You are on page 1of 9

PENGARUH HIPERTENSI TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK DAN STROKE

HEMORAGIK DI RUANG NEUROLOGI DI RUMAH SAKIT STROKE NASIONAL


(RSSN) BUKITTINGGI TAHUN 2011

Irwana Usrin1, Erna Mutiara2, Yusniwarti Yusad2


1
Alumni Peminatan Biostatistika dan Informasi Kesehatan FKM-USU
2
Staf Pengajar Departemen Kependudukan dan Biostatistika FKM-USU

ABSTRACT

Ischemic stroke is a disease that begins with a series of changes in the brain which is
attacked so that the blood supply to brain will be hampered, if it is not treated immediately it will
end with the death of the brain. Incidence of ischemic stroke is about 70-85% of the total
incidence of stroke. Hypertension is a major risk factor for the ischemic stroke. The higher
patient’s blood pressure is, the greater stroke possibility, because hypertension can accelerate
hardening of the arteries and lead to the destruction of fat in the smooth muscle cells so that it
accelerates the process of atherosclerosis. This study aimed to determine the effect of
hypertension on the incidence of ischemic stroke in neurology room at National Stroke Hospital
Bukittinggi in 2011.
Type of research is observational study with cross-sectional design. Population is the
stroke inpatient in neurology room at National Stroke Hospital Bukittinggi from January through
December in 2011 with 510 cases. Sample is the stroke inpatient in neurology room at National
Stroke Hospital Bukittinggi which fulfilled eligible inclusion criteria with 244 cases. The sample
consists of 146 ischemic stroke patients and 98 hemorrhagic stroke patients. Data analysis was
conducted by the steps of univariate, bivariate and mutivariat analysis by using multiple logistic
regression method.
The results showed that the proportion of incident ischemic stroke in neurology room at
National Stroke Hospital Bukittinggi was large enough that is 59.8% of the total cases of stroke.
Hypertension is found significantly affect the incidence of ischemic stroke after controlled by
diabetes mellitus status with Odds Ratio (OR) of 8.462, it meant that the risk of ischemic stroke
among patient with hypertension would be 8 times greater than patient without hypertension
after adjusted by diabetes mellitus status (95% CI 3.780; 18.944).

Keywords: Ischemic Stroke, Hypertension, Odds Ratio

PENDAHULUAN otak karena perdarahan (stroke hemoragik)


