You are on page 1of 14
Jurnal Pendidikan Khusus Vol 5 No. 2 Nopember 2009 LATIHAN Ki BAGI ANAK TUNANETRA BUTA PEKAAN DRIA NON-VISUAL, Oleh Abstrak memang sangatlah berat, karena penglihatan bagi sescoran; i! menurut para ahli diperkirakan bahwa yang bersangkutan akan kehilangan kurang lebih informasi yang dapat dita 984), Sebagai_kompensasinya maka para penyandang tunanetra buta akan berusa menggunakan dria non-visual yang masih berfungsi seperti dria pendengaran, dria taktual, dr dria kinestetik dan dria keseimbangan untuk memperol dunia sekitarnya. Kepekaan dria-dria non-visual terryata perlu dilatih untuk menangkap g secara cepat, schingga kerugian akibat hilangnya fungsi ihatan_masik dapat dikompensasikan de ap oleh dria penglihatan (Sasraningrat: pembau, dria peneecap informasi tentar informasi-informasi_ penti peng berfungsi. Latihan tersebut bertujuan mempunyai kepekaan dalam menangkap informasi-informasi penting secara cepat in dria-dria_non-visual yang masih agar anak-anak tunanetra_bersangkutan rt sehingga mampu mengkompensasikan keterbaiasan dan atau ketidakmampuan, visualnya. Namun demikian ay mendapat latihan kepekaan dria non-visual secara kontinyu? Fenomena 1 ah anak-anak tunanetra, terutama yang buta telah injukan bahwa sampai saat ini masih banyak anak-anak tunanetra buta yang belum mendapat latihan kepekaan dria-dria non visual, dan diduga hal ini akan berpeng kemampuan orientasi mobilitas mereka.. uh terhadap Dria non-visual, anak tunanetra buta Pendadulua Penyandang tunanetra mempunyai beberapa keterbatasan dasar, Berdasarkan pendapat Lowenfeld dalam School (1986. p. 315) : Blindness imposes three basic limitation on individual : (1) In the range ard variety of concept: (2) In the ability t0 get abaut; (3) In the control of the environment and the self in relation to it Dengan demikian kebutaan dapat _mengakibatkan sescorang mempunyai keterbatasan dasar : (1) Dalam tingkat dan variasi konsep (2) Dalam kemampuan menemukan sesuatu (3) Dalam mengontrol tingkungan dan hubungan dirinya dengan hal itu, 5) Dosen Jurusan Pendidikan Luar Biasa FIP UNY Jurnal Pendidikan Khusus Vol 5 No. 2 Nopember 2009 latihan kepekaan dria non- Och karena tu scorang tunanentra membutuhkan visual, agar yang bersangkutan mempnyai kepekaan dalam menangkap informasi- informasi penting secara cepat, sehingga mampu mengkompensasikan keterbatasan da ketidakmampnan visual yang dimilikinya sebagai dampak ketunanetraan yang disandangnya Dria-dria manusia teryata merupakan saluran ataupun kabel-kabel komunikasi Secara ekstemal dria-dria tersebut menyampaikan berbayai macam tentang dunia Iuar dan secara internal menyampaikan informasi tentang Kondisi dan operasi dari tubuh. Seluruh informasi dari berbagai sumber tersebut mengalir ke beberapa stasiun sentral intelegensi yang terletak pada pusat korteks dari otak manvsia, yang digunakan untuk menghubungkan dalam berpikir dan bertindak. Dari beberapa saluran komunikasi, dria penglihatan mampu menerima dan meneruskan secara cepat sejumlah informasi pentin pada suatu saat Saluran komunikasi lain jaub lebih selektif dan kurang mampu membawa semua informasi penting tersebut, pada suatu saat. Jadi dria penglihatan dapat menyampaikan jauh lebih besar jumlah informasi yang diterima oleh semua dria, terutama dalam situasi baru, Kehilangan fungsi penglihatan bagi seseorang memang sangatlah berat, karena n bahwa yai lebih menurut para alili diperkirak bersangkutan akan kehilangan kurat 85% informasi yang dapat ditangkap oleh dria penglihetan (Sasraningrat: 1984), Sebagai kompensasinya maka para penyandang tunanctra buta akan berusaha menggunakan dria non-visual yang masih berfungsi seperti dria pendengaran, dria sstelik dan dria keseimbangan untuk taktual, dria pembau, dria pencecap, dria kin memperoleh informasi tentang dunia sekitamnya ndan Kesalahan konsep yang biasa terjadi pada warg masyarakat tentang pen tunanetra, yaitu mereka mengaaggap bahwa para penyandang tunanetra mempunyai kan_dengan ora pendengaran dan perabaan awas; atau ang lebih tajam dibandin sebaliknya mereka mempunyai anggapan bahwa kebutaan menjadikan semua dria non- visual dari penyandangnya tidak berfungsi lagi. Orang awas sering berpandangan bahwa penyandang tunanetra mempunyai keajaiban dria keenam yang dapat memandv mereka. Hal ini tentu s ja tidak benar, karena pengembangan kemampuan dria-dria non-visual 56 Jurnal Pendidikan Khusus Vol $ No. 2 Nopember 2009 bukan hal yang otomatis diperoleh oleh secrang penyandang tunanetra, tetapi memerlukan latihan dan atau belaiar yang serius Kepekaan dria-dria non-visual ternyataperlu dilatih untuk menangkap informasi-informasi penting secara cepat, schingga kerugian akibat hilangnya fungsi masih Penglihatan masih dapat dikompensasikan dengan dria-dria non-visual_yai berfungsi. Namun demikian apakah anak-anak tunanet terutama yang buta telah mendapat latihan kepekaan dria non-visual secara kontinyu? Fenomena menunjukan bahwa sampai saat ini masih banyak anak-anak tunanetza buta yang belum mendapat latihan kepekaan dria-dria non viswal, dan diduya hal ini akan berpengaruh terhadap kemampuan orientasi mobilitas mereka. Berikut ini adalah contoh-contoh latihan nbangkan mengembangkan kepekaan dria-dria non-visual yang seterusnya dapat dik: sesuai dengan kemampuan dan kondisi lingkungan anak tunanetta. Anak Tunanetra Buta Dalam penggunaan schari-hari, kata tunaneta kadang -kadang disamakan dengan kata buta; padahal tidak demikianlah halnya, sebab buta merupakan suatu Hingkatan di mana mata atau dria penglihatan sudah tidak berfungsi secara efektif. Menurut Frans, Harsana Sasrenin rat (1981 , 169) “Tunanetra ialah suatu kondisi dari dria penglihat yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, Kondisi itu disebabkan oleh karena kerusakan pada mata, syaraf optik dan atau bagian otak yang mengolah stimulus visual”. Menurut A Zahl (1962, 5) di dalam bukunya “Blindness ‘a person shall be considered blind who has a visua! acuity of 20/200 or less in the better eve with proper corection, or limitation in the field of vision such that the widest diameter of the visual field subtends an angular distance no greater than twenty degrees,” Deng ketajaman penglihatan 20/200 atau kurang pada mat in demikian berarti bahwa seseorang dinyatakan buta apabila: memiliki ah yang lebih baik dikoreksi dengan tepat, atau keterbatasan pada bidang penglihatan sedemikian rupa sehingga diameter dari bidang penglihatan yang paling Iebar membentuk sudut tidak lebih dari duapuluh devajat Berdasarkan beberapa pandangan para ahli terscbut di atas, maka perlu i berikut diketengahkan hal-hal sebag

You might also like