Professional Documents
Culture Documents
Evaluasi (evaluation) adalah penilaian yang sistematik tentang manfaat atau kegunaan suatu
objek (Stufflebeam dan Shinkfield, 1985 dalam Depdiknas, 2004:11). Pada saat melakukan
evaluasi di dalamnya ada kegiatan untuk menentukan nilai suatu program, sehingga ada unsur
keputusan tentang nilai suatu program (value judgement). Dalam melakukan keputusan,
diperlukan data hasil pengukuran dan informasi hasil penilaian selama dan setelah kegiatan
belajar mengajar. Objek evaluasi adalah program yang hasilnya memiliki banyak dimensi,
seperti kemampuan, kreativitas, sikap, minat, keterampilan, dan sebagainya. Oleh karena itu,
dalam kegiatan evaluasi alat ukur yang digunakan juga bervariasi bergantung pada jenis data
yang ingin diperoleh. Berdasarkan uraian tersebut, terdapat istilah pengukuran dan penilaian.
Sebagai bagian dari evaluasi kedua istilah tersebut akan dibahas lebih lanjut agar tidak terjadi
kesalahpahaman konsep.
Pengukuran (measurement) adalah proses penetapan angka terhadap suatu gejala menurut
aturan tertentu (Guilford, 1982 dalam Depdiknas, 2004:9). Safari (1997:3) mengartikan
pengukuran sebagai suatu kegiatan untuk mendapatkan informasi/data secara kuantitatif.
Secara tersirat kedua definisi tersebut menandakan pengukuran merupakan proses pemberian
angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik sejauhmana peserta didik telah mencapai
suatu tingkatan. Pengukuran dapat menggunakan tes dan nontes.
Tes adalah seperangkat pertanyaan yang memiliki jawaban benar atau salah. Tes dalam
pembelajaran bahasa dikenal dengan tes bahasa yang sasaran pokoknya adalah tingkat
kompetensi berbahasa peserta didik. Nontes seperangkat pertanyaan atau pernyataan yang
instrumennya berbentuk kuesioner atau inventori.
A. Tujuan Penilaian
B. Fungsi Penilaian
1. Menggambarkan sejauh mana seorang peserta didik telah menguasai suatu kompetensi.
2. Mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta didik memahami
kemampuan dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan
program, pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan (sebagai bimbingan).
3. Menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan peserta
didik dan sebagai alat diagnosis yang membantu pendidik menentukan apakah seseorang
perlu mengikuti remedial atau pengayaan.
4. Sebagai kontrol bagi pendidik dan satuan pendidikan tentang kemajuan perkembangan
peserta didik.
C. Prinsip Penilaian
Prinsip umum dalam Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik sebagai berikut.
1. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang
diukur.
2. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak
dipengaruhi subjektivitas penilai.
3. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena
berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status
sosial ekonomi, dan gender.
4. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak
terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
5. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan
dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
6. Holistik dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek
kompetensi dan dengan berbagai teknik penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang harus
dikuasai peserta didik.
7. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti
langkah-langkah baku.
8. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur,
maupun hasilnya.
9. Edukatif, berarti penilaian dilakukan untuk kepentingan dan kemajuan peserta didik dalam
belajar.
Secara umum ada dua metoda/acuan yang digunakan untuk melihat hasil belajar siswa yaitu
penilaian acuan norma dan penilaian acuan patokan.Apabila kita melakukan pengukuran atau
penilaian berarti kita membandingkan. Dalam penilaian pendidikan ada dua pendekatan yang
digunakan sebagai pembanding, yaitu penilaian acuan norma atau PAN (norm referenced
evaluation) dan penilaian acuan patokanatau PAP (criterion refrenced evaluation).
Penilaian acuan patokan (Criterion Referenced Evaluation) yang dikenal pula dengan sebutan
standar mutlak, berusaha menafsirkan hasil tes yang diperoleh siswa dengan
membadingkannya dengan patokan yang telah ditetapkan, sebelum hasil tes itu sendiri
diperoleh, dan bahkan sebelum kegiatan pengajaran dilakukan, patokan yang akan
dipergunakan untuk menentukan batas kelulusan itu telah ditetapkan. Kurikulum 2013
menggunakan pendekatan penilaian acuhan patokan yang kemudian dikembangkan dengan
istilah penilaian acuan kriteria (PAK). PAK merupakan penilaian pencapaian kompetensi
yang didasarkan pada kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM merupakan kriteria
ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan pendidikan dengan
mempertimbangkan karakteristik Kompetensi Dasar yang akan dicapai, daya dukung, dan
karakteristik peserta didik.
Penilaian acuah norma/relatif disebut pula norma aktuil atau norma empiris. Norma relatif
adalah suatu norma yang disusun secara relatif berdasarkan distribusi skor yang dicapai oleh
para pengikut dalam suatu tes. Dengan demikian maka skor standar yang dicapai oleh
seseorang yang didasarkan atas norma relatif ini (PAN) mencerminkan status individu di
dalam kelompok.
A. Penilaian Sikap
Penilaian sikap dilakukan untuk mengetahui kecendrungan perilaku spiritual dan sosial siswa
di dalam dan luar kelas sebagai hasil pendidikan.
Deskripsi sikap terdiri atas keberhasilan dan/atau ketercapaian sikap yang diinginkan dan
sikap yang belum tercapai yang memerlukan pembinaan dan pembimbingan.
