You are on page 1of 9

‫‪Khutbah Idul Adha: Anak Shaleh, Jalan Surga Orangtua‬‬

‫‪‬‬ ‫‪admin‬‬ ‫‪ Oktober 10, 2013‬‬ ‫‪ 22,129 Views‬‬

‫*‪Anak Shaleh, Jalan Surga Orangtua‬‬

‫ْﺷ‬
‫َﻬ‬
‫ُﺪ ان‬ ‫َ‬
‫َ اﻟ‬
‫َﻪ اﻻ ا َوا‬ ‫ْﺷ‬
‫َﻬ‬
‫ُﺪ ا‬
‫ْن ﻻ‬ ‫َ‬
‫ُﻪ‪ .‬ا‬
‫يﻟ‬
‫َﺎدَ‬
‫ﻼ ﻫِ‬ ‫ْ‬
‫ِﻞَﻓَ‬
‫ْﻀﻠ‬
‫ْﻦُﻳ‬
‫َﻣ‬ ‫َ‬
‫ُﻪَو‬
‫ِﻀﻞ ﻟ‬ ‫ِهَﻓَ‬
‫ﻼُﻣ‬ ‫ْﻬ‬
‫ِﺪ‬‫ْﻦَﻳ‬
‫َﺎ‪َ،‬ﻣ‬
‫ِﻟﻨ‬
‫َﻤﺎ‬
‫ْﻋ‬
‫َﺎت ا‬
‫ْﻦَﺳﻴﺌِ‬
‫ِﻣ‬
‫َﺎَو‬ ‫ُﻔ‬
‫ِﺴﻨ‬‫ْﻧ‬
‫ِر ا‬
‫ْو‬‫ْﻦُﺷ‬
‫ُﺮ‬ ‫ُﻌُ‬
‫ِﺑﺎِِﻣ‬
‫ﻮذ‬ ‫َﻧ‬
‫ُهَو‬
‫ُﺮ‬‫ْﻐ‬
‫ِﻔ‬‫َﺘ‬‫َﻧ‬
‫ْﺴ‬ ‫ُ‬
‫ُﻪَو‬
‫ْﻴﻨ‬
‫ِﻌ‬
‫َﺘ‬‫َﻧ‬
‫ْﺴ‬‫ُهَو‬
‫ُﺪ‬
‫َﻤ‬‫َﺪَِِﻧ‬
‫ْﺤ‬ ‫ْﻤ‬‫انْاﻟ‬
‫َﺤ‬

‫ُﻟ‬
‫ُﻪ‬‫ْﻮ‬
‫ُﺳ‬‫ُهَو‬
‫َر‬ ‫ُﺪ‬
‫ْﺒ‬
‫ًﺪاَﻋ‬
‫َﺤﻤ‬
‫ُﻣ‬

‫َن‪.‬‬
‫ْﻮ‬
‫ِﻤ‬
‫ْﺴﻠ‬
‫ُ‬ ‫ُﺗﻦ اﻻَوا‬
‫ُﻧﺘ‬
‫ْﻢ ﻣ‬ ‫ْﻮ‬‫ََﺗ‬
‫ُﻤ‬ ‫ِﻪَوﻻ‬
‫ِ‬ ‫ُﻘﻮا اََﺣﻖُﺗ‬
‫َﻘﺎﺗ‬ ‫ُﻮا اﺗ‬
‫اﻣﻨ‬
‫َﻦَءَ‬
‫ْﻳ‬
‫ِﺬ‬ ‫َﻳﺎ اﻳَ‬
‫ﻬﺎ اﻟ‬

‫ًﺒﺎ‪.‬‬
‫ْﻴ‬
‫ِﻗ‬ ‫ُ‬
‫ْﻢَر‬ ‫َ‬
‫ْﻴﻜ‬ ‫ََ‬
‫ﺎنَﻋﻠ‬ ‫ﺎم ان اَ ﻛ‬
‫َﺣَ‬ ‫ْاﻻ‬
‫ْر‬ ‫ِﻪَو‬
‫ِﺑ‬
‫َن‬ ‫ُﻟ‬
‫ْﻮ‬‫ﺂء‬
‫َﺴَ‬‫ْيَﺗ‬‫ُﻘﻮا اَ اﻟ‬
‫ِﺬ‬ ‫ﺂءَواﺗ‬
‫ِﺴً‬‫ًﺮاَوﻧ‬
‫َ‬ ‫ْﻴ‬‫ًﻛ‬
‫َ‬
‫ِﺜ‬‫َﺟﺎﻻ‬ ‫ُ‬
‫َﻤﺎِر‬
‫ْﻬ‬ ‫َﻬﺎَوﺑ‬
‫َﺚِﻣﻨ‬ ‫َﺟ‬
‫ْو‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫َﻖِﻣﻨ‬
‫ْﻬﺎَز‬ ‫َﺧﻠ‬
‫ٍةَو‬
‫َﺪ‬
‫اﺣ‬ ‫ْﻔ‬
‫ٍﺲَوِ‬‫َﻧ‬
‫ْﻦ‬‫ْﻢ ﻣ‬ ‫َ‬
‫َﻘﻜ‬
‫ُ‬ ‫ْيَﺧﻠ‬
‫ِﺬ‬ ‫ُ‬
‫ُﻢ اﻟ‬ ‫ُﻘ‬
‫ْﻮاَرﺑﻜ‬ ‫َﻬﺎ ُ‬
‫اﻟﻨﺎس اﺗ‬ ‫َﻳﺎ اﻳ‬

