Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
1. Khoirul Anwar (1061811056)
2. Fithri Zahara Siregar (1061811045)
3. Annisa Yuna Isnadewi (1061811013)
4. Dewi Sukmasari (1061811030)
5. Dwi Jatmiko N (1061811036)
6. Awalia Mafatihul M. (1061811020)
1
BAB I
PENDAHULUAN
semua negara di dunia adalah asma. Asma diderita oleh anak-anak sampai dewasa
pada tahun 2002 sebanyak 12.500.000. Dari 25 juta penduduk Indonesia, 10%
menderita asma. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2005 mencatat
data dari WHO (2002) dan Global Initative for Astma (GINA) (2011), di seluruh
dunia diperkirakan terdapat 300 juta orang menderita asma dan tahun 2025
diperkirakan jumlah pasien asma mencapai 400 juta. Jumlah ini dapat saja lebih
besar. Menurut GINA (2011) bahwa data dari berbagai negara menunjukkan
bahwa prevelensi penyakit asma berkisar antara 1-18% (Kemenkes RI, 2017)
Gejala asma yang paling umum adalah batuk. Batuk umumnya terjadi di
malam hari, dini hari, saat cuaca dingin, dan saat beraktivitas fisik. Napas
terdengar seperti peluit juga kesulitan bernapas. Gejala asma berlangsung antara
2-3 hari atau bahkan lebih. Setelah serangan asma membaik, penderita asma akan
membutuhkan pereda serangan 3-4 kali per hari hingga batuk dan mengi hilang.
2
BAB II
TINJAUAN PUSKA
Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas yang disebabkan oleh
reaksi hiperresponsif sel imun tubuh seperti mast sel, eosinophils dan T-
wheezing, dan batuk akibat obstruksi jalan napas yang bersifat reversibel dan
terjadi secara episodik berulang (Brunner and suddarth, 2011). Penyakit asma
sel dan elemennya (GINA, 2011). Asma adalah suatu penyakit dengan adanya
meningkat dari trakea dan bronkus berupa hiperaktivitas otot polos dan inflamasi,
2010)
saluran napas melibatkan interaksi beberapa tipe sel dan mediator yang akan
menyebabkan gejala rinitis dan asma. Masuknya alergen akan mengaktifkan sel
mast dan sel Th2 di saluran napas. Keadaan tersebut akan merangsang produksi
mediator inflamasi seperti histamin dan leukotrien dan sitokin seperti IL-4 dan IL-
5. Histamin dan leukotrien dilepaskan oleh basofil maupun sel mast dan akan
menimbulkan gejala secara cepat dalam beberapa menit. Gejala pada saluran
3
napas atas meliputi rasa gatal pada hidung, bersin, dan rinorhea. Sedangkan gejala
4
Asma bersifat fluktuatif (hilang timbul) artinya dapat tenang tanpa gejala
a. Faktor presdiposisi
penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga yang menderita penyakit
alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit
asma jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu, hipersensitifitas saluran
b. Faktor presipitasi
a) Inhalan yaitu yang masuk melalui salura pernapasan, misalnya debu, bulu
b) Ingestan yaitu yang masuk melalui mulut, misalnya makanan dan obat
obatan.
5
2) Perubahan cuaca
musim hujan, musim kemarau, dan musim bunga. Hal ini berhubungan dengan
3) Stress
Stress atau gangguan emosi menjadi pencetus serangan asma. Selain itu,
juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma
yang timbul harus segera diobati, penderita asma yang alami stress perlu diberi
4) Lingkungan kerja
Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di
laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes atau polisi lalu lintas. Gejala ini
melakukan aktivitas jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat paling mudah
6
Menurut Nanda (2013) etiologi asma adalah dari :
b) Jalan napas, yaitu berupa spasme inhalasi asap, perokok pasif, sekresi yang
lingkungan.
