Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2002 tentang perlindungan anak, bab III mengenai hak dan kewajiban anak
mengatakan bahwa setiap anak berhak untuk hidup dan tumbuh, berkembang
verbal maupun non verbal. Kekerasan bisa terjadi dimana saja. Di rumah, di
yang paling sering terjadi di sekolah adalah bullying. Menurut Astuti (2008)
1
2
Menurut Ken Rigby (2008) bullying merupakan hasrat untuk menyakiti, yang
ataupun kelompok yang lebih kuat. Biasanya kejadiaannya berulang kali dan
dan akan menjadi mimpi buruk yang tidak pernah hilang dari ingatan anak
yang menjadi korban. Dampak yang dialami anak-anak yang menjadi korban
problem kesehatan mental, mimpi buruk, memiliki rasa ketakutan dan tidak
jarang tindak kekerasan teradap anak juga berujung pada terjadinya kematian
berasal dari keluarga miskin, anak yang mengalami cacat fisik, berasal dari
keluarga yang broken home (perceraian orang tua) atau keluarga yang
berkata mereka pernah di-bully dan bullying ini tidak memilih umur atau jenis
kelamin korban. Biasanya yang menjadi korban pada umumnya adalah anak
yang lemah, pemalu, pendiam, dan special (cacat, tertutup, pandai, cantik,
atau punya ciri tubuh tertentu), yang dapat menjadi bahan ejekan. Dikutip dari
situs Detik news edisi 8 Mei 2013, terjadi sebuah kasus di Sydney, Australia.
Seorang siswi berusia 13 tahun nekad bunuh diri akibat mengalami perlakuan
masyarakat. Dari 2011 hingga Agustus 2014, KPAI mencatat 369 pengaduan
terkait masalah tersebut. Jumlah itu sekitar 25% dari total pengaduan di
sekolah wajib dilindungi dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh guru,
105) sekolah yang damai memiliki 9 kriteria, yaitu bebas dari pertikaian dan
yang menyebabkan sebuah sekolah tidak lagi damai bagi para siswanya.
(ICRW) yang dirilis awal bulan Maret 2015 lalu menunjukkan terdapat 84%
tinggi dari tren di kawasan Asia yakni 70%. Data lain lagi menyebutkan
Serikat berada Belum lama ini terjadi sebuah aksi bullying yang terjadi di
SMAN 3 Jakarta. Aksi ini menimpa seorang siswi kelas X berinisial A (15
tahun) yang mendapatkan perlakuan bullying dari empat seniornya kelas XII.
korban sedang diantar oleh orang tuanya. Peristiwa ini dilihat oleh para senior
mereka yang ikut diundang dalam acara ulang tahun tersebut. Kejadian ini
berlanjut pada hari Kamis, 28 April 2016 sore seusai pulang sekolah, korban
Makasar serta Kupang, terjadi tindak kekerasan fisik yang dilakukan oleh
guru. Dikutip dari detik news edisi 21 Mei 2011, survei yang dilakukan oleh
Amrullah Sofyan dari Plan Indonesia menunjukkan, 300 sampel yang terdiri
dari siswa SD, SMP hingga SMA di dua kecamatan di Bogor, ditemukan 15,3
% siswa SD, 18% siswa SMP dan 16% siswa SMA mengaku pernah
tindak kekerasan dilakukan oleh guru dan 35,3% dilakukan oleh teman
terlihat cukup banyak siswa mengalami kasus kekerasan, baik yang dilakukan
oleh guru maupun oleh teman sebaya mereka. Terdapat perbedaan intensitas
tindak kekerasan pada seorang siswa. Ada siswa yang mengalami tindak
kekerasan terjadi secara berulang pada satu siswa, maka tindak kekerasan
mencatat pada tahun 2007 terjadi 221 tindak kekerasan fisik yang dilakukan
bersekolah karena takut pada gurunya. Sang guru bertindak kejam karena
siswi tersebut tidak dapat membaca. Beberapa alasan dijadikan guru sebagai
adalah, kurangnya penghayatan guru akan apa yang dikerjakan atau tidak
kepada murid.
atau dari sekelompok siswa ke siswa lain, dapat disebabkan oleh faktor
senioritas, tradisi senioritas, faktor keluarga yang tidak rukun, situasi sekolah
yang tidak harmonis, karakter individu itu sendiri serta persepsi nilai yang
salah atas perilaku korban bullying (Retno A, 2008). Bullying sering tidak
ditanggapi secara serius oleh orang tua, orang tua cenderung melimpahkan
7
kasus tersebut kepada guru. Menurut Steven (2008) bullying akan menjadi
lebih sering dilakukan karena minimnya respon orang tua dan guru.
