You are on page 1of 8

35

KADAR BIKARBONAT SALIVA PENDERITA KARIES DAN BEBAS KARIES

Arief Suryadinata
arief_drg@yahoo.com

ABSTRACT
Saliva plays a role as a buffer so that the ups and downs of the degree of acidity (pH)
can be retained. salivary buffer capacity is determined by the bicarbonate concentration of
85%, 14% is determined by the concentration of phosphate and 1% by salivary proteins.
Bicarbonate is the main component of saliva to neutralize the acid thus inhibiting the caries
process. Based on the role of bicarbonate in maintaining the pH of saliva to remain normal,
there may be differences in levels of salivary bicarbonate in subjects with caries and caries-
free. This is because subjects with dental caries have the potential for acid formation and a
decrease in pH higher than subjects with caries-free. This study aims to determine differences
in levels of salivary bicarbonate in subjects with caries and caries-free, studies are
observational analytic study. Based on the result showed average levels of bicarbonate in the
saliva of caries-free sample is 188.9440 ± 7.11846 ppm while in samples with high caries
intensity is 150.9905 ± 9.76628 ppm, then the results of Kolmogorov-Smirnov normality test p-
value of 0.200 obtained (p> 0.05) in the sample with high intensity of caries and caries-free
sample group. The results of the statistical test T-test two sample unpaired in getting the value
of p = 0.000 (p <0.05), This means there are significant differences between the levels of
salivary bicarbonate in subject with caries and caries-free.

PENDAHULUAN manusia (Yuyus, 1993). Menurut survey


kesehatan gigi yang dilakukan oleh
Menurut penelitian di negara Eropa,
Direktorat Kesehatan Gigi Republik
Amerika, dan Asia termasuk Indonesia,
Indonesia pada tahun 1994 menyebutkan
menyatakan bahwa 80-95% dari anak-anak
prevalensi karies gigi sebesar 73,2%, dalam
umur 18 tahun terkena karies gigi.
profil Kesehatan Gigi dan Mulut di
Prevalensi penyakit karies gigi di Indonesia
Indonesia pada Pelita VI dilaporkan bahwa
cenderung meningkat, Rata-rata DMF-T
prevalensi adalah 90.90% dengan DMFT
meningkat pada setiap dasawarsa yaitu
rata-rata 6.44 dari data Depkes RI 1999. Hal
DMF-T=0,70 pada tahun 1970, DMF-
ini menimbulkan problema dalam upaya
T=2,30 pada tahun 1980 dan menjadi DMF-
penanggulangannya. Karena itu, upaya yang
T=2,70 pada tahun 1990. DMF-T
perlu diprioritaskan adalah tindakan
merupakan presentasi dari nilai D (Decay),
pencegahan (Sundoro,2000).
M (Missing), dan F (Filling) yang dihitung
berdasarkan jumlah gigi yang terkena karies Karies gigi merupakan proses
pada masing-masing individu multifaktor, yang terjadi melalui interaksi
(Tarigan,1990). Prosentase karies gigi antara gigi dan saliva sebagai host, bakteri
bertambah dengan meningkatnya peradaban normal di dalam mulut, serta makanan
36
Kadar Bikarbonat Saliva Penderita …

