You are on page 1of 10

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

ANALISA PENCAPAIAN HEALTH SAFETY ENVIRONMENT


(HSE) PERFORMANCE INDICATOR PADA KONTRAKTOR
BERDASARKAN CONTRACTOR SAFETY MANAGEMENT
SYSTEM (CSMS) PT. X PURWOKERTO

Dwi Arita ‘Afuaniyah, Hanifa Maher Denny, Ida Wahyuni


Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email: daritaafuaniyah@gmail.com

Abstract : Contractor Safety Management System (CSMS) is an aspect of


Occupational Health and Safety (OHS) management system for contractors’
work. CSMS application level can be seen through the percentage achievement
of Health Safety Environment (HSE) Performance Indicator. HSE Performance
Indicator can be used to monitor safety performance by looking at lagging and
leading indicators. The absence of measurement HSE Performance Indicator
contractors of PT. X can cause a lack of discipline OHS program implementation
contractors for execute their work. This study aims to determine the achievement
of HSE Performance Indicator contractor PT. X uses a qualitative method by
conducting in-depth interviews. The subjects of this study consisted of two main
informants and two informants triangulation. The results showed that the
implementation of CSMS in PT. X consist of the step of administration which
includes risk assessment, pre-qualification, and selection and implementation
phase of work includes pre-implementation and implementation activities. While
the achievement of HSE Performance Indicator contractors with high risk
occupations amounted to 27.33%, the achievement of HSE Performance
Indicator contractor to work as medium risk amounted to 13.83%, and the
achievement of HSE Performance Indicator contractors with a low risk
occupations amounted to 28.08%. Achievement of HSE Performance Indicator is
strongly influenced by the implementation of CSMS stages. PT. X needs to do
more rigorous screening to select a contractor who truly realize the importance of
the implementation of OHS during works, in addition to the need for closer
scrutiny of the implementation of OHS program contractors during the execution
of a work in progress.
Key Words : Contractor Safety Management System (CSMS), Health Safety
Environment (HSE) Performance Indicator

391
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

PENDAHULUAN produksi, dan citra perusahaan. Tingkat


LATAR BELAKANG penerapan CSMS dapat dilihat melalui
Perusahaan besar saat ini sudah persentase pencapaian Health Safety
banyak yang menunjuk perusahaan Environment (HSE) Performance
kontraktor sebagai pelaksana pekerjaan. Indicator. HSE Performance Indicator
Pada dasarnya, tingkat risiko pekerjaan dapat berfungsi untuk memonitor kinerja
kontraktor dibedakan menjadi risiko keselamatan dengan melihat indikator
rendah, risiko sedang, dan risiko tinggi. lagging dan leading.3 Lagging indicator
Oleh karena itu, kontraktor dituntut merupakan indikator yang digunakan
melaksanakan pekerjaannya secara aman untuk mengukur keberhasilan penerapan
dari segi K3.1 Namun, pekerja kontraktor aspek HSE selama proses pelaksanaan
kurang disiplin dalam menerapkan K3. pekerjaan. Sedangkan leading indicator
Selain itu, pemahaman pekerja kontraktor adalah indikator yang digunakan untuk
mengenai peraturan K3 juga masih menunjukkan pencapaian program-
rendah. Oleh karena itu, disamping program HSE selama proses pelaksanaan
adanya implementasi SMK3 oleh kegiatan.4
perusahaan user, perlu adanya upaya K3 PT. X merupakan salah satu
guna menjamin K3 kontraktor dalam perusahaan yang mendistribusikan listrik.
bekerja.2 Perusahaan ini mendistribusikan listrik
Upaya K3 dalam menjamin untuk daerah Jawa Tengah dan Daerah
keselamatan kontraktor dilaksanakan Istimewa Yogyakarta. PT. X menunjuk
melalui Contractor Safety Manajemen beberapa kontraktor untuk membantu
System (CSMS). CSMS sering disebut melakukan pekerjaannya. Pekerjaan yang
juga dengan SMK3 Kontraktor. CSMS dilakukan tersebut memiliki potensi
merupakan sistem pengelolaan aspek K3 bahaya tinggi, sedang, dan rendah yang
untuk kontraktor dalam pelaksanaan dapat menimbulkan kecelakaan kerja.
pekerjaannya. Penerapan CSMS yang Kecelakaan kerja tersebut dapat
tidak baik akan menimbulkan rendahnya mengganggu proses kerja dan
kesadaran akan pentingnya penerapan K3 menurunkan produktivitas kerja.
di lingkungan kerja. Apabila hal tersebut Menurut survey awal yang
terus berlanjut, maka dapat menimbulkan dilakukan, PT. X memiliki panduan CSMS
terjadinya kecelakaan kerja, penyakit yang harus dipatuhi dan dilaksanakan
akibat kerja (PAK), pencemaran oleh para kontraktor. Tingkat penerapan
lingkungan dan kerugian lain seperti CSMS dapat diketahui dengan melihat
kerusakan alat, menurunnya proses pencapaian HSE Performance Indicator.
392
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Penilaian tersebut berfungsi untuk melihat dengan cara wawancara mendalam