Stroke menurut World Health ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan
Organization (WHO) (1988) seperti yang gejala dan tanda sesuai bagian otak yang
dikutip Junaidi (2011) adalah suatu sindrom terkena, yang dapat sembuh sempurna,
klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi sembuh dengan cacat, atau kematian. Stroke
otak secara fokal maupun global, yang dapat iskemik merupakan suatu penyakit yang
menimbulkan kematian atau kecacatan yang diawali dengan terjadinya serangkaian
menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab perubahan dalam otak yang terserang yang
lain kecuali gangguan vaskular. Menurut apabila tidak ditangani dengan segera
Junaidi (2011) stroke merupakan penyakit berakhir dengan kematian otak tersebut.
gangguan fungsional otak akut fokal maupun Sedangkan stroke hemoragik merupakan
global akibat terhambatnya aliran darah ke penyakit gangguan fungsional otak akut
1
fokal maupun global akibat terhambatnya cukup banyak yaitu 11,8%, usia 45-64 tahun
aliran darah ke otak yang disebabkan oleh berjumlah 54,7% dan diatas usia 65 tahun
perdarahan suatu arteri serebralis. Darah sebanyak 33,5% (Misbach, 2001).
yang keluar dari pembuluh darah dapat Berdasarkan data yang berhasil
masuk ke dalam jaringan otak, sehingga dikumpulkan oleh Yayasan Stroke Indonesia
terjadi hematom. (Yastroki), masalah stroke semakin penting
Menurut WHO (2004) seperti yang dan mendesak karena kini jumlah penderita
dikutip pada laporan The Global Burden stroke di Indonesia terbanyak dan
Disease, di dunia untuk semua kelompok menduduki urutan pertama di Asia. Jumlah
umur stroke iskemik dan penyakit jantung yang disebabkan oleh stroke menduduki
merupakan penyebab kematian utama. urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan
Dengan penderita stroke iskemik yang urutan kelima pada usia 15-59 tahun
meninggal di dunia adalah 7,2 juta jiwa (Yastroki, 2012).
(12,2 %), dan penyakit jantung 5,7 juta jiwa Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(9,7%). Insidens rate penyakit stroke (Riskesdas) Nasional tahun 2007, prevalensi
iskemik untuk serangan pertama adalah 9 nasional stroke adalah 0,8% (berdasarkan
juta jiwa. Menurut peneliti dari Centers for diagnosis tenaga kesehatan dan gejala).
Disease Control and Prevention (CDC), Sebanyak 11 provinsi dari 33 provinsi di
stroke banyak ditemukan di kalangan remaja Indonesia memiliki prevalensi di atas
dan orang muda dewasa. Laporan ini prevalensi nasional, termasuk provinsi
diterbitkan dalam Annals of Neurology, edisi Sumatera Barat dengan prevalensi 6,9%
1 September 2011. Data di Amerika Serikat pada posisi ke-10 tertinggi di Indonesia. Di
menunjukkan, jumlah pasien berusia 15-44 Sumatera Barat dari data yang ada pada
tahun yang menjalani perawatan di rumah Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN)
sakit khusus stroke melonjak lebih dari Bukittinggi sebanyak 30% - 40% penderita
sepertiga antara tahun 1995 dan 2008. stroke iskemik yang dirawat di ruang
Peningkatan ini diduga karena meningkatnya neurologi berusia 30 – 50 tahun.
sebagian jumlah orang muda yang memiliki Kecenderungan peningkatan penyakit
penyakit seperti tekanan darah tinggi dan stroke usia muda tampak sejalan dengan
diabetes melitus tipe II, penyakit yang peningkatan gizi berbagai makanan cepat
sebenarnya berhubungan dengan orang saji, pola makanan yang sangat berlemak
dewasa yang lebih tua. dan berkolesterol tinggi. Sedangkan yang
Di Indonesia, diperkirakan setiap telah diketahui bahwa pola makan di
tahun terjadi 500.000 penduduk terkena Sumatera Barat selalu didominasi dengan
serangan stroke, sekitar 2,5 % atau 125.000 makanan yang sangat berlemak dan
orang meninggal, dan sisanya cacat ringan berkolesterol tinggi. Hal ini menyebabkan