Sikap Spiritual
Selalu bersyukur dan berdoa sebelum melakukan kegiatan serta toleransi yang baik pada
agama yang berbeda; ketaatan beribadah mulai berkembang.
Sikap Sosial
Memiliki sikap santun, disiplin, dan tanggung jawab yang baik, responsif dalam pergaulan;
sikap kepedulian mulai meningkat.
B. Penilaian Pengetahuan
1. Proses Kognitif
b. C2; memahami (understand), mengkonstruksi makna dari pesan baik secara lisan,
tulisan, dan grafis.
c. C3; menerapkan (apply), penggunaan prosedur dalam situasi yang diberikan atau
situasi baru.
2. Dimensi Pengetahuan
a. Nilai pengetahuan diperoleh dari hasil penilaian harian selama satu semester, penilaian
tengah semester dan penilaian akhir semester
b. Nilai akhir pencapaian pengetahuan rerata dari hasil pencapaian kompetensi setiap KD
selama satu semester.
c. Nilai pada rapor ditulis dalam bentuk angka skala 0 – 100 dan dilengkapi dengan
deskripsi singkat kompetensi yang menonjol/tertinggi dan terendah berdasarkan pencapaian
KD selama satu semester
d. Deskripsi nilai didasarkan pada nilai tertinggi dan terendah pada capaian KD per
semester
Teknik Keterangan
Penilaian
Tes tulis Memilih jawaban (pilihan ganda, dua pilihan benar-salah, ya-tidak),
menjodohkan, sebab-akibat.
Mensuplai jawaban (isian atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek,
uraian).
Tes Lisan Soal / pertanyaan yang menuntut siswa menjawab secara lisan (formatif
tes)
Penugasan Tugas yang dilakukan secara individu atau kelompok.
C. Penilaian Keterampilan
1. Dimensi Keterampilan
Keterampilan abstrak: K-1 Mengamati, K-2 Menanya, K-3 Mencoba, K-4 Menalar, K-5
Menyaji, K-6 Mencipta
Keterampilan Konkrit:
b. Kesiapan (set): kesiapan mental dan fisik untuk melakukan suatu gerakan.c. Meniru
(guided response): gerakan secara terbimbing.
f. Menjadi gerakan alami (adaptation): gerakan alami yang diciptakan sendiri atas dasar
gerakan yang sudah dikuasai.
g. Menjadi tindakan orisinal (origination): gerakan baru yang orisinal, sukar ditiru orang
lain, dan menjadi ciri khasnya.
a. Hasil penilaian pada setiap KD keterampilan adalah nilai optimal dengan teknik dan
objek KD yang sama.
b. Penilaian KD keterampilan yang dilakukan dengan dua teknik penilaian seperti proyek
dan produk atau praktik dan produk, maka nilai KD dapat dirata-rata.
c. Nilai akhir keterampilan pada setiap mata pelajaran adalah rerata dari semua nilai KD
keterampilan dalam satu semester.
d. Penulisan capaian keterampilan pada rapor menggunakan angka pada skala 0 – 100,
predikat dan deskripsi singkat capaian kompetensi
Unjuk kerja/ kinerja / praktik · Daftar cek, dengan menggunakan daftar cek,
peserta didik mendapat nilai bila kriteria penguasaan
kompetensi tertentu dapat diamati oleh penilai.
· Skala Penilaian (Rating Scale). Penilaian kinerja
yang menggunakan skala penilaian memungkinkan
penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan
kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara
kontinum dimana pilihan kategori nilai lebih dari dua.
Projek · Penilaian projek dilakukan mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, sampai pelaporan.
· Untuk menilai setiap tahap perlu disiapkan kriteria
penilaian atau rubrik.
Produk · Daftar cek atau skala penilaian (rubrik)
Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
KKM ditetapkan pada awal tahun pelajaran melalui musyawarah oleh satuan pendidikan
(sekolah) dengan memperhatikan intake (kemampuan rata-rata peserta didik), kompeksitas,
dan kemampuan daya dukung (berorientasi pada sumber belajar).
B. Fungsi Kriteria Ketuntasan Minimal
sebagai acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi peserta didik sesuai kompetensi dasar
mata pelajaran yang diikuti. Setiap kompetensi dasar dapat diketahui ketercapaiannya
berdasarkan KKM yang ditetapkan. Pendidik harus memberikan respon yang tepat terhadap
pencapaian kompetensi dasar dalam bentuk pemberian layanan remedial atau layanan
pengayaan;
2. sebagai acuan bagi peserta didik dalam menyiapkan diri mengikuti penilaian mata
pelajaran. Setiap kompetensi dasar (KD) dan indikator ditetapkan KKM yang harus dicapai
dan dikuasai oleh peserta didik. Peserta didik diharapkan dapat mempersiapkan diri dalam
mengikuti penilaian agar mencapai nilai melebihi KKM.
3. dapat digunakan sebagai bagian dari komponen dalam melakukan evaluasi program
pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah. Evaluasi keterlaksanaan dan hasil program
kurikulum dapat dilihat dari keberhasilan pencapaian KKM sebagai tolok ukur. Oleh karena
itu hasil pencapaian KD berdasarkan KKM yang ditetapkan perlu dianalisis untuk
mendapatkan informasi tentang peta KD-KD tiap mata pelajaran yang mudah atau sulit, dan
cara perbaikan dalam proses pembelajaran maupun pemenuhan sarana prasarana belajar di
sekolah;
4. merupakan kontrak pedagogik antara pendidik dengan peserta didik dan antara satuan
pendidikan dengan masyarakat. Keberhasilan pencapaian KKM merupakan upaya yang harus
dilakukan bersama antara pendidik, peserta didik, pimpinan satuan pendidikan, dan orang tua.