performa K3 kontraktor selama (indepth interview), dokumentasi,
melaksanakan pekerjaan. Namun triangulasi, dan observasi. Teknik analisis
sayangnya, meskipun telah ada panduan data yang digunakan adalah dengan
CSMS, belum dilakukan penilaian melakukan pengumpulan data, reduksi
pencapaian HSE Performance Indicator. data, penyajian data, dan penarikan
Pada tahun 2015 terjadi satu kesimpulan.
kecelakaan kerja pada kontraktor. Uji validitas data dalam penelitian
Terjadinya kecelakaan kerja erat ini dilakukan dengan menggunakan
kaitannya dengan pencapaian HSE metode triangulasi sumber yang dilakukan
Performance Indicator kontraktor. Oleh dengan cara mengecek data yang telah
karena itu, perlu adanya penelitian lebih diperoleh melalui beberapa sumber. dan
lanjut untuk menganalisis pencapaian triangulasi teknik dilakukan dengan cara
HSE Performance Indicator pada para mengecek data kepada sumber yang
kontraktor PT. X berdasarkan CSMS. Hal sama dengan teknik yang berbeda, yaitu
tersebut berguna untuk mengurangi angka dengan menggunakan dokumen-dokumen
kecelakaan kerja serta melakukan dan observasi.5
pencegahan kecelakaan kerja dengan Uji reliabilitas dilakukan dengan
tepat agar dapat menciptakan lingkungan pengecekan kesesuaian informasi
kerja yang aman, nyaman, efisien, dan dilakukan dengan melakukan verifikasi
produktif. informasi yang diperoleh dari informan
dengan hasil observasi peneliti.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan HASIL DAN PEMBAHASAN
adalah penelitian kualitatif dengan Karakteristik Informan
pendekatan cross sectional. Penentuan Penelitian ini mengambil 2 orang
subyek penelitian atau informan dilakukan informan utama (IU), yang berjenis
dengan cara purposive dan snowball. kelamin laki-laki. Usia informan utama
Informan utama dalam penelitian ini tersebut yaitu 39 tahun dan 42 tahun.
adalah Kontraktor PT. X dengan kategori Informan tersebut merupakan manajer
pekerjaan risiko tinggi, sedang, dan dan penanggungjawab pelelangan
rendah. Informan triangulasi dalam kontraktor PT. X. Pendidikan terakhir
penelitian ini adalah Panitia Pengadaan informan tersebut adalah S1 dan SMA.
Barang dan Jasa dan Pengawas K3 PT. Informan triangulasi dalam
X. Pengumpulan data penelitian dilakukan penelitian ini terdiri dari dua orang.
393
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Informan triangulasi pertama merupakan 1. Tahap Administrasi