maupun berat. Secara umum, dapat pergerseran usia penderita penyakit stroke.
dikatakan angka kejadian stroke adalah 200 Penyakit stroke yang dulunya sering ditemui
per 100.000 penduduk. Dalam satu tahun, di pada lanjut usia sekarang ditemui pada usia
antara 100.000 penduduk, maka 200 orang muda (Angga, 2004; Gaharu, 2005).
akan menderita stroke (Yayasan Stroke Banyak sebenarnya faktor yang dapat
Indonesia, 2012). Pada penelitian berskala memengaruhi kejadian stroke, diantaranya
cukup besar yang dilakukan oleh survey yaitu umur, jenis kelamin, keturunan
ASNA (Asean Neurologic Association) di 28 (geneti), ras, hipertensi, hiperkolesterolemia,
rumah sakit di seluruh Indonesia, pada diabetes melitus, merokok, aterosklerosis,
penderita stroke akut yang dirawat di rumah penyakit jantung, obesitas, konsumsi
sakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alkohol, stres, kondisi sosial ekonomi yang
penderita laki-laki lebih banyak dari mendukung, diet yang tidak baik, aktivitas
perempuan dan profil usia dibawah 45 tahun fisik yang kurang dan penggunaan obat anti
2
hamil. Faktor risiko terjadinya stroke terbagi terjadinya penyumbatan bahkan pecahnya
lagi menjadi faktor risiko yang dapat diubah pembuluh darah di otak. Jika serangan stroke
dan faktor risiko yang tidak dapat diubah. terjadi berkali-kali, maka kemungkinan
Dimana faktor risiko yang tidak dapat untuk sembuh dan bertahan hidup akan
diubah tidak dapat dikontrol pengaruhnya semakin kecil. Dengan mengetahui pengaruh
terhadap kejadian stroke, diantaranya yaitu hipertensi terhadap kejadian stroke iskemik
faktor keturunan (genetik), ras, umur dan dan stroke hemoragik, maka diharapkan
jenis kelamin. Sedangkan faktor risiko yang dapat mencegah terjadinya stroke iskemik
dapat diubah yaitu hipertensi, diabetes maupun stroke hemoragik dan stroke
melitus, hiperkolesterolemia, stress, ulangan (Junaidi, 2011).
merokok, obesitas (kegemukan), aktifitas Tujuan dari penelitian ini yaitu
fisik yang rendah, minum kopi, pil KB untuk mengetahui pengaruh hipertensi
(kontrasepsi oral) dan konsumsi alkohol. terhadap kejadian stroke iskemik dan stroke
Namun dari banyaknya faktor yang hemoragik di ruang neurologi di Rumah
memengaruhi kejadian stroke hanya Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi
hipertensi yang secara signifikan tahun 2011.
memengaruhi kejadian stroke sedangkan Adapun manfaat penelitian ini
kadar lipid dan kebiasaan merokok tidak adalah sebagai berikut:
secara signifikan berhubungan dengan a. Sebagai bahan masukan bagi pihak
kejadian stroke (Sarini, 2008). Berbeda rumah sakit dalam rangka meningkatkan
dengan hasil penelitian yang telah dilakukan upaya kesehatan masyarakat khususnya
oleh Aguslina (2002) yang menunjukkan pada pasien stroke yang sedang dirawat
bahwa umur, faktor genetik, kebiasaan dan keluarganya melalui penyuluhan-
merokok, obesitas dan hipertensi secara penyuluhan tentang pengaruh hipertensi
signifikan berhubungan dengan kejadian terhadap kejadian stroke guna mencegah
stroke. Begitu juga dengan hasil penelitian terjadinya stroke dan stroke ulangan di
yang telah dilakukan oleh Kristiyawati ruang neurologi di Rumah Sakit Stroke
(2009) yang menunjukkan adanya hubungan Nasional (RSSN) Bukittinggi.
yang signifikan antara kejadian stroke b. Sebagai bahan masukan atau sumber
dengan umur, hipertensi dan diabetes informasi bagi peneliti lain mengenai
melitus. Sedangkan faktor risiko yang pengaruh hipertensi terhadap kejadian
bersama-sama berhubungan dengan kejadian stroke iskemik dan stroke hemoragik.
stroke usia muda (<40 tahun) yaitu riwayat
hipertensi, faktor genetik atau keturunan dan METODE PENELITIAN
tekanan darah sistolik >140 mmHg. Dengan Jenis penelitian yang digunakan adalah
demikian dapat dilihat bahwa dari beberapa observasional analitik dengan rancangan
