You are on page 1of 13

EMBRYO VOL. 4 NO.

2 DESEMBER 2007 ISSN 0216-0188

Analisis Jumlah Bakteri dan Keberadaan Escherichia coli pada


Pengolahan Ikan Teri Nasi di PT. Kelola Mina Laut Unit Sumenep

Raden Faridz1, Hafiluddin2 dan Mega Anshari3


1. Dosen Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fak. Pertanian Unijoyo
2. Dosen Jurusan Ilmu Kelautan Fak. Pertanian Unijoyo.
3. Mahasiswa Jurusan Ilmu Kelautan Fak. Pertanian Unijoyo.

ABSTRACT

The aim of this research is to Analysis amount of bacterium and existence of Escherichia coli
traditionally and modern processing of small-sea fish (Stolephorus spp) according to standart’s quality the
final product of it’s processing, and to know the influence of traditionally and modern processing to the
existence amount of bacterium, pH and the existence of Escherichia coli.
The research hold on Februari-Juli 2007 at PT Kelola Mina Laut Unit Sumenep, Desa Lobuk
Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep and will be continue with the laboratory’s experiment at Balai
Laboratorium Pengujian Mutu Hasil Perikanan (BLPMHP) Surabaya and at the laboraoty of PT Kelola
Mina Laut Unit Sumenep. The object of abservation are : amount of bacteria, the existence of Escherichia
coli, and pH.
The result showed that washing’s treatment, poaching and drying on the processing of small-sea
fish traditionally and modernly ways at PT Kelola Mina Laut (KML) Unit Sumenep gave influence on the
existence amount of bacteria, and pH . Final process or drying did not give influence to the amount of
bacterium and existence of Escherichia coli either traditionally or modernly processing. The amount of
bacteria as result of final process (drying) were 23000/g and 18000/g, Faecal Coliform are 3/g sample
and 2/g sample. That conditions were still appropriate to to the standart’s quality of small-sea fish
processing (SNI-01-3461-1994). There were no Escherichia coli at the final processing, this showed that
designating of sanitation system at PT Kelola Mina Laut (KML) Unit Sumenep had been handle very
well.

Keywords : processing, small-sea fish, quality, bacterium, Escherichia coli.

PENDAHULUAN ekspor hampir mencapai 50% (Anonymous,


Latar Belakang 2005).
Indonesia sebagai negara kepulauan Ikan teri adalah salah satu jenis ikan
memiliki laut sangat luas. Sehingga potensi yang paling populer di kalangan penduduk
sumber daya ikannyapun sangat besar, dan Indonesia. Ikan teri adalah semua jenis dari
diperkirakan mencapai 6,7 juta ton per tahun. keluarga Stolephorus dari keturunan
Salah satu potensi ikan laut yang termasuk di Engaulinae ditandai oleh adanya sisik
dalamnya adalah ikan teri. Ikan teri memiliki abdominal yang berujung tajam (abdominal
posisi penting diantara 55 spesies ikan yang scute) pada lunas dan mulutnya lebar dengan
bernilai ekonomis setelah ikan layang, moncong yang menonjol serta rahang yang
kembung, lemuru, tembang dan tongkol. Data dilengkapi dengan dua tulang tambahan. Ikan
yang diungkapkan oleh Dirjen Perikanan teri bersifat pelagis dan menghuni perairan
menunjukkan ada kenaikan produksi ikan teri pesisir dan estuaria, tetapi beberapa jenis
sebesar 11,73% selama tahun 1990 – 1993 dapat hidup pada salinitas rendah antara 10 –
(Anonymous, 2005). Sedangkan volume ikan 15 %. Umumnya hidup dalam gerombolan,
teri nasi yang diekspor pada tahun 2001 terutama jenis yang berukuran kecil, yang
sebanyak 1,98 juta kg dengan nilai sebesar terdiri dari ratusan sampai ribuan ekor,
7,93 juta US$, meningkat menjadi 1,999 juta (Hutomo, 1987).
kg pada tahun 2002 dengan nilai sebesar Kabupaten Sumenep sabagai salah
11,89 juta US$ atau mengalami kenaikan nilai satu wilayah di Madura dengan luas perairan