terutama karbohidrat yang mudah sedangkan fosfat, protein, ammonia dan


difermentasikan menjadi asam melaui urea merupakan tambahan sekunder
proses glikolisis. Bakteri yang berperan pada kapasitas buffer (Roth and Calmes,
dalam proses glikolisis adalah
1981; Amerongen et al, 1992).
Streptococcus mutans dan Lactobacillus
Bikarbonat merupakan komponen
acidophilus, sedangkan asam organik yang
organik utama dalam saliva yang
terbentuk antara lain asam piruvat dan asam
berpengaruh terhadap peningkatan pH,
laktat yang dapat menurunkan pH saliva,
menurut Amerongen (1992)
pH plak dan pH cairan sekitar gigi sehingga
terjadi demineralisasi gigi (Kidd and kemampuan buffer saliva ditentukan
Bechal, 1992). oleh 85% konsentrasi bikarbonat, 14%
ditentukan oleh konsentrasi fosfat dan
Pada subyek karies gigi, terutama
1% oleh protein saliva. Menurut
pada lubang gigi banyak terdapat bakteri
penelitian poff et al (1997) yang dikutip
yang mampu hidup dalam suasana asam
oleh Setijanto (1999) menyebutkan
(asidogenik) dan bakteri yang dapat
bahwa kadar bikarbonat dalam saliva
menghasilkan asam (asidurik), sehingga
sebesar 3,39  1,49 mM atau 206,97
memiliki potensi pembentukan asam
ppm.
yang lebih tinggi, dari sisa-sisa makanan
Atas dasar uraian diatas dapat
yang terdapat dalam lubang gigi, dan
diasumsikan bahwa bikarbonat
penurunan pH yang lebih yang lebih
merupakan komponen utama saliva
terlihat pada intensitas karies yang lebih
dalam menetralkan asam sehingga
tinggi (Nolte, 1982; Ariesanti, 2004).
menghambat proses karies. Bila dilihat
Saliva mempunyai peran sebagai
dari peran bikarbonat dalam
penyangga sehingga naik turunnya
mempertahankan pH saliva agar tetap
derajat keasaman (pH) dapat ditahan,
normal, kemungkinan ada perbedaan
sehingga proses dekalsifikasi dapat
kadar bikarbonat di dalam saliva
dihambat (Amerongen et al, 1992).
penderita karies dan bebas karies.
Senyawa organik yang terkandung di
dalam saliva yang mempengaruhi pH
BAHAN DAN METODE
terutama gugus bikarbonat, fosfat, asam
Bahan yang digunakan dalam
karbonat, amonia, dan urea.
penelitian ini adalah larutan Ba(OH)2
Kapasitas buffer saliva terutama
ditentukan oleh kandungan bikarbonat,

SAINSTIS. VOLUME 1, NOMOR 1, APRIL – SEPTEMBER 2012 ISSN: 2089-0699


37
Kadar Bikarbonat Saliva Penderita …

0.05M, larutan HCL 0.5M, indikator kembali dengan indikator metil oranye
metil oranye. (Manahan, 1994).

Alat yang digunakan pada 1. Disiapkan satu set peralatan


penelitian ini adalah peralatan destilasi destilasi dengan pendingin Liebig.
dengan pendingin liebig, pipet, tabung 2. Larutan sampel saliva yang telah
erlenmeyer, pot obat. diencerkan di pipet 10 ml dan
dimasukkan ke dalam tabung
Sebelum Penelitian dilaksanakan
erlenmeyer.
dilakukan pembersihan kalkulus
3. Pada bagian penampang destilat
terlebih dahulu pada sampel. Sampel
diberikan 20 ml [Ba(OH)2] 0.05 M.
diinstruksikan menyikat giginya dengan
4. tabung erlenmeyer yang berisi
metode Roll selama dua menit memakai
sampel dipanaskan, maka semua gas
pasta gigi yang telah disediakan dengan
CO2 dari sample akan bergerak
merek dan jenis yang sama untuk
masuk ke larutan [Ba(OH)2], terjadi
masing-masing sampel, dan setelah itu
reaksi.
puasa selama 15 menit sebelum
5. [Ba(OH)2] dititrasi kembali
dilakukan penelitian (Ismiyatin, 2002),
dengan larutan HCL 0.5 M
prosedur dilakukan pagi hari dan
menggunakan indikator metil
sampel tidak makan dan minum
oranye.
sebelumnya (Setijanto, 1999). Hal
6. Titrasi dihentikan jika warna
tersebut dilakukan untuk mendapatkan
larutan menjadi oranye.
keadaan mulut yang sama pada setiap
Prinsip pemeriksaan dari kadar
sampel.Sampel pada kelompok bebas
bikarbonat saliva ini adalah
karies dan karies tinggi, diinstruksikan
menggunakan gas CO2 yang dihasilkan
untuk meludah sebanyak 5 ml pada pot
dari saliva yang dipanaskan, kemudian
obat, kemudian diukur kadar bikarbonat
direaksikan dengan [Ba(OH)2] sehingga
dalam saliva tersebut.
menghasilkan air barit, air barit
Pengukuran bikarbonat
kemudian dititrasi dengan larutan HCL
dilakukan dengan metode titrasi balik
0.5 M menggunakan indikator metil
yaitu gas CO2 yang dihasilkan
oranye. Titrasi dihentikan hingga
dilarutkan ke dalam [Ba(OH)2] atau
larutan berwarna oranye, semakin
disebut air barit. air barit dititrasi
banyak jumlah larutan HCL 0.5 M yang

