه ْالْ ل‬
‫سييبدنباَ ْامَّبحلمَّددا ْبعرباداه ْبوبر ا‬ ‫شئرريبك ْبلْاه ْبلْاه ْرالْبمَّلئاك ْرالْبعئظريام ْرالبركببرر ْبواب ر‬
‫شبهمد ْابلن ْ ب‬ ‫بل ْ ب‬
‫صبحاَئبئه ْاللْئذريبن‬
‫سييئدبناَ ْامَّبحلمَّدَّد ْبوبعبلىَ ْابلْئئه ْبواب ر‬ ‫ْ ْالْلاهلم ْ ب‬.‫ا ْلْباه ْبمَّاَ ْبتبقلدبم ْئمَّرن ْبذرنئبئه ْبوبمَّاَ ْبتأ بلخبر‬
‫صيل ْبعلبىَ ْ ب‬ ‫بقرد ْبغبفبر ْ ا‬
‫ا ْبحلق ْاتبقاَئتئه ْبوبل ْبتامَّرواتلن ْئالل ْبوابرناترم‬
‫ا ْئالتاقوا ب‬
‫ْ ْبفبياَ ْئعبباَبد ئ‬.‫ْ ْابلمَّاَ ْببرعاد‬.‫ا ْابركببرر‬
‫ْ ْ ا‬.‫س ْبوبطلهرر‬ ‫ابرذبه ب‬
‫ب ْبعرناهام ْالْيررج ب‬
‫امَّرسلئامَّروبن‬

Ma'asyiral muslimin wal muslimat jamaah shalat ied Rohimakumullah..


Pada kesempatan yang berbahagia ini marilah kita bersyukur kepada Allah subhanahu wa
Ta'ala yang telah memberikan limpahan nikmat kepada kita semua. Terutama nikmat Islam
kesehatan dan kecukupan, tanpa tiga nikmat tersebut kita akan kesulitan melaksanakan amal ibadah.
Pada kesempatan yang berbahagia ini di hari raya idhul fitri ini kami ingin menjelaskan tentang
makna “ HAKIKAT MAKNA IDUL FITHRI DALAM MERAJUT PERSATUAN DAN
KESATUAN SESAMA MANUSIA”
Ma'asyiral muslimin wal muslimat jamaah shalat ied Rohimakumullah..
Hari ini jutaan umat muslim di berbagai belahan dunia tengah bergembira
mengumandangkan Takbir, Tahmid dan Tahlil sebagai wujud syukur kepada Allah subhanahu wa
ta'ala. Mereka bergembira menyambut datangnya hari kemenangan.
Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar Walillahilham..

Ketika mendengar kata Idul Fitri, tentu dalam benak setiap orang yang ada adalah kebahagiaan
dan kemenangan. Dimana pada hari itu, semua manusia merasa gembira dan senang karena telah
melaksanakan ibadah puasa sebulan penuh. Dalam Idul Fitri juga ditandai dengan adanya “mudik
(pulang kampung)” yang notabene hanya ada di Indonesia. Selain itu, hari raya Idul Fitri juga kerap
ditandai dengan hampir 90% mereka memakai sesuatu yang baru, mulai dari pakaian baru, sepatu baru,
sepeda baru, mobil baru, atau bahkan istri baru (bagi yang baru menikah). Maklum saja karena
perputaran uang terbesar ada pada saat Lebaran. Kalau sudah demikian, bagaimana sebenarnya makna
dari Idul Fitri itu sendiri. Apakah Idul Fitri cukup ditandai dengan sesuatu yang baru, atau dengan mudik
untuk bersilaturrahim kepada sanak saudara dan kerabat?.

‫س ارلْبجئدريبد بولْــئكلن ارلْئعريبد لْئبمَّرن بطاَبعاتاه بتئزرياد‬


‫س ارلْئعرياد لْئبمَّرن لْبئب ب‬
‫لْبري ب‬
Artinya “Hakikat Idul Fitri bukan bagi orang-orang yang hanya mengandalkan pakaian baru
Tetapi, hakikat Idul Fitri itu bagi orang-orang yang bertambah ketaatannya”
Nah Idul Fitri itu adalah kembali ke fitrah, ya suatu hari raya yang dirayakan setelah umat Islam
melaksanakan ibadah puasa Ramadhan satu bulan penuh. Dinamakan Idul Fitri karena manusia pada
hari itu laksana seorang bayi yang baru keluar dari dalam kandungan yang tidak mempunyai dosa dan
salah. Idul Fitri juga diartikan dengan kembali ke fitrah atau awal kejadian. Dalam arti mulai hari itu
dan seterusnya, diharapkan kita semua kembali pada fitrah. Di mana pada awal kejadian, semua
manusia dalam keadaan mengakui bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan. Dalam istilah sekarang ini
dikenal dengan “Perjanjian Primordial” sebuah perjanjian antara manusia dengan Allah yang berisi
pengakuan ke Tuhanan, sebagaimana yang terekam dalam surah al-A’raf (7) ayat 172 :

