You are on page 1of 11

The 15th FSTPT International Symposium, STTD Bekasi, November 23-24, 2012

PENGGUNAAN GREEN LIQUOR DREGS SEBAGAI FILLER


PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON DENGAN
PENGUJIAN MARSHALL
Leo Sentosa, ST. MT. Yosi Alwinda,ST. MT. Masnita Roza
Jurusan Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Lulusan Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Riau Fakultas Teknik Universitas Riau Fakultas Teknik Universitas Riau
Gedung C lantai 2 Kampus Bina Gedung C lantai 2 Kampus Bina Gedung C lantai 2 Kampus Bina
Widya, Panam Pekanbaru. Widya, Panam Pekanbaru. Widya, Panam Pekanbaru
leo_sentosa0@yahoo.co.id.

Abstract

Dregs is the processing of waste wood in pulp and paper mills. Utilization Dregs on a mix asphalt filler is
expected to replace the existing ones and improve the performance of asphalt concrete. This study aimed to
determine the effect of the use of the Dregs as a filler on the performance of asphalt concrete using aggregate
gradation Marshall type VI Highways 1989 in the laboratory. Material comparison using portland cement type
I. Variations in the composition of the filler is 100% cement Dregs-0%, 50% cement-50% and 100% Dregs
Dregs and 0% by weight of cement filler in the mix. The test specimens using the Marshall test. Asphalt Optimum
Levels (OBC) for filler Dregs is 6.59% 1879.42 kg stability value value value flow VIM 3.6 mm 2.91%, value
16.91% VMA, VFA value 82.82%, the value of MQ 524.263 kg / mm, the value of CAD 2.18 g / ml and the IRS
the value of 92.96%. The test results demonstrate the general value of the performance of asphalt concrete
Marshall Highways standards, so it can be used as an alternative filler.

Keywords: Dregs, filler, asphalt concrete, Marshall characteristic.

Abstrak
Dregs adalah limbah hasil pengolahan kayu pada pabrik pulp dan kertas. Pemanfaatan dregs pada campuran
beraspal diharapkan bisa menggantikan filler yang sudah ada dan meningkatkan kinerja campuran aspal beton.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan dregs sebagai filler campuran aspal beton
terhadap kinerja Marshall dengan menggunakan agregat gradasi tipe VI Bina Marga 1989 di laboratorium.
Bahan pembanding menggunakan semen portland tipe I. Variasi komposisi filler adalah 100% semen-0% dregs,
50% semen-50%dregs dan 100% dregs dan 0% semen dari berat filler dalam campuran. Pengujian benda uji
menggunakan tes Marshall. Kadar Aspal Optimum (KAO) untuk filler dregs adalah 6,59% nilai stabilitas
1879,42 kg nilai flow 3,6 mm nilai VIM 2,91 %, nilai VMA 16,91%, nilai VFA 82,82%, nilai MQ 524,263
kg/mm, nilai CAD 2,18 gr/ml dan nilai IRS 92,96%. Hasil pengujian menunjukkan secara umum nilai kinerja
Marshall campuran aspal beton memenuhi standar Bina Marga, sehingga bisa dijadikan sebagai alternatif
filler.

Kata kunci : dregs, filler, aspal beton, karakteristik Marshall

PENDAHULUAN
Semen, pasir, kapur dan abu batu merupakan material yang umum digunakan sebagai filler
pada penyusunan campuran lentur. Material-material ini semakin lama persediaannya semakin
terbatas serta relatif mahal bila dilihat dari sumber materialnya. Filler dari semen, pasir, kapur
dan abu batu berasal dari sumber material yang tidak dapat diperbaharui. Alternatif
The 15th FSTPT International Symposium, STTD Bekasi, November 23-24, 2012

pemanfaatan bahan-bahan lain yang lebih ekonomis sangat diperlukan. Alternatif pemanfaatan
tersebut antara lain dengan menggunakan limbah industri antara lain dengan menggunakan
green liquor dregs yang merupakan limbah padat dari penjernihan green liquor (cairan
berwarna hijau) dari unit recausticizing plant dari industri pengolahan kertas.

