You are on page 1of 27

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

DOSEN PEMBIMBING :

Abdul Rokhman, S.Kep.,Ns, M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 9 / Kelas : 6C Keperawatan

1. Indah Susanti (1602012251)

2. M.Nuril Huda (1602012260)

3. Cindy Rahmadyaning P (1602012241)

4. Nurul Hidayah (1602012270)

5. Siti Fatimah (1602012280)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH LAMONGAN

2019
LEMBAR PENGESAHAN

Dengan ini kami menyatakan bahwa :


Makalah ini adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang lain kecuali yang
telah dituliskan dalam referensi, serta tidak ada seorangpun yang membuatkan makalah ini untuk
kami.

Lamongan, 17 Mei 2019

Mengetahui,
Dosen Pembimbing

Abdul Rokhman, S.Kep.,Ns, M.Kep


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah yang maha Esa karena atas rahmat dan karuniah-
Nyalah, kami selaku penulis makalah yang berjudul “Makalah keperawatan komunitas”

alhamdulillah dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Maka dengan terselesainya makalah ini,
kami tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada

1. Drs. H. Budi Utomo, Amd. Kep. M.Kes, selaku ketua Universitas Muhammadiyah Lamongan
2. Suratmi, S.Kep, Ns. M.Kep, selaku ketua prodi S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Lamongan
3. Abdul Rokhman, S.Kep.,Ns, M.Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Komunitas dan
semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun
sehingga dapat digunakan untuk membantu perbaikan mendatang dan atas perhatian dan kerja
samanya kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Lamongan, 17 Mei 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bencana alam apapun bentuknya memang tidak diinginkan. Sayangnya kejadian pun terus
saja ada. Berbagai usaha tidak jarang dianggap maksimal tetapi kenyataan sering tidak terelakkan.
Masih untung bagi kita yang mengagungkan Tuhan sehingga segala kehendak-Nya bisa dimengerti,
meski itu berarti derita.

Banyak masalah yang berkaitan dengan bencana alam. Kehilangan dan kerusakan termasuk
yang paling sering harus dialami bersama datangnya bencana itu. Harta benda dan manusia terpaksa
harus direlakan, dan itu semua bukan masalah yang mudah. Dalam arti mudah difahami dan mudah
diterima oleh mereka yang mengalami. Bayangkan saja harta yang dikumpulkan sedikit demi
sedikit, dipelihara bertahun-tahun lenyap seketika.

Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau menghindari
bencana dan daya tahan mereka. Pemahaman ini berhubungan dengan pernyataan: “bencana muncul
bila ancaman bahaya bertemu dengan ketidakberdayaan”. Dengan demikian, aktivitas alam yang
berbahaya tidak akan menjadi bencana alam di daerah tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnya
gempa bumi di wilayah tak berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah “alam” juga ditentang
karena peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa keterlibatan manusia.
Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran,
yang mengancam bangunan individual, sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang berpotensi
mengakhiri peradaban umat manusia.

Namun demikian pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi (hazard) serta memiliki
kerentanan/kerawanan(vulnerability) yang juga tinggi tidak akan memberi dampak yang hebat/luas
jika manusia yang berada disana memiliki ketahanan terhadap bencana (disaster resilience). Konsep
ketahanan bencana merupakan valuasi kemampuan sistem dan infrastruktur-infrastruktur untuk
mendeteksi, mencegah & menangani tantangan-tantangan serius yang hadir. Dengan demikian
meskipun daerah tersebut rawan bencana dengan jumlah penduduk yang besar jika diimbangi
dengan ketetahanan terhadap bencana yang cukup.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan pengertian bencana?


2. Apa saja jenis-jenis dan faktor penyebab bencana?
3. Bagaimana dampak dari adanya bencana alam?
4. Bagaimana manajemen bencana?
5. Bagaimana pengembangan kapasitas dalam manajemen bencana?
6. Bagaimana potensi sumber daya lokal dalam penanggulangan bencana?