94
Analisis Jumlah Bakteri dan Keberadaan ….. 94 – 106 (R.Faridz, Hafiludin, Mega A)

± 50.000 Km² dan dengan jumlah pulau mengkonsumsinya. Hal yang perlu mendapat
sebanyak 126 pulau merupakan salah satu perhatian dalam mutu mikrobiologis dari
sentra penghasil ikan teri nasi. Menurut suatu produk makanan adalah jumlah dan
Laporan Statistik Perikanan dan Kelautan jenis mikroorganisme yang terdapat dalam
Provinsi Jawa Timur (2002), jumlah produksi bahan pangan, (Buckle et al., 1987). Oleh
ikan teri di Kabupaten Sumenep sebanyak karena sangat mudahnya bahan pangan
14.036.000 ton. Selain sebagai penghasil ikan terkontaminasi oleh mikroba maka bahan
teri nasi, Kabupaten Sumenep dikenal pula pangan dapat berperan sebagai penularan atau
sebagai lokasi pabrik pengolahannya. pemindahan penyakit karena mikroorganisme.
Tuntutan konsumen saat ini terhadap Umumnya makanan-makanan yang
produk pangan sudah semakin kritis, mereka menjadi sumber infeksi dan keracunan oleh
cenderung menuntut kualitas yang bagus. bakteri adalah makanan berasam rendah
Oleh karena itu setiap pabrik dituntut untuk seperti daging, telur, ikan dan produk
meningkatkan teknologinya demi memenuhi olahannya. Bakteri yang dapat menjadi
tuntutan konsumen dan menjamin kualitas penyebab infeksi salah satunya Escherichia
produksi. Hal ini perlu dilakukan karena coli. Bakteri ini mudah menyebar dengan
seperti halnya daging, maka ikan (termasuk cara mencemari air dan mengkotaminasi
teri) dengan kondisi pH yang cenderung netral bahan-bahan yang bersentuhan dengannya.
merupakan media yang cocok bagi Dalam suatu proses pengolahan biasanya
perkembangan mikroorganisme. Selain itu Escherichia coli ini mengkontaminasi alat-alat
kondisi ikan teri yang mengandung kadar air yang digunakan dalam industri pengolahan.
sekitar 80%, merupakan substrat yang baik Kontaminasi bakteri ini pada makanan atau
dan sangat mendukung bagi pertumbuhan alat-alat pengolahan merupakan suatu indikasi
mikroorganisme, (Hutomo, 1987). Selain itu bahwa praktek sanitasi dalam suatu industri
juga dipengaruhi oleh: suplai zat gizi, berupa kurang baik, (Imam dan Sukamto, 1999).
suplai makanan yang akan menjadi sumber Escherichia coli adalah bakteri gram
energi dan menyediakan unsur-unsur kimia negatif berbentuk batang tidak berkapsul.
dasar untuk pertumbuhan sel, waktu Bakteri ini umumnya terdapat dalam alat
pembelahan yang umumnya berkisar antara pencernaan manusia dan hewan. Sel
10 – 60 menit, suhu (sesuai kepekaannya) dan Escherichia coli mempunyai ukuran panjang
factor-faktor kimia (Buckle et al (1987); 2 – 6 µm dan lebar 1,1 – 1,5 µm, tersusun
Dwidjoseputro (1989). tunggal, berpasangan dan berflagel.
Bahan pangan yang mengandung Escherichia coli ini tumbuh pada suhu antara
protein seperti daging dan ikan umumnya 10 - 45ºC, dengan suhu optimum 37ºC, pH
dirusak oleh bakteri. Produk pangan jarang optimum untuk pertumbuhannnya adalah pada
sekali steril dan umumnya tercemar olah 7 -7,5, pH minimum 4 dan pH maksimum 9.
beberapa mikroorganisme. karena Nilai Aw (kadar air) minimum untuk
mikroorganisme tersebar luas di alam pertumbuhan Escherichia coli adalah 0,96.
lingkungan, Pertumbuhan mikroorganisme di Bakteri ini memproduksi lebih banyak asam
dalam atau pada makanan dapat di dalam medium glukosa, yang dapat dilihat
mengakibatkan berbagai perubahan fisik dari indikator merah metal, memproduksi
maupun kimiawi yang tidak diinginkan, indol, tetapi tidak memproduksi asetoin dan
sehingga bahan pangan tersebut tidak layak tidak dapat menggunakan sitrat sebagai
untuk dikonsumsi lagi, (Buckle et al., 1987). sumber karbon. Escherichia coli ini dapat
Kerusakan mikrobiologis dapat terjadi menyebabkan diare pada manusia disebut
apabila kondisi bahan sesuai dengan Entro patogenik Escherichia coli (EEG).
kebutuhan hidup mikroba. Bahan pangan Inveksi dari EEG dapat menyebabkan
termasuk ikan umumnya dapat bertindak penyakit seperti kolera dan desentri pada
sebagai substrat untuk pertumbuhan dan anak-anak dan orang dewasa. Masa
perkembangbiakan spesies mikroorganisme inkubasinya 8 – 44 jam, (Nuraeni, Wibisono
patogenik, dan jika berkembang dalam jumlah dan Idrial, 2000).
yang cukup banyak dapat menyebabkan Pengolahan bertujuan untuk
penyakit bagi manusia yang mempertahankan mutu dengan cara