panitia pengadaan barang dan jasa, a. Penilaian Risiko
sedangkan informan triangulasi kedua Penilaian risiko bertujuan
adalah pengawas K3. Informan triangulasi untuk mengkaji seberapa besar
pertama berjenis kelamin laki-laki berusia dampak negatif pekerjaan
27 tahun dan informan triangulasi kedua terhadap aspek K3. Berdasarkan
berjenis kelamin perempuan berusia 56 hasil wawancara dengan informan
tahun. Pendidikan terakhir informan utama dan informan triangulasi,
triangulasi adalah S1 dan D3. maka dapat disimpulkan bahwa
pekerjaan yang akan dilakukan
Analisis Pelaksanaan Contractor Safety oleh kontraktor telah dilakukan
Management System (CSMS) penilaian risiko. Namun kontraktor
Contractor Safety Management tidak diberi duplikat hasil penilaian
System (CSMS) merupakan sistem risiko tersebut. Hal tersebut akan
pengelolaan aspek K3 untuk kontraktor dapat menimbulkan kesulitan bagi
dalam pelaksanaan pekerjaannya. kontraktor untuk melakukan
Penanggungjawab CSMS PT. X adalah pengendalian risiko.6
bagian Pengadaan Barang dan Jasa dan b. Prakualifikasi
juga pengawas K3. Bagian Pengadaan Proses prakualifikasi
Barang dan Jasa bertanggungjawab pada dilakukan untuk menyeleksi
tahap prakualifikasi, seleksi, dan pra kontraktor yang sudah memiliki
pelaksanaan pekerjaan, sedangkan kesadaran, kemampuan, dan
pengawas K3 bertanggungjawab pada kepedulian aspek K3. Indikator
tahap penilaian risiko dan pelaksanaan yang digunakan untuk membuat
pekerjaan. Dengan demikian, maka dapat checklist, antara lain:7
diketahui bahwa pengawas K3 tidak 1) Pemahaman terhadap
dilibatkan dalam seluruh tahapan CSMS. peraturan perundangan dan
PT. X tidak memiliki satu bagian khusus kebijakan dan prosedur K3.
yang bertanggungjawab terhadap 2) Komitmen K3.
implementasi CSMS dari tahap awal 3) Kinerja dan pengalaman
hingga akhir. Pelaksanaan CSMS tersebut kontraktor terkait aspek K3.
belum sepenuhnya terintegrasi dengan 4) Organisasi K3.
sistem manajemen perusahaan. 5) Manual K3.
6) Kuantitas dan kualitas peralatan
serta prosedur untuk
394
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

pencegahan dan penanganan kurang tertibnya pengawasan K3


dampak negatif aspek K3. saat pelaksanaan pekerjaan,
7) Kemampuan sistem pembinaan kontraktor kurang disiplin dalam
serta pelatihan SDM terkait menerapkan K3. Pembinaan
aspek K3. mengenai aspek K3 juga sangat
8) Catatan/record terkait K3. penting agar kontraktor menyadari
Pemenuhan indikator pentingnya penerapan aspek K3
tersebut nantinya dilakukan tidak hanya pada awal kontrak,
penilaian skor. Total skor (TS) tetapi selama pelaksanaan
yang harus dicapai kontraktor, pekerjaan.6 Hal tersebut terjadi
yaitu:7 karena pengawas K3 tidak
1) Risiko tinggi : TS>55 dilibatkan dalam penyusunan RKS.
2) Risiko menengah : 40<TS<55 Menurut hasil wawancara, manual
3) Risiko rendah : 25<TS<40 K3 dan organisasi K3
4) Tidak lulus : TS<25 hanya dimiliki oleh PT. X.
Berdasarkan hasil Kontraktor PT. X hanya memiliki
wawancara, persyaratan yang SOP pekerjaan yang akan
harus dipenuhi kontraktor hanya dilakukan. Pekerja kontraktor
meliputi: hanya diberi pengarahan cara
1) Pemahaman kebijakan K3 pelaksanaan pekerjaan pada awal
2) Komitmen K3 kontrak. Selama pekerjaan
3) Kinerja dan pengalaman berlangsung tidak dilakukan
kontraktor terkait aspek K3 pelatihan-pelatihan terkait aspek
4) Kuantitas dan kualitas K3. Kontraktor hanya melakukan
peralatan serta prosedur untuk diskusi kecil atau simulasi kecil
pencegahan dan penanganan apabila terdapat permasalahan
dampak negatif aspek K3 atau temuan dalam pelaksanaan
5) Catatan/record terkait aspek pekerjaan.
K3 Dalam melakukan
Pada tahap prakualifikasi penyeleksian kontraktor, PT. X
kontraktor tidak diwajibkan tidak melakukan penilaian skor
memiliki organisasi K3, manual K3, terkait persyaratan yang harus
dan pembinaan aspek K3 selama dipenuhi oleh kontraktor. Dengan
pelaksanaan pekerjaan. Hal demikian akan dapat meminimalisir
tersebut dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja.7
395
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Selain harus memenuhi sesuai dengan RKS yang