5. merupakan target satuan pendidikan dalam pencapaian kompetensi tiap mata pelajaran.
Penetapan KKM merupakan kegiatan pengambilan keputusan yang dapat dilakukan melalui
metode kualitatif dan atau kuantitatif. Metode kualitatif dapat dilakukan melalui professional
judgement oleh pendidik dengan mempertimbangkan kemampuan akademik dan pengalaman
pendidik mengajar mata pelajaran di sekolahnya. Sedangkan metode kuantitatif dilakukan
dengan rentang angka yang disepakati sesuai dengan penetapan kriteria yang ditentukan;
Penetapan nilai kriteria ketuntasan minimal dilakukan melalui analisis ketuntasan belajar
minimal pada setiap indikator dengan memperhatikan kompleksitas, daya dukung, dan intake
peserta didik untuk mencapai ketuntasan kompetensi dasar dan standar kompetensi;
3. Kriteria ketuntasan minimal setiap Kompetensi Dasar (KD) merupakan rata-rata dari
indikator yang terdapat dalam Kompetensi Dasar tersebut. Peserta didik dinyatakan telah
mencapai ketuntasan belajar untuk KD tertentu apabila yang bersangkutan telah mencapai
ketuntasan belajar minimal yang telah ditetapkan untuk seluruh indikator pada KD tersebut;
4. Kriteria ketuntasan minimal setiap Standar Kompetensi (SK) merupakan rata-rata KKM
Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat dalam SK tersebut;
5. Kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran merupakan rata-rata dari semua KKM-SK yang
terdapat dalam satu semester atau satu tahun pembelajaran, dan dicantumkan dalam Laporan
Hasil Belajar (LHB/Rapor) peserta didik;
7. Pada setiap indikator atau kompetensi dasar dimungkinkan adanya perbedaan nilai
ketuntasan minimal
I. PROGRAM REMEDIAL
1) Hakikat Remedial
Remedial merupakan suatu treatmen atau bantuan untuk mengatasi kesulitan belajar. Berikut
adalah beberapa program assesmen yang bisa dijalankan atau dijadikan acuan dalam
melakukan pengajaran remedial. Yang antara lain dalam bidang berhitung, membaca
pemahaman dan menulis.
Remediasi mempunyai padanan remediation dalam bahasa Inggris. Kata ini berakar kata
‘toremedy’ yang bermakna menyembuhkan. Remediasi merujuk pada proses penyembuahan.
Remedial merupakan
kata sifat. Karena itu dalam bahasa Inggris selalu bersama dengan kata benda, misalnya
‘remedial work’, yaitu pekerjaan penyembuhan, ‘remeDial teaching’ – pengajaran
penyembuhan. Dsb. Di Indonesia, istilah ‘remedial’ sering ditulis berdiri sendiri sebagai kata
benda. Mestinya dituliskan menjadi pengajaran remeial, atau kegiatan remedial dsb. Dalam
bagian ini istilah remediasi dan remedial digunakan bersama-sama, yang merujuk pada suatu
proses membantu siswa mengatasi kesulitan belajar terutama mengatasi
miskonsepsimiskonsepsi yang dimiliki. Dalam random House Webster’s College Dictionary
(1991), remediasi diartikan sebagai intended to improve poor skill in specifed feld.
Remediasi adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk membetulkan kekeliruan yang dilakukan
siswa. Kalau dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran, kegiatan remediasi dapat diartikan
sebagai suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran yang
kurang berhasil. Kekurangberhasilan pembelajaran ini biasanya ditunjukkan oleh
ketidakberhasilan siswa dalam menguasai kompetensi yang diharapkan dalam pembelajaran.
Dari pengertian di atas diketahui bahwa suatu kegiatan pembelajaran dianggap sebagai
kegiatan remediasi apabila kegiatan pembelajaran tersebut ditujukan untuk membantu siswa
yang mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran. Guru melaksanakan perubahan
dalam kegiatan pembelajarannya sesuai dengan kesulitan yang dihadapi para siswa.
Sifat pokok kegiatan pembelajaran remedial ada tiga yaitu: (1) menyederhanakan konsep
yang komplek (2) menjelaskan konsep yang kabur (3) memperbaiki konsep yang salah tafsir.
Beberapa perlakuan yang
dapat diberikan terhadap sifat pokok remedial tersebut antara lain berupa: penjelasan oleh
guru, pemberian rangkuman, dan advance organizer, pemberian tugas dan lain-lain.
Pokok bahasan yang belum dapat dikuasai peserta didik merupakan kesulitan belajar untuk
mempelajari pokok bahasan berikutnya. Kenyataan ini akan diperburuk kalau pokok bahasan
yang baru yang akan dipelajari memerlukan keterampilan prasyarat, disisi lain pokok bahasan
yang menjadi prasyarat belum tuntas. Kesulitan lain untuk mencapai tingkat ketuntasan
belajar anatara lain: perbedaan individual diantara peserta didik dalam kelas dengan sistem
pembelajaran klasikal.