َ‫ت ببلرببلكمم لقاَللوُا بلللى‬ ‫سبهمم أللل م‬


‫س ل‬ ‫لوإبمذ أللخلذ لرببلك بممن بلبنيِ لءالدلم بممن ظللهوُبربهمم لذبرييتللهمم لوأل م‬
‫شلهلدلهمم لعللىَ ألمنفل ب‬
‫شبهمدلناَ ألمن تللقوُللوُا يلموُلم املقبليِاَلمبة إبيناَ لكيناَ لعمن لهلذا لغاَفببليِلن‬
‫ل‬
(Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhan-mu?”
Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian
itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang
yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)” (Qs. Al A’raf ayat 172)

Ma'asyiral muslimin wal muslimat jamaah shalat ied Rohimakumullah..

Saudara, Idul Fithri pun seharusnya mengantar kita kepada persatuan dan kesatuan. Fithri
yang terambil dari kata “fithrah” berarti agama yang benar, suci, dan asal kejadian.
Jika kita memahami fithrah dalam arti agama, maka perlu diingat sabda Nabi Saw. yang
menyatakan ‫( الللدديلن اللمعُاَلملللة‬Agama adalah interaksi harmonis). Semakin baik interaksi seseorang,
semakin baik keberagamaannya. Dalam konteks kehidupan bermayarakat kita dapat berkata, “tidak
mungkin satu masyarakat dapat maju dan berkembang tanpa jalinan yang harmonis antar
anggotanya, jalinan yang menjadikan mereka bekerja sama, sehingga yang ringan sama dijinjing
dan yang berat sama dipikul.
Semakin harmonis interaksi satu masyarakat, maka semakin banyak manfaat yang dapat
mereka raih serta semakin berhasil mereka dalam perjuangannya. Semakin baik hubungan manusia
dengan alam, semakin terpelihara alam dan semakin banyak pula rahasianya yang dapat diungkap
dan dengan demikian semakin sejahtera kehidupan mereka. Namun, perlu diingat bahwa kemajuan
satu bangsa tidak diukur dengan kekayaan alamnya tetapi dengan nilai-nilai yang mereka anut
bersama dan yang menjalin hubungan harmonis mereka.
Sekian banyak negara yang kalah dalam peperangan namun berhasil bangkit, bahkan lebih maju
dari sebelumnya, karena mereka memiliki nilai-nilai yang merekatkan hubungan mereka. Disisi
lain, satu masyarakat, kecil atau besar, akan runtuh dan mencapai ajalnya ketika hubungan mereka
tercabik, karena ketercabikan menguras tenaga dan fikiran, sehingga bukan saja mereka tidak dapat
melangkah bersama tetapi tidak dapat melangkah maju sama sekali. Allah mengingatkan :

‫صاَبببرين‬ ‫صببلروا إبين ي‬


‫ال لملع ال ي‬ ‫شللوُا لوتلمذله ل‬
‫ب بريلحلكمم لوا م‬ ‫للولل تللناَلزلعوُا فلتلمف ل‬
”Janganlah kamu tarik-menarik (bertengkar memperebutkan keuntungan pribadi atau kelompok),
karena itu menyebabkan kamu gagal dan hilang kekuatan kamu, (tetapi tabah) dan bersabarlah
(menghadapi setiap persoalan). Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. QS. Al-
Anfâl [8]: 46.
Saudara, seorang yang beragama harus selalu merasa bersama orang lain, ia harus memiliki
kesadaran sosial. Nabi saw bersabda :”Hendaklah kamu selalu bersama, karena serigala hanya
menerkam domba yang sendirian”. Keakuan seorang muslim harus lebur secara konseptual bersama
keakuan yang lainnya, sehingga setiap muslim menjadi seperti yang digambarkan oleh Nabi Saw :