95
EMBRYO VOL. 4 NO. 2 DESEMBER 2007 ISSN 0216-0188

menghentikan penyebab penurunan mutu jumlah organisme spesifik yang berada dalam
maupun penyebab-penyebab kerusakan ikan produk pangan, (Buckle et.al., 1987).
agar tetap baik sampai ke tangan konsumen. Pengolahan ikan teri nasi diawali
Proses pengolahan suatu produk dilakukan sejak ikan teri nasi diterima dari nelayan
melalui serangkaian kegiatan yang meliputi dalam keadaan basah menjadi kering dan siap
persiapan, pengolahan dan penyajian untuk dipasarkan. Proses pengolahan ikan teri
makanan. Oleh karena itu sanitasi dalam nasi mempunyai beberapa tingkatan pekerjaan
proses pengolahan pangan dilakukan sejak dimana masing-masing pekerjaan tersebut
proses penanganan bahan mentah sampai berpengaruh terhadap kualitas dari hasil akhir
produk makanan siap dikonsumsi. Sanitasi ikan teri nasi. Tahap-tahap pengolahan ikan
meliputi kegiatan-kegiatan aseptik dalam teri nasi umumnya meliputi pencucian,
persiapan, pengolahan dan penyajian perebusan, penirisan, pengeringan,
makanan, pembersihan dan sanitasi pemisahan, penyimpanan sementara,
lingkungan kerja dan kesehatan pekerja, sortasi, sizing, penimbangan, pemeriksaan
(Purnawijayanti 2001). kerataan, penimbangan, pengepakan dan
Proses pengolahan ikan teri nasi penyimpanan, seperti ditunjukkan pada
terdiri dari beberapa tahapan, diantara tahapan Gambar 1 (Sijabat, 2004).
yang terpenting adalah tahap pencucian, Bahan pangan dapat tercemar oleh
perebusan dan pengeringan yang memiliki mikroorganisme sebelum pengolahan
tujuan untuk menghasilkan ikan teri nasi (pencemaran primer) atau selanjutnya sesudah
kering yang berkualitas tinggi sesuai dengan pengolahan (pencemaran sekunder).
standar mutu termasuk mutu mikrobiologis. Kebiasaan pribadi (personal habit) para
Mutu mikrobiologis dari suatu produk pekerja dan konsumen dalam mengelola
makanan ditentukan oleh jumlah dan jenis bahan pangan dapat merupakan sumber yang
mikroorganisme yang terdapat dalam bahan penting dari pencemaran sekunder, (Buckle et
pangan. Mutu mikrobiologis ini akan al., 1987).
menentukan ketahanan simpan dari produksi Ikan harus diperhatikan sebagaimana
tersebut ditinjau dari kerusakan oleh bahan makanan yang lain. Kebersihan harus
mikroorganisme, dan keamanan produk dari selalu dijaga di sepanjang rantai distribusi,
mikroorgenisme ditentukan oleh jumlah mengingat bahwa ikan adalah bahan makanan
spesies patogenik. Jadi, kemampuan untuk yang lebih cepat membusuk dari pada yang
mengukur secara tepat mutu yang umum lain. Selain ikan itu sendiri, alat-alat yang
terdapat dalam bahan pangan yaitu dengan digunakan dalam penanganan harus pula
mengetahui jumlah mikroorganisme dan diperhatikan kebersihannya, (Murniyati dan
Sunarman, 2000).

96
Analisis Jumlah Bakteri dan Keberadaan ….. 94 – 106 (R.Faridz, Hafiludin, Mega A)

Ikan Teri Basah Penimbangan

Pencucian

Perebusan ( 100ºC ; ± 7 menit ) Penggaraman

Penirisan

Pengeringan

Sortasi

Pengemasan

Penyimpanan ( -18ºC )

Ikan Teri Kering

Gambar 1. Tahapan Pengolahan Ikan Teri Nasi (Sijabat, 2004)

Bakteri yang terdapat pada produk pembersihan), prosedur monitoring serta


perikanan tergantung dari asal ikan yang pemeliharaan.
ditangkap dan keadaan sanitasi penangkapan Mengingat bahwa pencemaran oleh
hal ini menjadi penyebab mikroflora masing- bakteri pada suatu bahan (produk) masih
masing ikan akan berlainan. Daging ikan pada dapat terjadi dalam suatu proses produksi
ikan yang masih hidup keadaannnya steril, terutama karena perpindahan dari setiap
namun sebagian bakteri pembusuk telah ada tahapan memiliki rentang waktu yang
sejak ikan masih hidup. Proses pembersihan memungkinkan bakteri mengkontaminasi
juga dapat menghilangkan sebagian besar bahan tersebut. Di lain pihak bahwa dalam
mikroorganisme melalui kerja fisik dari proses pengolahannya banyak memanfaatkan
pencucian dan pembilasan. Meskipun proses air dan bersentuhan dengan manusia serta
pembersihan telah dilakukan, belum ada peralatan dalam setiap tahapnya, baik yang
jaminan bahwa pencemaran mikrobiologis, bersifat modern maupun tradisional sehingga
terutama yang patogen telah dapat pencemar yang diduga paling potensial adalah
dihilangkan, (Purnawijayanti, 1999). Program bakteri Escherichia coli. Oleh karena itu
sanitasi dan hygiene yaitu pengaturan dan analisis tentang jumlah bakteri dan
pelaksanaan secara keseluruhan kegiatan keberadaan Escherichia coli pada suatu
sanitasi dan hygiene yang mencakup standar pengolahan khususnya pada pengolahan ikan
sanitasi dan hygiene, prosedur pelaksanaan teri nasi perlu dilakukan untuk memberikan
sanitasi dan hygiene (seperti cleaning / informasi dan sebagai dasar pertimbangan

97
EMBRYO VOL. 4 NO. 2 DESEMBER 2007 ISSN 0216-0188

bagi pengusaha produk perikanan agar mutu Unit Sumenep di Desa Lobuk Kecamatan
mikrobiologi dalam suatu produk tetap Bluto Kabupaten Sumenep pada bulan Maret
terjaga. Berkaitan dengan permasalahan diatas 2007. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di
tujuan dari penelitian ini adalah: Balai Laboratorium Pengujian Mutu Hasil
1 Mengetahui peran pengolahan secara Perikanan (BLPMHP) Surabaya pada bulan
tradisional dan modern pada pengolahan Mei 2007 dan di Laboratorium Perseroan
ikan teri nasi (Stolephorus spp) terhadap Terbatas Kelola Mina Laut (KML) Unit
adanya jumlah bakteri, pH dan Sumenep pada bulan Juni 2007.
keberadaan Escherichia coli.
2 Menganalisa jumlah bakteri secara umum Bahan dan Alat
dan keberadaan Escherichia coli pada Bahan dan alat yang digunakan pada
pengolahan ikan teri nasi (Stolephorus pelaksanaan penelitian ini disesuaikan
spp) yang diproses secara tradisional dengan kegiatan dan tahapan pengujian yang
maupun modern berdasarkan standar dilakukan yaitu :
mutu produk akhir pengolahan ikan teri Pengujian TPC (Total Plate Count) Atau
nasi yang ada. ALT (Angka Lempeng Total)
. Didalam pengujian ini digunakan
METODE PENELITIAN beberapa media pereaksi dan peralatan
Waktu dan Tempat meliputi, prosedurnya secara skematis
Pengambilan data primer dilakukan di ditunjukkan pada Gambar 2.:
Perseroan Terbatas Kelola Mina Laut (KML)