1.3 Tujuan

1. Memahami apa yang di maksud dengan pengertian bencana.


2. Memahami jenis-jenis dan faktor penyebab bencana.
3. Memahami dampak dari adanya bencana alam.
4. Memahami manajemen bencana.
5. Memahami pengembangan kapasitas dalam manajemen bencana.
6. Memahami potensi sumber daya lokal dalam penanggulangan bencana.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Bencana

Bencana dapat didefinisikan dalam berbagai arti baik secara normatif maupun pendapat para
ahli. Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007, bencana adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan
dampak psikologis.

Pengertian bencana dalam Kepmen Nomor 17/kep/Menko/Kesra/x/95 adalah sebagai berikut


: Bencana adalah Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, manusia, dan atau
keduanya yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan
lingkungan, kerusakan sarana prasarana dan fasilitas umum serta menimbulkan gangguan terhadap
tata kehidupan dan penghidupan masyarakat.

Menurut Departemen Kesehatan RI (2001), definisi bencana adalah peristiwa atau kejadian
pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan ekologi, kerugian kehidupan manusia, serta
memburuknya kesehatan dan pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan bantuan
luar biasa dari pihak luar.

Sedangkan definisi bencana (disaster) menurut WHO (2002) adalah setiap kejadian yang
menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia, atau memburuknya derajat
kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respon dari luar
masyarakat atau wilayah yang terkena.

2.2 Jenis-Jenis dan Faktor Penyebab Bencana

A. Jenis-jenis Bencana

Jenis-jenis bencana menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan


bencana, yaitu:

1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa
yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan, dan tanah longsor;
2. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa
non alam antara lain berupa gagal teknologi,gagal modernisasi. dan wabah penyakit;
3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa
yang disebabkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar
komunitas masyarakat.
4. Kegagalan Teknologi adalah semua kejadian bencana yang diakibatkan oleh kesalahan
desain, pengoprasian, kelalaian dan kesengajaan, manusia dalam penggunaan teknologi dan
atau insdustriyang menyebabkan pencemaran, kerusakan bangunan, korban jiwa, dan
kerusakan lainnya.
B. Faktor Penyebab Terjadinya Bencana

Terdapat 3 (tiga) faktor penyebab terjadinya bencana, yaitu :

1. Faktor alam (natural disaster) karena fenomena alam dan tanpa ada campur tangan manusia.
2. Faktor non-alam (nonnatural disaster) yaitu bukan karena fenomena alam dan juga bukan
akibat perbuatan manusia, dan
3. Faktor sosial/manusia (man-made disaster) yang murni akibat perbuatan manusia, misalnya
konflik horizontal, konflik vertikal, dan terorisme.
Secara umum faktor penyebab terjadinya bencana adalah karena adanya interaksi antara ancaman
(hazard) dan kerentanan (vulnerability). Ancaman bencana menurut Undang-undang Nomor 24
tahun 2007 adalah “Suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana”. Kerentanan
terhadap dampak atau risiko bencana adalah “Kondisi atau karateristik biologis, geografis, sosial,
ekonomi, politik, budaya dan teknologi suatu masyarakat di suatu wilayah untuk jangka waktu
tertentu yang mengurangi kemampuan masyarakat untuk mencegah, meredam, mencapai kesiapan,
dan menanggapi dampak bahaya tertentu” (MPBI, 2004:5).

2.3 Dampak Bencana Alam

Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana
dan daya tahan mereka. Pemahaman ini berhubungan dengan pernyataan: “bencana muncul bila
ancaman bahaya bertemu dengan ketidakberdayaan”. Dengan demikian, aktivitas alam yang
berbahaya tidak akan menjadi bencana alam di daerah tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnya
gempa bumi di wilayah tak berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah “alam” juga ditentang
karena peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa keterlibatan manusia.
Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran,
yang mengancam bangunan individual, sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang berpotensi
mengakhiri peradaban umat manusia. Namun demikian pada daerah yang memiliki tingkat bahaya
tinggi (hazard) serta memiliki kerentanan/kerawanan(vulnerability) yang juga tinggi tidak akan
memberi dampak yang hebat/luas jika manusia yang berada disana memiliki ketahanan terhadap
bencana (disaster resilience). Konsep ketahanan bencana merupakan valuasi kemampuan sistem dan
infrastruktur-infrastruktur untuk mendeteksi, mencegah & menangani tantangan-tantangan serius
yang hadir. Dengan demikian meskipun daerah tersebut rawan bencana dengan jumlah penduduk
yang besar jika diimbangi dengan ketetahanan terhadap bencana yang cukup.