a. Faktor penjamu
b. Faktor lingkungan
7
2.4 Patofisiologi Asma
Pencetus serangan asma dapat disebabkan oleh sejumlah faktor antara lain
alergen, virus, dan iritan yang dapat menginduksi respon inflamasi akut. Secara
8
klasik asma dibagi menjadi 2 kategori berdasarkan faktor pemicunya yaitu asma
ekstrinsik atau alergik dan asma intrinsik atau idiosinkratik. Asma ekstrinsik
mengacu pada asma yang disebabkan karena menghirup alergen yang biasanya
terjadi pada anak-anak yang memiliki keluarga dengan riwayat penyakit alergi
(eksim, utikaria atau hay fever). Asma intrinsik mengacu pada asma yang
disebabkan karena faktor diluar mekanisme imunitas dan umumnya dijumpai pada
orang dewasa. Beberapa faktor yang memicu terjadinya asma intrinsik antara lain
9
Serangan asma yang tiba-tiba disebabkan oleh faktor yang diketahui atau
stress, obat-obatan, dan lain-lain yang dapat merangsang inflamasi akut atau
menyebabkan terjadinya:
1. Otot polos yang menghubungkan cincin tulang rawan akan berkontraksi atau
memendek
2. Produksi kelenjar lendir yang berlebihan
3. Peningkatan permeabilitas kapiler yang dapat menyebabkan edema mukosa,
Hasil akhir dari semua itu adalah penyempitan rongga saluran napas.
Akibatnya menjadi sesak napas, batuk keras bila paru mulai berusaha untuk
membersihkan diri, keluar dahak yang kental bersama batuk, terdengar suara
napas yang berbunyi yang timbul apabila udara dipaksakan melalui saluran napas
yang sempit. Suara napas tersebut dapat sampai terdengar keras terutama saat
mengeluarkan napas.
manusia normal, penderita asma, dan pada kasus serangan asma akut:
10
Keterangan:
napas dan penyumbatan akibat hipersekresi mukus pada saat timbulnya serangan
asma akut. Asma terjadi pada individu tertentu yang berespons secara agresif
terhadap berbagai jenis iritan dijalan napas. Faktor resiko untuk salah satu jenis
gangguan hiperresponsif ini adalah riwayat asma atau alergi dalam keluarga, yang
kebanyakan kasus asma didiagnosis pada masa kanak-kanak, pada saat dewasa
dapat menderita asma tanpa riwayat penyakit sebelumnya. Stimulasi pada asma
awitan dewasa seringkali terjadi dikaitkan dengan riwayat alergi yang memburuk.
11
Infeksi pernapasan atas yang berulang juga dapat memicu asma awitan dewasa,
seperti yang dapat terjadi akibat pajanan okupasional terhadap debu di lingkungan
Asma dapat terjadi melalui 2 jalur, yaitu jalur imunologis dan saraf otonom.
tipe I (tipe alergi), terdiri dari fase cepat dan fase lambat. Reaksi alergi timbul
abnormal dalam jumlah besar, golongan ini disebut atopi. Pada asma alergi,
antibodi IgE terutama melekat pada permukaan sel mast pada interstisial paru,
yang berhubungan erat dengan bronkiolus dan bronkus kecil. Bila seseorang
menghirup alergen, terjadi fase sensitisasi, antibodi IgE orang tersebut meningkat.
Alergen kemudian berikatan dengan antibodi IgE yang melekat pada sel mast dan
12
Gejala asma sering timbul pada waktu malam dan pagi hari. Gejala yang di
timbulkan berupa batuk-batuk pada pagi hari, siang hari, dan malam hari, sesak
napas/susah bernapas, bunyi saat bernapas (whezzing atau mengi) rasa tertekan di
dada, dan gangguan tidur karena batuk atau sesak napas atau susah bernapas.
Gejala ini terjadi secara reversibel dan episodik berulang (Brunner & Suddarth,
2011). Gejala asma dapat diperburuk oleh keadaan lingkungan, seperti berhadapan
dengan bulu binatang, uap kimia, perubahan temperatur, debu, obat (aspirin, beta-
blocker), olahraga berat, serbuk, infeksi sistem respirasi, asap rokok, dan stress
(GINA, 2004).
13
.