‫ُﺪ؛‬
‫َﻌ‬
‫ْ‬‫ًﻤﺎ‪ .‬اﻣﺎﺑ‬
‫ْﻴ‬‫ًزاَﻋ‬
‫ِﻈ‬ ‫َزَﻓ‬
‫ْﻮ‬ ‫ْﺪَﻓﺎ‬
‫َﻘ‬ ‫َ‬
‫ُﻪَﻓ‬
‫ْﻮﻟ‬
‫ُﺳ‬‫ِﻊ اََو‬
‫َر‬ ‫ِﻄ‬
‫ُﻳ‬
‫ْﻦ‬‫َﻣ‬ ‫ُ‬
‫ْﻢَو‬
‫َﺑﻜ‬
‫ْﻮ‬ ‫َﻜ‬
‫ْﻢُذ‬
‫ُﻧ‬ ‫ُ‬‫ْﺮ ﻟ‬‫ْﻐ‬
‫ِﻔ‬‫َﻳ‬ ‫َﻜ‬
‫ُ‬
‫ْﻢَو‬‫َﻤﺎﻟ‬
‫ْﻋ‬ ‫َﻜ‬
‫ُ‬
‫ْﻢ ا‬‫ِﺢ ﻟ‬
‫ْ‬‫ْﺼﻠ‬
‫ُﻳ‬‫ًﺪا‪.‬‬
‫ْﻳ‬‫ًَﺳ‬
‫ِﺪ‬ ‫ْﻮﻻ‬ ‫ُﻟ‬
‫ْﻮاَﻗ‬ ‫ُﻗ‬
‫ْﻮ‬‫ُﻘﻮا اََو‬
‫ُﻮا اﺗ‬
‫اﻣﻨ‬
‫َﻦَءَ‬
‫ْﻳ‬‫َﻬﺎ اﻟ‬
‫ِﺬ‬ ‫َﻳﺎ اﻳ‬

‫اﻟﻨﺎر‬ ‫َ‬
‫ٍﺔِﻓﻲ ِ‬‫ُﻞَﺿَ‬
‫ﻼﻟ‬ ‫َ‬
‫ٌﺔَوﻛ‬‫ٍﺔَﺿَ‬
‫ﻼﻟ‬ ‫َﻋ‬
‫ْﺪ‬‫ُﻞ‬
‫ِﺑ‬ ‫ٌﺔَوﻛ‬
‫َﻋ‬
‫ْﺪ‬
‫ِﺑ‬‫َﺛ‬
‫ٍﺔ‬‫َﺪ‬
‫ْﺤ‬‫ُﻞُﻣ‬
‫َﻬﺎَوﻛ‬‫َﺛﺎ‬
‫ُﺗ‬ ‫َﺪ‬
‫ْﺤ‬‫ﻮرُﻣ‬
‫ُﻣِ‬‫َﺷﺮ اﻻ‬
‫َﻢَو‬
‫َﺳﻠ‬
‫ِﻪَو‬‫َ‬
‫ْﻴ‬
‫ٍﺪَﺻﻠﻰ ا َﻋﻠ‬
‫َﺤﻤ‬
‫ُيُﻣ‬
‫َﺪ‬
‫ِي ﻫ‬
‫ْ‬ ‫ْﺪ‬‫َﺮَ‬
‫اﻟﻬ‬ ‫َﺧ‬
‫ْﻴ‬‫ﺎب اَ ‪َ،‬و‬
‫َﺘُ‬‫ﻳﺚِﻛ‬
‫ِﺪِ‬ ‫َﺮْاﻟ‬
‫َﺤ‬ ‫َﻓﺎنَﺧ‬
‫ْﻴ‬

‫‪Allahu akbar, Allahu akbar la ilaha illaLlahu Allahu akbar walillahilhamd‬‬

‫!‪Kaum muslimin yang berbahagia‬‬

‫‪Hari ini, kita kembali menjadi saksi betapa luasnya kasih-sayang Allah Azza wa Jalla kepada kita semua.‬‬
‫‪Pagi hari ini, kita kembali merasakan betapa besarnya rahmat dan ampunanNya untuk kita semua.‬‬
‫‪‬‬ ‫‪Check Also‬‬
Check Also

Dosa demi dosa kita kerjakan nyaris sepanjang hari. Perintah demi perintahNya hampir kita abaikan
Khutbah Jumat : Kewajiban

setiap saat. Tapi lihatlah, Allah Azza wa Jalla yang Maha Pengasih itu tidak pernah bosan memberikan
Mencintai Rasulullah shallalahu

kesempatan demi kesempatan kepada kita untuk bertaubat dan kembali padaNya. Allah Azza wa
‘aaihi wa Sallam
Jalla yang Maha Penyayang itu tidak pernah menutup pintu ampunanNya yang luas.
Kewajiban Mencintai
Rasulullah shallalahu ‘aaihi
Allahu akbar, Allahu akbar, la ilaha illaLlahu Allahu akbar walillahilhmad
wa Sallam1 Oleh:
Syamsuddin, M.Pd.I ‫َﺪ‬ ‫ْﻤ‬
‫اﻟﺤ‬
َ ‫ان‬
‫ُه‬
‫ُﺪ‬‫َﻤ‬‫َِِﻧ‬
‫ْﺤ‬ ...
Kaum muslimin yang berbahagia!