penelitian yang telah dilakukan terdapat studi cross-sectional. Studi cross-sectional
hubungan antara hipertensi dengan kejadian digunakan untuk mempelajari hubungan
stroke. antara faktor risiko dengan efek atau
Hipertensi merupakan faktor risiko penyakit (Ghazali, 2011).
utama terjadinya stroke. Sering disebut Penelitian ini dilakukan di Rumah
sebagai the silent killer karena hipertensi Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi.
meningkatkan risiko terjadinya stroke Lokasi penelitian ini dipilih dengan alasan
sebanyak 6 kali. Dikatakan hipertensi bila bahwa Rumah Sakit Stroke Nasional
tekanan darah lebih besar dari 140/90 (RSSN) Bukittinggi merupakan rumah sakit
mmHg. Semakin tinggi tekanan darah pasien yang menjadi pusat rujukan untuk
kemungkinan stroke akan semakin besar, penanganan penderita stroke. Penelitian
karena terjadinya kerusakan pada dinding dilakukan pada bulan September 2012
pembuluh darah sehingga memudahkan sampai dengan bulan Januari 2013. Data
3
yang dikumpulkan adalah data penderita dan hiperkolesterolemia) dengan
stroke rawat inap, baik stroke iskemik menggunakan tabel distribusi frekuensi.
maupun stroke hemoragik di ruang neurologi Analisis bivariat adalah analisis yang
yang diperoleh dari rekam medik Rumah dilakukan untuk menganalisis hubungan dua
Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi variabel.
tahun 2011. Populasi adalah data penderita Analisis bivariat bertujuan untuk
stroke yang dirawat inap di ruang neurologi melihat hubungan antara variabel utama
di Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) (hipertensi) dan variabel dependen (kejadian
Bukittinggi dari bulan Januari sampai stroke) setelah dikontrol oleh variabel
dengan Desember tahun 2011 sebanyak 510 pengganggu (umur, jenis kelamin, diabetes
kasus. Sampel adalah data penderita stroke melitus dan hiperkolesterolemia). Analisis
yang dirawat inap di ruang neurologi di data yang dilakukan untuk melihat hubungan
Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) tersebut adalah dengan menggunakan uji
Bukittinggi yang sesuai dengan kriteria chi-square, karena variabel dependen
inklusi sebanyak 244 kasus. Sampel merupakan data kategorik dan variabel
penelitian ini terdiri dari 146 pasien stroke independennya juga data kategorik. Dan
iskemik dan 98 pasien stroke hemoragik analisis multivariat adalah metode yang
dengan kriteria inklusi sampel yaitu pasien memungkinkan untuk melakukan penelitian
yang mengalami stroke pertama kali dengan terhadap lebih dari dua variabel secara
usia ≤60 tahun, dirawat dengan diagnosa bersamaan. Analisis multivariat dilakukan
utama stroke, dan data riwayat penyakit dengan menggunakan regresi logistik ganda
termasuk hasil laboratoriumnya (gula darah yang bertujuan untuk membuat model yang
sewaktu, HDL dan LDL) yang tercatat menggambarkan hubungan antara variabel
dengan lengkap. independen dengan satu variabel dependen,
Analisis data dilakukan secara dan dengan mengontrol beberapa variabel
bertahap, yaitu dengan analisis univariat, pengganggu (Yasril, 2009).
analisis bivariat dan analisis multivariat.
Dimana analisis univariat adalah analisis HASIL DAN PEMBAHASAN
yang dilakukan untuk masing-masing Distribusi pasien stroke yang terdiri
variabel atau disebut juga dari analisis dari 146 orang pasien stroke iskemik dan 98
berdistribusi tunggal (Notoatmodjo, 2010). orang pasien stroke hemoragik berdasarkan
Analisis univariat bertujuan untuk variabel utama (hipertensi) dan variabel
menggambarkan kejadian stroke iskemik dan pengganggu (umur, jenis kelamin, diabetes
stroke hemoragik berdasarkan variabel melitus dan hiperkolesterolemia) dapat
utama (hipertensi) dan variabel pengganggu dilihat pada tabel berikut:
(umur, jenis kelamin, diabetes melitus