Bencana berarti juga terhambatnya laju pembangunan. Berbagai hasil pembangunan ikut menjadi
korban sehingga perlu adanya proses membangun ulang. Kehidupan sehari-hari juga menjadi
tersendat-sendat. Siswa yang hampir menempuh ujian terpaksa berhenti bersekolah. Kenyataan
seperti ini berarti pula muncul kemungkinan kegagalan di masa mendatang. Pemenuhan kebutuhan
seharihari juga menjadi sulit padahal penggantinya juga tidak bisa diharapkan segera ada.

2.4 Manajemen Bencana

Manajemen bencana adalah suatu proses dinamis, berlanjut dan terpadu untuk meningkatkan
kualitas langkah-langkah yang berhubungan dengan observasi dan analisis bencana serta
pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini, penanganan darurat, rehabilitasi dan
rekonstruksi bencana. (UU 24/2007).

Manajemen bencana menurut Nurjanah (2012:42) sebagai Proses dinamis tentang


bekerjanya fungsi-fungsi manajemen bencana seperti planning, organizing, actuating, dan
controling. Cara kerjanya meliputi pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan tanggap darurat dan
pemulihan.

Manajemen bencana menurut (University British Columbia) ialah proses pembentukan atau
penetapan tujuan bersama dan nilai bersama (common value) untuk mendorong pihak-pihak yang
terlibat (partisipan) untuk menyusun rencana dan menghadapi baik bencana potensial maupun
akual.

Adapun tujuan manajemen bencana secara umum adalah sebagai berikut:

1. Mencegah dan membatasi jumlah korban manusia serta kerusakan harta benda dan
lingkungan hidup;
2. Menghilangkan kesengsaraan dan kesulitan dalam kehidupan dan penghidupan korban;
3. Mengembalikan korban bencana dari daerah penampungan/ pengungsian ke daerah asal bila
memungkinkan atau merelokasi ke daerah baru yang layak huni dan aman;
4. Mengembalikan fungsi fasilitas umum utama, seperti komunikasi/ transportasi, air minum,
listrik, dan telepon, termasuk mengembalikan kehidupan ekonomi dan sosial daerah yang
terkena bencana; Mengurangi kerusakan dan kerugian lebih lanjut;
5. Meletakkan dasar-dasar yang diperlukan guna pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan
rekonstruksi dalam konteks pembangunan.
2.5 Pengembangan Kapasitas dalam Manajemen Bencana

Risiko bencana merupakan besarnya kerugian atau kemungkinan hilangnya (jiwa, korban,
kerusakan, dan kerugian ekonomi) yang disebabkan oleh bahaya tertentu di suatu daerah pada suatu
waktu tertentu. Untuk mengurangi bahaya atau anacaman bencana serta kerentanan yang berpotensi
menimbulkan bencana, maka perlu adanya peningkatan kapasitas untuk mencegah, mengurangi,
dan menanggulangi risiko bencana.

Pengembangan Kapasitas berkaitan dengan program atau kegiatan meningkatkan kapasitas


masyarakat tangguh dalam menghadapi ancaman bencana. Sasaran akhirnya adalah masyarakat
harus mampu mengantisipasi, siap siaga menghadapi bencana, mampu menangani kedaruratan
(minimal mampu menolong diri sendiri/keluarga) dan mampu bangkit kembali dari dampak
bencana. Atau lebih tepatnya tujuan akhir dari pengembangan kapasitas ini adalah pembentukan
masyarakat tangguh bencana. Untum menuju masyarakat tangguh bencana tersesbut dapat
dilakukan melalui beberapa program/kegiatan, antara lain :

1. Sosialisasi penanggulangan bencana melalui media massa.


2. Pelatihan manajemen bencana (pencegahan, penanganan dan pemulihan).
3. Kepedulian terhadap cara-cara mitigasi yang dapat diterapkan dan keikutsertaan masyarakat
dalam program kesiapan/kesiapsiagaan menghadapi bencana.
2.6 Potensi Sumber Daya Lokal dalam Penanggulangan Bencana