yang terbaik bagi anak dalam keluarga selain itu sikap dan perilaku orang tua
harus mencerminkan akhlak yang mulia sehingga apa yang dilakukan orang
tua kepada anaknya biasanya akan diresapi anak sehingga dari situlah
tua memiliki cara dan pola tersendiri dalam mengasuh dan membimbing
anak. Cara dan pola tersebut akan berbeda antara satu keluarga dengan
keluarga lainnya. Pola asuh orang tua merupakan gambaran tentang sikap dan
Pola asuh orang tua sering dikenal sebagai gaya dalam memelihara
Santrock (2002) menyatakan bahwa pola asuh adalah cara atau metode
pengasuhan yang digunakan oleh orang tua agar anak-anaknya dapat tumbuh
adalah pola asuh orang tua. Pola asuh orang tua sangat berpengaruh terhadap
kerja, dan kata asuh berarti menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil,
8
dalam bahasa populernya adalah cara mendidik. Secara terminologi pola asuh
orang tua adalah cara terbaik yang ditempuh oleh orang tua dalam mendidik
berarti kebiasaan orang tua, ayah, dan ibu dalam memimpin, mengasuh dan
melatih dan sebagainya yang dilakukan baik ibu maupun ayah. Pola
mengasuh yang berbeda-beda antara orang tua yang satu dengan orang tua
(2010) terdapat berbagai jenis gaya pola asuh orang tua untuk mendidik
yang berpendapat bahwa orang tua yang otoriter adalah orang tua yang
tegas jika melanggarnya. Mereka lebih mengambil jarak dan kurang hangat
9
dibanding dengan orang tua yang lain. Akibatnya, anak mereka cenderung
menjadi lebih tidak puas, menarik diri, dan tidak percaya terhadap orang lain.
Orang tua yang permisif adalah orang tua yang menghargai ekspresi diri dan
hangat, tidak mengontrol, dan tidak menuntut. Orang tua demokratis adalah
meminta perilaku yang baik, tegas dalam menetapkan standar, dan berkenan
untuk menerapkan hukuman yang terbatas dan adil jika dibutuhkan dalam
juga terkadang secara tidak sadar memberikan contoh yang kurang baik
kepada anak. Misalnya, meminta tolong kepada anak dengan nada yang keras
dan membentak, orang tua tidak bisa menjadi tempat bercerita untuk anaknya,
kepada anak untuk melakukan sesuatu dan sebagainya. Dari pendapat diatas
10
dapat dikatakan bahwa dampak negatif dari sikap, perilaku, dan kebiasaan-
misalkan anak akan memiliki sifat keras hati, keras kepala, manja, pendusta,
anggota keluarga lainnya. Oleh karena itu tradisi, sikap hidup, kebiasaan dan
tingkah laku dan sikap setiap anggota keluarga. Dengan kata lain tingkah laku
kriminal orang tua mudah sekali menular kepada anak-anaknya. Dan perilaku
ini sangat mudah di tiru oleh anak-anak puber dan adolescence yang belum
stabil jiwanya dan tengah mengalami banyak gejolak batin. Lebih lanjut,
kehidupan anak, yakni keluarga (orang tua dan kerabat dekat), sangat
penyebab timbulnya kenakalan remaja ini adalah tidak berfungsinya orang tua
dilakukan oleh remaja dibawah usia 17 tahun yang disebabkan oleh kondisi
tersebut juga sangat beragam mulai dari perbuatan yang bersifat amoral
maupun anti sosial. Seperti berkata jorok, mencuri, merusak, kabur dari
11
dimedia-media masa.
tersebut untuk membentuk sumber daya manusia yang lebih baik lagi.
bertujuan mengubah tata laku atau sikap seseorang dengan jalan membentuk
siswa.
12
pada seorang siswi yang memiliki banyak kutu rambut, sebut saja LM.
Pengucilan ini membawa dampak negatif bagi LM, seperti rasa minder, malu
dan tertekan karena merasa tidak memiliki teman. Perilaku bullying yang
kedua adalah meledek. Selain dijauhi atau dikucilkan, guru juga menjelaskan
ada seorang siswa putra sebut saja JS yang berkali-kali meledek LM hingga
siswa SMA. Perbedaan umur ini menjadi salah satu penyebab dari kenakalan
yang dilakukan oleh JS. Guru berpendapat JS tidak takut pada teman
sekelasnya karena ia lebih tua dan bertubuh lebih besar dari teman
sekelasnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang menjadi faktor yang berhubungan antara pola asuh orang tua
2019?
13
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui faktor yang berhubungan antara pola asuh orang tua
D. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis
berkaitan dengan faktor faktor yang berhubungan dengan pola asuh orang tua
2. Secara Praktis
a. Bagi Responden
asuh yang tepat pada anak untuk menghindari perilaku bullying anak di
sekolah.
b. Bagi Institusi
c. Institusi Keperawatan
d. Bagi Masyarakat
menambah masukkan bagi setiap orang tua bahwasannya pola asuh orang
sekolah.