2) Prosedur Remedial
Seperti yang telah Anda ketahui, diagnosis kesulitan belajar adalah suatu proses pemeriksaan
terhadap siswa yang diduga mengalami kesulitan dalam belajar. Melalui kegiatan diagnosis
guru akan mengetahui para siswa yang perlu mendapatkan bantuan. Untuk keperluan
kegiatan remedial, tentu yang menjadi fokus perhatian adalah siswa-siswa yang mengalami
kesulitan dalam belajar yang ditunjukkan tidak tercapainya kriteria keberhasilan belajar.
Apabila kriteria keberhasilan 80 %, maka siswa yang dianggap berhasil jika mencapai tingkat
penguasaan 80 % ke atas, sedangkan siswa yang mencapai tingkat penguasaannya di bawah
80 % dikategorikan belum berhasil. Mereka inilah yang perlu mendapatkan remedial. Setelah
guru mengetahui siswa-siswa mana yang harus mendapatkan remedial, informasi selanjutnya
yang harus diketahui guru adalah topik atau materi apa yang belum dikuasai oleh siswa
tersebut. Dalam hal ini guru harus melihat kesulitan belajar siswa secara individual. Hal ini
dikarenakan ada kemungkinan masalah yang dihadapi siswa satu dengan siswa yang lainnnya
tidak sama. Padahal setiap siswa harus mendapat perhatian dari guru.
Setelah diketahui siswa-siswa yang perlu mendapatkan remedial, topik yang belum dikuasai
setiap siswa, serta faktor penyebab kesulitan, langkah selanjutnya adalah menyusun rencana
pembelajaran. Sama halnya pada pembelajaran pada umumnya, komponen-komponen yang
harus direncanakan dalam melaksanakan kegiatan remedial adalah (1) merumuskan indikator
hasil belajar, (2) menentukan materi yang sesuai engan indikator hasil belajar, (3) memilih
strategi dan metode yang sesuai dengan karakteristik siswa, (4) merencanakan waktu yang
diperlukan, dan (5) menentukan jenis, prosedur dan alat penilaian.
Untuk mengetahui berhasil tidaknya kegiatan remedial yang telah dilaksanakan, harus
dilakukan penilaian. Penilaian ini dapat dilakukan dengan cara mengkaji kemajuan belajar
siswa.Apabila siswa mengalami kemauan belajar sesuai yang diharapkan, berarti kegiatan
remedial yang direncanakan dan dilaksanakan cukup efektif membantu siswa yang
mengalami kesulitan belajar. Tetapi, apabila siswa tidak mengalami kemajuan dalam
belajarnya berarti kegiatan remedial yang direncanakan dan dilaksanakan kurang efektif.
Untuk itu guru harus menganalisis setiap komponen pembelajaran.
a) Pemberian Tugas
Dalam pemberian tugas dapat dilakukan dengan berbagai jenis antara lain dengan pemberian
rangkuman baik dilakukan secara individual maupun secara kelompok, pemberian advance
organizer dan yang sejenis. b) Melakukan aktivitas fsik, misal demosntrasi, atau praktek dan
diskusi
Pengayaan merupakan suatu kegiatan belajar, dikhususkan bagi peserta didik yang memiliki
kemampuan belajar lebih, misalkan belajar lebih cepat, menyimpan informasi lebih mudah,
keingintahuan lebih tinggi, bepikir mandiri, superior, dan berpikir abstrak, serta memiliki
banyak minat.Secara umum pengayaan dapat diartikan sebagai pengalaman atau kegiatan
peserta didik yang melampaui persyaratan minimal yang ditentukan oleh kurikulum dan tidak
semua peserta didik dapat melakukannya. Pembelajaran pengayaan merupakan pembelajaran
tambahan dengan tujuan untuk memberikan kesempatan pembelajaran baru bagi peserta didik
yang memiliki kelebihan sedemikain rupa sehingga mereka dapat mengoptimalkan
perkembangan minat, bakat, dan kecakapannya. Pembelajaran pengayaan berupaya
mengembangkan keterampilan berpikir, kreativitas, keterampilan memecahkan masalah,
eksperimentasi, inovasi, penemuan, keterampilan seni, keterampilan gerak, dsb. Pembelajaran
pengayaan memberikan pelayanan kepada peserta didik yang memiliki kecerdasan lebih
dengan tantangan belajar yang lebih tinggi untuk membantu mereka mencapai kapasitas
optimal dalam belajarnya.
Pada akhir program pembelajaran, diadakan penilaian yang lebih formal berupa ulangan
harian. Ulangan harian dimaksudkan untuk menentukan tingkat pencapaian belajar, apakah
seorang peserta didik gagal atau berhasil mencapai tingkat penguasaan kompetensi tertentu.
Penilaian akhir program ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan apakah peserta didik
telah mencapai kompetensi (tingkat penguasaan) minimal atau ketuntasan belajar seperti yang
telah dirumuskan pada saat pembelajaran direncanakan.
Jika ada peserta didik yang lebih mudah dan cepat mencapai penguasaan kompetensi minimal
yang ditetapkan, maka sekolah perlu memberikan perlakuan khusus berupa program
pembelajaran pengayaan. Pembelajaran pengayaan merupakan pembelajaran tambahan
dengan tujuan untuk memberikan kesempatan pembelajaran baru bagi peserta didik yang
memiliki kelebihan sedemikain rupa sehingga mereka dapat mengoptimalkan perkembangan
minat, bakat, dan kecakapannya. Pembelajaran pengayaan berupaya mengembangkan
keterampilan berpikir, kreativitas, keterampilan memecahkan masalah, eksperimentasi,
inovasi, penemuan, keterampilan seni, keterampilan gerak, dsb. Pembelajaran pengayaan
memberikan pelayanan kepada peserta didik yang memiliki kecerdasan lebih dengan
tantangan belajar yang lebih tinggi untuk membantu mereka mencapai kapasitas optimal
dalam belajarnya.