Hari Raya Idul Adha adalah kisah tentang sebuah keluarga mulia yang diabadikan oleh Allah Azza wa
Jalla untuk peradaban manusia. Itulah kisah keluarga Ibrahim ‘alaihissalam. Melalui kisah keluarga
Ibrahim ‘alaihissalam itu, Allah Ta’ala ingin menunjukkan kepada kita betapa pentingnya posisi keluarga
dalam membangun sebuah peradaban yang besar. Sebuah masyarakat yang bahagia dan sejahtera, tidak
hanya di dunia, namun juga di akhirat.

Sebuah masyarakat tidak akan bisa menjadi bahagia dan sejahtera jika masyarakat itu gagal dalam

membangun keluarga-keluarga kecil yang ada di dalamnya.

Dan jika kita berbicara tentang keluarga, maka itu artinya kita juga akan berbicara tentang salah satu

unsur terpenting keluarga yang bernama: Anak. Dalam kisah keluarga Ibrahim ‘alaihissalam, sang anak itu

“diperankan” oleh sosok Isma’il ‘alaihissalam.

Inilah sosok anak teladan sepanjang zaman yang kemudian diangkat menjadi seorang nabi oleh Allah Azza

wa Jalla. Bahkan yang luar biasanya adalah melalui keturunan Isma’il ‘alaihissalam inilah kemudian lahir
sosok nabi dan rasul paling mulia sepanjang sejarah manusia bahkan alam semesta, yaitu: Rasulullah
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam!

Allahu akbar, Allahu akbar, La ilaha illaLlahu Allahu akbar walillahil hamd…

Kaum muslimin rahimakumullah!

Saya kira hampir semua dari kita mengikuti bagaimana anak-anak remaja kita yang bergabung dalam

geng-geng motor mulai berani melakukan tindakan-tindakan anarkis yang tidak pernah diduga

sebelumnya.

Kita semua juga nyaris menyaksikan setiap hari di sudut-sudut jalan raya, bagaimana anak-anak kita

dieksploitasi dan diperalat menjadi anak jalanan, mengemis dan meminta-minta sambil mengisap lem

dari balik bajunya yang lusuh dan kotor.

Saya kira kita juga tahu hasil-hasil survey mutakhir yang menunjukkan bagaimana jumlah ABG yang hamil

di luar nikah terus meningkat dalam jumlah yang sangat memprihatinkan.

Dan itu semua barulah segelintir masalah dan problem anak-anak kita di masa kini… Wallahul musta’an.
Allahu akbar Allahu akbar La ilaha illaLlah Allahu akbar walillahilhamd…

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!

Harus kita akui dengan jujur bahwa salah satu penyebab utama terjadinya ini semua adalah orangtua itu

sendiri. Tidak sedikit Orangtua yang terjebak dalam dua sikap ekstrem yang saling bertolak belakang:
sikap yang memanjakan terlalu berlebihan dan sikap pengabaian yang menelantarkan anak-anak.

Ada orangtua yang menganggap bahwa kasih sayang kepada anak harus ditunjukkan dengan pemberian

dan pemenuhan segala keinginannya. Bahkan ada juga orangtua yang memanjakan anak dengan segala
fasilitas untuk mengangkat gengsinya sendiri sebagai orangtua!

Pada sisi yang lain, tidak sedikit orangtua yang tidak peduli dengan anak-anaknya. Atau menunjukkan

kepedulian dengan melakukan kekerasan demi kekerasan kepada anak.

Karena itu, di hari yang penuh berkah ini, marilah kita berhenti sejenak, membuka hati untuk sejenak

belajar dari ayahanda para nabi dan rasul, Nabiyullah Ibrahim ‘alaihissalam. Belajar tentang betapa

pentingnya nilai keluarga kita, tentang betapa pentingnya nilai seorang anak bagi orangtuanya di dunia

dan akhirat.

Allahu akbar Allahu akbar Allahu akbar la ilaha illaLlahu Allahu akbar, Allahu akbar walillahil hamd…

Para ayah dan bunda yang dimuliakan Allah!

Pelajaran pertama dari kisah Ibrahim ‘alaihissalam adalah bahwa untuk mendapatkan anak yang shaleh,

maka orangtua terlebih dahulu berusaha menjadi orang yang shaleh. Karena siap menjadi orangtua

artinya siap menjadi teladan untuk keluarga, bukan sekedar memberi makan dan mencukupi kebutuhan

anak.

Keberhasilan Ibrahim ‘alaihissalam mendapatkan karunia anak shaleh seperti Isma’il ‘alaihissalamadalah

karena beliau sendiri berhasil mendidik dan membentuk dirinya menjadi seorang hamba yang shaleh.

Allah Azza wa Jalla menegaskan:

‫ُﻪ‬
‫َﻌ‬
‫ﻳﻦَﻣ‬
َ‫ِﺬ‬‫ﻴﻢَواﻟ‬
َ‫اﻫ‬ِ‫ْﺮ‬
َ ٌ
‫َﺔِﻓﻲ اﺑ‬ ‫ٌةَﺣ‬
‫َﺴﻨ‬ ‫َﻮ‬
‫ْﺳ‬ ‫َﻜ‬
ُ
‫ْﻢ ا‬ ‫َﻧ‬
‫ْﺖ ﻟ‬‫َﺎ‬ ‫َﻗ‬
‫ْﺪ ﻛ‬

“Sungguh telah ada untuk kalian teladan yang baik dalam diri Ibrahim dan orang-orang yang
bersamanya.” (al-Mumtahanah: 4)

Pujian Allah Azza wa Jalla untuk Ibrahim ‘alaihissalam ini tentu saja didapatkannya setelah ia berusaha
dan berusaha menjadi sosok pribadi yang dicintai oleh Allah Azza wa Jalla.