Keterangan:
Klasifikasi derajat asma pada anak menurut Pedoman Nasional Asma Anak
14
c. Asma persisten
fisiknya dijumpai napas menjadi cepat dan dangkal dan terdengar bunyi mengi
pada pemeriksaan dada (pada serangan sangat berat biasanya tidak lagi terdengar
mengi, karena pasien sudah lelah untuk bernapas). Dan yang cukup penting adalah
pemeriksaan fungsi paru, yang dapat diperiksa dengan spirometri atau peak
15
a. Spirometri
Spirometri adalah mesin yang dapat mengatur kapasitas vital paksa (KVP)
dan volume ekspirasi paksa (VEP1). Pemeriksaan ini sangat tergantung kepada
kooperasi pasien. Untuk mendapatkan nilai yang akurat, diambil nilai tertinggi
dari 2-3 nilai yang diperiksa. Sumbatan jalan napas diketahui dari nilai VEP <
80% nilai prediksi atau rasio VEP1/KVP < 75%. Selain itu, dengan spirometri
dapat mengetahui reversebiliti asma, yaitu dengan adanya perbaikan VEP1 ≥ 15%
2 minggu.
Alat ini adalah alat yang paling sederhana untuk memeriksa fungsi paru
yang dapat diukur dengan Arus Puncak Ekspirasi (APE). Sumbatan jalan napas
(Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, 2007).
16
Tujuan utama penatalaksanaan terapi asma adalah meningkatkan dan
mempertahankan kualitas hidup agar pasien asma dapat hidup normal tanpa
(Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, 2007)
diperlukan)
17
(Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, 2007).
1. Edukasi pasien
a. Meningkatkan kepuasan
mengontrol asma
g. Ceramah
h. Latihan/training
i. Supervisi
j. Diskusi
l. Film/video presentasi
18
(Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, 2007).
penganan yang disetujui bersama dan yang akan dilakukan, pada setiap
kunjungan.
19
g. Mengajak keterlibatan keluarga.
(Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, 2007).
Perlu dilakukan pada pasien dengan asma sedang sampai berat. Pengukuran
Arus Puncak Ekspirasi (APE) dengan Peak Flow Meter ini dianjurkan pada:
dilakukan pada asma persisten usia di atas > 5 tahun, terutama bagi pasien
mengancam jiwa.
(Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, 2007).
pengobatan seperti:
20
a. Mengetahui apa yang
b. Memutuskan apa
c. Memutuskan apa
d. Memutuskan kapan
e. Identifikasi dan
f. Pemberian oksigen
1. Penghentian merokok
2. Menghindari kegemukan
(Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, 2007).
21
Menurut Joseph DiPiro pengobatan asma dibagi menjadi 2 yaitu pengobatan
asma akut dan pengobatan asma kronik. Pengobatan asma akut dapat dilakukan
22
Pengobatan Asma Akut
23
Penilaian Awal
Sejarah, Pemeriksaan Fisik (auskultasi, penggunaan otot , denyut jantung, tingkat pernapasan),
PEF atau FEV1, saturasi oksigen, dan test lain.
PEF atau FEV1 >50% PEF atau FEV1 <50% (Eksaserbasi Berat) Berhentinya Pernapasan
-Inhalasi agonis β2 -Inhalasi agonis β2 dosis tinggi dan antikolinergik -Intubasi dan ventilasi mekanik
-Oksigen untuk mencapai saturasi menggunakan nebulizer tiap 20 menit atau secara dengan O2 100%
O2 ≥90% berkala tiap 1 jam. -Nebulizer agonis β2 dan
-Kortikosteroid oral (sistemik) -Oksigen untuk mencapai saturasi O2 ≥90% antikolinergik
-Kortikosteroid oral (sistemik) -Kortikosteroid intravena
Ulangi Penilaian
Butuh Perawatan RS
Gejala, Pemeriksaan Fisik, PEF, Saturasi
O2, dan tes lain.