4
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Variabel Utama dan Variabel
Pengganggu yang Memengaruhi Kejadian Stroke Iskemik dan Stroke
Hemorgik
Stroke
Total
Variabel Stroke Iskemik Stroke Hemoragik
n % n % n %
Hipertensi
Hipertensi 137 70,6 57 29,4 194 100,0
Tidak hipertensi 9 18,0 41 82,0 50 100,0
Umur
40-60 tahun 138 59,2 95 40,8 233 100,0
<40 tahun 8 72,7 3 27,3 11 100,0
Jenis kelamin
Laki-laki 93 61,2 59 38,8 152 100,0
Perempuan 53 57,6 39 42,4 92 100,0
Diabetes melitus
Diabetes melitus 39 1,5 55 58,5 94 100,0
Tidak diabetes melitus 107 1,3 43 28,7 150 100,0
Hiperkolesterolemia
Hiperkolesterolemia 81 56,3 63 43,8 144 100,0
Tidak hiperkolesterolemia 65 65,0 35 5,0 100 100,0

Berdasarkan tabel di atas dapat menderita hiperkolesterolemia 65 orang


dilihat bahwa dari 194 orang yang (65,0%) diantaranya mengalami stroke
menderita hipertensi sebanyak 137 orang iskemik. Sedangkan untuk kelompok
(70,6%) mengalami stroke iskemik, dan stroke hemoragik dari 194 orang yang
dari 50 orang yang tidak hipertensi hipertensi sebanyak 57 orang (29,4%) yang
sebanyak 9 orang (18,0%) yang mengalami mengalami stroke hemoragik, dan dari 50
stroke iskemik. Pada kelompok umur 40- orang yang tidak hipertensi sebanyak 41
60 tahun dari 233 orang terdapat 138 orang orang yang mengalami stroke hemoragik.
(59,2%) yang mengalami stroke iskemik, Pada kelompok umur 40-60 tahun dari 233
sedangkan pada kelompok umur <40 tahun orang terdapat 95 orang (40,8%) yang
dari 11 orang terdapat 8 orang (72,7%) mengalami stroke hemoragik, sedangkan
yang mengalami stroke iskemik. Pasien pada kelompok umur <40 tahun dari 11
yang berjenis kelamin laki-laki terdapat orang terdapat 3 orang (27,3%) yang
152 orang dan 93 orang (61,2%) mengalami stroke hemoragik. Pasien
diantaranya yang mengalami stroke dengan jenis kelamin laki-laki terdapat 152
iskemik, sedangkan yang berjenis kelamin orang dan 59 orang (38,8%) diantaranya
perempuan terdapat 92 orang dan 53 orang yang mengalami stroke hemoragik,
(57,6%) diantaranya yang mengalami sedangkan yang berjenis kelamin
stroke iskemik. Sebanyak 94 orang perempuan terdapat 92 orang dan 39 orang
menderita diabetes melitus dan 39 orang (42,4 %) diantaranya mengalami stroke
(41,5%) diantaranya mengalami stroke hemoragik. Sebanyak 94 orang yang
iskemik, sedangkan yang tidak diabetes menderita diabetes melitus dan 55 orang
melitus sebanyak 150 orang dan 107 orang (58,5%) diantaranya yang mengalami
(71,3%) yang mengalami stroke iskemik. stroke hemoragik, sedangkan yang tidak
Penderita hiperkolesterolemia sebanyak diabetes melitus sebanyak 150 orang dan
144 orang dan 81 orang (56,3%) 43 orang (28,7%) diantaranya mengalami
diantaranya mengalami stroke iskemik, stroke hemoragik. Penderita
sedangkan sebanyak 100 orang yang tidak hiperkolesterolemia sebanyak 144 orang
5
dan 63 orang (43,8%) diantaranya masing variabel utama (hipertensi) dan
mengalami stroke hemoragik, sedangkan variabel pengganggu (umur, jenis kelamin,
yang tidak hiperkolesterolemia sebanyak diabetes melitus dan hiperkolesterolemia)
100 orang dan 35 orang (5,0%) terhadap kejadian stroke iskemik dan
diantaranya mengalami stroke hemoragik. stroke hemoragik, yang dapat dilihat pada
Selanjutnya dilakukan analisis tabel berikut:
bivariat untuk melihat pengaruh masing-

Tabel 2. Pengaruh Hipertensi dan Variabel Pengganggu terhadap Kejadian Stroke


Iskemik dan Stroke Hemoragik di Ruang Neurologi di Rumah Sakit Stroke
Nasional (RSSN) Bukittinggi Tahun 2011
Faktor p OR 95% CI
Hipertensi 0,0001 10,95 [5,00 ; 24,00]
Umur 0,3721 0,55 [0,14 ; 2,11]
Jenis kelamin 0,6764 1,16 [0,68 ; 1,96]
Diabetes melitus 0,0001 0,29 [0,17 ; 0,49]
Hiperkolesterolemia 0,2156 0,69 [0,41 ; 1,17]