Homogenesasi
25 g + 225 BFP

Stomacher

10-2

1 ml

10-3
9 ml 12 -15 ml
BFP PCA
1 ml

10-4

1 ml
Inkubasi 48 ± 2 jam, 35º C

98
Analisis Jumlah Bakteri dan Keberadaan ….. 94 – 106 (R.Faridz, Hafiludin, Mega A)

Hitung koloni dengan


HAND TALLY COUNTER (25 – 250 Koloni)

Gambar 2. Skematis penentuan Angka Lempeng Total (ALT)

1. Media dan Pereaksi 1. Media dan Pereaksi


- Plate Count Agar (PCA) - Plate Count Agar (PCA)
- Larutan Butterfield’s Phosphate - Larutan Butterfield’s
Buffered (BFP) Phosphate Buffered (BFP)
2. Peralatan - Lauryl Triptose Broth (LTB)
- Cawan Petri - Simmon Citrat Agar
- Pipet - EC Borth
- Inkubator 35º ± 1º C - Levine Eosin Methylene Blue
- Hand Tally Counter Agar (L-EMB)
- Mikroskop - Tryptone atau Trypcase Broth
- Stomacher (TB) 1 %
- Pen coloni/Spidol - MR-VP Broth
- Timbangan analitik - Koser Citrate Broth
- Bunsen - Reagen Konvac
Pengujian Escherichia coli - Reagen Methyl Red Indikator
Guna menguji keberadaan (MR)
Escherichia coli peralatan dan bahan yang - Reagen Pewarnaan gam
digunakan berupa, secara diagram - Alpha napthol
prosedurnya dapat dilihat pada Gambar 3:

99
EMBRYO VOL. 4 NO. 2 DESEMBER 2007 ISSN 0216-0188

Sampel
Homogenesasi
Stomacher 25 g + 225 BFP
1 ml

10-1
9 ml
BFP

9 ml 10-2 Tabung LTB


BFP Inkubasi 48 ± 2
jam 35º C
1 ml
-3
9 ml 10
BFP
1 ml

PENDUGAAN
E. Coli dan Penegasan

LEMB Agar Tabung EC Borth


Inkubasi 18 – 24 jam Inkubasi 48 ± 2 jam
35º C 45,5º± 0,2º C
Koloni tersangka berwarna di Water Bath
hitam/gelap pd bag. Pusat Tabung +
koloni dg/tanpa metalik Hitung Faecal Coliform
kehijauan MPN/g (Tabel MPN)

Pewarnaan gam

PCA miring
Inkubasi INDOL MR VP C
18 – 24 jam
35º C

Koloni
tersangka
(+) (-) (+) (-) (-)

Uji BIOKIMIA (reaksi IMVIC)


Hitung E. Coli MPN/g (Tabel MPN)

Gambar 3. Skematis Perhitungan Escherichia coli


- KOH
- Kristal kreatin
2. Peralatan - Timbangan analitik

100
Analisis Jumlah Bakteri dan Keberadaan ….. 94 – 106 (R.Faridz, Hafiludin, Mega A)

- Stomacher Yjk = µ + Ti + βj + εijk


- Inkubator 35º ± 1º C Dimana :
- Mikroskop Yjk = Hasil nilai pengamatan dari
- Tabung reaksi perlakuan ke-i dan ulangan ke- j
- Tabung Durham µ = Nilai tengah Umum
- Cawan Petri Ti = Pengaruh perlakuan ke-i
- Pipet βj = Pengaruh blok ke -j
- Bunsen εijk = Pengaruh galat percobaan dari
- Water Bath perlakuan ke-i dan ulangan ke- j
- Jarum inokulasi dengan diameter
bagian dalam 3 mm HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran pH Jumlah Bakteri
Alat dan bahan penera yang Hasil analisa jumlah bakteri pada
digunakan dalam pengukuran pH masing-masing perlakuan berkisar antara
adalahsebagai berikut: 25000/g sampel sampai 18000/g sampel.
- pH pen Rata-rata jumlah bakteri tertinggi ditunjukkan
- H2O (Aquades) oleh perlakuan TP1 (pencucian tradisional)
RANCANGAN PENELITIAN yaitu 250000/g sampel dan rata-rata jumlah
Penelitian ini dilakukan dengan bakteri terendah pada perlakuan MP3
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (pengeringan modern) yaitu 18000/g sampel.
(RAK) yang terdiri dari dua faktor yang Hasil analisis ragam terhadap jumlah bakteri
disusun secara tunggal yaitu : menunjukkan bahwa perlakuan secara
Faktor I, Proses pengolahan tradisional dan modern pada tahap pencucian,
T = Tradisional perebusan dan pengeringan pada pengolahan
M = Modern ikan teri nasi di Perseroan Terbatas Kelola
Faktor, II Tahapan proses pengolahan Mina Laut Unit Sumenep berpengaruh nyata
P1 = Pencucian (p = 0,05). Hal ini dikarenakan pada
P2 = Perebusan pengolahan secara taradisonal dan modern,
P3 = Pengeringan penggunaan alat-alat pengolahan dan
perlakuan pada masing-masing tahap berbeda
serta mempunyai spesifikasi sanitasi proses
Kombinasi perlakuan diperoleh sebagai produksi sendiri. Pengolahan secara
berikut : taradisional umumnya masih dilakukan secara
TP1 TP2 TP3 manual dengan bantuan tenaga manusia,
MP1 MP2 MP3 sedangkan pada pengolahan secara modern
Diperoleh 6 kombinasi perlakuan dari sudah dilakuan dengan bantuan mesin. Hasil
kedua faktor tersebut yang masing-masing di uji BNT 5 % terhadap rata-rata jumlah bakteri
ulang sebanyak 3 kali, sehingga terdapat 18 pada pengolahan tradisional dan modern
percobaan, yang kemudian di uji lanjut yaitu untuk setiap tahap pencucian, perebusan dan
uji BNT (beda nyata terkecil) 5 %. pengeringan dapat dilihat pada Tabel 1,
Berdasarkan rancangan tersebut model berikut.
analisisnya adalah sebagai berikut
(Gaspersz,1991) :

