You are on page 1of 4
SHOLAT GERHANA PENGERTIAN, FIQIH & TATA CARA SHOLAT GERHANA Oleh: H. Abdullah Haidir, Let Ketua MPW PKS Arab Saudi Istilah Secara istiiah, gerhana matahari dan bulan disebut dengan istiah kusuf (4S) atau khusuf (by). Kedua kata tersebut merupakan sinonim yang berarti perubahan pada keduanya dan berkurangnya ‘ahaya padanya, Secara sederhana kite mengartikannya dengan istlah: Gerhana, ‘Ada pula yang mengatakan bahwa istlah kusuf untuk matahari sehingga disebut kusuf asy-syams (gerhana matahari) sedangkan khusuf untuk bulan, sehingge dikatakan ‘khusuf al-qamar’ (gerhane bulan}. Hikmah Dibalik Peristiwa Gerhana Banyak cerita khurafat dan tahayyul beredar di masyarakat seputar terjadinya gerhana, Namun syariat telah menyatakan dengan tegas nilainili yang terkandung dibalik terjadinya peristiwa tersebut. Oi antarenya adalah: 4+ Menunjukkan salah satu keagungan dan kekuasaan Allah Ta’ala yang Maha mengatur alam ini 2- Untuk menimbulkan rasa gentar di hati setiap hamba atas kebesaran Allah Ta'ala dan ai siapa yang tidak tat kepada-Nya, Nya bagi Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya matahari dan bulan tidak gerhana Karena kematian seseorang atau karena ehidupannya. Akan tetapi keduanya merupakan tanda-tanda kebesaran Allah. Jika_ kalian ‘menyaksikannya, maka hendaklah kalian shalat.” (HR. Bukhari) Dalam redaksi yang lain, Bukhari juga meriwayatkan, "Sesungguhnya matahari dan bulan keduanya merupakan tanda-tanda kebeseran Allah, keduanya tidak sgerhana karena kematian seseorang atau karena kehidupannya... Akan tetapi Allah hendak membuat sgentar para hamba-Nya.” (HR. Bukhari) Disamping hal ini juga mengingatkan seseorang dengan kejadian hari kiamat yang salah satu bentuknya ‘adalah terjadinya gerhana den menyatunya matahari dengan bulan, seperti Allah nyatakan dalam surat Al-Qiyamah: 8.9, "Dan apabila bulan telah hilang cahayanya. Dan Matahari dan bulan dikumpulkan, (QS. Al-Qiyamah: 8-8) Shalat Gerhana Isiam mengajarkan umatnya untuk melakukan shalat apabila mereka menyaksikan peristiwa gerhana, baik matahari maupun bulan, sebagaimana diisyaratkan dalam hadits di atas, juga sebagaimana riwayat ‘adanya perbuatan Rasulullah saw tentang hal tsb. Para ulama menyimpulkan bahwa hukum shalat gerhana adalah sunah. Imam Nawawi rahimahullah menyatakan bahwa sunahnya shalat gerhana merupakan ijma ulama (Lihat: Syarah Muslim, 6/453). lbnu Qudamah dan lbnu Hajar menyatakan bahwa shalat gerhana merupakan sunnah mu'akkadah/sunah yang sangat ditekantan (Al-Mughni, 3/330, Fathul Bari, 2/527). Sebagian ulama bahkan menyatakan kewajiban shalat gerhana, karena Rasulullah saw melaksanakannya dan memerintahkannya. Ibnu Qayim menyatakan bahwa pendapat ini (wajibnya shalat gerhana) merupakan pendapat yang kuat. (Kitab Ash- Shala, lbnu Qayim, hal. 15). i sisi lain, karena jarang kaum muslimin yang mengenal dan melaksanakan shalat gerhana, maka dengan melakukannya maka dia akan mendapatkan keutamaan orang yang menghidupan sunah. Adab Shalat Gerhana 1, Menghadirkan rasa takut kepada Allah saat terjadinya peristiva tersebut mengingatkan kita akan tanda-tanda kejadian hari kiamat, atau karena takut azab Allah diturunkan akibat dosa-dosa yang dilakukan. 