Professional Documents
Culture Documents
OLEH
DIAN DANU WIJAYA
NIM ; 170127714
PROGRAM STUDI
D3 KEPERAWATAN
STIKes MUHAMMADIYAH CIAMIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tulis yang saya sampaikan pada
kegiatan Pilmapres ini adalah benar karya saya sendiri tanpa tindakan plagiarisme
dan belum pernah diikutsertakan dalam lomba karya tulis.
Apabila dikemudian hari ternyata pernyataan saya tersebut tidak benar, saya
bersedia menerima sanksi dalam bentuk pembatalan predikat mahasiswa
berprestasi
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih dan karunia, dan
berkat penguatan dan penyertaan-Nya sehingga penulisan karya tulis ini berhasil
diselesaikan tepat waktu. Karya tulis ini sebagai mandat yang harus dipenuhi
untuk mengikuti kompetisi nasional yang bertajuk Mahsiswa Berprestasi tahun
2019 yang bertemakan “Sustainable Development Goals (SDGs)”. Penyususnan
karya tulis ini tidak akan berhasil dengan baik tanpa bantuan serta dukungan
berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada :
1. H.Dedi Supriadi, S.Sos.,S.Kep.,Ners.,M.M.Kes. Selaku Ketua STIKes
Muammadiyah Ciamis
2. H. Asep Gunawan, S.Kep.,Ners.,M.Pd. Selaku wakil Ketua III Bidang
Kemahasiswaan STIKes Muhammadiyah Ciamis yang telah membantu
dan membimbing proses pendaftaran penulis dalam pemilihan Mahasiswa
Berprestasi 2019.
3. Suhanda, S.Kep.,Ners.,S.Ag.,M.Kes.Selaku ketua prodi D-III
Keperawatan STIKes Muhammadiyah Ciamis
4. Henri Setiawan, S.Kep.,Ners.,M.Si.Med. Selaku Dosen D-III Keperwatan
STIKes Muhammadiyah Ciamis, sekaligus menjadi dosen pembimbing
dalam penulisan karya tulis ini yang telah banyak memberikan kritik dan
saran yang sangat membangun.
5. Andan Firmansyah, S.Kep.,Ners.,M.Kep. Selaku Dosen D-III
Keperawatan STIKes Muhammadiyah Ciamis.
6. Ade Fitriani, S.Kep.,Ners.,M.Kep. Selaku Dosen D-III Keperawatan
STIKes Muhammadiyah Ciamis.
7. Elis Roslianti, MKM. Selaku Dosen D-III Keperawatan STIKes
Muhammadiyah Ciamis.
8. Keluarga penulis yang memberikan dukungan dan doa sehingga
mendorong penulis untuk menyelesaikan karya tulis ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih memiliki kekurangan, oleh karena
itu segala kritik dan saran sangat diharapkan demi perbaikan karya tulis ini.
Semoga karya tulis ini dapat memberikan sumbangsih berupa manfaat akademik
maupun non akademik bagi pembacanya.
1. Konseling Genetik
1.1 .Definisi konseling genetic
Tujuan dari proses ini adalah untuk membantu individu atau keluarga
untuk mengetahui dan memahami manajemen penyakit, prognosis, dasar
genetik dan kemungkinan kekambuhan, pilihan perawatan atau pemeriksaan
genetik dan membantu mereka untuk menentukan pilihan sesuai dengan
situasi mereka pribadi dan keluarga(Rujito & Ghozali, 2010).
1.2. Proses konseling genetic
1.2.1. Pengumpulan Informasi
Salah satu komponen penting dalam konseling genetika
adalah pengalian informasi mengenai kondisi klien untuk
mengetahui alasan mereka mengapa mencari konseling genetika,
bagaimana keputusan diambil, dan faktor-faktor apa saja yang
berhubungan dengan kondisi mereka(Genetic Alliance; District
of Columbia Department of Health, 2010). Cara yang paling
mudah untuk mengumpulkan dari klien adalah dengan
mengajukan pertanyaan.
Penggalian informasi secara sistematis merupakan bagian
yang sangat diperlukan selama pengkajian riwayat kelurga dan
penyusunan pedigree(Szolovits & Pauker, 1992). Pengkajian
riwayat keluarga merupakan bagian integral dari konseling
genetik karena dapat memberikan dasar untuk membuat
diagnosis, menetukan risiko, dan mengetahui kebutuhan untuk
mengedukasi pasien serta memberikan dukungan psikologis.