Eksaserbasi Sedang (PEF atau FEV1 50-80%, Eksaserbasi Parah (PEF atau FEV1 <50%,
Pemeriksaan Fisik: Gejala Sedang) Pemeriksaan Fisik: Gejala Berat saat Istirahat,
-Inhalasi agonis β2 short acting tiap 60 menit Penggunaan Otot, dan Retraksi Dada)
-Kortikosteroid sistemik -Inhalasi agonis β2 short acting tiap jam atau secara
-Lanjutkan pengobatan 1-3 jam jika ada peningkatan terus menerus dan ditambah inhalasi antikolinergik
-Oksigen
-Kortikosteroid Sistemik
24
FEV1 : `Pengobatan Harian
PEF
Tingkat 4 Berkelanjutan ≤60% -Inhalasi Kortikosteroid dosis tinggi
minggu
Tingkat 2 2x tiap ≥80% -Inhalasi kortikosteroid dosis rendah
<1 x / hari
2 malam/ 20-30%
bulan
Tingkat 1 < 2 hari/ ≥80% Tidak perlu pengobatan harian
(Berselang) minggu
≤ 2 malam/
25
OBAT GOLONGAN
Salbutamol
(Ascolen : salbutamol 4mg)
(Asmacel : salbutamol sulfat 2mg, 4mg/tab,
2mg/5ml sirup)
(Hivent : salbutamol sulfat 1mg/ml)
(Volmax : salbutamol 4mg, 8mg)
Terbutalin
(Pulmobron)
(Tismalin)
(Lintaz)
Prokaterol
(Meptin : Prokaterol HCL hemihidrat Agonis β2
50mcg/tab, 25mcg/tab mini, 5mcg/ml sirup)
Meptin Inhatatior solution : Prokaterol HCL
100mcg/ml)
Meptin swinghaler : Prokaterol HCL 10
mcg/dosis)
Klenbuterol
(Spiropent : Klenbuterol hidroklorida 0,02
mg/tab)
Formoterol
(Symbicort : 4,5mg)
Salmeterol
(Seretide : 25mcg)
Blekometason dipropionat
(Becloment : 200mg/dosis) Kortikosteroid
(Beconase : 50mcg/semprot)
(Ventide : salbutamol 100mcg, beklometason
dipropionat 50mcg tiap 1 dosis/semprot)
26
Budesonide
(Budenbofalk : 3mg)
(Cycotide : 200mcg/siklolokaps)
(Inflammide : 100mcg, 200mcg tiap
semprotaerosil dosis terukur)
Flurikason propionat Kortikosteroid
(Flixotide : 0,5 mg/2ml)
(Seretide : 50mcg tiap semprotan)
Prednison, metilprednisolon, prednisolon
Ipratropium bromida
(Atrovent : 0,02 mgtiap semprot, tiap ml
solution Ipratropium bromida 0,25mg) Antikolinergik
(Berodual : 0,02mg)
(Combivent : 0,5mg)
MDI (18mg/hirup)
Zafirlukas
(Accolate : 20mg)
Montelukas Modifikator Leukotrien
Pranlukast
(Ultair)
Flutikason
(Advair : 250 atau 500 mg)
(Flixotid : 0,5 mg/2ml) Kombinasi terapi pengontrol
(Seretide : 50mcg tiap semprotan)
Omalizumab
Metotreksat
(Methotrexate DBL : 5mg/2ml, 50mg/2ml)
(Methotrexate : 25mg/ml) Methotreksat
Teofilin
(Kalborn : 130mg/kap <15ml sirup>)
Tusapres : 50mg)
(Asmafor : 125mg) Metilxantin
Aminofilin
(Amicain : 200 mg)
(Phyllocontin : 225mg)
27
1. Simpatomimetik
bronkodilator yang paling efektif dengan efek samping yang minimal pada terapi
Terbutalin.
sebagai berikut:
skelet.
terhadap gejala yang timbul pada malam hari. Obat golongan ini juga
28
Agonis β2 kerja singkat (seperti albuterol, bitolterol, pirbuterol, terbutalin) adalah
1. Efedrin HCl
Khasiat obat
bronkospasmus empiseme dan alergi lain pada saluran nafas bagian atas
(ISO, 2011).
Kontraindikasi
- Penderita yang hipertensi
- Penderita yang hipersensitif terhadap efhendrine
- Hipertiroidisme
- Kardiovaskuler
- Glaucoma
- pembesaran kelenjar prostat
- tukak lambung
- ibu hamil (MIMS, 2014)
Efek samping dan cara mengatasinya
Cara pemakaian
Dosis
Tablet, Dewasa dan anak lebih dari 12 tahun : 12,5-25 mg setiap 4 jam,
29
Kapsul, anak-anak: 0,5-0,75 mg/kg atau 16,7- 25 mg/m2 setiap 4-6 jam.
Waktu pemakaian
Setelah makan
Lama penggunaan
kondisi anda tidak membaik dalam 1 jam atau malah memburuk, atau jika
anda berpikir anda mungkin memiliki masalah medis yang serius, carilah
perhatian medis segera. Jika anda memiliki gejala kambuh atau berlangsung
lebih dari 7 hari, atau jika anda mengalami demam, ruam, atau sakit kepala
parah, carilah perhatian medis segera. Ini bisa menjadi tanda-tanda kondisi
Segera langsung minum obat jika jarak antara waktu minum tidak
terlalu dekat apabila jarak antar waktu minum sudah dekat jangan dilakukan
penggadaan dosis.