RKS, kontraktor juga diminta untuk disepakati pada saat diskusi
mematuhi dan melaksanakan isi penjelasan RKS.2 Proses seleksi
pakta K3. Isi dari pakta K3 antara ini selalu dilakukan berulang
lain: setelah masa kontrak para
1) Menaati dan melaksanakan UU kontraktor habis.
No 1 tahun 1970, UU No. 13 2. Tahap Pelaksanaan Pekerjaan
tahun 2003, UU No. 30 tahun Tahap pelaksanaan pekerjaan
2009. meliputi tahap pra pelaksanaan
2) Melakukan pekerjaan setelah pekerjaan, tahap pelaksanaan
mendapat Surat Perintah Kerja pekerjaan, dan tahap evaluasi akhir.7
(SPK). Namun, penelitian ini hanya dibatasi
3) Melakukan koordinasi dengan sampai tahap pelaksanaan pekerjaan
pengawas K3 sebelum dan karena penelitian ini terbatas hanya
sesudah pelaksanaan satu bulan sedangkan masa kerja
pekerjaan. kontraktor belum berakhir sehingga
4) Menerima sanksi atas kelalaian tidak dapat mengevaluasi tahap
dan kesalahan yang disengaja evaluasi pekerjaan.
atau tidak disengaja selama a. Pra Pelaksanaan Pekerjaan
pekerjaan berlangsung. Setelah adanya kontrak,
Namun, kontraktor tidak pihak kontraktor diminta untuk
dipastikan memahami, menaati, membuat HSE Plan yang dibuat
dan melaksanakan isi pakta K3 melalui Kick of Meeting. Hal
sebelum penandatanganan tersebut bertujuan untuk melihat
kontrak. gap antara HSE Plan kontraktor
c. Seleksi dan HSE Plan PT. X.7
Pada tahap seleksi, Berdasarkan hasil
kontraktor diharuskan memenuhi wawancara, sebelum pelaksanaan
persyaratan mengenai aspek K3 pekerjaan dilakukan pembahasan
yang nantinya diatur dalam RKS RKS yang nantinya akan
serta menjadi bagian evaluasi digunakan sebagai pedoman
sebagai pemenang lelang.2 dalam pelaksanaan pekerjaan
Pelaksanaan tahap seleksi kontraktor. Diskusi tersebut
kontraktor melalui pengevaluasian bertujuan agar kontraktor
dokumen yang telah disyaratkan memenuhi aspek K3 PT. X.
396
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Namun, di dalam RKS tersebut Analisis Pencapaian HSE Performance


tidak tercantum program K3. Hal Indicator
tersebut akan dapat menyebabkan Pencapaian HSE Performance
kurangnya peran serta kontraktor Indicator dipengaruhi oleh indikator
terkait SMK3.6 lagging dan indikator leading. Indikator
Pada tahap pra lagging merupakan indikator yang
pelaksanaan pekerjaan kontraktor menunjukkan pencapaian aspek K3
perlu dibekali JSA pekerjaan, kontraktor dilihat melalui kasus
prosedur tanggap darurat, dan kecelakaan kerja yang dialami kontraktor.
nomor darurat. Hal bertujuan untuk Pada indikator lagging tidak dilakukan
membantu kontraktor untuk dapat penilaian skor karena dari pihak PT. X
6
bekerja secara aman. tidak memperbolehkan terjadinya
b. Pelaksanaan Pekerjaan kecelakaan (target pencapaiannya nol).
Program K3 yang harus Indikator leading merupakan
dilaksanakan oleh kontraktor pencapaian program-program K3 yang
antara lain rapat koordinasi, dijalankan oleh kontraktor. Untuk
inspeksi APD, inspeksi kesesuaian pekerjaan berisiko rendah tidak
pelaksanaan pekerjaan dengan melaksanakan program inspeksi APD
SOP, briefing kerja atau COC, dan karena dalam pelaksanaan pekerjaannya
laporan program K3. tidak ada kewajiban untuk menggunakan
APD tertentu.