Berdasarkan tabel di atas dapat 2,11, jadi mencakup nilai 1 dan belum
diketahui OR hipertensi terhadap kejadian tentu juga merupakan penghambat
stroke iskemik sebesar 10,95. Hal ini kejadian stroke iskemik. Hasil penelelitian
berarti bahwa hipertensi secara signifikan ini tidak sesuai dengan penelitian yang
berpengaruh terhadap kejadian stroke telah dilakukan sebelumnya, seperti
iskemik dan merupakan faktor risiko penelitian yang dilakukan oleh Zhang et al
terjadinya stroke iskemik, yakni risiko (2011) di China bahwa pertambahan usia
stroke iskemik pada penderita hipertensi memengaruhi kejadian stroke iskemik
11 kali lebih besar dibandingkan dengan dengan OR=2,122 (95% CI 1,335-3,374).
yang tidak hipertensi (95% CI 5,00 ; Umur merupakan faktor risiko stroke
24,00). Tekanan darah tinggi (hipertensi) iskemik yang tidak dapat diubah. Insiden
dapat mempercepat pengerasan dinding stroke iskemik meningkat dengan
pembuluh darah arteri dan mengakibatkan bertambahnya usia. Penyakit stroke baik
penghancuran lemak pada sel otot polos stroke hemoragik maupun stroke iskemik
sehingga dapat mempercepat proses sering dianggap sebagai penyakit monopoli
aterosklerosis melalui efek penekanan pada orang tua, namun sekarang ada
sel endotel/lapisan dalam dinding arteri kecenderungan juga diderita oleh
yang berakibat pembentukan plak kelompok usia muda (<40 tahun). Hal ini
pembuluh darah semakin cepat. Semakin terjadi karena adanya perubahan gaya
tinggi tekanan darah pasien kemungkinan hidup terutama orang muda perkotaan
stroke akan semakin besar. Jika serangan modern, seperti mengkonsumsi makanan
stroke terjadi berkali-kali, maka siap saji (fast food) yang mengandung
kemungkinan untuk sembuh dan bertahan kadar lemak tinggi, kebiasaan merokok,
hidup akan semakin kecil (Sudoyo, 2009; minuman beralkohol, kerja berlebihan,
Junaidi, 2011). kurang berolahraga dan stres (Junaidi,
Faktor pengganggu umur terhadap 2011).
kejadian stroke iskemik dan stroke Begitu juga dengan jenis kelamin
hemoragik memiliki nilai OR sebesar 0,55 yang belum dapat disimpulkan sebagai
dengan interval kepercayaan 95% yaitu faktor risiko berpengaruh terhadap
antara 0,14 sampai dengan 2,11 yang kejadian stroke iskemik atau sebagai
menunjukkan bahwa faktor umur belum penghambat kejadian stroke iskemik
tentu merupakan faktor risiko sebab nilai maupun stroke hemoragik dengan interval
OR terletak antara 0,14 sampai dengan kepercayaan 95% yaitu antara 0,68 sampai
6
dengan 1,96. Hal ini tidak sesuai dengan yang dapat menyebabkan terjadinya stroke
penelitian yang dilakukan oleh Zhang et al iskemik. Kolesterol merupakan salah satu
(2011) di China bahwa jenis kelamin faktor risiko yang sangat besar peranannya
berpengaruh terhadap kejadian stroke pada penyakit jantung dan stroke iskemik
iskemik dengan OR pada laki-laki sebesar (Junaidi, 2011).
1,593 (95% CI 1,006-2,523). Laki-laki Sedangkan faktor pengganggu
lebih cenderung untuk terkena stroke lebih diabetes melitus terhadap kejadian stroke
tinggi dibandingkan perempuan dengan iskemik memiliki nilai OR<1 yaitu sebesar
perbandingan 1,3 : 1, kecuali pada usia 0,29 yakni risiko stroke iskemik pada
lanjut laki-laki dan perempuan hampir penderita diabetes melitus sebesar 0,29 kali
tidak berbeda. Pada laki-laki cenderung lebih besar dibandingkan dengan yang
terkena stroke iskemik sedangkan wanita tidak diabetes melitus (95% CI 0,17 ;
lebih sering menderita perdarahan 0,49), namun akan memengaruhi kejadian
subarakhnoid dan kematiannya 2 kali lebih stroke hemoragik. Hal ini terjadi karena
tinggi dibandingkan laki-laki (Junaidi, diabetes melitus akan mempercepat
2011). terjadinya aterosklerosis baik pada
Hiperkolesterolemia dengan pembuluh darah kecil maupun pembuluh
interval kepercayaan 95% yaitu antara 0,41 darah besar di seluruh pembuluh darah
sampai dengan 1,17 juga tidak dapat termasuk pembuluh darah otak dan
disimpulkan sebagai faktor pengganggu jantung. Sehingga akan memperluas infark
atau faktor penghambat bagi kejadian (sel mati) karena terbentuknya asam laktat
stroke iskemik maupun stroke hemoragik. akibat metabolisme glukosa yang
Hal ini tidak sesuai dengan hasil yang dilakukan secara anaerob yang akan
didapatkan oleh Oxfordshire Community merusak jaringan otak.
Stroke Project (OCSP) dan Oxford Berdasarkan analisis bivariat maka
Vascular Study (OXVASC) bahwa didapatkan kandidat model multivariat
hiperkolesterolemia memengaruhi kejadian yaitu variabel hipertensi, diabetes melitus
stroke iskemik dengan OR=1,56 (95% CI dan hiperkolesterolemia. Kemudian
1,29-1,89). Begitu juga dengan hasil dilakukan analisis multivariat untuk
penelitian di Chiayi Chang-Gung membuat model yang menggambarkan
Memorial Hospital dengan OR=0,77 (95% hubungan antara variabel independen
CI 0,71-0,93) pada kelompok stroke secara bersama-sama dengan satu variabel
iskemik jenis non-lacunar (Kirshner et al, dependen, dan dengan mengontrol
2011). Kolesterol merupakan zat di dalam beberapa variabel pengganggu. Setelah
aliran darah di mana semakin tinggi didapatkan model regresi logistik ganda,
kolesterol maka semakin besar pula kemudian dilakukan pemeriksaan interaksi
kemungkinan dari kolesterol tersebut dan pemeriksaan confounding, sehingga
tertimbun pada dinding pembuluh darah. didapatkan hasil analisis multivariat
Hal ini menyebabkan saluran pembuluh sebagai berikut:
darah menjadi lebih sempit sehingga
mengganggu suplai darah ke otak. Inilah