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar aspal optimum untuk campuran aspal beton dengan
filler dregs, dan menentukan pengaruh penggunaan dregs sebagai filler campuran aspal beton
terhadap karakteristik Marshall yang di uji pada skala laboratorium. Sebagai pembanding digunakan
filler semen portland.

TINJAUAN PUSTAKA
Campuran Beraspal
Campuran yang mengandung aspal (bituminous mixture) merupakan suatu campuran antara
agregat dan aspal yang diikat menjadi campuran yang solid dan biasanya digunakan dalam
konstruksi perkerasan jalan raya khususnya jenis konstruksi perkerasan lentur. Ada beberapa
jenis campuran aspal yang biasa digunakan dalam perkerasan lentur konstruksi jalan raya,
mulai dari campuran yang bergradasi senjang (gap graded), campuran bergradasi menerus
(dense graded) dan campuran bergradasi terbuka (open graded). Tujuan dari pembuatan
campuran beraspal adalah untuk mendapatkan suatu hasil akhir campuran yang ekonomis
antara agregat dan aspal dan diharapkan mempunyai jumlah aspal cukup untuk menjamin
keawetan campuran, nilai stabilitas yang cukup untuk dapat memikul beban, kadar rongga
yang cukup untuk menampung penambahan pemadatan dan workabilitas yang cukup untuk
memudahkan pengerjaan. (Sentosa, 2005).

Bina Marga, 1989, mendefinisikan Aspal beton sebagai suatu lapisan pada konstruksi
perkerasan jalan raya yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang mempunyai
gradasi menerus yang dicampur, lalu dihamparkan dan dipadatkan dalam kondisi panas pada
suhu tertentu. (Leo Sentosa, 2005). Aspal beton merupakan salah satu jenis lapis permukaan
yang umum dipakai di Indonesia yang berfungsi sebagai lapisan konstruksi yang menahan dan
menyebarkan beban roda, lapis kedap air serta sebagai lapis aus (wearing course). Campuran
yang diuji dengan melakukan test Marshall harus memenuhi persyaratan – persyaratan Bina
Marga (1989), SNI No. 1737 – 1989 – F seperti yang tertera pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1. Persyaratan Campuran Lapis Aspal Beton
L.L. Berat L.L. Sedang L.L. Ringan
Sifat Campuran (2x75 tumb) (2x50 tumb) (2x35 tumb)
Min Max Min Max Min Max
Stabilitas (kg) 550 - 450 - 350 -
Kelelehan (mm) 2,0 4,0 2,0 4,5 2,0 5,0
Marshall Quotient,
200 350 200 350 200 350
(Stabilitas/Kelelehan) (kg/mm)
Rongga dalam campuran, VIM (%) 3 5 3 5 3 5
Rongga dalam agregat, VMA (%) Lihat Tabel 2.
Indeks Perendaman (%) 75 - 75 - 75 -
Sumber : Bina Marga (1989), SNI No. 1737 – 1989 – F

Tabel 2. Persentase Minimun Rongga Dalam Agregat


The 15th FSTPT International Symposium, STTD Bekasi, November 23-24, 2012

Ukuran Maksimum Nominal Agregat Persentase Minimum Rongga Dalam Agregat


No. 16 1,18 mm 23,5
No. 8 2,36 mm 21,0
No. 4 4,75 mm 18,0
3/8 inch 9,50 mm 16,0
½ inch 12,50 mm 15,0
¾ inch 19,00 mm 14,0
1 inch 25,00 mm 13,0
1 ½ inch 37,50 mm 12,0
2 inch 50,00 mm 11,5
2 ½ inch 63,00 mm 11,0
Sumber : Bina Marga (1989), SNI No. 1737 – 1989 – F

Agregat campuran untuk aspal beton harus mempunyai gradasi yang menerus dari butiran
yang kasar sampai yang halus dan harus memenuhi salah satu gradasi seperti yang tertera
pada Tabel.3.