Pertanyaannya sekarang untuk kita semua adalah: siapakah di antara kita yang sejak awal menjadi

orangtua sudah berusaha untuk belajar dan berusaha menjadi orangtua yang shaleh? Apakah kesibukan
kita menshalehkan pribadi kita sudah menyamai kesibukan kita mengurus rezki dan urusan dunia lainnya?
Prof. DR. Abdul Karim Bakkar, seorang pakar pembinaan anak dan keluarga menegaskan: “Tarbiyah dan
pembinaan keluarga yang kita capai itu adalah gambaran tentang bagaimana pembinaan pribadi kita

sendiri!”

Allahu akbar, Allahu akbar, La ilaha illaLlahu Allahu akbar, Allahu akbar walillahilhamd

Ma’asyiral muslimin rahimahukumullah!

Pelajaran kedua dari Nabi Ibrahim ‘alaihissalam adalah jika ingin memiliki anak yang shaleh, maka

bersungguh-sungguhlah meminta dan mencita-citakannya dari Allah Azza wa Jalla.


Allah Ta’alamengabadikan doa-doa Nabi Ibrahim ‘alaihissalam tentang itu di dalam al-Qur’an:

‫ﻴﻦ‬
َ‫ِﺤ‬‫َﻦ اﻟﺼﺎﻟ‬
ِ ‫ِﻲِﻣ‬
‫َﺐ ﻟ‬
ْ‫َرب ﻫ‬

“Tuhanku, karuniakanlah untukku (seorang anak) yang termasuk orang-orang shaleh.” (al-Shaffat: 100)

‫ﺂء‬
ِ‫َﻋ‬‫ْﻞُد‬
‫َﻘﺒ‬
‫َﺗ‬
‫َﺎَو‬ ‫ِﻣﻦُذرﻳ‬
‫ِﺘﻰَرﺑﻨ‬ ‫ِةَو‬َ
‫ٰﻮ‬
‫ﻴﻢ اﻟﺼﻠ‬
َ‫ِﻘ‬ ‫ْﻠﻨ‬
‫ِﻰُﻣ‬ ‫َﻌ‬
‫اﺟ‬
ْ ‫َرب‬

“Ya Tuhanku, jadikanlah aku orang yang menegakkan shalat, juga dari keturunanku. Ya Tuhan kami,
kabulkanlah doaku.” (Ibrahim: 40)

Kaum muslimin yang berbahagia!

Mungkin banyak di antara kita yang sekedar “mau” memiliki anak yang shaleh. Tapi siapa di antara kita
yang sungguh-sungguh berdoa memintanya kepada Allah dengan kelopak mata yang berderai air mata?

Siapa di antara kita yang secara konsisten menyelipkan doa-doa terbaiknya untuk keluarga dan anak-

anaknya?

Allahu akbar, Allahu akbar La ilaha illaLlahu Allahu akbar wa lillahilhamd…

Jika kita memang sungguh-sungguh bercita-cita mendapatkan anak shaleh, maka kita harus berpikir dan

berusaha sungguh-sungguh pula mencari jalannya, sama bahkan lebih dari saat kita bercita-cita ingin
mempunyai penghasilan yang besar, rumah tinggal impian dan kendaraan idaman kita. Berikut ini

beberapa hal yang sungguh-sungguh harus kita jalankan untuk mewujudkan impian “anak shaleh”

tersebut:

Pertama, konsisten mencari rezki yang halal untuk keluarga:

Dalam pandangan Islam, apa yang dikonsumsi oleh tubuh manusia akan berpengaruh terhadap

perilakunya. Karena itu, Islam mewajibkan kepada setiap orangtua untuk memberikan hanya makanan

halal yang diperoleh melalui harta yang halal kepada anak-anak mereka. Bahkan nafkah yang halal untuk
keluarga akan dinilai sebagai sedekah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:

‫َﻗ‬
‫ًﺔ‬ َ
‫ُﻪَﺻ‬
‫َﺪ‬ ‫َﻧ‬
‫ْﺖ ﻟ‬‫َﺎ‬ ‫َﻰ ا‬
‫ْﻫﻠ‬
‫ِﻪ ﻛ‬
ِ ‫َﻔ‬
‫َﻖَﻋﻠ‬ ‫َذا ا‬
‫ْﻧ‬ ‫ِﻢ ا‬
َ‫ْﺴﻠ‬‫انْاﻟ‬
‫ُﻤ‬
“Sesungguhnya seorang muslim itu jika ia memberi nafkah kepada keluarganya, maka itu akan menjadi
sedekah untuknya.” (HR. Ibnu Hibban dan dishahihkan oleh al-Albani)

Usaha memberikan nafkah yang halal tentu saja menjadi tantangan tersendiri bagi orangtua. Dan untuk

itu, kita harus selalu mengingat peringatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang tantangan

tersebut. Beliau bersabda:

‫ام‬
ِ‫َﺮ‬ ‫ْﻦْاﻟ‬
‫َﺤ‬ ‫ْمِﻣ‬
‫ِل ا‬
‫ﻼ‬ ‫َﻦْاﻟ‬
َ‫َﺤ‬ ‫ِﻣ‬ ُ‫َﺬِﻣﻨ‬
‫ْﻪ ا‬ ‫َﺧ‬
‫ُءَﻣﺎ ا‬
‫ْﺮ‬‫ِﻲْاﻟ‬
‫َﻤ‬ ‫َﺒﺎﻟ‬َ
‫ُﻳ‬
‫ﺎن ﻻ‬
ٌ‫َﻣ‬ ِ ‫َﻰ‬
‫اﻟﻨﺎسَز‬ ‫ِﻲَﻋﻠ‬
‫َﻳﺎﺗ‬