101
EMBRYO VOL. 4 NO. 2 DESEMBER 2007 ISSN 0216-0188

Tabel 1. Rata-Rata Jumlah Bakteri (Per g sampel) Pada Pengolahan Ikan Teri Nasi (Stolephorus
spp)
Rata-rata BNT
Perlakuan (Per g sampel) 5%
MP3 (Pengeringan Modern) 18000 a
TP3 (Pengeringan Tradisional) 23000 a
MP2 (Perebusan Modern) 25000 a
TP2 (Perebusan Tradisional) 28000 a
MP1 (Pencucian Modern) 230000 b
TP1 (Pencucian Tradisional) 250000 b
BNT 5 % 21661,59
Keterangan : Angka yang didampingi huruf yang sama dalam satu kolom tidak berbeda nyata
pada uji BNT 5 %.

Berdasarkan Tabel tersebut terlihat bahwa menghambat kegiatan bakteri, bakteri tersebut
pada tahap pencucian secara tradisional dan masih tetap hidup dan melakukan perusakan
modern, rata-rata jumlah bakteri tidak berbeda terhadap ikan, tetapi lebih lambat.
nyata pada uji BNT 5 %. Hal ini dikarenakan Kegiatannya akan normal jika suhu ikan naik
pada tahap pencucian secara tradisional dan kembali.
modern mempunyai tujuan yang sama yaitu Sedangkan pada tahap perebusan baik
menghilangkan kotoran, darah dan lendir yang secara tradisional maupun modern, rata-rata
tercampur dengan ikan. jumlah bakteri tidak berbeda nyata pada uji
Tahap pencucian adalah tahap awal BNT 5 %. Hal ini diduga pada perebusan
dari pengolahan ikan. Penanganan dari proses dengan suhu 100ºC, ikan telah matang
pencucian ini diawali dengan pencucian air akibatnya keberadaan bakteri telah banyak
tawar yang relatif belum mengalami yang mati sehingga cara pemanasan tidak lagi
perlakuaan. Menurut Murniyati dan Sunarman menjadi faktor yang berpengaruh. Perebusan
(2000), melalui tahap pencucian ini maka sebenarnya juga berfungsi untuk mengurangi
sebagian besar bakteri telah terbuang. Tahap kadar air yang terdapat pada ikan, dengan
pencucian ini sebenarnya mampu mengurangi penurunan kadar air dapat menyebabkan
populasi dari jutaan mikroorganisme sampai pertumbuhan bakteri terhambat, namun
ratusan juta mikroorganisme per gam, (Imam kemampuan setiap pertumbuhan sel bakteri
dan Sukamto, 1999). berbeda-beda, dengan kata lain bahwa tidak
Sebelum dilakukan proses pencucian semua bakteri mati akibat perebusan. Pada
dilakukan juga proses pendinginan dengan tahap perebusan dalam prosesnya juga
bantuan es. Suhu pendinginan sebelum proses dilakukan penggaraman, sehingga ikan
pencucian baik secara tradisional dan modern, mengalami pengeringan, dalam artian kadar
diturunkan sampai sekitar 0º C tujuannya agar air berkurang karena larutan garam yang pekat
dapat memperpanjang masa kesegaran ikan. menyerap air keluar dari tubuh ikan. Menurut
Cara pengawetan ikan dengan pendinginan Murniyati dan Sunarman (2000), kekurangan
kemungkinan besar dapat mengawetkan sifat- air disekitar tubuh bakteri tersebut
sifat asli pada ikan. Tetapi ketika proses menyebabkan metabolisme bakteri terganggu.
pencucian baik secara tradisional dan modern, Begitu pula pada tahap selanjutnya,
es dipisahkan sehingga menyebabkan suhu yaitu tahap pengeringan secara tradisional dan
naik. Menurut Murniyati dan Sunarman modern, rata-rata jumlah bakteri ternyata juga
(2000), pendinginan hanya bisa berhasil tidak berbeda nyata pada uji BNT 5 %. Hal ini