SAINSTIS. VOLUME 1, NOMOR 1, APRIL – SEPTEMBER 2012 ISSN: 2089-0699


38
Kadar Bikarbonat Saliva Penderita …

dibutuhkan untuk menghasilkan warna Tes yang digunakan untuk


oranye maka semakin tinggi kadar menguji normalitas data kadar
bikarbonat dalam saliva. Untuk bikarbonat pada penderita karies dan
mengetahui ada tidaknya perbedaan bebas karies adalah kolmogorov-
kadar bikarbonat di dalam saliva smirnov test. Dari hasil uji normalitas
penderita karies dan bebas karies maka Kolmogorov-Smirnov didapatkan nilai
dilakukan analisis dengan p sebesar 0,200 (p>0,05) baik pada
menggunakan uji statistik T-test 2 kelompok sampel dengan intensitas
sampel tidak berpasangan. karies tinggi maupun pada kelompok
sampel bebas karies. Hal ini
menunjukkan kedua kelompok sampel
HASIL DAN PEMBAHASAN
tersebut telah memiliki distribusi yang
Hasil
normal, kemudian baru kedua
Berdasarkan hasil pemeriksaan
kelompok sampel tersebut diuji dengan
yang telah dilakukan pada sampel
menggunakan uji statistik parametrik T-
penelitian sebanyak 20 orang bebas
test 2 sampel tidak berpasangan.
karies dan 20 orang dengan intensitas
karies tinggi didapatkan hasil sebagai Tabel 2. Hasil uji statistik parametrik T-test 2

berikut. sampel tidak berpasangan antara kadar


bikarbonat pada penderita karies dan bebas
Tabel 1. Rata-rata dan standar deviasi kadar karies
bikarbonat pada penderita karies dan bebas
t df Significant
karies
(2-tailed)
Sampel N Rata-rata Standar Equal 14.045 38 .000
(ppm) Deviasi variance
Bebas 20 188,9440 7,11846 assumed
Karies 20 150,9905 9,76628 Equal 14.045 34.744 .000
Karies variance
Tinggi not

Pada table 1. Dapat dilihat assumed

bahwa rata-rata kadar bikarbonat dalam Berdasarkan hasil perhitungan

saliva sampel bebas karies adalah menggunakan uji statistik T-test 2

188,9440 ± 7,11846 ppm sedangkan sampel tidak berpasangan pada table 2.,

pada sampel dengan intensitas karies didapatkan hasil yaitu nilai p= 0,000

tinggi adalah 150,9905 ± 9,76628 ppm. (p<0,05) yang berarti ada perbedaan

SAINSTIS. VOLUME 1, NOMOR 1, APRIL – SEPTEMBER 2012 ISSN: 2089-0699


39
Kadar Bikarbonat Saliva Penderita …

yang bermakna antara kadar bikarbonat Selain itu dari peenelitian ini didapatkan
di dalam saliva penderita karies dengan nilai rata-rata kadar bikarbonat saliva
bebas karies. Sampel bebas karies sampel bebas karies sebesar 188,9440 ±
memiliki kadar bikarbonat yang lebih 7,11846 ppm sedangkan pada sampel
tinggi dibandingkan dengan sampel dengan intensitas karies tinggi sebesar
yang memiliki intensitas karies tinggi. 150,9905 ± 9,76628 ppm. Hal ini berarti
sampel bebas karies memiliki kadar
Pembahasan
bikarbonat yang lebih tinggi
Saliva merupakan faktor dibandingkan dengan sampel yang
pengatur keadaan asam-basa di dalam memiliki intensitas karies tinggi.
mulut yang menentukan naik turunnya
Sesuai dengan pendapat Kidd
pH. Beberapa faktor yang menyebabkan
and Bechal (1991), bahwa pada individu
terjadinya perubahan pada pH saliva
yang memiliki intensitas karies tinggi,
antara lain adalah rata-rata kecepatan
penurunan pH lebih tampak dibanding
aliran saliva, mikroorganisme rongga
pada intensitas karies rendah, dengan
mulut, dan buffer saliva. Senyawa
adanya gigi berlubang sebagai tempat
organic yang terkandung di dalam
bersembunyi sisa-sisa makanan yang
saliva yang mempengaruhi pH terutama
kemudian akan terjadi pembusukan oleh
gugus bikarbonat, fosfat, asam
bakteri dan dapat menyebabkan
karbonat, dan urea.
penurunan pH saliva. Hal ini terjadi
Dari hasil penelitian yang telah karena adanya interaksi antara gigi dan
dilakukan, seperti yang terlihat pada saliva sebagai host, moikroorganisme
table 2, memperlihatkan adanya normal di dalam mulut, serta makanan
perbedaan yang bermakna antara kadar terutama karbohidrat yang mudah
bikarbonat saliva antara sampel bebas difermentasikan menjadi asam melalui
karies dengan sampel yang memiliki proses glikolisis. Mikroorganisme yang
intensitas karies yang tinggi. Hal ini berperan dalam proses glikolisis adalah
ditunjukkan dengan adanya nilai p= Streptococcus mutans dan Lactobacillus
0,000 (p<0,05) yang diperoleh dari hasil acidophilus, hal ini sesuai dengan
perhitungan menggunakan uji T-test 2 pendapat Mount and Hume (1998) yang
sampel tidak berpasangan. menyatakan bahwa pada kelompok
karies tinggi jumlah Streptococcus