“Akan datang kepada manusia suatu zaman di mana seseorang tidak lagi peduli apa yang ia kumpulkan;
apakah dari yang halal atau dari yang haram?” (HR. al-Bukhari)

Apakah kita termasuk yang disebutkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits ini? Orang

yang tidak peduli dari mana mengais dan membawa pulang nafkah untuk keluarga; apakah itu dari hasil

suap, korupsi dan manipulasi seperti yang sekarang ini sedang menjadi trend sebagian pejabat di negeri
ini?! Semoga saja tidak, karena nafkah yang tidak halal yang tumbuh menjadi daging dalam tubuh. Dan

Rasulullah telah berpesan:

‫ِﻪ‬‫َﻰ‬
‫ِﺑ‬ ‫ْوﻟ‬
‫اﻟﻨﺎر ا‬
ُ ،‫ِﺖ‬ ‫ْﺤ‬
‫َﻦ اﻟﺴ‬
‫ﺖِﻣ‬ ‫َﻧ‬
َ‫َﺒ‬‫ٌﻢ‬ َ
‫ْﺤ‬ َ‫َﺠ‬
‫ﻨﺔ ﻟ‬ ‫ُﻞْاﻟ‬
‫ُﺧ‬‫َﻻَﻳ‬
‫ْﺪ‬

“Tidak akan masuk surga daging tumbuh dari harta haram, karena neraka lebih pantas untuknya.”(HR. al-
Tirmidzi dengan sanad yang shahih)

Allahu akbar, Allahu akbar, la ilaha illaLlahu Allahu akbar walillahilhamd…

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!

Yang kedua, memberikan kasih sayang kepada anak tapi tidak memanjakannya:

Pada hari ini, seiring dengan perkembangan teknologi yang nyaris tak terbendung, kita sudah tidak aneh

lagi melihat anak-anak yang dibekali oleh para orangtua dengan peralatan-peralatan komunikasi yang bisa

apa saja, termasuk mengakses tayangan-tayangan pornografi.

Di samping dampak lain seperti kecanduan game dan semacamnya yang semakin merenggangkan

hubungan komunikasi antara anak dan orangtua. Ini adalah satu contoh kasus di mana mungkin saja kita

menganggap itu sebagai bukti kasih sayang kita kepada mereka.

Namun marilah memikirkan dengan jernih bahwa bukti cinta dan sayang kita yang sesungguhnya kepada

mereka adalah dengan berusaha menyelamatkan mereka dari api neraka. Allah Ta’alaberfirman:

‫ُة‬
‫َر‬
‫َﺠﺎ‬
‫ِﺤ‬‫ْاﻟ‬
‫اﻟﻨﺎسَو‬
ُ ‫َﺎ‬ ُ‫ُﻗ‬
‫ﻮدﻫ‬ ‫َﻧﺎ‬
‫ًراَو‬ ُ
‫ْﻢ‬ ‫ْﻫﻠ‬
‫ِﻴﻜ‬ ُ
‫ْﻢَوا‬ ‫ُﻔ‬
‫َﺴﻜ‬ ‫ُﻮاُﻗﻮا ا‬
‫ْﻧ‬ ‫آﻣﻨ‬
َ‫ﻳﻦ‬ ‫َﻬﺎ اﻟ‬
َ‫ِﺬ‬ ‫َﻳﺎ اﻳ‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Jagalah diri dan keluarga kalian dari api nerakan yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu…” (al-Tahrim: 6)
Apakah Anda rela membiarkan anak-anak Anda terpanggang di dalam kobaran api neraka? Apakah kita

rela membiarkan anak-anak yang kita sayangi itu menjadi bahan bakar neraka Allah?Na’udzu billah min

dzalik.

Kaum muslimin rahimakumullah!

Para ayah dan bunda yang berbahagia!

Selanjutnya yang ketiga adalah terus belajar dan belajar menjadi orangtua yang shaleh dan cakap:

Apakah kita sudah mengetahui semua panduan dan petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa

sallam dalam mendidik anak?

Apakah kita sudah memahami bagaimana menghadapi karakter anak kita yang berbeda-beda itu?

Kita tidak dilarang mempelajari konsep pendidikan anak dari siapa saja, tapi selalu ingat bahwa konsep

pendidikan dan pembinaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah yang terbaik dan yang wajib
untuk kita jalankan. Tentu saja kita tidak lupa untuk meneladani jejak para sahabat Nabi dan Ahlul bait
beliau secara benar, dan tidak berlebih-lebihan.

Cobalah kita renungkan betapa banyaknya hal yang harus kita pelajari sebagai orangtua. Karenanya

sesibuk apapun urusan dunia kita, kita harus menyediakan waktu untuk belajar menjadi orangtua yang
shaleh dan cakap. Itulah harga yang harus kita bayar untuk menyelamatkan keluarga kita dari kobaran
api neraka yang membara.

Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar, La ilaha illaLlahu Allahu akbar walillahil hamd…

Kaum muslimin yang berbahagia!

Mengapa kita harus benar-benar serius merancang kehadiran anak shaleh di dalam rumah tangga kita?