102
Analisis Jumlah Bakteri dan Keberadaan ….. 94 – 106 (R.Faridz, Hafiludin, Mega A)

diduga bahwa proses perebusan yang air pencucinya juga mendukung terhadap
dilanjutkan dengan pengeringan merupakan kesegaran ikan sebelum diproses. Sedangkan
suhu kritis bagi beberapa bakteri, sehingga pada tahap perebusan ikan sudah mengalami
banyak bakteri yang relatif sudah mati pada beberapa perlakuan sehingga menyebabkan
proses sebelumnya. Seperti halnya perebusan, kondisi pH mengalami perubahan yaitu
maka pada tahap pengeringan baik secara semakin menurun hal ini dikarenakan pada
tradisional maupun modern mempunyai tahap perebusan juga dilakukan penggaraman.
tujuan yang sama yaitu mengurangi kadar air Tahap pengeringan relatif sama dengan
dan menghambat perkembangan perebusan yaitu masih ada proses pemanasan
mikroorganisme. dan sisa garam saat perebusan sehingga
Namun apabila dilihat secara menyebabkan pH ikan berubah. Adanya
keseluruhan dari Tabel 1 tersebut terlihat penurunan pH juga disebabkan karena adanya
bahwa antara pencucian yang dilakukan baik perombakan senyawa kimia dalam tubuh ikan
secara tradisional maupun modern apabila yang dihasilkan oleh enzimatis bakteri atau
dibandingkan dengan setelah dilakukan proses pengolahan. Hasil rata-rata pH pada
perebusan dilanjutkan dengan pengeringan pengolahan tradisional dan modern pada tahap
pada cara yang sama memperlihatkan pencucian, perebusan dan pengeringan dapat
penurunan jumlah bakteri yang nyata. Hal ini dilihat pada Tabel 3. Hasil analisa pH pada
menunjukkan bahwa pemanasan memberikan masing-masing perlakuan berkisar antara 7,17
dampak terhadap menurunnya jumlah bakteri. sampai 4. Rata-rata pH tertinggi ditunjukkan
Penurunan rata-rata jumlah bakteri oleh perlakuan TP1 (pencucian tradisional)
dari tahap pencucian tradisional (TP1) ke yaitu 7.17 dan pH terendah pada perlakuan
perebusan tradisional (TP2) sebesar 222000/g MP3 (pengeringan modern) yaitu 4.
sampel menjadi 28000/g sampel dan Hasil uji BNT 5 % terhadap nilai rata-
penurunan rata-rata jumlah bakteri dari tahap rata pH secara tradisional dan modern, tidak
perebusan tradisional (TP2) ke tahap berbeda nyata masing-masing pada setiap
pengeringan tradisional (TP3) yaitu 5000/g tahap pencucian. perebusan dan pengeringan.
sampel menjadi 23000/g sampel. Sedangkan Namun secara menyeluruh ada perbedaan
penurunan rata-rata jumlah bakteri dari tahap yang nyata dari setiap tahap proses perlakuan.
pencucian modern (MP1) ke perebusan Hasil pengamatan memperlihatkan nilai pH
modern (MP2) sebesar 205000/g sampel akibat pencucian memiliki kisaran 6,7 - 7,17
menjadi 25000/g sampel dan penurunan rata- (netral). Hal ini terjadi karena ikan yang
rata jumlah bakteri dari proses perebusan mengalami proses pencucian ini baik secara
modern (MP2) ke tahap pengeringan modern tradisional dan modern walaupun sudah mati
(MP3) yaitu 7000/g sampel menjadi 18000/g tapi masih dalam keadaan segar, selain itu air
sampel. (Seperti pada Tabel 1). Masih adanya pencucian yang tawar mendukung kondisi
bakteri meskipun dalam jumlah yang relatif tersebut. Selanjutnya pada tahap perebusan
kecil diduga bahwa bakteri tersebut adalah ternyata terjadi penurunan pH. Hasil
bakteri yang relatif tahan terhadap proses pengamatan pada tahap ini adalah memiliki
pemanasan. Berdasarkan dengan standar mutu kisaran pH antara 5,33 – 5,67. Menurut
produk akhir pengolahan ikan teri nasi (SNI- Murniyati dan Sunarman (2000), pH ikan
01-3461-1994), jumlah bakteri pada tahap akan menurun saat ikan mati dibandingkan
perebusan dan pengeringan ini tidak melebihi nilai pH pada saat ikan masih hidup. Selain
standar yang telah ditentukan pada ikan teri itu dengan perebusan pada keadaan alkali
nasi yaitu 1.105/g sampel. (basa) dan dengan penambahan garam
Potensial Hidrogen (pH) (larutan), maka protein dalam ikan selain
Hasil analisis ragam terhadap pH terdenaturasi, gugus karboksil dalam asam
menunjukkan bahwa perlakuan secara amino terdisosiasi melepaskan ion H+ yang
tradisional dan modern pada setiap tahap terukur sebagai asam. Tahap pengeringan
proses pencucian, perebusan dan pengeringan meskipun telah dikemukaan tidak berbeda
ternyata memberikan pengaruh nyata (p = apabila diamati tersendiri tetapi secara
0,05). Hal ini diduga karena saat-saat awal keseluruhan proses ada perbedaan penurunan
mengalami pencucian ikan masih segar dan pH yang nyata (BNT 5 %), yaitu rata-rata pH