SAINSTIS. VOLUME 1, NOMOR 1, APRIL – SEPTEMBER 2012 ISSN: 2089-0699


40
Kadar Bikarbonat Saliva Penderita …

mutans dan Lactobacillus acidophilus sedangkan pada pH asam [HCO3-] /


lebuh banyak daripada penderita karies [H2CO3] memiliki perbandingan sebesar
rendah atau bebas karies, sedangkan 4,5:1, hal ini menunjukkan bahwa
asam organic yang terbentuk antara lain konsentrasi bikarbonat lebih dominan
asam piruvat dan asam laktat yang dapat daripada konsentrasi asam karbonat.
menurunkan pH saliva, pH plak dan pH Dengan demikian, apabila pH saliva
cairan sekitar gigi sehingga terjadi rendah maka kadar bikarbonat di daalam
demineralisasi gigi. Kondisi ini saliva juga rendah karena komponen
menyebabkan pH saliva pada sampel utama pembentuk pH saliva adalah
dengan intensitas karies tinggi menjadi bikarbonat, sehingga kadar bikarbonat
lebih rendah daripada sampel bebas saliva pada sampel dengan intensitas
karies. karies tinggi lebih rendah daripada
sampel bebas karies.
Brady and Holum (1993)
menyatakan bahwa semakin besar Peningkatan pH saliva oleh
konsentrasi bikarbonat saliva maka akan kemampuan buffer bikarbonat memiliki
semakin besar juga nilai pH. Pendapat mekanisme sebagai berikut: pada
ini sesuai dengan persamaan bentukan kondisi saliva asam, konsentrasi ion H+
pH Henderson Hasselbach seperti di saliva akan berlebih, untuk menetralkan
bawah ini : kondisi ini maka akan terjadi
penambahan konsentrasi bikarbonat.
pH = pK + Log [HCO3-] /
Reaksi antara ion H+ dan bikarbonat
[H2CO3]
menghasilkan asam karbonat (H2CO3).
Persamaan ini menyatakan bahwa Asam karbonat yang terjadi akan segera
besarnya pH dipengaruhi oleh berubah menjadi air (H2O) dan gas
perbandingan konsentrasi bikarbonat karbondioksida (CO2), sehingga dengan
dan asam karbonat, konsentrasi penambahan konsentrasi bikarbonat, pH
bikarbonat dan asam karbonat saliva akan kembali netral (Caranza,
memegang peranan penting dalam 2002; Amerongen et al, 1992; Brady
mengendalikan nilai pH. Menurut and Holum, 1993).
Amerongen (1992) disebutkan bahwa
Bikarbonat merupakan senyawa
pada pH netral [HCO3-] / [H2CO3]
basa yang dapat menetralkan kondisi
memiliki perbandingan sebesar 20:1

SAINSTIS. VOLUME 1, NOMOR 1, APRIL – SEPTEMBER 2012 ISSN: 2089-0699


41
Kadar Bikarbonat Saliva Penderita …

asam (Amerongen et al, 1992; Brady Brady, J.E. Holum, J.R. 1993.
Chemistry. The study of matter
and Holum, 1993). Bikarbonat dapat
and its changes. New York
menetralkan keasaman saliva dengan Chichester Brisbane Toronto
Singapore. Jhon Wiley & sons.inc
mengikat ion hidrogen, hasil reaksi ini
akan membentuk air (H2O) dan Carranza, FA. 2002. Glickman's
Clinical Periodontology. 10th.ed.
karbondioksida (CO2). Sebagai Philadelphia London Toronto
akibatnya apabila kadar bikarbonat Montreal Sidney Tokyo. W.B.
Saunders Company. p. 186-187.
mencukupi pH saliva yang asam
Finn, S.B. 1973. clinical pedodontics,
meningkat menjadi normal (pH=7,00) 4th edition. W.B. Saunders
(Amerongen et al, 1992). Company. Philadelphia, London,
Toronto. P 475-492.
KESIMPULAN Houwink, B. 1993. Karies Gigi. Ilmu
Kedokteran gigi Pencegahan
1. Terdapat perbedaan kadar Yogyakarta. Gadjah Mada
bikarbonat saliva antara subyek University Press. Hlm 125-126.

