Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
Babesia
Babesia microti dan Babesia divergens adalah dua spesies yang paling
sering menginfeksi manusia. Infeksi dari spesies lain Babesia umumnya terjadi
pada hewan ternak. Babesiosis juga dikenal sebagai Piroplasmosis. Nama-nama
umum dari penyakit ini termasuk Sapi Texas Demam, Redwater Demam, Demam
Tick, dan Nantucket Demam.
a. Babesia microti
Babesia microti atau Theileria microti adalah parasit
darah (piroplasma) yang dapat dirularkan ditularkan oleh kutu rusa . Sebelumnya
dalam taksonomi genus Babesia , dikenal sebagai Babesia microti ,
sampai perbandingan RNA ribosomalnya menunjukkan kemiripan dengan genus
Theileria. T. microti bertanggung jawab untuk penyakit theileriosis manusia ,
yang mirip dengan Babesiosis pada hewan dan penyakit malaria yang
menyebabkan demam dan hemolisis.
Di Amerika, Ixodes scapularis adalah vektor yang paling umum. Serangga
ini merupakan kutu keras, umumnya dikenal sebagai kutu rusa, juga merupakan
vektor untuk penyakit kutu lainnya seperti penyakit Lyme. Banyak
spesies Babesia hanya menginfeksi mamalia, Umumnya adalah hewan besar
seperti sapi, kuda, dan domba.
B. microti dan B. divergens adalah dua spesies patogen utama pada
manusia. Hospes definitif parasit ini adalah tikus kaki putih (Peromyscus
leucopus Rafinesque), Vole microtus (Microtus spp.) dan rusa ekor
putih (Odocoileus virginianus).
Gambar 1. Kiri: Ixodes scapularis (vektor) dan kanan: Peromyscus leucopus (hospes) B.
microti2
Manusia masuk ke dalam siklus ini bila tidak sengaja digigit oleh
sengkenit. Siklus seperti di atas berlanjut hingga parasit mencapai stadium
trofozoit berbentuk cincin di dalam eritrosit. Trofozoit berdiferensiasi
menghasilkan 2-4 merozoit yang akan memecah eritrosit sehingga dapat
menginvasi eritrosit lainnya.Infeksi pada manusia sangat jarang berulang melalui
gigitan sengkenit. Transmisi pada manusia lain dapat terjadi melalui transfusi, dan
transmisi transovarium (dikenal sebagai transmisi vertikal atau herediter).
Gambar 3. Bentuk cincin pada fase trofozoit B. microti 3
Diagnosis Babesiosis dan Malaria dalam jumlah yang sangat banyak dapat
menjadi cukup sulit. Untuk melengkapi pemeriksaan apus darah, diagnosa juga
harus dilakukan dengan tes fluoresen antibodi tidak langsung (IFA). Pengujian
IFA memiliki spesifisitas yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan apus darah
dengan deteksi antibodi, yaitu antara 88-96% dari pasien yang
terinfeksi. Diagnosis melalui langkah-langkah pengujian antibodi juga sangat
berguna untuk mengidentifikasi prevalensi serum pada individu
asimtomatik. Karena penyebaran dari Babesia dapat juga melalui transfusi darah,
tes IFA akan menjadi cara yang efektif untuk skrining penyakit dalam darah
donor.
Secara historis diagnosis Babesiosis dilakukan dengan xenodiagnosis pada
hamster untuk B. microti dan dalam gerbil untuk B. divergens. Meskipun berhasil
mengidentifikasi penyakit ini, teknik diagnostik ini telah ditinggalkan untuk
ukuran diagnostik cepat.
Pengobatan
Epidemiologi
Pencegahan
Daftar Pustaka
1. Sutanto, I, Ismid, IS, Sjarifuddin, PK, Sungkar, S. Buku Ajar Parasitologi
Kedokteran. Edisi keempat. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2008
2. http://en.wikipedia.org/wiki/Babesia
3. http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/html/frames/a-
f/babesiosis/body_Babesiosis_mic1.htm
4. http://www.hopkins-arthritis.org/arthritis-info/lyme-disease/