Menjawab pertanyaan itu, marilah merenungkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ini:

َ
‫ُﻪ‬
‫ُﻋﻮ ﻟ‬
‫ْﺪ‬
‫ِﺢَﻳ‬
ٍ
َ
‫ٍﺪَﺻﺎﻟ‬
‫ْوَوﻟ‬
‫ ا‬،‫ِﻪ‬
‫ِﺑ‬‫َﻔ‬
‫ُﻊ‬‫ْﺘ‬
َ‫ُﻳﻨ‬
‫ٍﻢ‬‫ْﻠ‬
‫ْوِﻋ‬
‫ ا‬،‫ٍﺔ‬
‫َﻳ‬
‫ﺎر‬ ‫َﻗ‬
ِ‫ٍﺔَﺟ‬‫َﺪ‬
‫ْﻦَﺻ‬
‫ِﻣ‬:‫ﺎء‬
َ‫َﻴ‬‫ْﺷ‬
‫ِﺔ ا‬‫َﻼ‬
‫َﺛ‬‫ْﻦَﺛ‬ ‫ُﻠ‬
‫ُﻪ اﻻِﻣ‬‫َﻤ‬ ُ
‫ْﻪَﻋ‬
‫َﻊَﻋﻨ‬
‫َﻄ‬‫ْﻧ‬
‫َﻘ‬‫ﺎن ا‬
ُ‫َﺴ‬ ‫ﺎتْاﻻ‬
‫ْﻧ‬ َ‫َذاَﻣ‬
‫ا‬

“Apabila seorang insan meninggal dunia, akan terputuslah seluruh amalnya kecuali dari 3 hal: dari
sedekah jariyah, atau dari ilmu yang bermanfaat, atau anak shaleh yang berdoa untuknya.”(HR. Abu
Dawud dan dishahihkan oleh al-Albani)

Melalui hadits ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan bahwa anak yang shaleh adalah
investasi yang tak ternilai harganya. Anak yang shaleh adalah pelita yang tak padam meski kita telah
terkubur dalam liang lahat. Anak yang shaleh adalah sumber pahala yang tak putus meski tubuh kita telah

hancur berkalang tanah.

Sebaliknya, anak-anak yang tidak shaleh kelak akan menjadi sumber bencana bagi kehidupan kita para
orangtua di akhirat, wal ‘iyadzu biLlah.
Allahu akbar, Allahu akbar walillahil hamd…

Kaum muslimin yang berbahagia!

Namun jika kita merasa gagal setelah mengerahkan upaya sungguh-sungguh untuk menghadirkan sosok
anak shaleh dalam rumah kita, janganlah kita berputus asa kepada Allah Azza wa Jalla. Dalam kondisi
putus asa seperti itu, kita harus belajar dari kesabaran dan keteguhan Nabi Nuh‘alaihissalam yang terus

mengajak anaknya ikut bersamanya, meski kemudian anaknya memilih untuk durhaka kepada
Allah Ta’ala hingga akhir hayatnya.

Kesabaran juga hal paling mendasar yang harus kita miliki dalam mengarungi bahtera rumah tangga.
Maraknya kasus perceraian adalah bukti bahwa banyak orangtua yang egois memikirkan dirinya sendiri

dan lupa bahwa anak-anak sangat membutuhkan sebuah keluarga yang utuh. Karenanya, bersabarlah
karena Allah selalu bersama dengan orang-orang yang sabar.

Selanjutnya kepada para pemilik dan pelaku media, ingatlah bahwa media-media yang Anda miliki dan
kelola telah terbukti sebagai alat paling efektif menyampaikan kebaikan dan keburukan. Ingatlah, jika

Anda mencari nafkah dengan cara menyebarkan nilai-nilai kebatilan melalui media, maka itu akan
menjadi nafkah haram untuk diri dan keluarga Anda.

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!

Sebelum mengakhiri khutbah ini, marilah sejenak kita menyimak panduan singkat menunaikan ibadah
kurban kita hari ini hingga 3 hari ke depan.

Hewan yang dapat dikurbankan adalah domba yang genap berusia 6 bulan, kambing yang genap setahun,
sapi yang genap 2 tahun. Syaratnya, hewan kurban tidak boleh memiliki cacat atau penyakit yang bisa
berpengaruh pada dagingnya, jumlah maupun rasanya, misalnya: kepicakan pada mata, kepincangan

pada kaki dan penyakit pada kulit, kuku atau mulut.

Seekor domba atau kambing hanya mencukupi untuk kurban satu orang saja, sedangkan seekor sapi
boleh berserikat untuk tujuh orang, kecuali berserikat pahala maka boleh pada semua jenis tanpa batas.
Sebaiknya pemilik kurban yang menyembelih sendiri hewan kurbannya, tetapi bisa diwakilkan kepada

penjagal, dengan syarat seorang muslim yang menjaga shalatnya, mengetahui hukum-hukum
menyembelih dan upahnya tidak diambilkan dari salah satu bagian hewan kurban itu sendiri, kulit atau

daging, meskipun dia juga bisa mendapat bagian dari hewan kurban sebagai sedekah atau hadiah.

Waktu penyembelihan hewan kurban adalah seusai pelaksanaan shalat Idul Adha hingga tiga hari tasyriq

setelahnya. Pembagian hewan kurban yang telah disembelih dapat dibagi tiga bagian, sepertiga buat
pemiliknya, sepertiga buat hadiah dan sepertiga buat sedekah kepada fakir miskin. Pahala yang kita

peroleh sangat bergantung pada keikhlasan niat kita dalam menunaikan ibadah kurban ini.