30
Sediaan yang mengandung efedrin, garamnya akan terurai apabila
terkena cahaya. Oleh karena itu harus dimasukkan dalam wadah yang kedap
2. SALBUTAMOL
Khasiat obat
Kontraindikasi
(pantau kadar gula darah, dilaporkan ketoasidosis). Untuk asma jika dosis
31
manfaat jauh lebih besar dari risiko jumlah dari obat yang di inhalasi pada
- Jantung berdebar-debar
- Gemetaran
- Sakit perut
- Nyeri dada
- Batuk berdahak
- Diare
- Sulit menelan
- Sakit kepala
- Menggigil
- Demam
- Mual
Cara pemakaian
32
Cara menggunakan inhaler:
secara perlahan
Tempatkan ujung inhaler di dalam mulut di atas lidah dan tutup inhaler
dengan bibir anda. Mulailah menarik napas perlahan dan tekan inhaler 1
33
Ventolin Nebules mengandung 2,5 mg salbutamol sulfat dalam setiap 1
ampulnya.
Dosis dewasa: dosis yang dianjurkan adalah 1–2 tablet, diberikan 3–4 kali
sehari.
Anak usia 6 – 12 tahun: dosis yang dianjurkan adalah sirup 5 ml, diberikan
Anak usia 2 – 6 tahun: dosis yang dianjurkan adalah sirup 2,5 ml – 5 ml,
Dosis inhaler: untuk anak usia diatas 4 tahun dan dewasa yang dianjurkan
100 atau 200 mcg yang dapat diulang setiap 4 sampai 6 jam sekali. Sebagai
pencegahan bronkospasme yang dipicu allergen atau latihan fisik dosis yang
adalah 100 mcg yang dapat diulang setiap 4 sampai 6 jam sekali. Sebagai
Dosis penguapan: untuk anak usia dibawah 2 tahun yang dianjurkan adalah
0,2 – 0,6 mg/kg/hari yang terbagi menjadi setiap 4 – 6 jam. Untuk anak usia
34
3 kali sehari. Untuk dewasa yang dianjurkan adalah 2,5 mg/pemberian,
Waktu pemakaian
sesudah makan.
salbutamol yang terlewat. Namun jika waktu yang ada hampir mendekati
35
Simpan pada suhu ruangan dan jauhkan dari cahaya langsung dan
(aerosol: 15-25 ºC; inhalasi cair: 2-25 ºC dan sirup: 2-30 ºC).
Cara membedakan obat yang masih baik dan yang sudah rusak
- Melihat perubahan kemasan
- Lihat expaire date
- Apakah terjadi perubahan warna pada sediaan
3. THEOPHILLIN
Khasiat obat
Obstruksi saluran napas reversibel, asma akut berat, bronkodilator
yang digunakan untuk asma dan untuk mengatasi penyakit paru obstruksi
kronik yang stabil, secara umum tidak efektif untuk eksaserbasi penyakit
epilepsi.
Efek Samping dan cara mengatasinya
Lebar terapeutik kecil, efek utama dan efek samping ada korelasi
saraf pusat (gelisah,gangguan tidur), efek yang tak diinginkan, reaksi yang
merugikan mulai timbul bila dosis teofilin dalam darah telah melebihi 15
μg/ml. Efek samping yang sering terjadi adalah muntah dan gangguan saraf
dengan indeks terapeutik yang sempit. Jadi, seperti dalam kasus dengan
36
banyak obat asma lain, penggunaannya harus dipantau untuk menghindari
toksisitas. Hal ini juga dapat menyebabkan mual, diare, peningkatan denyut
pusing, dan kepala ringan), kejang juga bisa terjadi pada kasus yang parah
Dosis
Anak: 6-12 tahun: 65-150 mg, kurang dari 1 tahun: 65-75 mg, 3-4 kali
Dosis oral: oleh karena terdapat variasi antara setiap individu maka dosis
harus disesuaikan dengan melihat perbaikan klinis, efek samping, dan kadar
pemeliharaan dalam darah antara 10-20 μg/ml. Dosis tergantung juga dari
tiap merk teofilin. Secara umum dosis 200-400 mg tiap 12 jam. Anak 6-12
tahun: 125-200 mg tiap 12 jam. Anak 2-12 tahun: 9mg/kg setiap 12 jam
37
mg/kgBB/hari, bilamana dosis akan ditingkatkan maka perlu monitor kadar
teofilin dalam plasma. Untuk preparat lepas lambat dosis seharinya lebih
rendah dari preparat biasa. Bila tampak tanda intoksikasi maka dosis harus
segera diturunkan.
