You are on page 1of 9

Nama :

NIM :

Tanggal/jam :

STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Bina hubungan saling percaya , identifikasi penyebab perasaan marah, tanda dan gejala
yang di rasakan, perilaku kekerasan yang di lakukan, akibatnya serta cara mengontrol
secara fisik ke-1

Peragakan kepada pasangan Anda komunikasi di bawah ini

Orientasi :

“ Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya A K, panggil saya A, saya perawat yang dinas di
Puskesmas…Nama Bapak siapa ? Senangnya di panggil apa?”

“Bagaimana perasaan Bapak saat ini ? masih ada perasaan kesal ata marah?”

“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah Bapak.”

“Berapa lama Bapa mau kita berbincang-bincang,Pak ? Bagaimana kalau 20 menit?”

“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, Pak? Bagaimana kalau di ruang tamu
?”

Kerja :

“Apa yang menyebabkna Bapak marah ? Apakah sebelumnya Bapak pernah marah ? Terus,
penyebanya apa apa ? Samakah dnegan yang sekarang ? O…iya, jadi ada 2 penyebab marah
Bapak.”

“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti Bapak pulang ke rumah dan istri belum
menyediakan makanan ( mis., ini penyebab marah pasien ), apa yang Bapak rasakan?” (tunggu
respons pasien )
“ Apakah Bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot, rahang
terkatup rapat, dan tangan mengepal?”

“Setelah itu apa yang Bapak lakukan ? O…iya, jadi Bapak memukul istri Bapak dan
memecahkan piring, apakah dengan cara ini makanan terhidang? Iya, tentu tidak. Apa kerugian
cara yang Bapak lakukan? Betul, istri jadi sakit dan takut, piring-piring pecah. Menurut Bapak
adakah cara lain yang lebih baik? Maukah Bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan
dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”

“Ada beberapa cara untuk mnegontrol kemarahan, Pak. Salah satunya adalah dengan cara
fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah.”

“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”

Begini Pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah Bapak rasakan maka Bapak berdiri, lalu tarik
nafas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup perlahan-lahan melalui mulut seperti
mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus…., tahan, dan tiup melalui
mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, Bapak sudah dapat melakukannya. Bagaimana
perasaannya?”

“Nah, sebaiknya latihan ini Bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa
marah itu muncul Bapak sudah terbiasa melakukannya.”

Terminasi :

“Bagaimana perasaan Bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan Bapak?”

“Iya jadi ada 2 penyebab Bapak marah… (sebutkan) dan yang Bapak rasakan…. (sebutkan) dan
yang Bapak lakukan … (sebutkan) serta akibatnya….(sebutkan)”

“Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah Bapak yang lalu. Jangan lupa
latihan nafas dalamnya ya Pak. Sekarang kita buat jadwal latihannya ya Pak, berapa kali sehari
Bapak mau latihan nafas dalam ? Jam berapa saja pak.?”

“Baik bagaimana kalau 2 hari lagi saya datang dan kita latihan cara untuk
mencegah/mengontrol marah ? Tempatnya di rumah Bapak saja ya, Selamat pagi”
Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke 2

1. Evaluasi latihan nafas dalam.


2. Latihan cara fisik ke 2 : pukul kasur dan bantal.
3. Susun jadwal kegiatan harian cara kedua.

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi di bawah ini

Orientasi

“Selamat pagi, Pak, sesuai janji saya 2 hari yang lalu sekarang saya datang lagi.”

“Bagaimana perasaan Bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan Bapak marah? Apakah
latihan nafas dalamnya sudah di lakukan ? Coba saya iat jadwal kegiatannya. Bagus sekali,
Bapak telah melakukan dengan baik.”

“Mau berapa lama ? Bagaimana kalau 20 menit?”

“Dimana kita bicara? Bagaimana kalau di runag tamu?”

Kerja

“Kalau ada yang menyebabkan Bapak marah dan muncul perasaan kesal, dada berdebar-debar,
mata melotot, selain nafas dalam Bapak dapat melakukan pukul kasur dan bantal.”

“Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar Bapak? Jadi kalau nanti
Bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan
memukul kasur dan bantal. Nah. Coba Bapak lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus sekali
Bapak melakukannya.”

“Lampiaskan kekesalah ke kasur atau bantal.”

“Nah cara inipun dapat di lakukan secara rutin jika ada perasaan marah. Kemudian jangan
lupa merapikan tempat tidurnya.”

Terminasi

“Bagaimana perasaan Bapak setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”


“Ada berapa cara yang sudah kita latih? Coba Bapak sebutkan lagi! Bagus!”

“Mari kita masukan kedalam jadwal kegiatan Bapak sehari-hari. Pukul kasur bantal mau pukul
berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur? Baik, jadi pukul 5 pagi dan pukul 3 sore. Lalu
kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi ya, Pak. Sekarang kita
masukan ke jadwal kegiatan Bapak.”

“Bagaimana kalau dua hari lagi kita ketemu untuk latihan cara mengontrol marah dnegan
belajar bicara yang baik. Mau pukul berapa, Pak . Baik pukul 10 pagi ya. Sampai jumpa.”

Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal

1. Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik.


2. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal, menolak dengan biak, meminta
dengan biak, mengungkapkan perasaan dengan baik.
3. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal.

Peragakan kepada pasangan Anda komunikasi di bawah ini.

Orientasi

“Selamat pagi. Pak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu lagi.”

“Bagaimana Pak, sudah di lakukan latihan tarik nafas dalam dan pukul kasur bantal? Apa yang
di rasakan setelah melakukan latihan secara teratur?”

“Coba saya liat jadwal kegiatan hariannya.”

“ Bagus. Nah, kalau tarik nafas dalamnya di lakukan sendiri tulis M, artinya mandiri, kalau
setelah di ingatkan suster atau ibu baru di lakukan maka tulis B, artinya di bantu atau di
ingatkan. Nah kalau tidak di lakukan tulis T, artinya belum dapat melakukan.”

“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?”

“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat yang sama?”“Berapa


lama Bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?”

Kerja
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mnecegah marah. Kalau marah sudah di
salurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah lega, maka kita perlu
bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya Pak, yaitu:

Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidka menggunakan
kata-kata kasar. Kemarin Bapak bilang penyebab marahnya karena minta uang sama istri tidka
di beri. Coba Bapak minta uang dnegan baik. Bu, saya perlu uang untuk membeli rokok. Nanti
dapat di coba di sini untuk meminta baju, minta obat dan lain-lain. Coba Bapak praktikan.
Bagus Pak!

Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidka ingin melakukannya karena
sedang ada kerjaan. Coba Bapak praktikan. Bagus Pak!

Mengunkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain ynag mmebuat kesal, Bapak dapat
mengatakan : saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu. Coba prkatikan. Bagus !”

Terminasi

“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol marah
dnegan bicara yang baik?”

“Coba Bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari.”

“Bagus sekali, sekarang mari kita masukan ke dalam jadwal. Beberapa kali sehari Bapak mau
latihan bicara yang baik? Dapat kita buat jadwalnya?”

“Coba masukan kedalam jadwal latihan sehari-hari, mis., meminta obat, uang, dll. Bagus nanti
di coba ya, Pak! Nah, sudah berapa cara yang Bapak pelajari? Bagus, betul sekali 5 cara yaitu
2 cara fisik dan 3 cara bicarayang baik.

“Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu lagi?”

“Nanti kita akan membicarakan cara ketiga untuk mengatasi rasa marah Bapak yaitu dengan
cara ibadah, Bapak setuju? Mau di mana Pak? Di sini lagi ? baik sampai nanti ya !”

Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual


1. Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik dan sosial /
verbal.
2. Latihan sholatatau berdoa.
3. Buat jadwal latihan sholat / berdoa

Orientasi

“ Selamat pagi. Pak, sesuai dengan janji saya dua hari yang lalu sekarang saya datang lagi.
Baik, yang mana yang mau di coba?”