Terdapat tiga jenis pembelajaran pengayaan, yaitu kegiatan eksploratori, keterampilan proses,
dan pemecahan masalah.
1. Kegiatan eksploratori
Kegiatan eksploratori adalah jenis pembelajaran pengayaan yang bersifat umum yang
dirancang untuk disajikan kepada peserta didik. Sajian dimaksud berupa peristiwa sejarah,
buku, tokoh masyarakat, dsb, yang secara regular tidak tercakup dalam kurikulum.
2. Keterampilan proses
Keterampilan proses adalah jenis pembelajaran pengayaan yang diperlukan oleh peserta didik
agar berhasil dalam melakukan pendalaman dan investigasi terhadap topik yang diminati
dalam bentuk pembelajaran mandiri.
3. Pemecahan masalah
Pemecahan masalah adalah jenis pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik yang
memiliki kemampuan belajar lebih tinggi berupa pemecahan masalah nyata dengan
menggunakan pendekatan pemecahan masalah atau pendekatan investigatif/ penelitian
ilmiah.
Agar pemberian pengayaan tepat sasaran maka perlu ditempuh langkah-langkah sistematis,
yaitu pertama mengidentifikasi kelebihan kemampuan belajar peserta didik, dan kedua
memberikan perlakuan (treatment) pembelajaran pengayaan.
a. Tujuan
Tujuan identifikasi kemampuan berlebih peserta didik dimaksudkan untuk mengetahui jenis
serta tingkat kelebihan belajar peserta didik.
Peserta didik yang memiliki kecepatan belajar tinggi ditandai dengan cepatnya penguasaan
kompetensi (SK/KD) mata pelajaran tertentu.
Peserta didik yang memiliki kemampuan menyimpan informasi lebih mudah, akan memiliki
banyak informasi yang tersimpan dalam memori/ ingatannya dan mudah diakses untuk
digunakan.
Banyak bertanya dan menyelidiki merupakan tanda bahwa seorang peserta didik memiliki
hasrat ingin tahu yang tinggi.
4) Berpikir mandiri.
Peserta didik dengan kemampuan berpikir mandiri umumnya lebih menyukai tugas mandiri
serta mempunyai kapasitas sebagai pemimpin.
Peserta didik yang superior dalam berpikir abstrak umumnya menyukai kegiatan pemecahan
masalah.
Mudah termotivasi untuk meminati masalah baru dan berpartisipasi dalam banyak kegiatan.
c. Teknik
Teknik yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi kemampuan berlebih peserta didik
dapat dilakukan antara lain melalui : tes IQ, tes Inventori, wawancara, pengamatan, dsb.
1) Tes IQ (Intelligence Quotient)
Tes IQ adalah tes yang digunakan untuk mengetahui tingkat kecerdasan peserta didik. Dari
tes ini dapat diketahui tingkat kemampuan spasial, interpersonal, musikal, intrapersonal,
verbal, logik/matematik, kinestetik, naturalistik, dsb.
2) Tes inventori
Tes inventori digunakan untuk menemukan dan mengumpulkan data mengenai bakat, minat,
hobi, kebiasaan belajar, dsb.
3) Wawancara
Wawancara dilakukan dengan mengadakan interaksi lisan dengan peserta didik untuk
menggali lebih dalam mengenai program pengayaan yang diminati peserta didik.
4) Pengamatan (observasi)
Pengamatan dilakukan dengan jalan melihat secara cermat perilaku belajar peserta didik. Dari
pengamatan tersebut diharapkan dapat diketahui jenis maupun tingkat pengayaan yang perlu
diprogramkan untuk peserta didik.
a. Belajar Kelompok
Belajar kelompok dilakukan dengan cara sekelompok peserta didik yang memiliki minat
tertentu diberikan pembelajaran bersama pada jam-jam pelajaran sekolah biasa, sambil
menunggu teman-temannya yang mengikuti pembelajaran remedial karena belum mencapai
ketuntasan.
b. Belajar mandiri.
Belajar mandiri dilakukan dengan cara secara mandiri peserta didik belajar mengenai sesuatu
yang diminati.
c. Pembelajaran berbasis tema.
Pembelajaran berbasis tema dilakukan dengan cara memadukan kurikulum di bawah tema
besar sehingga peserta didik dapat mempelajari hubungan antara berbagai disiplin ilmu.
d. Pemadatan kurikulum.
Penilaian hasil belajar kegiatan pengayaan, tentu tidak sama dengan kegiatan pembelajaran
biasa, tetapi cukup dalam bentuk portofolio, dan harus dihargai sebagai nilai tambah (lebih)
dari peserta didik yang normal. Berdasarkan hal tersebut, pembelajaran remedial dan
pengayaan pada akhirnya memberikan kesempatan kepada seluruh peserta didik untuk
mencapai dan menguasai kompetensi sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Bagi
peserta didik yang lambat pemahamannya dapat menguasai kompetensi minimal yang
disyaratkan dalam kurikulum. Sedangkan peserta didik yang cepat pemahamannya
mendapatkan kompetensi atau materi yang lebih yang dapat digunakan dalam
mengembangkan kreativitas dan inovasinya dalam belajar.