Tabel 3. Model Akhir Regresi Logistik Ganda


Variabel B Exp (B) SE P 95% CI
Hipertensi 2,136 8,462 0,411 0,0001 [3,780 ; 18,944]
Diabetes melitus -0,848 0,428 0,304 0,0053 [0,236 ; 0,777]
Constant -0,971 0,379 0,413 0,0187

Berdasarkan tabel di atas didapatkan Logit p (SI) = 0,971 + 2,136 (HT) +


persamaan model regresi logistik sebagai ( 0,848) (DM)
berikut:

7
Hasil analisis multivariat jantung. Kadar glukosa darah yang tinggi
menunjukkan bahwa hipertensi secara pada penderita stroke akan memperbesar
signifikan memengaruhi kejadian stroke meluasnya area infark (sel mati) karena
iskemik. Sedangkan faktor pengganggu terbentuknya asam laktat akibat
yang terbukti memengaruhi kejadian stroke metabolisme glukosa yang dilakukan
iskemik secara statistik yaitu variabel secara anaerob yang merusak jaringan
diabetes melitus, dan faktor pengganggu otak.
yang tidak terbukti memengaruhi kejadian Sedangkan bila seseorang hanya
stroke iskemik secara statistik yaitu umur, memiliki riwayat hipertensi, maka
jenis kelamin dan hiperkolesterolemia. Hal probabilitas terjadinya stroke iskemik
ini disebabkan variabel tidak bermakna sebesar:
dalam analisis bivariat dengan nilai
p>0,05. Dari pemeriksaan confounding
variabel diabetes melitus merupakan
variabel pengganggu bagi hubungan
hipertensi terhadap kejadian stroke iskemik Hal ini berarti bahwa probabilitas
dalam model multivariat karena nilai seseorang mengalami stroke iskemik
perubahan OR sebelum dan setelah dengan hanya memiliki riwayat hipertensi
variabel diabetes melitus dikeluarkan lebih besar, yaitu sebesar 76 dan hanya
>10%, yaitu sebesar 29,4%. Maka variabel 24% yang akan mengalami stroke
diabetes melitus ditetapkan sebagai hemoragik. Karena hipertensi merupakan
variabel pengganggu kejadian stroke faktor risiko utama terjadinya stroke
iskemik. iskemik yang dapat mempercepat
Berdasarkan analisis regresi logistik pengerasan dinding pembuluh darah arteri
ganda dapat disimpulkan bahwa risiko dan mengakibatkan penghancuran lemak
kejadian stroke iskemik pada penderita pada sel otot polos sehingga mempercepat
hipertensi 8 kali lebih besar dibandingkan proses aterosklerosis.
dengan yang tidak hipertensi setelah
dikontrol oleh diabetes melitus (OR=8,462 KESIMPULAN DAN SARAN
95% CI 3,780 ; 18,944). 1. Dari 244 pasien yang diteliti, sebanyak
Probabilitas terjadinya stroke 146 orang yang mengalami stroke
iskemik jika memiliki riwayat hipertensi iskemik dan 98 orang yang mengalami
dan diabetes melitus adalah: stroke hemoragik, dengan proporsi
kejadian stroke iskemik di ruang
neurologi di Rumah Sakit Stroke
Nasional (RSSN) Bukittinggi tahun
2011 yaitu sebesar 59,8%.
Hal ini berarti bahwa probabilitas 2. Berdasarkan analisis bivariat (uji chi-
seseorang mengalami stroke iskemik square) didapatkan bahwa variabel
dengan riwayat hipertensi dan diabetes yang memengaruhi kejadian stroke
melitus adalah sebesar 58% dan sebesar iskemik yaitu hipertensi, diabetes
42% akan mengalami stroke hemoragik. melitus dan hiperkolesterolemia.
Hal ini terjadi karena dengan memiliki Namun berdasarkan analisis
riwayat hipertensi dan diabetes melitus multivariat (Analisis Regresi Logistik
maka akan memperbesar probabilitas Ganda) terbukti bahwa hipertensi
seseorang untuk mengalami stroke berpengaruh terhadap kejadian stroke