Tabel 1.1 Hasil Penilaian Pencapaian HSE Performance Indicator Kontraktor dengan
Pekerjaan Berisiko Tinggi
Determinan Skor Skor
No. Item Target Realisasi
Factor Maks Realisasi
Leading Indicator
1 Rapat Koordinasi 12 4 6,33 19 6,33
2 Code of Conduct 12 0 - 21 0,00
3 Laporan Program K3 12 0 - 18 0,00
4 Inspeksi Kesesuaian SOP 12 12 21,00 21 0,00
5 Inspeksi APD 12 0 - 21 21,00
Total Nilai 100 27,33
% Total Nilai 27,33%

397
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Tabel 1.2 Hasil Penilaian Pencapaian HSE Performance Indicator Kontraktor dengan
Pekerjaan Berisiko Sedang
Determinan Skor Skor
No. Item Target Realisasi
Factor Maks Realisasi
Leading Indicator
1 Rapat Koordinasi 12 1 1,58 19 1,58
2 Code of Conduct 12 6 10,50 21 10,50
3 Laporan Program K3 12 0 - 18 0,00
4 Inspeksi Kesesuaian SOP 12 1 1,75 21 1,75
5 Inspeksi APD 12 0 - 21 0,00
Total Nilai 100 13,83
% Total Nilai 13,83%

Tabel 1.3 Hasil Penilaian Pencapaian HSE Performance Indicator Kontraktor dengan
Pekerjaan Berisiko Rendah
Determinan Skor Skor
No. Item Target Realisasi
Factor Maks Realisasi
Leading Indicator
1 Rapat Koordinasi 12 1 2,08 26 2,08
2 Code of Conduct 12 24 26,00 26 26,00
3 Laporan Program K3 12 0 - 22 0,00
4 Inspeksi Kesesuaian SOP 12 0 - 26 0,00
Total Nilai 100 28,08
% Total Nilai 28,08%

Berdasarkan tabel tesebut, maka masih belum maksimal (100%)


dapat diketahui bahwa percapaian HSE disebabkan karena terdapat program yang
Performance Indicator kontraktor dengan belum dilaksanakan secara maksimal dan
pekerjaan berisiko tinggi, rendah, dan juga terdapat program yang belum
sedang berturut-turut sebesar 27,33%, terlaksana sama sekali.
13,83%, dan 28,08%. Pencapaian ini

Tabe 1.4 Rekapitulasi Frekuensi Pelaksanaan Program


Target Realisasi Pelaksanaan Program
No. Program Risiko Risiko Risiko
Pelaksanaan
Tinggi Sedang Rendah
1. Rapat Koordinasi 12 4 1 1
2. Code of Conduct (COC) 12 0 6 24
3. Laporan Program K3 12 0 0 0
4. Inspeksi Kesesuaian SOP 12 0 0 0
5. Inspeksi APD 12 12 1 0

Berdasarkan tabel tersebut, Indicator pada kontraktor PT. X


perbedaan pencapaian HSE Performance disebabkan karena perbedaan frekuensi
397
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