Indonesia memiliki potensi sumberdaya alam yang melimpah. Di balik semberdaya alam
yang melimpah, di dalamnya juga menyimpan potensi bencana karena terletak di sirkum Pasifik dan
sirkum Mediteranian. Adanya pergeseran antara dua lempengan tersebut akan menimbulkan
bencana alam. Bencana alam akan menimbulkan berbagai dampak yang dapat mengganggu
kelangsungan hidup. Dampak bencana sangat banyak, meliputi kerugian ekonomi, fisik, sosial, dan
lingkungan. Kegiatan pemulihan atau recovery pascabencana memerlukan dukungan dari semua
pihak. Dukungan bisa dalam bentuk moril maupun materil.

Indonesia terkenal dengan perilaku gotong royong dalam berbagai hal. Gotong royong pada
dasarnya adalah proses sukarela berbagi ide, pengorganisasian masyarakat, pengumpulan bahan,
kontribusi keuangan, dan memobilisasi tenaga untuk melaksanakan kegiatan sosial dan budaya
(Bintarto,1983). Gotong royong berakar pada budaya Jawa pedesaan dan mengacu pada prinsip
saling membantu antartetangga di masyarakat. Gotong royong dijiwai dengan nilai-nilai seperti rasa
hormat, tanggung jawab, solidaritas, berbagi, penguatan, dan tepo seliro. Hal tersebut tersebut
seperti tertuang dalam Bhinneka Tunggal Ika.

Gotong royong sangat berperan dalam kegiatan pemulihan pascabencana. Gotong royong
bisa melewati batas-batas birokrasi dan dapat secara efektif serta efisien dalam menyelesaikan suatu
keperlaun atau hajat. Kegiatan gotong royong cukup membantu masyarakat terdampak bencana.
Gotong royong juga dirasa sangat penting dalam kebencanaan.

Penanggulangan bencana yang besar memerlukan anggaran yang besar dan terkadang
persediaan dari pemerintah bisa jadi kurang memadai. Melalui kearifan lokal maka jiwa gotong
royong perlu dibangkitkan untuk menghadapi bencana.

Potensi rawan bencana yang telah dideteksi oleh lembaga ilmiah hendaknya diperkuat oleh
jiwa gotong royong masyarakat untuk membuat prasarana dan prosedur mitigasi dalam menghadapi
bencana. Gotong royong memerlukan komitmen dan pengalaman dalam hal manajemen
menghadapi bencana.
BAB III

ASKEP (ASUHAN KEPERAWATAN)

Kasus

Di perumahan Petobo Baru, Kota Palu setelah terkena gempa yang disusul dengan adanya
likuifaksi menelan korban sekitar 250 jiwa. Hanya beberapa warga yang selamat. Saat ini warga
yang selamat ditampung dalam tenda pengungsian. Jumlah mereka kurang lebih 55 orang. Kondisi
mereka saat ini mengalami trauma berat akibat bencana tersebut. Beberapa diantara mereka ada
yang mengalami depresi berat, karena kehilangan anggota keluarga dan seluruh harta benda yang
dimiliki. Saat ini ditempat pengungsian, para korban banyak mengalami beberapa penyakit fisik
seperti diare, gatal-gatal dan yang lain. Hal tersebut diakibatkan karena kekurangan air bersih,
fasilitas MCK yang tidak memadai, dan tempat pengungsian yang kumuh. Fasilitas kesehatan yang
terdekat hanya posko kesehatan yang didirikan oleh relawan bencana, sedangkan untuk puskesmas
bangunannya 90 % mengalami kerusakan dan RS terdekat berjarak 20 Km dari lokasi pengungsian
para korban
MAJELIS PENDIDIKAN TINGGI PIMPINAN PUSAT
MUHAMMADIYAH
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
Website: www.um.lamongan.ac.id, E-mail: um.lamongan@yahoo.co.id
Jl. Raya Plalangan Plosowahyu Km. 03 Lamongan 62218
Telp. (0322) 323457 Fax. (0322) 322356

FORM PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. Pengkajian
1. Data Inti
a. Sejarah : tidak dikaji

b. Luas Wilayah

c. Batas Wilayah
Barat :
Utara :
Timur :
Selatan :
d. Agama : islam

e. Kepercayaan

f. Balita BGM (Bawah Garis Merah)

g. Masalah Kesehatan
Di perumahan Petobo Baru, Kota Palu setelah terkena gempa yang disusul dengan
adanya likuifaksi menelan korban sekitar 250 jiwa. Hanya beberapa warga yang selamat.
Saat ini warga yang selamat ditampung dalam tenda pengungsian. Jumlah mereka kurang
lebih 55 orang.