“Bagaimana Pak, latihan apa yang sudah dilakukan? Apa yang di rasakan setelah melakukan
latihan secara tertaur? Bagus sekali, bagaimana rasa marahnya?”
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah yaitu dengan
ibadah?”

“ Dimana enaknya kit aberbincang-bincnag? Bagaimana kalau di tempat tadi?”

“Berapa lama Bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”

Kerja

“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Bapak lakukan! Bagus. Baik, ynag mana yang mau
di coba?”

“Nah, kalau Bapak sedang marah coba Bapak langsung duduk dan tarik nafas dalam. Jika tidak
reda juga marahnya, rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu
kemudian sholat.”

“Bapak dapat melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.”

“Coba Bapak sebutkan sholat 5 waktu! Bagus. Mau coba yang mana? Coba sebutkan caranya.”
(untuk yang muslim)

Terminasi

“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga ini?”

“Jadi sudh berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus.”
“Mari kita masukan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan Bapak. Mau berapa kali Bapak
sholat? Baik kita masukan sholat …. Dan…… (sesuai kesepakan pasien)

Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat

1. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah yang sudah
dilatih.
2. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar ( benar nama
pasien, benar nama obat,benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan benar
dosis obat )disertai penjelasan kegunaan obat dan akibat berhenti minum obat.
3. Susun jadwal minum obat secara teratur.

Pergerakan kepada pasangan Anda komunikasi di bawah ini

Orientasi :

“ selamat pagi, Pak, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita ketemu lagi. “

“ bagaimana Pak, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam , pukul kasur bantal, bicara yang
baik serta sholat ? apa yang di rasakan setelah melakukan latihan secara teratur ? coba kita cek
kegiatannya. Jadi rasa marah sudah berkurang. “

“ bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat yang benar untuk
mengontrol rasa marah ? “

“ dimana enaknya kita berbincang bincang? Bagaimana kalau di tempat kemarin ? “

“ berapa lama Bapak kita berbincang bincang? Bagaimana kalau 20 menit”

Kerja ( perawat membawa obat pasien )

“ bapak sudah dpaat obat dari dokter?

Berapa macam obat yang bapak minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam berapa bapak
minum? Bagus “
“ obatnya ada tiga macam Pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunannya agar pikiran
tenang, ynag putih ini namanya THP agar rileks dan tenang, dan merah jambu ini namanya
HLP agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang. Semua ini harus Bapak minum 3 kali
sehari pada pukul 7 pagi, 1 siang dan 7 malam “

“ bila nanti sudah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk membantu mengatasinya Bapak
dapat mengisap isap es batu “

“ bila terasa mata berkunang kunang Bapak sebaiknya istirahat dan jnagan beraktivitas dulu”

“ sebelum minum obat ini Bapak lihat dulu label di kotak obat apakah benar nama Bapak
tertulis di situ, berapa dosis yang harus di minum, pukul berapa saja harus minum. Baca juga
apakah nama obatnya sudah benar? Dusini minta obatnay pada suster kemudian cek lagi
apakah benar obatnya!”

“ jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya Pak, karena
dapat terjadi kekambuhan.”

“ sekarang kita masukan waktu minum obatnya ke dalam jadwal ya, Pak.”

Terminasi

“ Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap cakap tentang cara minum obat yang
benar?”

“ coba Bapak sebutkan lagi jenis obat yang Bapak minum! Bagaimana cara minum obat ynag
benar?”

“ nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari? Sekarang kita
tambahkan jadwal kegiatannya dnegan minum obat. Jangan lupa laksanakan semua dengan
teratur ya.”

“ Baik, dua hari lagi kita ketemu kembali untuk melihat sejauh mana Bapak melaksanakan
kegiatan dan sejauh mana dapat mencegah rasa marah. Sampai jumpa!”

You might also like