Menurut John Elliot bahwa yang dimaksud dengan PTK ialah kajian tentang situasi sosial
Dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya (Elliot, 1982). Seluruh
prosesnya, telaah, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pengaruh
menciptakan hubungan yang diperlukan antara evaluasi diri dari perkembangan rofesional.
Pendapat yang hampir senada dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart, yang mengatakan
bahwa PTK adalah suatu bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh peserta–pesertanya
dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktikpraktik itu dan
terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktik tersebut (Kemmis dan Taggart, 1988).
Menurut Carr dan Kemmis seperti yang dikutip oleh Siswojo ardjodipuro, dikatakan bahwa
yang dimaksud dengan istilah PTK adalah suatu bentuk refleksi diri yang dilakukan oleh para
Partisipan (guru, siswa atau kepala sekolah) dalam situasi-situasi sosial (termasuk
pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran (a) praktik-praktik sosial atau
pendidikan yang dilakukan dilakukan sendiri, (b) pengertian mengenai praktik-praktik ini,
dan (c) situasi-situasi (dan lembaga-lembaga) tempat praktik-praktik tersebut dilasanakan
(Harjodipuro, 1997).
Lebih lanjut, dijelaskan oleh Harjodipuro bahwa PTK adalah suatu pendekatan untuk
memperbaiki pendidikan melalui perubahan, dengan mendorong para guru untuk memikirkan
praktik mengajarnya sendiri, agar kritis terhadap praktik tersebut dan agar mau untuk
mengubahnya. PTK bukan sekadar mengajar, PTK mempunyai makna sadar dan kritis
terhadap mengajar, dan menggunakan kesadaran kritis terhadap dirinya sendiri untuk bersiap
terhadap proses perubahan dan perbaikan proses pembelajaran. PTK mendorong guru untuk
berani bertindak dan berpikir kritis dalam mengembangkan teori dan rasional bagi mereka
sendiri, dan bertanggung jawab mengenai pelaksanaan tugasnya secara profesional.
Banyak model PTK yang dapat diadopsi dan diimplementasikan di dunia pendidikan. Namun
secara singkat, pada dasarnya PTK terdiri dari 4 (empat) tahapan dasar yang saling terkait
dan berkesinambungan: perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan
(observing), dan refleksi (reflecting). Namun sebelumnya, tahapan ini diawali oleh suatu
Tahapan Pra PTK, yang meliputi identifkasi masalah, analisis masalah, rumusan masalah, dan
rumusan hipotesis tindakan.
Tahapan pra- PTK ini sangat esensial untuk dilaksanakan sebelum suatu rencana tindakan
disusun. Tanpa tahapan ini suatu proses PTK akan kehilangan arah dan arti sebagai suatu
penelitian ilmiah. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan guna menuntut pelaksanaan
tahapan PTK adalah (1) apa yang memprihatinkan dalam proses pembelajaran, (2) mengapa
hal itu terjadi dan apa sebabnya, (3) apa yang dapat dilakukan dan bagaimana caranya
mengatasi keprihatinan tersebut, (4) bukti-bukti apa saja yang dapat dikumpulkan untuk
membantu mencari fakta apa yang terjadi, dan (5) bagaimana cara mengumpulkan bukti-bukti
tersebut. Jadi, tahapan pra- PTK ini sesungguhnya suatu reflektif dari
guru terhadap masalah yang ada dikelasnya. Masalah ini tentunya bukan bersifat individual
pada salah seorang murid saja, namun ebih merupakan masalah umum yang bersifat klasikal,
misalnya kurangnya motivasi belajar di kelas, rendahnya kualitas daya serap klasikal, dan
lain-lain.
Berangkat dari hasil pelaksanaan tahapan Pra -PTK inilah suatu rencana tindakan dibuat
seperti berikut.
1. Perencanaan Tindakan
Berdasarkan pada identifkasi masalah yang dilakukan pada tahap pra PTK, rencana tindakan
disusun untuk menguji secara empiris hipotesis tindakan yang ditentukan. Rencana tindakan
ini mencakup semua langkah tindakan secara rinci. Segala keperluan pelaksanaan PTK, mulai
dari materi/bahan ajar, rencana pengajaran yang mencakup metode/ teknik mengajar, serta
teknik atau instrumen observasi/ evaluasi, dipersiapkan dengan matang pada tahap
perencanaan ini. Dalam tahap ini perlu juga diperhitungkan segala kendala yang mungkin
timbul pada saat tahap implementasi berlangsung. Dengan melakukan antisipasi lebih dari
diharapkan pelaksanaan PTK dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan hipotesis yang
telah ditentukan.
2. Pelaksanaan Tindakan
Tahap ini merupakan implementasi ( pelaksanaan) dari semua rencana yang telah dibuat.
Tahap ini, yang berlangsung di dalam kelas, adalah realisasi dari segala teori pendidikan dan
teknik mengajar yang telah disiapkan sebelumnya. Langkah-langkah yang dilakukan guru
tentu saja mengacu pada kurikulum yang berlaku, dan hasilnya diharapkan berupa
peningkatan efektiftas keterlibatan kolaborator sekedar untuk membantu si peneliti untuk
dapat lebih mempertajam refleksi dan evaluasi yang dia lakukan terhadap apa yang terjadi
dikelasnya sendiri. Dalam proses refleksi ini segala pengalaman, pengetahuan, dan teori
pembelajaran yang dikuasai dan relevan.