pelaksanaan program. Faktor lain yang dokumen yang dibutuhkan tahap


dapat mempengaruhi pencapaian HSE prakualifikasi, bukti komitmen K3,
Performance Indicator antara lain: kebijakan K3, struktur organisasi K3, SOP
1. Peran pengawas K3 dalam pekerjaan, JSA pekerjaan, prosedur
implementasi tahapan CSMS tanggap darurat, daftar APD wajib,
2. Kepemilikan manual K3 yang prosedur pengelolaan limbah, cek
didalamnya mencakup hal-hal berikut kesehatan obat terlarang dan alkohol,
ini: laporan temuan K3, pelaporan kejadian,
a. Peraturan perundang-undangan di prosedur audit K3 internal, HSE Plan, dan
bidang K3 dan standar K3 RKS. Berdasarkan hasil observasi dapat
b. Identifikasi, penilaian dan diketahui bahwa kontraktor tidak memiliki
pengendalian risiko kecelakaan kebijakan K3, organisasi K3, JSA,
dan penyakit akibat kerja prosedur tanggap darurat, prosedur
c. JSA Pekerjaan pengelolaan limbah, tidak melakukan
d. Pemantauan kinerja K3 kontraktor pengecekan obat terlarang dan alkohol,
e. Pengkajian kecelakaan kerja dan laporan temuan K3, laporan kejadian,
tindak lanjut prosedur audit internal, dan HSE Plan. Hal
f. Prosedur tanggap darurat dan tersebut disebabkan dalam membuat RKS
nomor darurat tidak melibatkan pengawas K3. Oleh
g. HSE Plan yang memuat salah karena itu, persyaratan terkait aspek K3 di
program-program K3 dalam RKS masih belum diperhatikan.
3. Kepemilikan organisasi K3
4. Penilaian skor pada tahap KESIMPULAN
prakualifikasi 1. Pelaksanaan CSMS di PT. X terdiri
5. Pembinaan aspek K3 selama dari tahap administrasi dan tahap
pelaksanaan pekerjaan pelaksanaan pekerjaan.
6. Pemahaman isi pakta K3 sebelum 2. Pencapaian HSE Performance
melakukan penandatanganan pakta Indicator kontraktor dengan pekerjaan
K3 berisiko tinggi, rendah, dan sedang,
bervariasi yaitu 27,33%, 13,83%, dan
28,08%.
Analisis Hasil Observasi 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Peneliti melakukan observasi pencapaian HSE Performance
terhadap dokumen-dokumen antara lain : Indicator antara lain:
form penilaian risiko pekerjaan, ceklis
398
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

a. PT. X tidak memiliki suatu bagian 3. Health and Safety Executive,


khusus yang bertanggung jawab Developing Process Safety Indicator-
mengenai implementasi CSMS A Step by Step Guide HSG254. UK,
dari tahap awal hingga tahap akhir. HSE Book, On line :
b. Target frekuensi pelaksanaan www.hse.gov.uk/leadership/keyindicat
program K3 masing-masing 12 ors.pdf [Dikutip pada Tanggal 28
kali, sementara itu tidak ada Februari 2015]
kontraktor yang melaksanakan
4. Purnama, Rosdja, Studi Evaluasi
program K3 sesuai rencana.
Tingkat Pemenuhan Sistem
c. Kontraktor PT. X tidak memiliki
Manajemen Keselamatan Kesehatan
manual K3 meskipun PT. X
Kerja (SMK3) Kontraktor Di China
memiliki manual K3.
National Offshore Oil Corp.(CNOOC)
d. PT. X memiliki organisasi P2K3
Tahun 2000-2002, Depok, 2003.
namun Kontraktor PT. X tidak
memiliki organisasi P2K3. 5. Sugiyono, Metode Penelitian
e. PT. X belum melakukan penilaian Pendidikan: Pendekatan Kualitatif,
skor pada tahap prakualifikasi. Kuantitatif, dan R&D, Bandung,
f. Pembinaan mengenai aspek K3 Alfabeta, 2010.
hanya merupakan paparan awal
dan tidak dilakukan secara rutin 6. Peraturan Pemerintah Nomor 50
serta tidak dilakukan tindak lanjut. Tahun 2012, Penerapan Sistem
4. Sebelum penandatanganan pakta K3 Manajemen Keselamatan dan
kontraktor PT. X tidak dipastikan telah Kesehatan Kerja (SMK3), Jakarta,
memahami isi pakta K3. Presiden republik Indonesia, 2012.

7. Falenshina, Nizhenifa, Implementasi


DAFTAR PUSTAKA
Contractor Safety Management
1. Purnama, Rosdja, Studi Evaluasi
System (CSMS) Terhadap Kontraktor
Tingkat Pemenuhan Sistem
Project TA Unit CD III PT. Pertamina
Manajemen Keselamatan Kesehatan
RU III Palembang, Depok, FKM UI,
Kerja (SMK3) Kontraktor Di China
2012.
National Offshore Oil Corp.(CNOOC)
Tahun 2000-2002, Depok, 2003.

2. Ramli, Suhatman, Contractor Safety


Management System, Jakarta, 2008.

399

You might also like