RINGKASAN
Fokus penelitian ini yaitu penerapan arketip di dalam dua novel Xi You 1 : Cerita
Perjalanan ke Barat dan Novel Hanoman, Karena penelitian ini melibatkan dua novel dari
dua negara yang secara kultural berbeda, schingga penelitian ini menerapkan sastra
bandingan. Tujuan janeka pendek dari penclitian ini adalah mampu menguak latar belakang.
arketip sebagai nilai pengajaran moral etika yang ada pada kedua cerita tersebut dengan
menggunakan mazhab Amerika di dalam sastra bandingan. Agar mampu menjawab hal
tersebut, maka penelitian ini menjawab pertanyaan yang ada di rumusan masalah, yaitu 1)
bagaimana arketip di dalam novel Xi You 1 : Cerita Perjalanan ke Barat karya Wu Chen En
2) bagaimana arketip Hanoman dalam novel Hanoman karya Pitoyo Amri 3) Apa
persamaana arketip Sun Wukong dan arketip Hanoman 4) Apa perbedaan arketip Sun
Wukong dan arketip Hanoman
Peneliti menggunakan teori arketip ala Jungian yang diambil dari ahli psikologi Carl
Gustave Jung, yang dihubungkan dengan cerita-cerita, dan karena lekatnya kajian arketip
dengan pencarian pola-pola (struktur dan format) yang di dalam kajian sastra merupakan
keajian strukturalisme dan formalism Rusia, melalui tokok-tokohnya, yaitu Shkolovsky dan
Propp, maka pemahaman tetang fabula dan syuche ‘juga diperlukan. Kemudian, Karena
terjadi pembandingan terhadap arketip kera sakti di dalam dua karya sastra yang berbeda
secara kultural, maka Kajian sastra bandingan digunakan, yaitu sastra bandingan mazhab
‘Amerika. Mazhab Amerika di dalam sastra bandingan menurut Remak bertujuan untuk
‘mencari latar belakang nilai-nilai sosiologi, ekonomi, politik, system kepercayaan, atau
psikologi di luar karya sastra itu,
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan analisa konten
Sumber yang dipakai sebagai konten adalah novel Xi You 1: Cerita perjalanan ke Barat
karya Wu Chen En dan novel Hanoman karya Pitoyo Amri. Peneliti melakukan analisa
Konten dengan melakukan pencatatan terhadap teks-teks yang ditemukan pada kedua novel
itu yang menunjukkan nilai-nilai arketip kera sakti, dan kemudian setelah data-data
dikumpulkan, maka data reduksi yang ada dianalisa, dijabarkan dan dideskrispsikan, karena
sifat cerita yang tidak bisa berubah. Penelitian ini mencoba juga menguak latar belakang nilai
pengajaran dalam kajian mazhab Amerika di dalam sastra bandingan, schingga pemahaman
tentang kultural sangat penting.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwaa arketip kera sakti di dalam kedua cerita
menunjukkan persamaan dan perbedaan yang dilatarbelakangi oleh nilai-nilai masyarakat dan
jiwa zaman (zeitgeist) masyarakat itu. Kedua kera sakti itu di dalam fibula nya memiliki
persamaan di dalam hal, sama-sama lahir tanpa ayah. Sun Wukong lahir dari batu, sedang
Hanoman ayahhandanya tidak jelas, menimbah ilmu pada Dewa. Sun Wukong menimbah
limu dari Dewa Pu Ti Zhushi dan Biksu Tan Sanzang, sedang Hanoman pada Dewa Batara
Bayu, mempelajari berbagai ilmu kesaktian dengan masing masing mempunyai senjata
andalan, Senjata Andalan Sun Wukong adalah Toya yang bisa berubah menjadi jarum atau
sangat besar, sedang Senjata andalan Hanoman adalah Gada, dan Mereka sama sama .samasama mengabdi pada tokoh tokoh sentral. Sun Wukong mengabdi pada Biksu Tang Sanzang,
sedang Hanoman mengabdi pada Raja Sugriwa dan Sang Ramawijaya. Mercka dapat
‘menghalau atau membunuh Jawan lawannya yang merintangi perjalanan tokoh tokoh sentral
Sun Wukong bisa menghelan atau membuauk Hewaa, Manusia dea situman, sedang
‘Hanoman bisa membunuh para raksasa termasuk Raja Dasamuka dari Istana Alengka.
Perbedaannya adalah tentang detail cerita yang digunakan sebagai syuzher dalam
penjabaran arketip itu adalah jika Sun Wukong lahir dari batu, maka Hanoman lahir dari