1.2.2. Diagnosis
Semua penyakit mempunyai komponen genetik(Cooper et
al., 2010). Namun, sejauh mana gen dapat berkontribusi
terhadap penyakit sangatlah bervariasi dan masih banyak hal
yang harus dipelajari. Kemajuan dalam memahami mekanisme
genetik dari penyakit memungkinkan pengembangan tes
diagnostik, pengobatan, atau intervensi untuk mencegah
timbulnya penyakit atau mengurangi keparahan
penyakit(Stenehjem et al., 2018). Mutasi dapat diwariskan atau
berkembang sebagai respon terhadap lingkungan seperti adanya
virus atau toksin. Tujuan utamanya adalah untuk menggunakan
informasi ini untuk mengobati, menyembuhkan atau jika
mungkin, mencegah perkembangan penyakit(Akhtar et al.,
2011).
1.2.3. Pola Penurunan penakit berdasarkan huum mendel
Informasi mengenai risiko adalah salah satu jenis
informasi yang paling rumit yang harus disampaikan dalam
konseling genetika. Hal ini melibatkan proses identifikasi
individu yang berisiko terhadap penyakit genetik. Risiko yang
mungkin muncul pada pasien dengan penyakit genetik
mengikuti pola pewarisan Mendelian Inheritance Pattern atau
yang dikenal dengan Hukum Mendel yang meliputi Autosomal
Resesif, Autosomal Dominan, X-Link Resesif dan X-Link
Dominan (Genetic Alliance; District of Columbia Department of
Health, 2010).
Risiko dapat diidentifikasi melalui berbagai cara, dan klien
akan mendapat penjelasan mengenai risiko tersebut termasuk
kemungkinan berkembangnya penyakit genetik atau bahkan
kemungkinan adanya mutasi genetik yang berkaitan dengan
peningkatan risiko genetik(El-Hazmi, 2004). Karena individu
berbeda dalam pengalaman dan latar berlakang pendidikan,
penting untuk memahami pemahaman klien dari informasi yang
telah diberikan, dan jika perlu, jelaskan melaui cara yang sesuai
dengan kondisi klien masing-masing(Schimmel & Jacobs,
2011).
2. Peran Perawat
Peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh
orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan didalam sebuah
sistem (Kozier & Barbara, 1995). Sedangkan konselor yaitu orang yang
memberikan konseling terhadap seseorang yang mengalami masalah untuk
mengambil keputusan yang sianggap terbaik bagi dirinya (Amin, 2017).
Perawat memiliki peran sebagai pemberi asuhan keperawatan (care
giver), educator, communicator, negosiator, researcher, dan konselordalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif (American Nurses Association, 2016).
Sebagai pemberi asuhan keperawatan, maka perawat melaksanakan
tugasnya melalui pengkajian, penegakkan diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi dan evaluasi keperawatan (Stonehouse, 2017).
Asuhan keperawatan yang diberikan perawat pada pasien yang
mengalami gangguan atau penyakit genetik, harus direncanakan intervensi
keperawatan berupa konseling genetik (European Board of Medical
Genetics, 2010). Hal ini bertujuan agar pasien dan keluarga memahami
kondisi penyakit yang diderita oleh pasien, serta implikasinya terhadap
prognosis pasien dan pilihan-pilihan alternatif yang dapat diputuskan oleh
pasien dan keluarga.Namun demikian, kompetensi perawat dalam
melakukan implementasi keperawatan berupa konseling genetik harus
memenuhi standar atau protokol yang tepat dan disepakati oleh penyedia
layanan. Dengan demikian, pasien dan keluarga mendapatkan informasi dan
keputusan yang tepat (Greco, Tinley, & Seibert, 2012).
Perawat sebagai konselor mempunyai tujuan untuk membantu klien
dalam memilih keputusan yang akan diambil terhadap penyakit yang
dideritanya, terutama penyakit genetik. Beberapa syarat yang harus dimiliki
seorang perawat dalam melaksanakan konseling genetik diantaranya (a)
mempunyai sikap dan minat positif terhadap penyakit yang diderita oleh
pasien (b) mengetahui perjalanan penyakit dan penyebabnya (c) menguasai
dasar-dasar teknik konseling, serta (d) mengetahui dasar-dasar ilmu genetik
(Greco et al., 2012).