Tabel 3. Batas – Batas Gradasi Menerus Agregat Campuran


No. Campuran I II III IV V VI VII VIII IX X XI
Gradasi/Tekstur Kasar Kasar Rapat Rapat Rapat Rapat Rapat Rapat Rapat Rapat Rapat
Tebal padat (mm) 20 – 40 25 – 50 20 – 40 25 – 25 40 – 65 50 – 75 40 – 50 20 – 40 40 – 65 40 – 65 40 – 65
Ukuran saringan % berat yang lolos saringan
1 ½” (38.1 mm) - - - - - 100 - - - - -
1” (25.4 mm) - - - - 100 90 – 100 - - 100 100 -
¾” (19.1 mm) - 100 - 100 80 – 100 82 – 100 100 - 80 – 100 85 – 100 100
½” (12.7 mm) 100 75 – 100 100 80 – 100 - 72 – 90 80 – 100 100 - - -
3/8” (9.52 mm) 75 – 100 65 – 85 80 – 100 70 – 90 60 – 80 - - - 65 – 85 56 – 78 74 – 92
no. 4 (4.76 mm) 35 – 55 35 – 55 55 – 75 50 – 70 48 – 65 52 – 70 54 – 72 62 – 80 46 – 65 36 – 60 48 – 70
no. 8 (2.38 mm) 20 – 35 20 – 35 35 – 50 35 – 50 35 – 50 40 – 56 42 – 58 44 – 60 34 – 54 27 – 47 33 – 53
no. 30 (0.59 mm) 10 – 22 10 – 22 18 – 29 18 – 29 19 – 30 24 – 36 26 – 38 28 – 40 20 – 35 13 – 28 15 – 30
no. 50 (0.27 mm) 6 – 16 6 – 16 13 – 23 13 – 23 13 – 23 16 – 26 18 – 28 20 – 30 16 – 26 9 – 20 10 – 20
no. 100 (0.149 mm) 4 – 12 4 – 12 8 – 16 8 – 16 7 – 15 10 – 18 12 – 20 12 – 30 10 – 18 - -
no. 200 (0.074 mm) 2–8 2–8 4 – 10 4 – 10 1–8 6 – 12 6 – 12 6 – 12 5 – 10 4–8 4–9
Sumber : Bina Marga (1989), SNI No. 1737 – 1989 – F

Bahan Pengisi (Filler)


Bahan Pengisi (filler) adalah suatu bahan berbutir halus yang lolos saringan No. 30 di mana
persentase berat yang lolos saringan No. 200 minimal 65%. Bahan filler dapat berupa abu
batu, kapur, semen atau bahan non plastis lain (Bina Marga, 1989). Menurut ASTM (1989)
bahan filler harus terdiri dari material mineral yang dapat dibagi secara halus seperti abu
batu, terak, kapur, semen, abu terbang atau material mineral lain yang sesuai. Pada saat
pemakaian, bahan tersebut harus cukup kering untuk bergerak secara bebas dan bebas dari
penggumpalan. Bahan filler berasal dari abu batu, terak dan bahan yang serupa yang bebas
dari bahan – bahan organik dan mempunyai nilai indeks plastisitas < 4. Bahan pengisi (filler)
harus kering dan bebas dari bahan lain yang mengganggu dan apabila dilakukan pengujian
analisa saringan secara basah, harus memenuhi gradasi seperti pada Tabel 4.