‫سمهبر لو امللحيمىَ بممنهل‬ ‫ساَئبلر ماللمع ل‬


‫ضاَبء بباَل ي‬ ‫ضووُ تللدالعىَ للهل ل‬ ‫سبد امللوُابحبد إبلذا ا م‬
‫شتللكىَ بممنهل لع م‬ ‫لكاَمللج ل‬
“Bagaikan satu jasad, bila satu organ merasakan penderitaan maka seluruh tubuh, merasa demam
dan tak dapat tidur”.
Kebersamaan sangat menentukan dalam bangun runtuhnya satu masyarakat. Kalau nilai ini
terabaikan, sampai-sampai yang menonjol adalah ego masing-masing, maka akan terjadi bagi
masyarakat itu apa yang diistilahkan oleh Al-Quran dengan (habithat a’mâluhum), yakni terjadi
“pembengkakan” pada sosok masyarakat, yang secara lahiriah diduga sebagai tanda kesehatan atau
kemajuan padahal pembengkakan itu adalah tumor ganas yang mengantar kematiannya.
Memang setiap kali ego menonjol pada anggota masyarakat, maka pada saat yang sama menonjol
pula keretakan hubungan antara mereka dan ketika itu semakin parah pula penyakit yang
dideritanya. Ketika itu, problema atau krisis apapun yang dihadapi akan diusahakan
penanggulangannya dengan pertimbangan kepentingan ego masing-masing pribadi atau kelompok
kecil, dan dari sini lahir budaya mumpung bagi yang menangani problema itu. Krisis ketika itu
menjadi lahan meraih keuntungan pribadi sebanyak mungkin, bukan lagi untuk menanggulanginya.
Bagi seorang muslim kesadaran akan kebersamaan ini bukan terbatas hanya antar sesama muslim
atau sebangsa, tetapi mencakup seluruh manusia apapun agama dan bangsanya, bahkan mencakup
seluruh makhluk, karena di dalam Al Qur’an di jelaskan

‫طاَئبرر يلبطيِلر ببلجلناَلحميِبه إبيل أللموم ألمملثاَلللكمم‬ ‫لولماَ بممن لدابيرة بفيِ امللمر ب‬
‫ض لولل ل‬
“Dan tiadalah binatang-binatang yang melata di bumi dan burung-burung yang terbang dengan
kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu” (QS. Al-An’âm [6]: 38).

Kesadaran tersebut ditanamkan dalam diri setiap pribadi atas dasar prinsip bahwa seluruh manusia
adalah satu kesatuan. Semua kamu berasal dari Adam, sedang Adam diciptakan dari tanah” dan
semua makhluk adalah ciptaan Tuhan.
Rasa inilah yang menghasilkan “Kemanusiaan yang adil dan beradab”, sehingga pada akhirnya
seseorang yang diperkaya dengan kesadaran menyangkut keterikatan dengan sesamanya akan
merasakan derita umat, serta akan berupaya mewujudkan kesejahteraan bersama.
Ia akan berkawan dengan kemerdekaan, keadilan, pengetahuan, kesehatan, keramahan dan
sebagainya, serta akan berseteru dengan musuh-musuh kemanusiaan, seperti penganiayaan,
kebodohan, penyakit, kemiskinan,dan lain-lain.
Itu salah satu sebab mengapa dalam rangkaian puasa, setiap muslim, kecil atau besar, kaya atau
miskin, berkewajiban menunaikan zakat fithrah yang dijadikan sebagai pertanda kepedulian sosial
dan lambang kesediaan memberi hidup bagi orang lain.

Ma'asyiral muslimin wal muslimat jamaah shalat ied Rohimakumullah..

Jika kita memahami Fithrah dalam arti suci, maka kesucian adalah gabungan yang menyatu
di dalamnya, indah, benar, dan baik. Mengekspresikan keindahan melahirkan seni, menemukan
kebenaran menghasilkan ilmu, dan memperagakan kebaikan membuahkan budi. Gabungan
ketiganya jika direkat oleh nilai spiritual akan menghasilkan peradaban.
Dengan ber-’idul fithri seorang muslim menjadi seniman, ilmuan, sekaligus budiman. Dengan
menghayati dan mengamalkan nilai-nilai yang dikandung dalam ‘Idul Fithri kita dapat membangun
peradaban.
Sementara pakar berkata bahwa untuk mewujudkan peradaban diperlukan tiga unsur yang
menyatu , yaitu manusia + tanah/wilayah + waktu. Wujud ketiganya saja belum berarti kecuali
kalau tidak ada zat perekatnya yaitu agama atau nilai–nilai spiritual.
Lima belas peradaban besar yang dikenal dalam sejarah, dimulai dari Peradaban Sumaria hingga
Peradaban Amerika dewasa ini, kesemuanya lahir dari upaya mempertahankan nilai-nilai tersebut
yang terpaksa mereka lakukan dengan berhijrah. Begitu nilai-nilai tersebut ditinggalkan, maka
peradaban tersebut berangsur punah.
Umat Islam dewasa ini memiliki ketiga unsur peradaban di atas. Umat Islam pun memiliki
ajaran agama, namun keadaan kita tidak seperti yang kita harapkan. Jika demikian, kita harus
mencari kekeliruan kita pada penerapan unsur-unsur peradaban itu yakni manusia, tanah dan waktu,
serta pemahaman dan pengamalan ajaran agama kita. Kita harus bertanya, “adakah yang keliru di
sana?” Apakah manusia-nya telah mampu dan terjalin hubungan harmonis antar mereka? Apakah
tanah yang menampung kekayaan alam telah kita olah dengan baik dan benar? Apakah kita
menghargai waktu yang tepat, sehingga menggunakannya dengan baik sekaligus tidak tergesa-gesa
menuntut hasil konkrit hanya dalam waktu beberapa saat.
Dan, yang tidak kurang pentingnya apakah kita memahami dan mengamalkan ajaran agama secara
benar dan utuh. Allah mengecam mereka yang mengamalkan ajaran agama setengah-setengah dan
mengancam mereka dengan kenistaan hidup di dunia dan di akhirat;