Kondisi Kesehatan Jumlah Presentasi


korban gempa 250 jiwa 78%
warga yang selamat 55 orang 22%

Depresi Berat
a. Lingkungan fisik
Beberapa warga kehilangan seluruh harta benda yang dimiliki, Saat ini warga berada
ditempat pengungsian, para korban banyak mengalami beberapa penyakit fisik seperti diare,
gatal-gatal dan yang lain. Hal tersebut diakibatkan karena kekurangan air bersih, fasilitas
MCK yang tidak memadai, dan tempat pengungsian yang kumuh.
b. Pelayanan kesehatan dan social
Fasilitas kesehatan yang terdekat hanya posko kesehatan yang didirikan oleh relawan
bencana sedangkan untuk puskesmas bangunannya 90 % mengalami kerusakan dan RS
terdekat berjarak 20 Km dari lokasi pengungsian para korban

c. Ekonomi
Kehilangan seluru harta benda yang dimiliki

d. Keamanan dan Transportasi


Tidak dikaji

e. Pemerintahan dan Politik


Tidak dikaji

f.Komunikasi
Tidak dikaji

g. Pendidikan
Tidak dikaji
h. Rekreasi
Tidak dikaji
i. Persepsi Warga dan Perawat
Tidak dikaji

2. Data Penunjang

B. Aanalisa Data
Data Etiologi Masalah Keperawatan

1. Fasilitas kesehatan yang terdekat ketidakcukupan akses Defisiensi kesehatan


hanya posko kesehatan yang pada pemberi layanan komunitas
didirikan oleh relawan bencana,
kesehatan
untuk puskesmas bangunannya 90
% mengalami kerusakan dan RS
terdekat berjarak 20 Km dari lokasi
pengungsian para korban.
kurangya fasilitas
2. Beberapa korban bencana
mengalami trauma berat akibat pelayanan kesehatan
bencana dan ada yang mengalami
depresi berat.

Defisinsi kesehatan
komunitas
1. Para korban banyak mengalami Strategi koping tidak Ketidakefektifan
beberapa penyakit fisik seperti efektif pemeliharaan
diare, gatal-gatal dan yang lain. Hal kesehatan
tersebut diakibatkan karena
kekurangan air bersih, fasilitas
MCK yang tidak memadai, dan
tempat pengungsian yang kumuh. Lingkungan tidak
terjaga kebersihannya

Ketidakefektifan
pemeliharaan
kesehatan

1. Akibat bencana tersebut, Beberapa Kehilangan objek Duka cita


korban kehilangan anggota penting dan kamatian
keluarga dan seluruh harta benda orang trdekat
yang dimiliki.

Bersedih yang
berlebihan

Duka cita
Diagnosa Keperawatan
1. Defisinsi kesehatan komunitas b.d keetidakcukupan akses pada pemberi layanan kesehatan
2. Ketidakefektidan pemeliharaan kesehatan b.d strategi koping tidak efektif
3. Duka cita b.d Kehilangan objek penting dan kamatian orang terdekat

C. Prioritas Masalah (Scoring)


Pentingnya Perubahan (+) Penyelesaian untuk
penyelesaian untuk penyelesaian peningkatan kualitas
masalah di komunitas hidup Total
MK Komunitas 1. rendah 0: tidak ada 0: tidak ada score
2. sedang 1 : rendah 1 : rendah
3. tinggi 2 : sedang 2 : sedang
3 : tinggi 3 : tinggi
1. Defisinsi 3 3 3 9
kesehatan
komunitas b.d
keetidakcukup
an akses pada
pemberi
layanan
kesehatan