hemoragik. Diabetes melitus mempercepat iskemik setelah dikontrol oleh diabetes
terjadinya aterosklerosis baik pada melitus.
pembuluh darah kecil (mikroangiopati) 3. Besarnya Odds Rasio (OR) hipertensi
maupun pembuluh darah besar terhadap kejadian stroke iskemik
(makroangiopati) di seluruh pembuluh setelah dikontrol oleh diabetes melitus
darah termasuk pembuluh darah otak dan adalah sebesar 8,462. Hal ini berarti
8
penderita hipertensi memiliki risiko Kirshner, H.S. 2009. Differentiating
mengalami stroke iskemik 8 kali lebih Ischemic Stroke Subtypes: Risk
besar dibandingkan dengan yang tidak Factors and Secondary
hipertensi setelah dikontrol oleh Prevention. Journal of The
diabetes melitus (95% CI 3,780 ; Neurological Sciences 279
18,944). (2009): 1-8
4. Persamaan model regresi logistik yang Kristiyawati, S.P. 2009. Faktor Risiko
didapatkan yaitu: Yang Berhubungan Dengan
Logit p (SI) = -0,971 + 2,136 (HT) + Kejadian Stroke di Rumah
(-0,848) (DM) Sakit Panti Wilasa Citarum
5. Kepada pasien yang memiliki riwayat Semarang. Jurnal Keperawatan
hipertensi agar mengontrol tekanan dan Kebidanan 1(1):1-7.
darahnya guna mencegah terjadinya Notoatmodjo. 2010. Metode Penelitian
stroke. Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta
6. Kepada pasien dengan riwayat Misbach, J. 2001. Stroke in Indonesia: A
hipertensi dan diabetes melitus agar first large prospective hospital-
mengontrol tekanan darah dan kadar based study of acute stroke in
gula darahnya guna mencegah 28 hospitals in Indonesia.
terjadinya stroke dan stroke ulangan. Journal of Clinical Neuroscience
7. Kepada pihak rumah sakit agar 8 (3):245-249.
melakukan pencatatan untuk jumlah Sarini & Suharyo. 2008. Beberapa Faktor
pasien stroke pertahunnya bukan Risiko Yang Berhubungan
hanya jumlah kunjungan pertahun. dengan Kejadian Stroke (Studi
Kasus di RSUP dr. Kariadi
DAFTAR PUSTAKA Semarang). Jurnal Kesehatan
Angga, M. 2004. Hubungan Kadar Masyarakat Nasional 3(2):153-
Propil Lipid Darah dengan 164
Penyakit Stroke Pasien Rawat Sudoyo, A. W. dkk. 2009. Buku Ajar
Inap di Bagian Neurologi di Ilmu Penyakit Dalam, Edisi V,
Pusat Pengembangan Jilid III. Pusat Penerbitan Ilmu
Penanggulangan Stroke Penyakit Dalam, Jakarta
Nasional (PPPSN) Bukittinggi WHO. 2008. The Global Burden of
tahun 2004. Skripsi, Fakultas Disease 2004 Update. WHO
Kedokteran, Universitas Andalas, Press, World Health Organization,
Padang 20 Avenue Appia, 1211 Geneva
Balitbang. 2008. Laporan Hasil Riset 27, Switzerland
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Yasril & Subaris, H. 2009. Analisis
Nasional 2007, Medan Multivariat Untuk Penelitian
Gaharu, M. 2005. Trombositemia Pada Kesehatan. Penerbit Mitra
Stroke Iskemik. http://www. Cendekia Press, Jogjakarta
scribd.com/ oc/105071680/Stroke Yayasan Stroke Indonesia. 2012. Angka
(gaharu). Diakses 12 November Kejadian Stroke Meningkat
2012. Tajam. http://www.yastroki.or.id/
Ghazali, M. V. dkk. 2011. Studi Cross- read.php? id=317. Diakses 25 Juli
Sectional dalam Dasar-Dasar 2012
Metodologi Penelitian Klinis, Zhang, et al. 2011. Clinical Factors in
Edisi IV, Sastroasmoro & Ismael Patients with Ischemic versus
(editor), Sagung Seto, Jakarta. Hemorraghic Stroke in East
Junaidi, I. 2011. Stroke Waspadai China. World J Emerg Med
Ancamannya. Penerbit Andi, 2(1):18-23
Yogyakarta

You might also like