Tabel 4. Gradasi Bahan Pengisi


Ukuran Saringan Persentase Berat yang lolos
No. 30 (0,590 mm) 100
No. 50 (0,279 mm) 95 – 100
The 15th FSTPT International Symposium, STTD Bekasi, November 23-24, 2012

No. 100 (0,149 mm) 90 – 100


No. 200 (0,074 mm) 65 – 100
Sumber : Bina Marga (1989), SNI No. 1737 – 1989 – F

Kualitas dan banyaknya filler yang digunakan dalam campuran aspal panas sangat
berpengaruh dalam kinerja campuran aspal panas. Filler umumnya menambah kekakuan pada
aspal beton, tingkat kekakuannya berubah tergantung pada jenis filler dan jumlahnya.
(Sentosa, 2006)

Green Liqior Dregs


Green Liquor Dregs berasal dari unit pemulihan bahan kimia yang menghasilkan limbah
padat ± 0,02 m3 per ton produksi pulp. Green liquor didapat dengan menambahkan air ke
dalam zat anorganik setelah komponen organik kayu dari cairan pemasak dibakar di tungku
pemasak. Green Liquor Dregs mengandung unsur/senyawa kimia yang terdiri dari kalsium,
karbon, garam, pasir dan sejumlah logam berat lainnnya. Proses pengolahan kayu chip
menjadi pulp menghasilkan Green Liquor Dregs sebagai salah satu limbahnya adalah sebagai
berikut ;
1. kayu chip dimasak dengan cairan white liquor ( Na2CO3, Na2S, NaOH ),
2. setelah dimasak pada waktu dan temperatur tertentu, cairan pemasak
dipisahkan kembali dengan chip/kayu. Cairan pemasak ini telah berwarna hitam
karena telah bereaksi dengan lignin kayu sehingga warnanya menjadi hitam yang
disebut black liquor,
3. black liquor ini dipekatkan di unit vacum evaporator sampai konsistensi
70% kemudian dibakar di recovery boiler. Disini zat organik/lignin akan terbakar dan
tinggal zat anorganik yang tidak terbakar yang berwarna hijau (Green liquor).
4. Green liquor ini kemudian dikirim ke unit recausticizing plant, di
recausticizing plant ini green liquor terlebih dahulu dijernihkan dengan cara
mencucinya dengan air panas dan diendapkan di clarifier. Endapan inilah yang disebut
dregs, endapan ini dipekatkan dengan alat Dregs precoat filter, sehingga didapat dreg
dengan kadar air sekitar 30%.
The 15th FSTPT International Symposium, STTD Bekasi, November 23-24, 2012

Gambar 1. Proses pengolahan kayu chip menjadi pulp pada industri kertas yang menghasilkan limbah
green liquor dregs (Jarvensivu et al. 2001, dalam R. Poykio, 2006)

Unsur yang dominan pada komposisi zat kimia dari dregs adalah kalsium dan silika.
Kandungan SiO2 dan CaO mempunyai sifat pozzolanik yaitu unsur yang tidak memiliki sifat
semen secara mandiri, namun bila dicampur dengan kalsium oksida dan air pada temperatur
biasa bisa membentuk unsur yang mempunyai ciri-ciri seperti semen. Komposisi kimia dari
green liquor dregs yang diuji oleh PT. IKPP dan perbandingannya dengan komposisi kimia
semen portland menurut ASTM, 1994, seperti pada Tabel 5.

Tabel 5. Perbandingan komposisi zat kimia dregs dan semen Portland tipe I
Persentase (%)
Unsur kimia
Dregs Semen Portland tipe 1
SiO2 19,74 21,2
Al2O3 0,32 6,0
Fe2O3 0,1 3,1
CaO 34,69 64,9
MgO 0,53 1,2
SO3 - 2,1
Na2O 1,6 -
K2O 0,1 -
MnO 0,02 -
P2O5 0,48 -
H2O 1,62 -
LOI 40,74 0,9
Sumber : PT. IKPP, Perawang, 2008 dan ASTM C114, 1994