103
EMBRYO VOL. 4 NO. 2 DESEMBER 2007 ISSN 0216-0188

dalam tahap ini memiliki kisaran 4 – 4,17. prinsip penegeringan juga mengalami proses
Kondisi ini diduga penyebabnya adalah pemananasan pada suasana alakli (basa).
seperti pada proses perebusan karena secara

Tabel 3. Rata-Rata pH Pada Pengolahan Ikan Teri Nasi (Stolephorus spp)


Rata- BNT
Perlakuan rata 5%
MP3 (Pengeringan Modern) 4 a
TP3 (Pengeringan Tradisional) 4.17 a
MP2 (Perebusan Modern) 5.33 b
TP2 (Perebusan Tradisional) 5.67 b
MP1 (Pencucian Modern) 6.67 c
TP1 (Pencucian Tradisional) 7.17 c
BNT 5% 0,53
Keterangan : Angka yang didampingi huruf yang sama dalam satu kolom tidak berbeda nyata
pada uji BNT 5 %.

4.4. KEBERADAAN Escherichia coli nyata terhadap tahapan akhir proses (tahap
Escherichia coli adalah organisme pengeringan) pengolahan ikan teri nasi hal ini
yang paling umum digunakan sebagai diduga karena sebelumnya sudah dilakukan
indikator adanya pencemaran. Escherichia beberapa penanganan berupa tahap pencucian
coli merupakan flora normal yang paling dan perebusan. Sedangkan hasil rata-rata
banyak terdapat pada saluran pencernaan Pendugaan Jumlah faecal coliform pada
manusia dan hewan. Escherichia coli dalam tahapan akhir proses (tahap pengeringan)
jumlah banyak, akan mencemari lingkungan. pengolahan dapat dilihat pada Tabel 4.
Alat-alat yang digunakan dalam industri Setelah dilakukan uji pendugaan
pengolahan pangan sering sering kontaminasi jumlah faecal coliform maka dilakukan
oleh Escherichia coli yang berasal dari air kembali uji lanjutan penegasan tentang
yang digunakan untuk mencuci. Kontaminasi keberadaan Escherichia coli Pada Produk
bakteri pada makanan atau alat-alat Akhir. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan
pengolahan merupakan suatu tanda praktek adanya spesies bakteri Escherichia coli.
sanitasi yang belum baik. Dalam uji pendugaan Escherichia coli hanya
Uji laboratorium tentang keberadaan menghitung jumlah faecal coliform, yaitu
Escherichia coli pada produk akhir setelah suatu kelompok bakteri fakultatif aerob,
pengeringan (siap kemas) ada dua tahap. berbentuk batang, gram negatif, yang
Tahap pertama adalah uji pendugaan jumlah biasanya digunakan sebagai indikator adanya
faecal coliform dan uji kedua adalah uji pencemaran dari saluran pencernaan manusia
penegasan keberadaan spesies bakteri atau hewan. Bakteri yang termasuk dalam
Escherichia coli. Hasil analis ragam terhadap faecal coliform adalah: Escherichia coli,
pendugaan jumlah faecal coliform Edwarsiella, Citobacter, Klebsiella,
menunjukkan bahwa perlakuan secara Enterobacter, dan Hafnia. (Imam dan
tradisional dan modern tidak berpengaruh Sukamto, 1999).

104
Analisis Jumlah Bakteri dan Keberadaan ….. 94 – 106 (R.Faridz, Hafiludin, Mega A)

Tabel 4. Rata-Rata Pendugaan Jumlah faecal coliform (Per g sampel) Pada Pengolahan Ikan
Teri Nasi (Stolephorus spp)
Rata-rata
Perlakuan (Per g sampel) BNT 5 %
MP3 (Pengeringan Modern) 2 a
TP3 (Pengeringan Tradisional) 3 a
BNT 5 % 4,303
Keterangan : Angka yang didampingi huruf yang sama dalam satu kolom tidak berbeda nyata
pada uji BNT 5 %.

Hasil uji Pendugaan Jumlah faecal Perseroan Terbatas Kelola Mina Laut Unit
coliform dan penegasan Escherichia coli pada Sumenep dapat dilihat pada Tabel 5.
produk akhir pengolahan ikan teri nasi di

Tabel 5. Hasil Uji Laboratorium Pendugaan Jumlah faecal coliform dan Penegasan Keberadaan
Escherichia coli Pada Produk Akhir Pengolahan Ikan Teri Nasi
Sampel Produk Akhir Pengolahan Ikan Teri Nasi Secara Tradisional dan Modern
Media T3' T3'' T3''' M3' M3'' M3'''
LTB 3 3 3 3 2 0 0 2 0 2 2 0 2 3 1 2 0 0
EC 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0
LEMB * * X * * X
Morfo + + X + + X
IMVIC +--+ ---+ X ---+ +--- X
APM 3 3 3 3 3 0
Keterangan :
T3’ : Pengeringan tradisional (Ulangan 1)
T3’’ : Pengeringan tradisional (Ulangan 2)
T3’’’ : Pengeringan tradisional (Ulangan 3)
M3’ : Pengeringan modern (Ulangan 1)
M3’’ : Pengeringan modern (Ulangan 2)
M3’’’ : Pengeringan modern (Ulangan 3)
LTB : Media biakan Lauryl Triptose Broth untuk mengisolasi coliform Tinja
EC : Media biakan Escherichia coli untuk membiakkan Escherichia coli
LEMB : Media biakan Levine Eosin Methylene Blue Agar sebagai media biakan Escherichia
coli untuk memperoleh sifat koloninya
Morfo : Pemeriksaan morfologi Escherichia coli (gam negatif berbentuk batang pendek
dan tidak membentuk spora)
IMVIC : Uji biokimia dengan media biakan Indol, Methyl red, Voges proskauer dan Citrat
untuk mengetahui produksi Indol, Methyl red, Voges proskauer dan Citrat
APM : Angka paling memungkinkan dari faecal coliform
* : Koloni positif (hitam pada bagian tengah dengan atau tanpa hijau metalik)
+ : Morfologi positif (gam negatif berbentuk batang pendek dan tidak membentuk
spora)
X : Koloni dan morfologi negatif (tidak sesuai dengan morfologi Escherichia coli

