Professional Documents
Culture Documents
File PDF
File PDF
STELLA, S.Farm.
1106047392
ANGKATAN LXXIV
STELLA, S.Farm.
1106047392
ANGKATAN LXXIV
ii
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menjalani kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) di PT. Kalbe Farma, Tbk. dan menyelesaikan laporan ini. Kegiatan
PKPA dan penyusunan laporan PKPA ini merupakan bagian dari kegiatan
perkuliahan Program Pendidikan Profesi Apoteker dengan tujuan untuk
meningkatkan pemahaman dan menerapkan ilmu yang telah diperoleh khususnya
di bidang farmasi industri. Laporan ini merupakan hasil dari kegiatan PKPA yang
dilaksanakan di Departemen Produksi PT. Kalbe Farma, Tbk.
Penulisan laporan ini tidak terlepas dari bimbingan, arahan, bantuan, serta
dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih, khususnya kepada :
1. Edwar Laudin, S.Si., Apt., selaku pembimbing dan manager Departemen
Produksi Line 1 dan Process Improvement PT. Kalbe Farma, Tbk., yang telah
mengarahkan dan membimbing penulis dengan baik selama menjalankan
PKPA.
2. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt., selaku Ketua Departemen Farmasi
FMIPA UI yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melakukan PKPA.
3. Dr. Harmita, Apt., selaku ketua Program Apoteker Departemen Farmasi
FMIPA UI yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama PKPA.
4. Dra. Maryati K., M.Si., Apt., selaku pembimbing dari Departemen Farmasi
FMIPA UI yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan
laporan PKPA ini.
5. Seluruh Supervisor Departemen Produksi PT. Kalbe Farma, Tbk. atas
dukungan dan bimbingannya selama kegiatan PKPA di Departemen Produksi
PT. Kalbe Farma, Tbk.
6. Seluruh staf dan karyawan di Departemen Produksi PT. Kalbe Farma, Tbk.
khususnya koordinator produksi, operator, pembantu operator, dan
iv
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca. Akhir kata, penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang
diperoleh selama menjalani PKPA yang dituangkan dalam laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Penulis
2012
vi
vii
1 Universitas Indonesia
1.2 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan PKPA di PT. Kalbe Farma, Tbk. adalah untuk:
a. Memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai penerapan segala aspek
CPOB di PT. Kalbe Farma, Tbk.
b. Memahami peran dan tugas Apoteker dalam industri farmasi.
Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
2.2.2 Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sistem pengawasan mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar.
Industri farmasi bertanggungjawab untuk menyediakan personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap
personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing. Seluruh personil
hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan awal yang
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.2.4 Peralatan
Pembuatan obat hendaklah menggunakan peralatan yang memiliki desain
dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan
dikualifikasi dengan tepat, sehingga mutu yang dirancang bagi tiap produk obat
terjamin secara seragam dari batch ke batch dan memudahkan pembersihan dan
perawatannya. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan baku, produk
antara, produk ruahan atau obat jadi tidak boleh bereaksi atau mengabsorpsi, yang
dapat mengubah identitas, mutu, atau kemurniannya di luar batas yang telah
ditentukan. Peralatan sebaiknya dapat dibersihkan dengan mudah, baik bagian
dalam maupun bagian luar, serta tidak boleh menimbulkan akibat yang merugikan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.2.6 Produksi
Kegiatan produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur
yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi
ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi). Produksi obat membutuhkan
sarana gedung produksi-pengemasan-penyimpanan, material yang memenuhi
persyaratan, peralatan yang terkualifikasi dan terkalibrasi, personalia yang terlatih
dan berkualitas, proses produksi yang tervalidasi, dan dokumen produksi yang sah
yang dapat ditelusuri. Apabila memenuhi semua persyaratan tersebut, tentu saja
diharapkan obat yang dihasilkan memenuhi syarat mutu, keamanan, dan khasiat
(Quality, Safety, and Efficacy), memenuhi aspek CPOB, dan tidak ada obat
kembalian atau obat yang ditarik dari pasar. Produksi mencakup unsur-unsur
seperti bahan awal yaitu bahan baku dan bahan pengemas, validasi proses,
pencegahan kontaminasi silang, sistem penomoran batch/lot, penimbangan dan
penyerahan, pengembalian, pengolahan, pengemasan, pengawasan selama proses,
bahan dan produk yang ditolak, dipulihkan dan dikembalikan, karantina dan
penyerahan produk jadi, catatan pengendalian pengiriman obat, penyimpanan
bahan awal, bahan kemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi,
pengiriman dan pengangkutan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
ada laporan mengenai reaksi yang merugikan yang serius serta beresiko terhadap
kesehatan. Penarikan kembali ini dapat mengakibatkan penundaan atau
penghentian pembuatan obat tersebut. Penarikan kembali produk dilakukan oleh
personil yang bertanggung jawab untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan
penarikan kembali produk dan hendaklah ditunjang oleh staf yang memadai untuk
menangani semua aspek penarikan kembali sesuai dengan tingkat urgensinya.
Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian
dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan, daluwarsa,
atau alasan lain misalnya kondisi wadah yang dapat menimbulkan keraguan akan
identitas, mutu, jumlah, dan keamanan obat yang bersangkutan. Berdasarkan hasil
evaluasi, produk kembalian dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Produk kembalian yang masih memenuhi spesifikasi dan karena itu dapat
dikembalikan ke dalam persediaan;
b. Produk kembalian yang dapat diproses ulang;
c. Produk kembalian yang tidak memenuhi spesifikasi dan tidak dapat diproses
ulang.
2.2.10 Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.
Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap
personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga
memperkecil resiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul
karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Selain itu dokumentasi juga
berguna untuk perencanaan kerja, sebagai pedoman dalam pelaksanaan kerja, dan
sebagai rekaman data dan bukti legal untuk regulator. Dokumen produksi induk/
formula pembuatan, prosedur, metode, instruksi, laporan, dan catatan harus bebas
dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen adalah sangat
penting.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
PT. Kalbe Farma, Tbk. didirikan oleh seorang farmakolog bernama dr.
Boenjamin Setiawan pada tanggal 10 September 1966 di sebuah garasi rumah di
Jalan Simpang I No. 1, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Nama Kalbe merujuk pada
nama para pemegang saham awal, yakni Khoew Sioe Tjiang, Liem Lian Kiok dan
Boenjamin Setiawan. Tujuan pendirian PT. Kalbe Farma, Tbk. adalah turut
berpartisipasi dalam pembangunan nasional pada umumnya dan meningkatkan
kesejahteraan serta derajat kesehatan masyarakat pada khususnya, yang tercermin
dalam moto perusahaan yaitu The Scientific Pursuit of Health For A Better Life
(Mengabdikan Ilmu Untuk Kesehatan dan Kesejahteraan).
Pada 24 Desember 1966, PT. Kalbe Farma, Tbk. memperoleh izin produksi
dari Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Kegiatan produksi mulai
dilaksanakan pada awal tahun 1967 dengan Bioplacenton sebagai produk
pertamanya. Dalam perkembangannya, PT. Kalbe Farma, Tbk. memproduksi
beraneka ragam produk farmasi sesuai dengan kebutuhan konsumen yang
beraneka ragam. PT Kalbe Farma, Tbk. telah berpindah lokasi sebanyak dua kali.
Yang pertama pada bulan April 1972, PT. Kalbe Farma, Tbk. memindahkan
kegiatan usahanya ke Jalan Ahmad Yani, Pulomas, Jakarta Timur. Selanjutnya
pada tahun 1994 PT. Kalbe Farma, Tbk. mulai membangun pabrik baru di
Komplek Industri Delta Silicon (Cikarang). Semua jalur produksi, kecuali
produksi beta laktam, dipindahkan secara bertahap dari Pulomas ke Cikarang
antara tahun 1997-1998. Pada 17 Desember 1998. Di akhir tahun 2004, PT. Kalbe
Farma, Tbk. berhasil melakukan integrasi sertifikasi ISO 9001 (Sistem
Manajemen Mutu) versi 2000, sertifikasi ISO 14001 (Sistem Manajemen
Lingkungan) dan OHSAS 18001/SMK3 (Sistem Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja).
12 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Ruang produksi di PT. Kalbe Farma, Tbk. dicat dengan cat epoksi agar
mudah dibersihkan, dibuat melengkung (tidak memiliki sudut) agar tidak menjadi
tempat berkumpulnya debu, serta jendelanya dibuat miring dengan maksud agar
mudah dibersihkan dan juga tidak menjadi tempat berkumpulnya debu.