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian dilakukan di laboratorium Jalan Raya UNRI, Kampus Bina Widya, Panam,
Pekanbaru. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian karakteristik Marshall skala
laboratorium campuran beraspal dengan filler Green Liquor Dregs dari PT. Indah Kiat Pulp
The 15th FSTPT International Symposium, STTD Bekasi, November 23-24, 2012

and Paper, yang berada di Perawang, Kabupaten Siak, Riau, dengan filler pembanding adalah
semen portland tipe I produksi PT. Semen Padang. Agregat kasar dan agregat halus berasal
dari agregat Sungai Kampar, aspal yang digunakan adalah Aspal Pen 60/70 produksi Esso.
Sebelum digunakan sebagai filler Green Liquor Dregs dikeringkan dalam oven dan disaring
dengan saringan no. 200 (0,075 mm). Green Liquor Dregs yang lolos saringan no. 200
tersebut yang digunakan sebagai filler. Gradasi agregat yang digunakan adalah gradasi tipe VI
spesifikasi Bina Marga untuk Laston Bina Marga 1989. Untuk mengetahui pengaruh dan
perbandingan Green Liquor Dregs sebagai filler maka penggunaan dua macam filler tersebut
divariasikan. Variasi penggunaan filler adalah 100% Green Liquor Dregs, 50% Green Liquor
Dregs – 50% Semen dan 100% semen. Metoda pengujian adalah mengacu pada standar Bina
Marga, baik pengujian bahan maupun pengujian Marshall.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Pengujian Aspal
Pengujian terhadap aspal dilakukan sesuai dengan standar Bina Marga dan harus memenuhi
syarat yang telah ditentukan oleh Bina Marga, sehingga dapat digunakan sebagai bahan
pengikat dalam campuran perkerasan. Hasil pengujian dari sifat-sifat fisik aspal penetrasi
60/70 dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil Pengujian Aspal


Spesifikasi Bina
Marga Hasil
No Jenis Pengujian Metode Pengujian Satuan
pengujian
Min Max
1 Penetrasi (25 0C, 100 gr, 5 detik) SNI-06-2456-1991 60 79 0,1 mm 77,3
2 Titik Lembek (Ring and Ball) SNI-06-2434-1991 48 58 °C 51,25
3 Daktilitas (25 0C, 5 cm/menit) SNI-06-2432-1991 100 - cm 155
5 Kehilangan Berat (163 0C, 5 jam) SNI-06-2440-1991 - 0,4 % berat 0,09598
6 Berat Jenis (25 0C) SNI-06-2488-1991 1 - gr/cc 1,028
7 Penetrasi setelah kehilangan berat SNI-06-2456-1991 75 - %semula 91,2
8 Daktilitas setelah kehilangan berat SNI-06-2432-1991 50 - cm 102,5
Titik Lembek setelah kehilangan
9 SNI-06-2434-1991 - - °C 51,3
berat

Hasil pengujian menunjukkan bahwa aspal yang digunakan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan Bina Marga untuk dipakai sebagai bahan pengikat campuran beraspal.

Hasil Pengujian Agregat


Pengujian terhadap agregat bertujuan untuk mengetahui kelayakan agregat untuk digunakan
sebagai bahan penyusun campuran Laston. Agregat yang digunakan harus memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan Bina Marga seperti pada Tabel 7.
The 15th FSTPT International Symposium, STTD Bekasi, November 23-24, 2012

Tabel 7. Hasil Pengujian Agregat


Spesifikasi Hasil
No Jenis pengujian Metode pengujian Sat
Min Max Pengujian
1 Berat jenis Agregat Kasar
- Berat Jenis Bulk 2,5 - - 2,63
- Berat Jenis SSD - - - 2,66
SNI 03-1969-1990
- Berat jenis apparent - - - 2,69
- Berat jenis Efektif - - - 2,66
- Penyerapan - 3 % 1,30
2 Pengujian Abrasi Los Angeles SNI 03-2417-1991 - 40 % 37,86
3 Aggregate Impact Value (AIV) BS 812:part 3:1975 - 30 % 17,93
4 Berat Jenis Agregat Halus
- Berat Jenis Bulk 2,5 - - 2,64
- Berat Jenis SSD - - - 2,68
SNI 03-1970-1990
- Berat jenis apparent - - - 2,75
- Berat jenis Efektif - - - 2,70
- Penyerapan - 3 % 1,56

Hasil Pengujian Bahan Pengisi (Filler)


Filler yang digunakan adalah material yang lolos saringan no. 200. Pada penelitian ini
pengujian terhadap filler yang dilakukan adalah pengujian berat jenis saja. Hasil pengujian
terhadap filler dapat dilihat pada Tabel 6. berikut dan pengujian secara detail dapat dilihat
Tabel 8.