105
EMBRYO VOL. 4 NO. 2 DESEMBER 2007 ISSN 0216-0188

Berdasarkan hasil uji penegasan tidak ditemukan, tetapi ditemukan


ternyata keberadaan Escherichia coli pada faecal coliform pada akhir pengolahan
proses akhir pengolahan (pengeringan) ikan secara tradisional 3/g sampel dan secara
teri nasi baik secara tradisional maupun modern 2/g sampel, namun kondisi
modern tidak ditemukan spesies bakteri tersebut masih belum melebihi standard
tersebut, tetapi hanya ditemukan faecal mutu produk teri nasi (SNI-01-3461-
coliform sebanyak 3/g sampel pada 1994). Secara umu sistem sanitasi di
pengolahan secara tradisional dan Perseroan Terbatas Kelola Mina Laut
ditemukan faecal coliform sebanyak 2/g Unit Sumenep dapat dikatakan baik.
sampel pada pengolahan secara modern,
dimana dengan jumlah tersebut tidak DAFTAR PUSTAKA
melebihi standar mutu produk akhir
Anonymous. 2005. Pengololaan Ikan Teri
pengolahan ikan teri nasi (SNI-01-3461-
Di Kabupaten Sumenep.
1994), berarti sistem sanitasi pada
http://www.sumenep.go.id/img/bank
pengolahan baik secara tradisional maupun
data/profil % 20 sumenep.doc.
modern sudah dikatakan baik dan
(diakses tanggal 27 Juni 2006).
memenuhi standar sanitasi. Keadaan ini
Buckle, K.A, R.A, Edwards, G.H, Fleet dan
menyimpulkan bahwa sistem sanitasi di
M, Wootton, 1987. Ilmu Pangan.
Perseroan Terbatas. Kelola Mina Laut Unit
Diterjemahkan Oleh Hari Purnomo
Sumenep telah berjalan baik.
Dan Adiono. UIP, Jakarta.
Dinas Perikanan dan Kelautan. 2002.
KESIMPULAN
Laporan Statistik Perikanan dan
Dari hasil penelitian ini dapat Kelautan Provinsi Jawa Timur. Dinas
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : Perikanan dan Kelautan, Jakarta
1. Perlakuan pencucian, perebusan dan Dwidjoseputro, D. 1989. Dasar Dasar
pengeringan pada pengolahan ikan teri Mikrobiologi. Djambatan.
nasi secara tradisional dan modern di Gaspersz, V. 1991. Metode Perancangan
Perseroan Terbatas Kelola Mina Laut Percobaan. CV. Amrico : Bandung.
Unit Sumenep berpengaruh nyata (p = Hutomo, M, 1987. Sumberdaya Ikan Teri
0,05) terhadap keberadaan jumlah Di Indonesia. Pusat Penelitian Dan
bakteri, dan pH, tetapi tidak Pengembangan Oseanologi-LIPI
berpengaruh nyata terhadap jumlah :Jakarta.
pendugaan Escherichia coli (faecal Imam S dan Sukamto, 1999. Mikrobiologi
coliform). Dalam Pengolahan Dan Keamanan
2. Jumlah bakteri pada masing-masing Pangan. Yayasan Adi Karya IKAPI :
perlakuan berkisar antara 250000/g Bandung.
sampel sampai 18000/g sampel. Murniyati dan Sunarman. 2000.
Parameter pH pada masing-masing Pendinginan, Pembekuan Dan
perlakuan berkisar antara 7,17 sampai Pengawetan Ikan. Kanisius :
4. Jumlah bakteri dan keberadaan Yogyakarta.
Escherichia coli secara tradisonal dan Nuraeni, K, Y. Wibisono dan Idrial. 2000.
modern pada pengolahan ikan teri nasi Mikrobilogi Pangan dan Pengolahan.
di Perseroan Terbatas Kelola Mina Laut Politeknik Pertanian Negeri Jember,
Unit Sumenep masih sesuai dengan Jember.
standar mutu produk akhir pengolahan Purnawijayanti, H, . 1999. Sanitasi Hygiene
ikan teri nasi (SNI-01-3461-1994). Dan Keselamatan Kerja Dalam
3. Jumlah bakteri pada akhir pengolahan Pengolahan Makanan. Kanisius
secara tradisional sebanyak 23000/g :Yogyakarta.
dan jumlah bakteri pada akhir Sijabat, R. 2004. Pengasinan Ikan Teri
pengolahan secara modern 18000/g. Nasi,
Sedangkan keberadaan spesies bakteri (online),http://www.bi.go.id/sipuk/sip
Escherichia coli baik yang diolah uk04/Im/Ind/terinasi/Produksi.htm.,
secara tradisonal maupunmodern pada diakses tanggal 18 April 2005).
tahap akhir pengolahan (pengeringan)

106

You might also like