3. Pengamatan Tindakan
Pelaksanaan refleksi diusahakan tidak boleh lebih dari 24 jam artinya begitu selesai observasi
langsung diadakan refleksi bersama kolaborator.
C. PROPOSAL PTK
Proposal atau rancangan penelitian merupakan pedoman yang berisi langkah-langkah yang
akan diikuti oleh peneliti dalam melakukan penelitian. Proposal penelitian harus dibuat secara
baik dan jelas sehingga mampu menjadi pegangan selama penelitian berlangsung. Secara
umum ada aturan, baik yang bersifat metodologis maupun teknis dalam menyusun proposal.
Aturan-aturan itu pada umumnya bersifat universal, meskipun untuk hal-hal tertentu yang
bersifat teknis ada yang harus disesuaikan dengan kebutuhan lembaga-lembaga tertentu.
Tidak semua proposal penelitian mempunyai format atau komponen yang sama. Para ahli
mengajukan format dan komponen berbeda antara yang satu dengan lainnya. Namun begitu,
terdapat format general yang terdiri dari komponen-komponen pokok suatu proposal
penelitian (William Wiersma, 1986).
Bagian ini antara lain berisi: latar belakang masalah, identifkasi masalah, batasan masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.
B. Tinjauan pustaka
Bagian ini antara lain berisi: kajian teori, kerangka berpikir penelitian, dan hipotesis
penelitian
C. Prosedur penelitian
Bagian ini antara lain berisi: jenis dan pendekatan penelitian, lokasi dan waktu penelitian,
populasi dan sampel, teknik pengumpulandata, instrumen penelitian, dan teknis analisis data.
Selain komponen-komponen di atas, proposal dilengkapi dengan judul penelitian, daftar
pustaka, jadwal penelitian, dan rancangan pembiayaan penelitian. Sistematika proposal
penelitian terkadang tidak sama antara penelitian satu dengan penelitian lainnya. Hal ini
bergantung pada pemikiran si peneliti, atau kadang telah ditentukan oleh institusi yang
menaungi dan atau membiayai penelitian tersebut.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Identifkasi Masalah
C. Batasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
B. Kerangka Berfkir
C. Hipotesis
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
B. Waktu dan Tempat Penelitian
C. Desain Penelitian
D. Subjek Penelitian
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Instrumen Penelitian
G. Teknis Analisis Data
E. Teknik penulisan proposal penelitian
D. LAPORAN PTK
Melaporkan hasil penelitian tidak sebatas menguraikan temuan kita dalam laporan penelitian.
Ada subbab lain yang amat penting kedudukannya kaitannya dengan pelaporan, yaitu
pembahasan. Jika dalam bagian hasil penelitian kita hanya menguraikan temuan pada
masing-masing siklus, jika perlu pada masing-masing teknik yang digunakan, juga
instrumennya; pada bagian pembahasan kita harus mengaitkan temuan yang satu dan yang
lain, bahkan juga mengaitkan antara temuan dan teori yang digunakan. Bagian ini merupakan
bagian terpenting dalam laporan PTK, karena itu jika dilihat dari jumlah halamannya, bagian
ini memiliki porsi yang paling banyak.
Struktur Laporan Penelitian Tindakan Kelas terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian
utama atau bagian inti, dan bagian akhir. Bagian awal laporan PTK terdiri atas Halaman
Judul, Lembar Pengesahan, Abstrak, Prakata, dan Daftar Isi. Halaman Judul adalah identitas
penelitian yang terdiri atas judul, peneliti, instansi penelitian, dan tahun pembuatan laporan.
Lembar pengesahan berisi identitas peneliti yang disahkan oleh pejabat berwenang. Jika
penelitian dilakukan oleh sekolah, pejabat yang berwenang mengesahkan adalah kepala
sekolah. Jika PTK merupakan hibah dari LPMP, pejabat berwenangnya adalah Kepala LPMP.
Abstrak merupakan intisari yang sangat penting dari hasil penelitian. Abstrak berisi latar
belakang masalah, tujuan penelitian, pelaksanaan penelitian, hasil penelitian, dan saran. Kata
Pengantar (Prakata) antara lain berisi ucapan terima kasih peneliti kepada pihak yang telah
membantunya.