penderita karies dan subyek bebas Ismiyatin, K. 2002. Perbedaan


Efektivitas Bufer Saliva Penderita
karies
Karies Rendah dan Tinggi Setelah
2. Subyek dengan intensitas karies Kumur Larutan Sukrosa 10%
Sebelum dan Sesudah
tinggi memiliki kadar bikarbonat
Penumpatan. Karya Tulis Akhir
saliva lebih rendah daripada subyek Program Spesialis Konservasi
Gigi. Hlm. 32-38.
bebas karies
Kidd,EAM. dan Bechal, SJ. 1992.
DAFTAR PUSTAKA Dasar-Dasar Karies : Penyakit
dan Penanggulanggannya.
Amerongen, AVN. Michels, LFE. Jakarta. EGC. hlm. 1-4, 66-78.
Roukema, PA. Veerman, ECI.
1992. Ludah dan Kelenjar Ludah Manahan, S.E. 1994. Environment
Bagi Kesehatan Gigi. Terjemahan Chemistry 6th Ed. Boca Raton
Abyono R. Suryo S. Cetakan Ann Aibar London Tokyo
kedua. Yogyakarta. Gadjah Mada CRCPress, Inc. Lewis Publishers.
University Press. hlm. 23-41. Mount, GJ. Hume, WR. 1998.
Ariesanti, Y. Hartini, T. Musdhalifah, Preservation and Restoration of
A. Roeslan, B. 2004. Perbedaan Tooth Structure, 1st ed, Mosby
Kadar Urea di dalam Saliva international Ltd, London Tokyo,
Penderita Karies Dan Bebas p 9-17.
Karies. Majalah Ilmiah Nolte WA. 1982. Oral Microbiology
Kedokteran Gigi FKG Usakti, Th. with Basic Microbiology and
19, No. 43. hlm. 135-139. Immunology. 4th Ed. St Louis.

SAINSTIS. VOLUME 1, NOMOR 1, APRIL – SEPTEMBER 2012 ISSN: 2089-0699


42
Kadar Bikarbonat Saliva Penderita …

Mosby. p. 287-289, 304-305, 309- Sundoro, EH. 2000. Konsep Baru


310, 336-338. Perawatan Karies.
http://www.pdpersi.co.id/pdpersi/
Olofsson, M and Bratthal, D.
news/artikel.php3?id=107.28-07-
Diagnostic-Dental Caries Clinical
Investigation. Available from 2007 13:00 WIB.
http://www.db.od.mah.se/car/data/ Suwelo, IS. 1992. Karies Gigi Pada
clin.html. .cited 2008 jan 18. Anak Dengan Pelbagai Faktor
Poff, A.M. Pearce, E.I.F. Larsen, M.J. Etiologi (Kajian Pada Anak Usia
Cutress, T.W. 1997. Human Prasekolah). Jakarta. EGC.
Supraginggival in Vivo Calculus Tarigan, R. 1990. Karies Gigi. Medan.
Formation in Relation to Hipokrates.
Saturation of Saliva with Respect
to CalciumPhosphates. Archieves Yusuf, AA, dkk. 1992. Metoda
Oral Biology, vol. 42 (2). Penelitian dan Statistik Terapan.
Roth, G.I. Calmes, R. 1981. Oral FK Universitas Airlangga.
Biology. St.Louis Toronto Surabaya. Hlm. 63-66.
London. The CV. Mosby Yuyus R, Magdarina DA, Sintawati F.
Company. p. 197-198, 217-218, 2002. Karies Gigi pada Anak
227-228. Balita di 5 Wilayah DKI tahun
Sastroasmoro, Sudigdo. 1995. Dasar- 1993. Cermin Dunia Kedokteran.
Dasar Metodologi Penelitian Jakarta. No. 134. hlm. 1-5.
Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara. World Health Organization. Oral Health
H.196. Country Area Profile
Program.Caries for 12 years old
Setijanto, RD. 1999. Kadar Amonia by Country/area [cited 2008
Saliva Istirahat Sebagai Pemicu january 18]. Available at
Pembentukan Karang Gigi http://www.whocollab.od.mah.se/
Supragingiva. Disertasi Pasca countriesalphab.html.
Sarjana Universitas Airlangga.
hlm. 35-39.

SAINSTIS. VOLUME 1, NOMOR 1, APRIL – SEPTEMBER 2012 ISSN: 2089-0699

You might also like