secara cepat mendapatkan kadar dalam plasma antara 10-20 sel/ml. Bila
dosis pemeliharaan
pasien tidak mengkonsumsi obat golongan xanthine lainya loading dose: 4-5
Intravenous
Dewasa: loading dose: 4-5 mg/kg by infusion over 20-30 min. Maintenance
38
Geriatri: dosis lebih rendah dari dosis dewasa.
Oral
Acute bronchospasm
Oral
Chronic bronchospasm
Anak-anak: < 6 tahun Not recommended; 6-12 tahun 20-35 kg: 120-250 mg
39
Dosis teofilin untuk bayi:
Sumber: (Depkes,2007)
hipertensi, gagal jantung kongestif, pecandu alkohol, pasien lanjut usia dan
40
bayi. Efek pada saluran pencernaan: perhatian untuk pasien peptik ulser,
iritasi lokal mungkin terjadi, efek saluran pencernaan akan meningkat secara
sistemik untuk level serum yang lebih tinggi dari 20 mcg/mL. Penurunan
terlalu dekat apabila jarak antar waktu minum sudah dekat jangan dilakukan
penggadaan dosis.
Cara penyimpanan obat yang baik
Sediaan yang mengandung efedrin, garamnya akan terurai apabila
terkena cahaya. Oleh karena itu harus dimasukkan dalam wadah yang kedap
propilen disimpan pada suhu ruangan dibawah pencahayaan selama 180 hari
5mg/ml dalam pembawa suspensi lebih stabil sampai 90 hari dalam botol
41
Tabel Perbandingan Efek Farmakologi dan Sifat Farmakokinetik Bronkodilator
Simpatomimetik
42
43
Untuk pasien-pasien yang menderita asma ringan dengan serangan sewaktu-
β2 per inhalasi yang digunakan bila perlu saja. Untuk pasien asma sedang dengan
serangan yang lebih sering dan untuk pasien yang lebih sering memerlukan
inhalasi aerosol, atau timbul gejala serangan nokturnal (malam hari), diperlukan
pengobatan tambahan.
inhalasi (seperti kromolin atau kortikosteroid per inhalasi). Untuk pasien yang
gejala asmanya masih sukar dikontrol dengan pemberian secara teratur kombinasi
teofilin. Bila penambahan teofilin pada kombinasi di atas masih tidak memberikan
pemeriksaan kadar teofilin dalam darah dengan batas-batas kadar terapi 10-20
2. Golongan Xantin
beberapa efek fisiologis yaitu melemaskan otot polos, merangsang otot jantung,
merangsang sistem saraf, dan memicu pembentukan urin oleh ginjal (diuresis).
asma atau per oral untuk mencegah serangan asma akut (Sacher, R.A dan
44
Teofilin mungkin berguna pada beberapa pasien yang menderita asma
nokturnal, karena efek lepas lambat dapat memberikan terapi dan lebih efektif
Aminofilin
optimal untuk pasien asma umumnya memerlukan obat yang diberikan secara
parenteral, monitoring ketat dan perawatan intensif. Berikut adalah dosis untuk
dewasa
Dewasa bukan perokok 6,3 mg/kg a 0,5 mg/kg/jam a
Orang lanjut usia dan pasien 6.3 mg/kg a 0,3 mg/kg/jam a
a. Zafirlukas
45
Zafirlukas adalah antagonis reseptor leukotriene D4 dan E4 yang selektif
asma.
(Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, 2007).
4. Antikolinergik
46
Obat bronkodilator antikolinergik contohnya Ipatropium bromida
(ATROVEN). Obat ini efektif terutama untuk penyakit paru obstruktif menahun
(PPOM), namun untuk terapi asma kurang menonjol. Senyawa ini hanya tersedia
dalam bentuk inhalasi. Dibanding dengan agonis β2, ipratropium bromida kurang
efektif pada asma, tidak mempunyai efek terhadap reaksi cepat ataupun lambat.