2. Ketidakefektif 2 3 3 8
an
pemeliharaan
kesehatan b.d
strategi koping
tidak efektif
3. Duka cita b.d 3 2 2 7
Kehilangan
objek penting
dan kamatian
orang terdekat
D. Perencanaan Kegiatan

Tujuan
No. Dx Komunitas Kriteria Hasil Intervensi
Jangka Panjang Jangka Pendek

1. Defisiensi kesehatan Warga perumahan Warga perumahan Setelah dilakuka 1. Perlindungan lingkungan yang
tindakan keperawatan beresiko :
komunitas b.d Petobo Baru, Kota Palu Petobo Baru, Kota
dapat sehat dan idak Palu dapat berobat komunitas selama 2
ketidakcukupan bulan diharapkan : - Kaji lingkungan terkait dengan
sakit. dengan akses yang adanya resiko potensial dan aktual
1. Kesiapan komunitas
akses pada pemberi mudah terhadap bencana.
- Analisa tingkat resiko yang terkait
layanan kesehatan - Identifikasi tipe
bencana potensial : dengan lingkungan ( misalnya,
5 kebiasaan hidup, pekerjaan, suasana
- keterlibatan (lingkungan), air, perumahan,
lembaga penting limbah, radiasi, dan kekerasan).
dalam perencanaan - Informasikan populasi yang
:5 beresiko mengenai hal – hal yang
- penugasan
membahayakan dilingkungan.
lembaga yang
bertanggung jawab - Monitor kejadian penyakit dan
dalam peristwa cedera yang berhubugan dengan
bencana : 5 bahaya yang ada di lingkugan
- tempat 2. Persiapan bencana di komunitas :
penanampungan
yang dirancang - Identifikasi tipe becana yang ada di
dan dilengkapi daerah tersebut (misalnya, yang
(peralatan) : 5 berhubungan dengan cuaca,
- rencana industri, lingkungan)
ketersediaan - Identifikasi semua perangkat medis
layanan perawatan dan sumberdaya lembaga sosial
kesehatan mental : yang tersedia untuk dapat
5 menanggapi bencana
- rencana koordinasi
- Dorong persiapan masyarakat untuk
perawatan
kesehatan korban : menghadapi kejadian bencana
5 - Bantu untuk mempersiakan tempat
penampungan dan pos-pos bantuan
darurat
- Buat tenaga kesehatan menjadi peka
akan potensi dampak psikologis
(misalnya, depresi, sedih, takut,
marah, fobia, rasa bersalah,
kecemasan) dengan adanya
bencana.
2. Ketidakefektifan Warga perumahan Setelah dilakukan Setelah dilakuka 1. Manajemen Lingkungan Komunitas:
Petobo Baru, Kota Palu tindakan tindakan keperawatan
pemeliharaan
dapat memelihara komunitas selama 2  Berpartisipasi dalam tim
kesehatan b.d keperawatan bulan diharapkan : multidisiplin untuk mengidentifikasi
kesehatan secara efektif ancaman terhadap keselamatan di
1. Koping :
strategi koping tidak selama 2 minggu komunitas
efektif Warga perumahan  Mengidentifikasi
pola koping yang  Dorong lingkungan untuk
Petobo Baru, Kota efektif : 5 berpartisipasi aktif dalam
Palu dapat  Menggunakan keselamatan komunitas
sistem dukungan
mengetahui personal : 5 2. Peningkatan Koping
pentingnya  Mengidentifikasi  Bantu pasien dalam
beberapa strategi mengidentifikasi tujuan jangka
pemeliharaan koping : 5
pendek dan jangka panjang yang
kesehatan  Menggunakan
tepat
strategi koping
yang efektif : 5  Dukung aktivitas –aktivitas sosial
dan komunitas (agar bisa dilakukan)
3 Duka cita b.d Warga perumahan Setelah dilakuka 1. Dukungan emosional :
Petobo Baru, Kota Palu tindakan keperawatan
Kehilangan
bisa mengikhlaskan Setelah dilakukan komunitas selama 2 - Bantu pasien untuk mengenali
objek penting bulan diharapkan : perasaannya seperti adanya marah,
musibah yang telah cemas, dan sedih
1. kontrol diri terhadap
dan kamatian terjadi dan tidak tindakan depresi
berduka cita keperawatan - Berikan dukungan selama fase
orang terdekat - mengidentifikasi
mengingkari (denial), marah , tawar
selama 2 minggu sesuatu yang
muncul sebelum – menawar, dan fase menerima
Warga perumahan dalam proses berduka.
depresi : 5
Petobo Baru, Kota 2. Konseling :
- monitor perilaku
Palu bisa menerima akibat depresi : 5 - Bangun hubungan terapeutik yang
musibah yang didasarkan pada (rasa) saling
- - monitor kesadaan
percaya dan saling menghormati
terjadi fisik akibat dari
- Bantu pasien untuk megidentifikai
depresi : 5
masalah atau situasi yang
menyebabkan distress.

POA (Plan of Action)


No Rencana Kegiatan Rencana Pelaksanaan

Strategi Sasaran Hari/tgl/jam Tempat Penanggung jawab

1. Pengobatan gratis dan edukasi Adanya posko Masyarakat 16 mei 2019 / Posko
pentingnya menjaga kebersihan pelayanan kesehatan perumahan 09.00 WIB perumahan
lingkungan posko bencana di perumahan Petobo Petobo Baru, Petobo Baru,
Baru, Kota Palu Kota Palu Kota Palu

2. Aksi gotong royong bersih Aksi kebersamaan 16 mei 2019 / Lingkungan


–bersih posko pengungsian di antara sesama anggota 12.30 WIB perumahan
perumahan Petobo Baru, Kota dalam perumahan Petobo Baru,
Masyarakat
Palu Petobo Baru, Kota Kota Palu
perumahan
Palu dalam
Petobo Baru,
pembersihan wilayah
Kota Palu
lingkungan agar lebih
bersih dan mencegah
kejadian penyakit

3. Penyuluhan dan konseling Kerjasama dengan Masyarakat 16 mei 2019/ Seluruh wilayah
tentang bencana dan pentingnya perawat komunitas di dan perawat perumahan
14.00
menjaga kebersihan perumahan Petobo komunitas di Petobo Baru,
Baru, Kota Palu untuk perumahan Kota Palu
menjaga pentingnya Petobo
kebersihan dan Baru ,Kota
mengetahui adanya
bencana Palu

4. Kolaborasi dengan pemerintah Bekerjasama dengan 16 mei 2019 / Seluruh wilayah


Pemerintah
untuk menyediakan air bersih pemerintah dan kader 10.00-12.00 perusahaan
dan kader di
MCK yang memadai di perumahan petobo petobo baru kota
perumahan
baru ,kota palu untuk palu
petobo baru
menyediakan fasilitas
kota palu
air bersih MCK

E. Implementasi

No. Dx Komunitas Hari/tgl/jam Implementasi Respon


Paraf
1. Defisiensi kesehatan 16 Mei 2019 1. Mengadakan posko pelayanan kesehatan 1. Masyarakat tertarik untuk mengikuti
komunitas b.d 09.00-selesai posko pelayanan kesehatan
2. Memberikan edukasi kepada masyarakat
ketidakcukupan untuk meningkatkan dan menjaga 2. Masyarakat tertarik terhadap
akses pada pemberi kebersihan lingkungan posko bencana
layanan kesehatan penyuluhan yang diberikan

2. Ketidakefektifan 17 Mei 2019 1. Mengadakan kegiatan gotong royong 1. Masyarakat antusias dan
09.00 - selesai untuk meningkatkan kebersihan bekerjasama dalam memberikan
pemeliharaan
lingkungan posko pengungsian lingkungan posko pengungsian
kesehatan b.d
2. Meningkatkan kebersihan lingkungan 2. Masyarakat bekerja sama
strategi koping tidak dan fasilitas umum yang memadai untuk
menyediakan fasilitas umum yang
efektif warga perumahan petobo baru, kota palu
layak dan dibutuhkan warga
3. Mengkolaborasi dengan pemerintahan perumahan petobo baru kota palu
kota palu mengenai penyediaan airbersih
dan MCK bagi masyarakat
3. Duka cita b.d 16 Mei 2019 1. Mengadakan layanan konseling bagi 1. Masyarakat tertarik dan antusias
09.00-selesai warga yang ingin berkonsultasi mengikuti layanan konseling untuk
Kehilangan
mengenai musibah yang dialami bertukar saran dengan perawat
objek penting
2. Memberikan dukungan dan motivasi komunitas
dan kematian kepada warga perumahan petobo baru
2. Masyarakat menerima dan merasa
orang terdekat kota palu
senang dengan layanan yang
diberikan
F. Evaluasi Pelaksanaan

No. Diagnosa Tanggal Evaluasi Rencana Tindak


Lanjut

1. Defisiensi 16 Mei - warga 1. Mengadakan


kesehatan 2019 mendapatkan ulang posko
komunitas b.d 09.00- pengobatan yang layanan kesehatan
selesai terjangkau
ketidakcukupan
- warga mengerti 2. Memfasilitasi
akses pada pentingnya
pemberi layanan rujukan bagi
menjaga
kesehatan korban bencana
kebersihan
lingkungan posko apabila
untuk mencegah memerlukan
penyakit pengobatan secara
khusus ke rumah
sakit

2. Ketidakefektifan 17 Mei - Masyarakat 1. Gotong royong


2019 bekerjasama membersihkan
pemeliharaan
09.00 – membersihkan posko bencana 1
kesehatan b.d selesai lingkungan
minggu sekali
- Masyarakat
strategi koping sampai situasi
merasa senang
tidak efektif dengan diadakan bencana aman
nya gotong
royong 2. Ketersediaan
- Masyarakat sarana dan
merasa senang prasarana bagi
dengan disediakan korban bencana
fasilitas umum masyarakat petobo
dan air bersih baru, palu

Duka cita b.d 16 Mei - Masyarakat 1. Memberikan


2019 mampu menerima konseling ulang
3. Kehilangan
09.00- musibah yang bagi korban
objek penting selesai telah dialami
musibah bencana
- Warga
dan kamatian yang masih
memanfaatkan
orang layanan konseling mengalami depresi
yang disediakan
terdekat
2. Berkolaborasi
dengan tenaga
kesehatan jiwa
atau psikiater

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu
peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan aktivitas
manusia. Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen
keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan
struktural, bahkan sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada
kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan mereka.
Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya sendiri,
mulai dari kebakaran, yang mengancam bangunan individual, sampai peristiwa
tubrukan meteor besar yang berpotensi mengakhiri peradaban umat manusia.

4.2 Saran
Bencana bisa terjadi kapan saja dan dimana saja, namun kita harusmengetahui
jenis-jenis bencana, sebab-sebab yang menimbulkan bencanadan akibat-akibat
yang ditimbulkannya.Saran yang saya sampaikan kepada semua pihak untuk
mengantisipasi dan penanggulangan bencana agar tidak menimbulkan kerusakan,
korban meninggal dan kerugian yang besar.
1.Kepada Pemerintah agar meningkatkan managemen antisipasi dan
penanggulangan bencana.
2.Pemerintah agar memberikan sosialisasi dan simulasi kepadamasyarakat yang
tinggal di daerah bencana, bagaimana cara mengatasi bencana yang terjadi.
3.Peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam penyelamatan dan pelestarian
lingkungan, karena sebagian bencana yang terjadidiakibatkan oleh kerusakan
lingkungan.
4.Masyarakat pada umumnya harus mengetahui baik melalui MediaElektronik
maupun Media Cetak tentang bencana-bencana yang terjadidan bagaimana cara
mengatasi atau menyelamatkan diri.

DAFTAR PUSTAKA

Aminudin. 2013. Mitigasi dan Kesiapsiagaan Bencana Alam. Bandung : Penerbit

Angkasa Bandung.
Nurjanah, dkk. 2011. Manajemen Bencana. Jakarta: Alfabeta.

Pribadi, S. Krishna et.all. 2008. Buku Pegangan Guru. Bandung: Pendidikan Siaga
Bencana. Pusat Mitigasi Bencana – Institut Teknologi Bandung.

Purnomo, Hadi dan Ronny Sugiantoro.2010. Manajemen Bencana : Respon Dan

Tindakan Terhadap Bencana. Yogyakarta: Media Pressindo.

You might also like