Allahu akbar, Allahu akbar, La ilaha illaLlahu Allahu akbar walillahil hamd…
Di penghujung khutbah ini, marilah sejenak kita menundukkan jiwa dan hati untuk menyampaikan doa-
doa kita kepada Sang Maha mendengar, Allah Azza wa Jalla. Semoga doa-doa itu terhantarkan ke sisi
Allah Ta’ala bersama dengan ibadah kurban yang kita tunaikan hari ini.

،‫رب اﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ واﻟﺼﻼة واﻟﺴﻼم ﻋﻠﻰ رﺳﻮﻟﻪ اﻷﻣﻴﻦ و ﻋﻠﻰ آﻟﻪ وﺻﺤﺒﻪ واﻟﺘﺎﺑﻌﻴﻦ‬ ‫اﻟﺤﻤﺪ‬

َ‫ِﺪَواﻟﺜ‬
، ‫ِء‬
‫ﻨﺎ‬ ‫ْﺠ‬‫ُﻞْاﻟ‬
‫َﻤ‬ ‫ْﻫ‬
‫ﺖا‬َ‫ْﻧ‬ ‫ُﻪَﻓﺎﻧ‬
‫َﻚ ا‬ ‫ُﻠ‬
‫َﺮ ﻛ‬
‫ْﻴ‬‫َﻚْاﻟ‬
‫َﺨ‬ َ
‫ْﻴ‬
‫ِﻲَﻋﻠ‬
ْ ‫ُﻧ‬
‫ْﺜﻨ‬‫َﺮَو‬
‫ْﺸﻜ‬ ‫ٌﻞ ا‬
‫ْنُﺗ‬ ‫ْﻫ‬
‫َﻚ ا‬
‫ِﺑﺎﻧ‬
‫َك‬ ُ
‫ُﺮ‬ ‫َﻧ‬
‫ْﺸﻜ‬‫َﻤﺪَو‬
‫ْﺤ‬ ‫ٌﻞ ا‬
‫ْنُﺗ‬ ‫ْﻫ‬
‫َﻚ ا‬
‫ِﺑﺎﻧ‬
‫َك‬‫ُﺪ‬
‫َﻤ‬‫َﻧ‬
‫ْﺤ‬‫ُﻬﻢ اﻧﺎ‬
‫اﻟﻠ‬

‫ْﻴﻢ‬
‫ِﺣ‬
‫اﻟﺮ‬
َ‫ُر‬ ‫ُﻔ‬
‫ْﻮ‬ ‫ﺖْاﻟ‬
‫َﻐ‬ َ‫ْﻧ‬
‫َﻚ ا‬ َ‫ْﻤ‬
‫ﻨﺎ اﻧ‬ ‫َﺣ‬
‫ْار‬
‫َكَو‬
‫ْﺪ‬ ‫ًةِﻣ‬
‫ْﻦِﻋﻨ‬
ِ ‫َﺮ‬‫ْﻐ‬
‫ِﻔ‬ ََ
‫ﻨﺎَﻣ‬ ‫ْﺮ ﻟ‬ْ‫ﺖَﻓ‬
‫ِﻔ‬
‫ﺎﻏ‬ َ‫ْﻧ‬
‫َب اﻻ ا‬‫ُﻧ‬
‫ْﻮ‬‫ُﺮ اﻟﺬ‬‫ْﻐ‬
‫ِﻔ‬ َ
‫َﻳ‬‫ُﻪ ﻻ‬ َ‫ْﻴ‬
‫ﺮاَواﻧ‬ َ
‫ِﺜ‬ ً‫ْﻠ‬
‫ﻤﺎ ﻛ‬ َ‫َﺴ‬
‫ﻨﺎُﻇ‬ ‫ُﻔ‬
‫ْﻧ‬ َ‫ْﻤ‬
‫ﻨﺎ ا‬ َ َ‫َر‬
‫ﺑﻨﺎَﻇﻠ‬

Ya Allah, Engkaulah Tuhan yang menciptakan kami, Engkaulah satu-satuNya yang berhak untuk kami

sembah…Hari ini kami datang mengetuk pintu ampunanMu. Hari ini kami hadir bersimpuh dengan peluh-
peluh dosa yang melekat di tubuh kami yang lemah ini. Ya Allah, betapa kami sering lupa bahwa
kehidupan dunia ini sangat singkat, hingga kami pun jatuh dan jatuh lagi dalam kedurhakaan terhadap

perintahMu. Ya Allah, ampunilah kami, ampunilah kami, ampunilah kami. Ya Allah, jika Engkau menutup
pintu ampunanMu yang agung, kepada siapa lagi kami harus mencari ampunan…

Ya Allah, ya Rabbana, dari bumi khatulistiwa ini, perkenankan doa kami untuk saudara-saudara muslim
kami yang terjajah dan tertindas di berbagai belahan bumiMu. Ya Rabbana, berikan keteguhan dan

kesabaran kepada saudara-saudara kami di Syiria, Mesir, Palestina, Irak, Myanmar dan di manapun
mereka yang tertindas… Kerahkan bala tentaraMu di alam semesta ini untuk meluluhlantakkan para

penindas mereka sehancur-hancurnya… Lindungilah kehormatan mereka… Jadikan mereka yang gugur
sebagai syuhada’ yang selalu hidup di sisiMu… Segerakan pertolonganMu untuk mereka, Ya Rabbal
‘alamin…