Kombinasi kedua obat ini lebih efektif dan masa kerjanya lebih panjang
daripada diberikan tersendiri. Ipratropium dapat lebih efektif pada penderita asma
Dosis per inhalasi 4x 36 µg/hari, mulai kerja lambat, kadar puncak dicapai dalam
1-2 hari. Karena itu, hanya digunakan untuk profilaksis (Munaf, 2004 : 581).
jalan napas (agonis β) merupakan terapi asma yang utama. Obat ini diinhalasi
(atau diberikan dalam bentuk sirup pada anak yang masih sangat kecil) pada saat
tunggal selama eksaserbasi asma sedang atau buruk. Penggunaan terlalu sering
Saat ini sudah tersedia agonis beta adrenergik jangka panjang yang dapat
2009).
47
a. Ipratropium Bromida
Mekanisme Kerja
pada tempat tertentu, dan tidak bersifat sistemik. Ipratropium bromida (semprot
sekresi kelenjar serosa dan seromukus mukosa hidung (DiPiro, dkk, 2006 :
826-844).
Indikasi
48
pemberian 6-8 jam. Larutan dapat dicampurkan
jam.
b. Tiotropium Bromida
Mekanisme Kerja
Indikasi
dan emfisema.
a. Kromolin Natrium
49
Digunakan sebagai pengobatan profilaksis pada asma bronkial (DiPiro, dkk,
2006 : 826-844).
b. Nedokromil Natrium
asma. Obat ini menghambat aktivasi secara in vitro dan pembebasan mediator
dari berbagai tipe sel berhubungan dengan asma termasuk eosinofil, neutrophil,
perkembangan respon bronco konstriksi baik awal dan maupun lanjut terhadap
dan anak usia enam tahun atau lebih pada asma ringan sampai sedang
(Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan
6. Kortikosteroid
Obat-obat ini merupakan steroid adrenokortikal steroid sintetik dengan cara kerja
jumlah dan aktivitas dari sel yang terinflamasi dan meningkatkan efek obat beta
50
inhaler akan menghasilkan efek lokal steroid secara efektif dengan efek sistemik
51
7. Obat-Obat Penunjang
a. Ketitifen Fumarat
nonkompetitif dan relative selektif reseptor H1, menstabilkan sel mast dan
hipersensitivitas.
b. N-Asetilsistein
pada molekul yang bekerja langsung untuk memecahkan ikatan disulfide antara
mucus yang tidak normal, kental pada penyakit bronkopulmonasi kronik dan
akut.
52
(Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan
53
BAB III
3.1 Kasus
Seorang bapak bernama Bapak Ari umur 32 tahun beberapa jam yang lalu
terkena sesak napas. Kemudian datang ke apotek untuk membeli obat. Bapak Ari
tiba-tiba terkena sesak napas setelah pindah rumah dan keadaan di lingkungan
1. Subjektif
Usia : 32 tahun,
2. Objektif
3. Assesment
54
4. Planning
juga rokok.
b. Terapi Farmakologi:
Grafasma tablet
- 130 mg Theophylin
55
DAFTAR PUSTAKA
Albert, R. K., dkk. 2008. Clinical Respiratory Medicine. Third Ed. Philadelphia:
Mosby Elsevier
Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: DepKes
RI
Departemen Kesehatan RI. 2014. MIMS Indonesia Edisi 15 Tahun 2014. Jakarta:
DepKes RI
Dipiro, Joseph T., Talbert, Robert L., et al. 2008. The Seventh Edition of The
Benchmark Evidence-Based Pharmacotheraphy. USA: McGraw-Hill
Companies Inc.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 2007. Pharmaceutical Care untuk
Penyakit Asma. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
KemenKes RI. 2017. Asma Infodatin. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI
56
Mangguang, M, Dt. 2016. Faktor Risiko Kejadian Asma pada Anak di Kota
Padang. Arc. Com. Health, 3 (1) : 1-7
Rengganis, Iris. 2011. Diagnosis dan Tata Laksana Asma Bronkial. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
Surjanto, E. dan July, P. 2009. Mekanisme Seluler dalam Patogenesis Asma dan
Rinitis. Jurnal Respirologi Indonesia, 29 (3) : 128-138
57