Tabel 8. Hasil pengujian filler


No Jenis Pengujian Metode Pengujian Satuan Hasil pengujian
1 Berat jenis dregs SNI-15-2531-1991 gr/cc 2,61
2 Berat jenis semen SNI-15-2531-1991 gr/cc 3,13

Pengujian terhadap filler hanya dilakukan pengujian terhadap berat jenis dan menghasilkan
nilai berat jenis dregs sebesar 2,61, sedangkan berat jenis semen sebesar 3,13 gr/cc. Bahan
yang memiliki berat jenis yang lebih kecil, maka secara volumetrik lebih banyak dibutuhkan
dalam campuran. Selain itu untuk menentukan berat jenis teoritis campuran diperlukan data
berat jenis masing-masing campuran.

Hasil Pengujian Marshall Campuran Laston


Penentuan kadar aspal optimum untuk Laston berdasarkan standar Bina Marga adalah
menggunakan metode pita dengan menggunakan 5 karakteristik Marshall yaitu dengan
menggunakan grafik hasil stabilitas, kelelehan (flow), VIM, VMA dan Marshall Qoutient
(MQ).

Kadar aspal optimum tertinggi berada pada komposisi filler 100% Green Liquor Dregs dan
terendah pada komposisi filler 100% semen, seperti yang terlihat pada Tabel 9 dan Gambar 2.
Hal ini disebabkan oleh berat jenis Green Liquor Dregs yang lebih rendah dibandingkan berat
The 15th FSTPT International Symposium, STTD Bekasi, November 23-24, 2012

jenis semen sehingga secara volumetrik dengan berat yang sama, filler Green Liquor Dregs
lebih banyak dibandingkan dengan filler 100% semen sehingga dibutuhkan lebih banyak aspal
untuk menyelimuti permukaan filler Green Liquor Dregs. Selain volumetriknya, tingkat
penyerapan abu gambut yang lebih tinggi juga menyebabkan kadar aspal yang dibutuhkan
menjadi tinggi. Selain kadar aspal optimum, perbedaan berat jenis juga berpengaruh kepada
berat volume campuran, nilai berat jenis filler yang tinggi akan menghasilkan berat volume
campuran yang tinggi pula.

Tabel 9. Hasil Pengujian Marshall Campuran Laston


Filler Syarat
Filler 50% Filler Bina
Sifat Campuran 100% Semen- 100% Marga
Semen 50% Dregs Untuk Lalu
Dregs Intas Berat
Kadar Aspal Optimum (%) 6.1 6.51 6.69 -
Kepadatan (gr/cc) 2.377 2.355 2.335
Stabilitas (kg) 1637.202 1838.13 1879.416 Min 550
Kelelehan (mm) 3.5 3.53 3.6 2-4
Marshall Quotient (kg/mm) 479.779 529.464 524.263 200 - 350
Rongga dalam campuran, VIM (%) 3.201 2.889 2.986 3-5
Rongga dalam agregat, VMA (%) 16.307 16.817 16.977 Min 13
Rongga Terisi Aspal, VFB (%) 80.5 82.8 82.4 -
Kepadatan Agergat Terkompaksi, CAD (%) 2.232 2.202 2.181
Indeks Rendaman Marshall, IRS (%) 88.95 95.96 92.96 Min . 75

Hasil Pengujian Marshall Campuran laston yang di uji seperti pada Tabel 9. Kadar aspal
optimum yang tinggi akan menghasilkan nilai VIM yang kecil, seperti yang terlihat pada
Gambar 3., karena rongga antar agregat yang ada dalam campuran telah terisi dengan aspal ini
tunjukkan dengan peningkatan nilai VFB. Nilai VIM laston dengan filler Green Liquor Dregs
berada sedikit dibawah nilai standar Bina Marga.