No Bagian Isi
1. Judul Peningkatan Kemampuan Menyusun Teks Cerpen dengan Pendekatan
Kontekstual Elemen Pemodelan pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1
Semarang
Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017
2. Awal Halaman Judul
Lembar Pengesahan Hasil Penelitian
Abstrak
Pernyataan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran
3. Isi BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
BAB II
LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Menyusun Teks Cerpen
2.1.1.1 Hakikat Cerpen
2.1.1.2 Tahap Menyusun Teks Cerpen
2.1.2 Hakikat Teknik Pemodelan
2.1.2.1 Pendekatan Kontekstual
2.1.2.2 Teknik Pemodelan sebagai Elemen dari Pendekatan
Kontekstual
2.2 Kerangka Berpikir
2.3 Hipotesis Tindakan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Setting Penelitian
3.2 Subjek Penelitian
3.3 Desain Penelitian
3.4 Indikator Kinerja
3.5 Teknik Pengumpulan Data
3.6 Instrumen Penelitian
3.6 Validasi Data
3.7 Analisis Data
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.1 Hasil Penelitian
1.1.1 Siklus I
1.1.1.1 Proses Pemberian Tindakan
1.1.1.2 Hasil Tes
1.1.1.3 Hasil Nontes
1.1.2 Siklus II
1.1.2.1 Proses Pemberian Tindakan
1.1.2.2 Hasil Tes
1.1.2.3 Hasil Nontes
1.2 Pembahasan
1.2.1 Kemampuan Menulis Teks Cerpen
1.2.2 Aktivitas Siswa
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
5.2 Saran
4. Bagian Daftar Pustaka
Akhir Lampiran
1) Surat Izin Penelitian
2) Daftar Nilai Prasiklus
3) Daftar Nilai Siklus I
4) Daftar Nilai Siklus II
5) Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
6) Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
7) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I
8) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II
9) Contoh Teks Cerpen
Tujuan dilakukan refleksi pembelajaran bagi pendidik antara lain: (1) Untuk menganalisis
tingkat keberhasilan proses dan hasil belajar peserta didik; (2) Untuk melakukan evaluasi diri
terhadap proses belajar yang telah dilakukan; (3) untuk mengidentifikasi faktor-faktor
penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan; (4) untuk merancang upaya
optimalisasi proses dan hasil belajar, (5) Untuk memperbaiki dan mengembangkan
pembelajaran sesuai dengan mata pelajaran yang diampu. Refleksi pembelajaran penting
dilakukan dengan tujuan untuk memberikan informasi positif tentang bagaimana cara
meningkatkan kualitas pembelajarannya sekaligus sebagai bahan observasi untuk mengetahui
sejauh mana tujuan pembelajaran itu tercapai. Selain itu refleksi terhadap pembelajaran
bermanfaat bagi peserta didik yakni, untuk mencapai kepuasaan diri peserta didik
memperoleh wadah yang tepat dalam menjalin komunikasi positif dengan pendidik.
a. Belajar Jurnal
Pertama adalah belajar jurnal, para siswa diminta untuk membuat jurnal mingguan di mana
mereka merekam dan berkomentar tentang pengalaman mereka sebagai pelajar dalam kelas
tersebut. Dibutuhkan waktu lima menit untuk siswa menulis jurnal tersebut. Pada akhir
pelajaran jurnal tersebut di kumpulkan kepada guru untuk diberi komentar.
c. Belajar Kontrak
Penggunaan belajar kontrak pada pembelajaran refleksi ada tiga tahap, yaitu sebagai berikut.
1) Sebelum penyusunan sebuah draft awal untuk disampaikan kepada siswa harus fokus pada
pengalaman mereka, kebutuhan mereka belajar dan bagaimana mereka bisa belajar dengan
baik. Dalam dialog dengan siswa, konsepsi pembelajaran ini didiskusikan dan kontrak yang
direvisi dihasilkan.
2) Sebelum penyerahan hasil ahir belajar mereka, siswa diminta dalam kontrak untuk
meninjau pembelajaran mereka dan bagaimana mereka dapat menyampaikannya kepada
orang lain.
3) Jadwal Penilaian diri. Jadwal penilaian diri digunakan sebagai sarana memungkinkan
siswa untuk menyatukan berbagai pembelajaran mereka dalam suatu kelas, untuk
merefleksikan prestasi mereka dan mengkaji implikasinya untuk pembelajaran lebih lanjut.
(Tebow, 2008)
Instrumen adalah alat untuk merekam informasi yang akan dikumpulkan. Instrumen
observasi digunakan berdasarkan teknik yang dilakukan. Berikut ini jenis instrumen yang
dapat dikembangkan untuk kegiatan refleksi pembelajaran.
a. Lembar Observasi
Lembar observasi adalah hasil pencatatan terhadap pengamatan fenomena-fenomena yang
diselidiki secara sistematis. Instrumen observasi yang berupa pedoman pengamatan biasa
digunakan dalam observasi sistematis, di mana observer bekerja sesuai dengan pedoman yang
telah dibuat.
b. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara (interview guide) adalah acuan percakapan yang dilaksanakan untuk
memperoleh informasi dari responden. Secara minimal pedoman tersebut memuat rambu-
rambu pertanyaan yang akan ditanyakan pada responden.
Lembar telaah dokumen adalah instrumen yang yang digunakan untuk mengolah dokumen-
dokumen yang dimiliki. Bentuk instrument dokumentasi terdiri atas dua macam yaitu
pedoman dekomentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang akan dicari datanya,
dan check list yang memuat daftar variabel yang akan dikumpulan datanya. Perbedaan antara
kedua bentuk instrumen ini terletak pada intensitas gejala yang diteliti.
Refleksi kegiatan pembelajaran dapat menggunakan metode angket atau kuisioner. Pada
kegiatan ini, digunakan instrumen sesuai dengan nama metodenya. Bentuk lembaran angket
dapat berupa sejumlah pertanyaan tertulis, tujuannya untuk memperoleh informasi dari
responden tentang apa yang dialami dan diketahui oleh peserta didik.
Sumber Pustaka
Doyin, Mukh dan Supriyono. 2015. Materi UKG Bahasa Indonesia. Semarang: Bandungan
Institute.
Kurniawan, Endang, dkk. 2016. Refleksi Pembelajaran Dan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan