Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
Akuntansi 16 C
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas terselesaikannya Makalah Mata Kuliah
Akuntansi Sektor Publik dengan judul “Akuntansi Masjid dan LAZ” ini sesuai dengan waktu
yang sudah ditentukan.
Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Yulinda Devi Pramita,
S.E.,M.Sc selaku dosen mata kuliah Pengauditan 2 yang telah memberi kesempatan kepada
kami dalam menyelesaikan makalah ini, sehingga kami memperoleh banyak ilmu, informasi
dan pengetahuan selama membuat dan menyelesaikan makalah ini.
Kami telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat dengan mudah dipahami para pembaca. Apabila masih terdapat kesalahan
kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Organisasi sektor publik sering dipandang sebagai organisasi yang dianggap tidak
efisien dan jauh tertinggal dengan kemajuan dan perkembangan yang terjadi di sektor
swasta. Ketidakefisienan dan lambatnya perkembangan organisasi disebabkan oleh
manajemen organisasi pada kebanyakan organisasi sektor publik yang lemah, bahkan
dianggap tidak penting. Hal ini dikarenakan organisasi sektor publik merupakan milik
masyarakat umum atau masyarakat wilayah tertentu sehingga kemajuan serta
perkembangannya tergantung kesadaran masyarakat tersebut terhadap manajemen
organisasi termasuk praktik akuntansinya. Kondisi seperti ini juga terjadi pada
organisasi peribadatan (tempat ibadah).
Selama ini tempat ibadah hanya dijadikan sebagai tempat untuk aktivitas
peribadatan saja seperti sholat, sembahyang, berdoa, berdzikir dan sebgainya. Namun
jika disadari sebenarnya tempat ibadah merupakan salah satu bentuk organisasi yang
memiliki peran strategis dalam peningkatan kesejaheraan masyarakat. Tempat ibdadah
dapat dijadikan pusat aktivitas masyarakat sesuai agama masing – masing seperti dalam
bidang pendidikan, ekonomi, sosial budaya, hukum. Jika hal tersebut dijalankan maka
akan menciptakan kesejahteraan masyarakat yang menyeluruh baik kesehatan lahir
maupun batin. Hal inilah yang membedakan empat ibadah dengan organisasi sektor
publik lainnya. Oleh karena itu tempat ibadah harus dimaknai sebagai sebuah
organisasi, karena setiap organisasi memiliki tujuan yang akan dicapai. Untuk
mencapai tujuan tersebut diperlukan alat organisasional, seperti dalam hal pengelolaan
keuangan.
BAB II
PEMBAHASAN
Dasar Hukum
Zakat merupakan salah satu ciri dari sistem ekonomi islam, karena zakat merupakan
salah satu implementasi asas keadilan dalam sistem ekonomi Islam. Zakat memiliki
enam prinsip yaitu :
1. Syariat Islam
2. Amanah
3. Kemanfaatan
4. Keadilan
5. Kepastian hukum
6. Terintegrasi
7. Akuntabilitas
Akuntansi Zakat
Akuntansi zakat memiliki fungsi penting dalam pengelolaan keuangan lembaga
pengelola zakat, infak dan sedekah, amil zakat, lembaga zakat, lembaga amil zakat,
atau badan amil zakat, seperti badan amil zakat nasional (Baznas). Kredibilitas badan
amil zakat di mata masyarakat, khususnya bagi para donatur sangat mempengaruhi
masa depan sebuah lembaga pengelola zakat, infak dan sedekah. Cara lembaga
pengelola zakat dalam membuktikan kredibilitasnya dalam pengelolaan zakat
dibuktikan dengan menyajikan laporan keuanagan sesuai dengan standar akuntansi,
yaitu sesuai dengn PSAK 109 tentang Akuntansi Zakat, Infak dan Sedekah. Menurut
PSAK 109, terdapat 5 komponen laporan keuangan bagi lembaga zakat yang terdiri
dari:
1. Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
2. Laporan Perubahan Dana
3. Laporan Perubahan Aset Kelolaan
4. Laporan Arus Kas
5. Catatan Atas Laporan Keuangan
KESIMPULAN
Tempat ibadah sebenarnya tidak hanya bertujuan untuk menjadi tempat beribadah ritual
umat beragama yang sifatnya rutin. Namun, apbila tempat ibadah dapat dikelola dengan
konsep organisasi yang moderan dapat berkembang menjadi organisasi yang berperan dan
berfungsi melebihi tujuan utamanya, yaitu melayani peribadatan umat. Tujuan-tujuan yang
sifatnya sosial kemasyarakatan, pendidikan dan pengembangan budaya dapat dikembangkan
melalui organisasi tempat ibadah atau organisasi peribadatan atau organisasi
keagamanan.Keberadaan asjid tidak bisa dilepaskan dari pengelolaan dana yang berasal dari
amal atau sumbangan umat yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari organisasi
tersebut. Nama demikian, tidak berarti masyarakat tidak mementingkan pertanggungjawaban
dari pengurus organisasi keagaman, misalnya takmir mesjid, terkait pengelolaan dana amal
masjid, untuk itu, akuntabilitas tetap penting di organisasi keagamaan.
Pola pertanggungjawaban diorganisasi keagamaan dapat bersifat vertikal dan
horizontal. Pertanggungjawaban vertikal adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana
ke otoritas yang lebih tinggi. Pertanggungjawaban horizontal adalah pertanggungjawaban
kepada masyarakat luas. Ada tiga manfaat akuntansi adalah:
1. Penyediaan informasi yang akurat dan andal.
2. Menciptakan akuntabilitas publik.
3. Untuk pengendalian manajemen.
DAFTAR PUSTAKA
Halim, Abdul dan Muhammad Syam Kusufi. (2014). Teori, Konsep dan Aplikasi Akuntansi
Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.