2. Mengingat apa yang pernah disaksikan Nabi saw dalam shalat Kusuf. Diriwayatikan bahwa dalam shalat kusuf, Rasululiah saw diperlihatkan oleh Allah surga dan neraka. Bahkan beliau ingin ‘mengambil setangkai dahan dari surga untuk diperlihatkan kepada mereka. Beliau juga diperlihatkan berbagai bentuk azab yang ditimpakan kepada ahll neraka. Karena itu, dalam salah satu khutbahnya selesai shalat gerhana, beliau bersabda, 'Wahai umat Muhammad, demi Allah, jika kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” (Muttafa alaih) 3. Menyeru dengan panggilan "Asshalaatu Jaami'ah" . Maksunya adalah panggilan untuk melakukan shalat secara berjamaah. Aisyah meriwayatkan bahwa saat terjadi gerhana, Rasulullah saw memerintahkan untuk menyerukan "Ashshalaatu Jaami'ah" (HR. Abu Daud dan Nasa’) 4, Tidak ada azan dan igamah bagi shalat gerhiana. Karena azan dan igamah hanya berlaku pada shalat fardhu yang lima. 5. Disunahkan mengeraskan bacaan surat, baik shalatnya dilakukan pada siang atau malam hari Hal tersebut dilakukan Rasulullah saw dalam shalat gerhana (Muttafag alain). 6. Shalat gechana sunah dilakukan di masjid secare berjamaah. Rasululish saw selalu ‘melaksanakannya di masjid sebagaimana disebutkan dalam beberapa riwayat. Akan tetapi boleh juga dilakukan seorang dir. (Lihat: A-Mughni, Ibnu Qudamah, 3/323) 7. Wanita boleh ikut shalat berjamaah di belakang barisan laki-lak. Diriwayatkan bahwa Aisyah ddan Asma ikut shalat gerhana bersama Rasulullah saw. (HR. Bukhari) 8. Disunahkan memanjangkan bacaan surat. Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw dalam shalat gethana memanjangian bacsannya. (Muttafaq alah). Namun hendaknya tetap mempertimbangkan kemampuan dan kondisi jamaah. 9. Disunahkan menyampaikan khutbah setelah selesai shalat, berdasarkan perbuatan Nabi saw bahwa beliau setelah selesai shalat naik ke mimbar dan menyampaikan khutbah (HR. Nasa’). Sejumlah ulama menguatkan bahwa khutbah yang disampaikan hanya sekali saja, tidak dua kali seperti shalat Jumat. Sebagian ulama menganggap tidak ada sunah khutbah selesai shalat. Akan ‘tetapi petunjuk hadits lebih menguatkan disunahkannya khutbah setelah shalat gerhana. Wallahua'lam. 10. Dianjurkan memperbanyak stighfar, berzikir dan berdoa, bertakbir, memedekakan budak, shalat serta berlindung kepada Allah dari azab neraka dan azab kubur. Tata Cara Shalat Gerhana Pelaksanaan shalat gerhana agak berbeda dari shalat pada umumnya. Banyak yang tidak mengetahuinya karena jarang dilaksanakan dan tidak memiliki waktu yang tetap. Shalat diawali seperti biasa dengan bertakbiratul ihram, lalu membaca dos istiftah, kemudian membaca telawwudz (a'uzubillahiminsyaitanirrajim), lalu membaca basmalah, kemudian membaca surat Al Fatihah. Setelah itu, membaca surat yang panjang dengan mengeraskan suara. Selesai membaca surat, melakukan ruku dengan panjang dan mengulang-ulang bacaan ruku. Selesai rruku bangkit dengan membaca Sam@allahu liman hamidah, kemudian membaca 'Rabbanaa walakal hamdu. Setelah itu tidak sujud seperti shalat lainnya, melainkan membaca surat Al-Fatihah lagi, lalu membaca surat lagi yang berbeda dari sebelumnya. Kemudian ruku kembali dengan lama. Selesai ruku, bangkit kembali dengan membaca Samfallahu liman hamidah, rabbanaa walakal hamdu. Selesai tidal, bertakbir untuk sujud. Lalu sujud dengan lama selama rukunya. Lalu dia bertakbir bangun dari sujud dan duduk di ~antara dua sujud dengan lama selama dia melakukan sujud, kemudian bertakbir lagi untuk sujud dengan lama. Setelah itu bertakbir untuk bangkit deri sujud dan berdiri untuk rakaat kedua dan melakukan hel yang sama seperti pada rakaat pertama (dua kali membaca Al-Fatihah dan surat, dua kali ruku serta dua kali sujud). Setelah itu melakukan tasyahhud dan bersalawat kepada Nabi saw. Kemudian menyudahi shalat dengan salam. Kesimpulannya, shalat gerhana dalam satu rakaat, ada dua kal berdiri, dua kali membaca Al-Fatihah dan surat, dua kali ruku dan dua kali sujud.

You might also like