‫ض فللماَ لجلزالء لممن يلمفلعُلل لذلبلك بممنلكمم إبيل بخمز و‬


‫ي بفيِ امللحليِاَبة البدمنليِاَ لويلموُلم املقبليِاَلمبة يللربدولن‬ ‫ب لوتلمكفللرولن بببلمعُ ر‬ ‫ألفلتلمؤبملنوُلن بببلمعُ ب‬
‫ض املبكلتاَ ب‬
‫ب لولماَ ي‬
‫ال ببلغاَفبرل لعيماَ تلمعُلمللوُلن‬ ‫إبللىَ أل ل‬
‫شبد امللعُلذا ب‬

Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al-Kitab dan ingkar terhadap sebahagian yang lain?
Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian darimu, melainkan kenistaan dalam
kehidupan dunia, dan mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat pada hari kiamat.
Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat. (QS. Al-Baqarah [2]: 85).

Ma'asyiral muslimin wal muslimat jamaah shalat ied Rohimakumullah..

Selanjutnya, ketika seorang ber-‘idul fithri dalam arti kembali ke asal kejadian-nya, maka ini
menimbulkan kesadaran tentang jati diri kita sebagai manusia. Jati diri kita sebagai makhluk dwi
dimensi yang merupakan kesatuan atau perpaduan dari ruh dan jasad, tak ubahnya dengan air yang
terpadu dari oksigen dan hidrogen dalam kadar-kadar tertentu.
Perpaduan ruh dan jasad dalam diri manusia mengantarnya menjadi manusia utuh, sehingga tidak
terjadi pemisahan antara aqidah (keimanan) dan syariah (pengamalan agama), tidak juga antara
perasaan dan prilaku, perbuatan dengan moral, idea dengan kenyataan, dunia dengan akhirat, tetapi
masing-masing merupakan bagian yang tak terpisahkan dan saling melengkapi.
Ma'asyiral muslimin wal muslimat jamaah shalat ied Rohimakumullah..
Mudah – mudahan dalam hari raya kemenangan ini amalan dan ibadah kita kepada Allah SWT
khusunya di bulan Ramadhan puasa kita, tarawih kita, tadarrus Al qur’an dan lain – lainnya semoga
diterima oleh Allah SWT. Amiin Allahumma Amiin

‫شريبطاَئن الْلرئجريئم‬ ‫اب بحلق اتقاَئتئه بول بتامَّواتلن إئلل بوأبرناترم امَّرسلئامَّون ئبرسم ل‬
‫ائ الْلررحبمَّئن الْلرئحيئم أباعرواذ ئباَ ئ‬
‫ل ئمَّبن الْ ل‬ ‫بياَ أبييبهاَ اللْئذريبن آبمَّانوا التاقوا ل‬
‫ئ‬

Barokallahi li walakum fil Qur”anil Adzim wa nafa’ani waiyyakum bima fihi minal ayat
wadzdzikril hakim wa taqobbala minni wa minkum innahu huwassami’ul alim
.
‫ِ بفبمَّــرن أببطــاَبعاه‬،‫ِ بوأباحيثاكــرم بعبلــىَ بطــاَبعئتئه‬،‫سئعريئد‬
‫ا ئفي هبذا ارلْئعريئد الْ ل‬ ‫ا أ ارو ئ‬
‫صرياكرم بوبنرفئسري ئببترقبوىِ ئ‬ ‫ئعبباَبد ئ‬
‫ْ ْأبقارول ا بقرولْئري هــبذا بوأبرســبترغفئار ب‬.‫ضلبئل ارلْببئعريئد‬
‫اــ ارلْبعئظريــبم لْئــري‬ ‫سئعريمد بوبمَّرن أبرعبر ب‬
‫ض بوبتبوللْىَ بعرناه بفاهبو ئفي الْ ل‬ ‫بفاهبو ب‬
‫ِ بفاَرســبترغفئارروها إئلنــاه اهــبو ارلْبغفاــروار الْلرئحريــام‬،‫ت‬
‫ت بوارلْامَّــرؤئمَّئنريبن بوارلْامَّرؤئمَّبنــاَ ئ‬
‫ســآَئئئر ارلْامَّرســلئئمَّريبن بوارلْامَّرســلئبمَّاَ ئ‬
‫بولْباكــرم بولْئ ب‬

You might also like