Ya Allah, ya Rabbana, di sisa-sisa hidup kami ini, berikanlah kekuatan kepada kami untuk selalu berbakti

dan menjadi anak yang shaleh untuk ayah-bunda kami. Jika mereka masih hidup, izinkanlah kami untuk
berkhidmat dan melayani mereka dengan sebaik-baiknya di sisa-sisa usia mereka… Jika ayah-bunda kami
telah tiada, maka izinkanlah kami untuk menjadi sisa-sisa kebaikan mereka yang terus-menerus menjadi

ladang kebaikan penerang alam kubur mereka… Ya Allah, ampuni, ampuni, ampuni durhaka kami kepada
ayah-bunda kami…

Ya Allah, ya Rabbana, berikan kami kekuatan dan kemampuan untuk menjadi orangtua yang terbaik untuk
putra-putri kami… Hanya Engkau satu-satuNya yang dapat memberikan kekuatan untuk mendidik mereka

dengan sebaik-baiknya… Ya Allah, jadikan anak-anak kami sebagai penyejuk hati kami, yang selalu
mendoakan kami saat kami sendiri dalam kegelapan alam kubur… Ya Allah, karuniakan kepada kami anak-

anak yang mencintai al-Qur’an dan Sunnah NabiMu…

Ya Allah, selamatkan negeri ini dari pemimpin-pemimpin yang zhalim… Selamatkan negeri ini dari

kerakusan para koruptor yang tidak bertanggung jawab… Karuniakan untuk kami para pemimpin yang adil
dan mencintai SyariatMu… Izinkan kami untuk menikmati indahnya negeri ini di bawah naungan

SyariatMu yang Maha Adil…


Ya Allah, Zat Yang Maha Mengabulkan doa kabulkanlah doa kami, penuhilah permintaan kami, kamilah
hamba-Mu yang lemah, harapan kami hanya kepadaMu, Engkau Maha Mendengar, Engkaulah Penguasa

satu-satunya Yang Haq, Engkaulah sebaik-baik Pemberi yang diharap.

‫ﺎب‬ ‫ﺖْاﻟ‬
ُ‫َﻮﻫ‬ َ‫ْﻧ‬ ‫ًﺔ اﻧ‬
‫َﻚ ا‬ ‫َﻤ‬
‫ْﺣ‬ ‫ْﻧ‬
‫َﻚَر‬ َ
‫ُﺪ‬
‫ْﻦ ﻟ‬ ََ
‫ﻨﺎِﻣ‬‫َﺐ ﻟ‬
ْ َ‫َﺘ‬
‫ﻨﺎَوﻫ‬ ‫ْﻳ‬‫ْذ ﻫ‬
‫َﺪ‬
َ ‫َﺪ ا‬
‫َﻌ‬
ْ‫َﻨﺎ ﺑ‬‫ُﻠ‬
َ‫ْﻮﺑ‬‫ْغُﻗ‬‫َُﺗ‬
‫ِﺰ‬ َ‫َر‬
‫ﺑﻨﺎ ﻻ‬

‫ُﺪ َِرب‬
‫ْﻤ‬َ‫ْا‬
‫ﻟﺤ‬ ‫َﻦَو‬
‫ِﻴ‬
‫َﺳﻠ‬
ْ ُ‫َﻰْا‬
‫ْﺮ‬
‫ﻟﻤ‬ َ‫َﺳ‬
‫ٌمَﻋﻠ‬
‫ﻼ‬ ‫َنَو‬‫ُﻔ‬
‫ْﻮ‬‫ِﺼ‬‫ِةَﻋﻤﺎَﻳ‬ ‫َﻚَربْاﻟ‬
‫ِﻌﺰ‬ ‫ﺎنَرﺑ‬
َ‫َﺤ‬‫ْﺒ‬
‫ُﺳ‬،‫اﻟﻨﺎر‬
ِ ‫اب‬ َ‫َﺬ‬
‫َﺎَﻋ‬
‫ِﻗﻨ‬ ً
‫َﺔَو‬
‫َﺴﻨ‬
‫ِةَﺣ‬
‫َﺮ‬
‫اﻵﺧ‬
ِ ‫ِﻓﻲ‬ ً
‫َﺔَو‬
‫َﺴﻨ‬ ‫ْﻧ‬
‫َﻴﺎَﺣ‬‫َﺎِﻓﻲ اﻟﺪ‬
‫ِﺗﻨ‬
‫َﺎ آ‬
‫َرﺑﻨ‬

. ‫َﻦ‬
‫ْﻴ‬
‫ِﻌ‬
‫َﻤ‬
‫ْﺟ‬
‫ِﻪ ا‬
‫ِﺒ‬
‫ْﺤ‬
‫َﺻ‬ ‫َﻰ آﻟ‬
‫ِﻪَو‬
ِ ‫َﻋﻠ‬
‫ٍﺪَو‬
‫َﺤﻤ‬
‫َﺎُﻣ‬
‫ِﺒﻴﻨ‬‫َﻰ‬
‫َﻧ‬ ‫َﻢَﻋﻠ‬ ‫َﺻﻠﻰ اَُو‬
‫َﺳﻠ‬ ‫َو‬، ‫َﻦ‬
‫ْﻴ‬َ
‫ِﻤ‬ َ‫ْا‬
‫ﻟﻌﺎﻟ‬

********

* Naskah Khutbah Seragam Idul Adha 1434 H dikeluarkan oleh Dewan Syariah DPP Wahdah Islamiyah

Incoming search terms:

khutbah idul adha

khutbah idul adha 2015

khutbah idul adha singkat padat

khutbah idul adha terbaru

Kumpulan Khutbah Idul Adha

You might also like