You are on page 1of 8

TRANSPORTASI PERKOTAAN

EFISIENSI ENERGI TRANSPORTASI

DISUSUN OLEH:

ALMA SULTON AULIYAK

1415011014

UNIVERSITAS LAMPUNG

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK SIPIL

2017/2018
A. Latar Belakang

Efisiensi energi adalah perbandingan antara energi yang dapat


dimanfaatkan terhadap energi yang dibutuhkan. Semakin tinggi tingkat
efisiensi energi maka penggunaan energi akan semakin sedikit untuk hasil
yang sama. Memasang lampu neon, lampu LED atau skylight yang alami
dapat mengurangi jumlah energi yang diperlukan untuk mencapai tingkat
pencahayaan yang sama dibandingkan dengan menggunakan lampu pijar.
Perbaikan dalam efisiensi energi umumnya dicapai dengan mengadopsi
teknologi atau proses produksi yang lebih efisien[1] atau dengan
metode aplikasi yang diterima secara umum untuk mengurangi pengeluaran
energi.

Ada banyak motivasi untuk meningkatkan efisiensi energi. Mengurangi


penggunaan energi, mengurangi biaya energi dan dapat menghasilkan
penghematan secara finansial kepada konsumen jika penghematan energi
tersebut tidak melebihi biaya tambahan untuk penerapan aplikasi teknologi
hemat energi. Mengurangi penggunaan energi juga dipandang sebagai solusi
untuk mengurangi masalah emisi gas rumah kaca. Menurut Badan Energi
Internasional, peningkatan efisiensi energi pada bangunan, proses industri dan
transportasi dapat mengurangi sepertiga kebutuhan energi di dunia pada tahun
2050, dan dapat membantu mengontrol emisi gas rumah kaca secara global.[2]

Efisiensi energi dan energi terbarukan disebut juga


sebaga pilar kembar dari kebijakan energi yang berkelanjutan dan merupakan
prioritas utama dalam hirarki energi yang berkelanjutan. Di banyak negara,
efisiensi energi juga terlihat memiliki manfaat untuk keamanan nasional
karena dapat digunakan untuk mengurangi tingkat impor energi dari negara-
negara asing dan dapat memperlambat tingkat di mana sumber daya energi
dalam negeri akan habis.

Sektor Transportasi merupakan salah satu komponen yang


membuat pemborosan energi terjadi; seperti yang diakibatkan
oleh kemacetan di Jakarta. Data dari Indonesia Climate Change
Trust Fund mencatat bahwa penggunaan energi untuk
transportasi di Indonesia meliputi 48% dari penggunaan energi
total di tahun 2005, dan pada saat yang bersamaan, konsumsi
bahan bakar indonesia tersebut menghasilkan sekitar 67 juta ton
CO2 (ICCSR, 2010). Permasalahan konsumsi bahan bakar ini
tentunya harus menjadi perhatian penting bagi Pemerintah,
terutama dengan adanya Peraturan Presiden No. 61 tahun 2011
mengenai Rencana Aksi Nasional dalam Penurunan Gas Rumah
Kaca. Institute for Essential Services Reform (IESR) bekerja
sama dengan Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan
Konservasi Energi, dan dukungan dari Kedutaan Besar Inggris,
menyelenggarakan lokakarya (workshop) bertajuk Efisiensi
Energi di Sektor Transportasi di Hotel Four Season pada hari
Senin, 5 Maret 2012 lalu. Lokakarya ini membahas mengenai
bagaimana pemberlakuan Efisiensi Energi di Sektor Transportasi
dengan menghadirkan 4 (empat) orang narasumber, untuk
menyampaikan beberapa kegiatan yang terkait dengan efisiensi
energi di Sektor Transportasi di masing-masing lembaga
Pemerintah.

Untuk mengantisipasi hal tersebut Direktorat Jenderal


Perhubungan Darat menyusun strategi-strategi yang disingkat
dengan ASI: Avoid, Shift, Improve . Walaupun strategi tersebut
telah disusun, namun memang harus diakui bahwa penerapannya
tidak mudah.

B. Pertanyaan

1. Mengapa kesehatan ada kaitannya dengan transportasi?


2. Ada 3 pilar dalam efisiensi energi pada transportasi

1. TRANSPORTASI BERKAITAN DENGAN KESEHATAN

A. Permasalahan
Alat transportasi dapat dibagi dalam tiga jenis, yakni transportasi darat,
transportasi laut dan transportasi udara. Semua transportasi menyebabkan
sejumlah permasalahan tertuma berdampak terhadap lingkungan.

1. Polusi udara
Polusi udara adalah masuknya bahan pencemar berupa gas dan debu yang
berasal dari kendaraan bermotor, sehingga mempengaruhi dan mengurangi
fungsi udara. Kendaraan bermotor sebagai salah satu alat transportasi
merupakan sumber pencemar terbesar di kota-kota besar. Polusi dari
kendaraan bermotor dan operasi semua alat transportasi memiliki pengaruh
buruk terhadap kesehatan dan lingkungan.

Kerusakan yang ditimbulkan oleh polusi kendaraan bermotor adalah


timbulnya hujan asam, penipisan lapisan ozon, perubahan cuaca. Pengaruh
negatif yang ditimbulkan bagi kesehatan yaitu seperti penyakit ISPA (infeksi
saluran pernafasan atas), batuk, kanker kulit, kemandulan, turunnya IQ pada
anak.

2. Polusi getaran
Karena alat transportasi merupakan sumber getaran, maka harus
diperhitungkan dalam perencanaan sarana transportasi yang baru. Karena
polusi getaran sangat mempengaruhi ketahanan suatu jalan yang dilewatinya.

3. Polusi suara
Polusi suara diakibatkan suara-suara bervolume tinggi yang membuat daerah
sekitarnya menjadi bising dan tidak menyenangkan. Tingkat kebisingan
terjadi bila intensitas bunyi melampui 70 desibel (dB).

4. Kondisi angkutan umum yang memprihatinkan


Ini sangat mempengaruhi masyarakat untuk menggunakan jasa angkutan
tersebut. Mesin bis yang sudah tua dan sering mogok. Badan dan kursi bis
juga reyot, atap bis yang bocor.

5. Pengguna jalan seperti pengendara motor & pengemudi mobil (pribadi


dan umum) masih banyak yang melanggar peraturan. Seperti: angkot ngetem,
angkot ke lajur kiri untuk berhenti masih ada yang berhenti tiba-tiba tanpa
menyalakan lampu sein.

6. Masih banyak daerah yang memperlihatkan transportasi umum dan


transportasi pribadi berjalan disatu ruas jalan. Seharusnya ada pemisahan,
transportasi pribadi harus mempunyai jalan sendiri, begitu juga transportasi
umum.
Semua polusi itu dihasilkan dari hasil pembakaran mesin yang kita gunakan
sehari-hari seperti mesin pabrik, kendaraan roda 2, roda 4, dan truk, serta bis.
Pada hasil data yang didapatkan polusi udara yang terbesar dihasilkan mesin
dengan bahan bakar solar, kemudian bensin. Semua itu dapat kita kurangi
dengan merubah sistem kehibupan kita dengan memulai menggunakan
angkutan umum masal, dengan begitu otomatis kita mendapatkan berbagi
keuntungan seperti berkurangnya polusi, efisiensi energi, keuangan
meningkat, serta dapat menumbuhkan rasa bersosial dengan orang sekitar.

Untuk mengatasi permasalah tersebut sehubungan dengan upaya


penghematan energi, setidaknya ada dua cara utama yang dapat dilakukan.
Pertama(Efisiensi Sistem), menyusun rencana tata kota dan tata wilayah
secara terintegrasi, meliputi aktifitas ekonomi utama wilayah, penyediaan
sarana telepon, air minum dan transportasi sehingga menghemat energi.
Kedua(Efisiensi Travel), membangun transportasi masal dalam kota dan antar
kota yang efisien seperti kereta listrik, dan/atau monorail sebagai tulang
punggung yang didukung oleh sistem angkutan seperti bus, mikrolet dan lain-
lain yang aman dan nyaman. Pemanjangan jalur kereta rel listrik dalam kota
besar sampai ke kota di sekitarnya dengan jaringan kereta rel listrik atau
kereta diesel akan dapat mengurangi kepadatan jalan raya dan menurunkan
kerugian dalam waktu tempuh maupun biaya pengangkutan. Ketiga (Efisiensi
Kendaraan), menciptakan energi yang baru dan dapat terbaharukan

B. Solusi

Sektor transportasi merupakan sektor yang paling dominan dalam


mengkonsumsi BBM. Pemakaian energi yang boros oleh sektor ini lebih
disebabkan oleh masalah kemacetan dan banyaknya penggunaan kendaraan
pribadi. Menurut BPPT (2010), pada saat ini sistem transportasi di Indonesia
masih kurang baik yang dibuktikan oleh seringnya terjadi kemacetan di jalan
raya. Untuk mengatasi permasalah tersebut sehubungan dengan upaya
penghematan energi, setidaknya ada dua cara utama yang dapat dilakukan.
Pertama (Efisiensi Sistem), menyusun rencana tata kota dan tata wilayah
secara terintegrasi, meliputi aktifitas ekonomi utama wilayah, penyediaan
sarana telepon, air minum dan transportasi sehingga menghemat energi.
Kedua (Efisiensi Travel), membangun transportasi masal dalam kota dan
antar kota yang efisien seperti kereta listrik, dan/atau monorail sebagai tulang
punggung yang didukung oleh sistem angkutan seperti bus, mikrolet dan lain-
lain yang aman dan nyaman. Dan Ketiga, pemanjangan jalur kereta rel listrik
dalam kota besar sampai ke kota di sekitarnya dengan jaringan kereta rel
listrik atau kereta diesel akan dapat mengurangi kepadatan jalan raya dan
menurunkan kerugian dalam waktu tempuh maupun biaya pengangkutan

Tujuan dari penghematan energi ialah mengurangi penggunaan energi


untuk menekan biaya energi, serta mengurangi dampak lingkungan baik lokal
maupun global yang disebabkan oleh penggunaan energi. Penghematan
(konservasi) energi memberikan banyak manfaat. Menurut Nugroho (2005)
dengan penghematan energi seolah-oleh menemukan sumber energi baru.
Penghematan energi dilihat dari sumber pengguna energinya meliputi
penghematan di sisi pengguna (demand side) dan di sisi penyedia (supply
side). Penghematan energi juga dapat dilihat dari sisi penerapan teknologi
meliputi penggantian teknologi dengan teknologi yang lebih efisien dan
ramah lingkungan, penambahan teknologi (retrofitting) pada unit produksi
sehingga bekerja lebih efisien (BPPT, 2010). Dari sisi pengguna, peluang
penghematan energi dapat dilakukan melalui penggunaan, pengoperasian, dan
perawatan alat dan mesin secara efisien oleh masing-masing pengguna.
Menurut BPPT (2010) peluang penghematan yang dilakukan berbeda untuk
masing-masing sektor pengguna energi. Peluang penghematan paling besar
adalah pada sektor komersial dan rumah tangga, dan yang terkecil adalah
pada sektor lainnya. Hal ini terjadi karena pada sektor rumahtangga (dan juga
sektor komersial) sebagai konsumen langsung energi yang dapat mengurangi
penggunaan energi secara langsung. Pada sektor industri dan transportasi
yang berhubungan dengan penggunaan alat dan mesin, peluang
penghemantan relatif terbatas. Untuk sektor pertanian dan sektor lainnya,
teknologi yang digunakan terkait dengan produk akhir dengan menggunakan
jenis peralatan tertentu seperti mesin pompa air, traktor dan lainnya. Oleh
karena itu peluang penghematan yang dilakukan pada sektor pertanian dan
sektor lainnya menjadi terbatas dengan tidak mengurangi produk yang
dihasilkan.

Mencermati data fakta, hasil analisis yang telah dilakukan dan hasil studi
empiris lainnya, ada dua aspek yang perlu diperhatikan dalam rangka
mewujudkan ketahanan energi Indonesia pada masa depan. Aspek yang
pertama adalah pemakaian energi yang relatif boros. Walaupun rata-rata nilai
elasitistas pemakaian energi pada masa mendatang lebih kecil dari satu
(efisien), namun nilai elastisitas tersebut mendekati satu. Seiring dengan
berjalannya waktu, konsumsi energi cenderung mengalami peningkatan
karena jumlah penduduk bertambah dan kebutuhan energi dalam pelaksanaan
pembangunan meningkat. Oleh karenanya berbagai upaya melalui penerapan
strategi yang tepat untuk mewujudkan penghematan energi oleh berbagai
sektor pengguna perlu dirumuskan. Aspek lainnya adalah penyediaan energi
khususnya cadangan energi fosil, sebagai unrenewable resources,
ketersediaannya semakin terbatas yang diperlihatkan oleh harga energi,
terutama minyak yang cenderung meningkat. Pada masa mendatang
ketersediaan energi fosil akan habis, sehingga pemanfaatan energi yang
bersumber dari renewable resources merupakan pilihan yang harus dilakukan.
Sebagai negara agraris yang beriklim tropis Indonesia kaya akan renewable
resources, seperti pemanfaatan energi air, angin, biomas, biodiesel, biogas
dan sumber-sumber energi berkelanjutan lainnya. Dengan menerapkan
strategi yang tepat dan selaras dari kedua aspek tersebut diyakini Indonesia
akan dapat mewujudkan ketahanan energi, yakni dengan menerapkan strategi
energi berkelanjutan.
C. KESIMPULAN

Berdasarkan identifikasi masalah didapatkan kesimpulan yaitu:


A. Penyebab kesehatan berpengaruh terhadap transportasi
- Mengurangi penggunaan kendaran bermotor/gunakan angkutan

umum dapat mengrangi polusi dan efek rumah kaca


- Kendaraan bermotor menghasilkan zat karsinogen yang dapat

memicu kanker
- Harus adanya standar emisi gas buang di indonesia, contoh; Euro 6

(Standar emisi gas buang di luar negri saat ini)


- Perbanyak tumbuhan untuk menyerap polusi pada kendaraan
B. 3 Pilar serta contoh dalam Efisiensi Energi dalam transportasi;
1. Efisiensi Kendaraan adalah Memberi terobosan baru dengan cara

lebih mengifisiensikan bahan bahar pada kendaraan (irit BBM),

contoh; Kendaraan listrik, bio gas, Idling stop system, LCGC


2. Efisiensi Travel adalah merubah pola penggunaan pada

transportasi, contoh; Non motorized, Monorile, angkutan umum

masal.
3. Efisiensi Sistem adalah Menyusun tata wilayah dengan baik demi

tercapainya efisiensi energi, contoh; TOD, GanjilGenap,

You might also like