Gambar 2. Hubungan Variasi Filler dengan Kadar Aspal Optimum (KAO) dan Berat
Volume Campuran
The 15th FSTPT International Symposium, STTD Bekasi, November 23-24, 2012

Gambar 3. Hubungan Variasi Filler dengan VIM dan VFB.

Jika dilihat nilai stabilitasnya maka laston dengan filler Green Liquor Dregs menghasilkan
nilai1879,416 kg, lebih tinggi dari pada filler semen yang bernilai 1637,202 kg dan berada
jauh di atas nilai standar Bina Marga yang memberi batasan stabilitas minimum untuk lalu
lintas berat adalah 550 kg. Nilai indeks rendaman marshall pun menunjukkan filler Green
Liquor Dregs lebih tinggi dari pada filler semen, seperti pada Gambar 4. Nilai IRS
menunjukkan ketahanan campuran terhadap suhu dan air.

Selain nilai stabilitas yang meningkat filler Green Liquor Dregs juga memberikan nilai Flow
yang lebih tinggi dari filler semen walau tidak terlalu signifikan. Perbandingan nilai stabilitas
dengan flow akan memberikan nilai Marshall Quotient (MQ) sebagai indikasi kekakuan
campuran. Filler Green Liquor Dregs menunjukkan nilai MQ campuran yang lebih tinggi dari
pada filler semen, seperti pada Gambar 5, dengan kata lain filler Green Liquor Dregs
membuat campuran laston lebih kaku.

Gambar 4. Hubungan Variasi Filler dengan Stabilitas dan IRS


The 15th FSTPT International Symposium, STTD Bekasi, November 23-24, 2012

Gambar 5. Hubungan Variasi Filler dengan Flow dan Marshall Quotient

KESIMPULAN DAN SARAN


Hasil Penelitian terhadap karakteristik Marshall aspal beton dengan menggunakan Green
Liquor Dregs dan semen sebagai filler menunjukkan bahwa Filler Green Liquor Dregs
memerlukan kadar aspal optimum yang lebih besar dari pada filler semen. Nilai stabilitas,
flow, MQ dan IRS campuran laston dengan filler Filler Green Liquor Dregs lebih tinggi dari
filler semen. Campuran laston dengan filler Green Liquor Dregs secara umum memenuhi
standard Bina Marga. Green Liquor Dregs sebagai salah satu bahan limbah, maka sebelum di
terapkan di lapangan sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut terutama kajian terhadap
lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA
ASTM. 1989. Annual Book of ASTM Standards – Section 4 – Construction, ASTM, USA

Bina Marga. 1990. SK SNI M 58-1990-03, Metode Pengujian Campuran Aspal dengan Alat Marshall,
Departemen PU, Jakarta.

Bina Marga. 1989. SNI No. 1737-1989-F, Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton Untuk Jalan Raya.
Departemen PU, Jakarta.

Poykio, R. et al. 2006. Green liquor dregs as an alternative neutralizing agent at a pulp mill. Journal
Environmental Chemistry Letters, Volume 4, Number 1, Springer Berlin / Heidelberg.

Sentosa, Leo, Ika Putra, Agus, dan Mufriadi. 2005. Karakteristik Laston Dengan Fillermenggunakan
Abu Sawit. Jurnal Transportasi Simposium ke-VIII FSTPT, Universitas Sriwijaya,
Palembang.

Sentosa, Leo dan Yuniarto, Enno. 2006. Penggunaan Abu Gambut Sebagai Filler pada Campuran
Lapis Aspal Beton dengan Pengujian Marshall. Jurnal Penelitian Media Teknik Sipil,
Edisi Juli 2006 Tahun ke 6, No.2, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

You might also like