Berdasarkan CPOB tahun 2006, ruangan di industri farmasi dibagi menjadi 6 jenis
area berdasarkan perbedaan tingkat kebersihannya, yaitu kelas A, B, C, D, E, F,
dan G. Kelas A, B, C, dan D digunakan untuk produksi sediaan steril, kelas E
untuk produksi sediaan nonsteril, kelas F untuk pengemasan sekunder, dan kelas
G untuk sarana penunjang lain seperti loker menuju kelas F. Tujuan dari
pembedaan tekanan ini untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang. PT. Kalbe
Farma, Tbk. telah menyesuaikan kembali klasifikasi ruangan sesuai dengan
pedoman CPOB 2006. Meskipun demikian dalam kesehariannya area produksi
steril (kelas A, B, C, dan D) masih disebut sebagai area putih (white area), area
produksi nonsteril (kelas E) disebut area abu-abu (grey area), dan area
pengemasan sekunder (kelas F) disebut area hitam (black area).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
percobaan menjadi induk, dan mengatasi masalah atau trouble shooting produksi.
Departemen Process Development dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
pemasaran dan distributor, yaitu PT. Enseval Putera Megatrading dengan divisi
produksi masing-masing situs.
Departemen PPIC berada dibawah koordinasi Assistant Director Plant.
PPIC manager membawahi PPIC specialist, sedangkan PPIC specialist
membawahi empat bagian yaitu Inventory Plannning Control (IPC), Production
Planning Control (PPC), dan Toll Manufacturing.
Secara umum tugas dari departemen ini adalah sebagai berikut:
a. Merencanakan, mempersiapkan, dan mengendalikan proses produksi mulai
dari bahan baku sampai obat jadi.
b. Melakukan kegiatan toll manufacturing, meliputi:
1) Toll in, yaitu permintaan produksi dari perusahaan lain yang bisa dipenuhi
karena masih tersedia kapasitas.
2) Toll out, yaitu permintaan bantuan produksi ke perusahaan lain karena
tidak memiliki fasilitas produksi produk bersangkutan atau karena
kapasitas tidak mencukupi.
c. Membuat laporan ke instansi terkait, antara lain hasil produksi, pemakaian
material seperti prekursor, dan narkotik/psikotropik.
Tugas dari masing-masing bagian di Departemen PPIC adalah:
a. Inventory Planning Control (IPC):
1) Menghitung Evaluasi Kebutuhan Material (EKM) bulanan selama 6 bulan
kedepan berdasrkan Rolling Production Plan (RPP).
2) Memantau persediaan bahan baku, wadah, dan kemasan dengan
mempertimbangkan prioritas penggunaan material di bagian produksi.
3) Membuat Formulir Permintaan Barang (FPB) untuk material.
4) Memperbanyak dan menurunkan Kartu Produksi (KP) atau Prosedur
Pengolahan Induk (PPI)
b. Production Planning Control (PPC):
1) Menerjemahkan rolling forecast (ROFO) yang merupakan permintaan
dari PT. Enseval Putera Megatrading menjadi Rolling Production Plan
(RPP) dengan mempertimbangkan stock, buffer stock, work in process
(WIP), batch size, average selling out, pending order, dan day of
inventory (DOI). ROFO merupakan jumlah perkiraan penjualan selama 6
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
ukuran batch yang besar. Line ini terdiri atas line 1, 4, dan 9. Non-dedicated line
merupakan line yang memproduksi obat dengan jenis produk relatif banyak
namun dengan ukuran batch yang relatif kecil atau sedikit. Line ini terdiri atas line
2, 5, 6, 7, 8A, 8B, dan 10. Produk obat yang diproduksi di setiap line adalah
sebagai berikut:
1. Line 1: line ini memproduksi 1 jenis produk sediaan padat yaitu tablet
Promag®.
2. Line 2: line ini terdiri atas 2 line yang merupakan gabungan dari line 2A dan
line 2B. Sebagian besar produk line 2A adalah tablet inti, sedangkan produk
line 2B adalah tablet coating. Produk line 2 antara lain: Neo Entrostop®, Xon-
Ce®, Pronicy®, Neuralgin®, Cypron®, Vitazym®, Zegavit®, Zegase®, dan
Plantacid®.
3. Line 4: line yang memproduksi tablet inti, contoh produknya: Procold ®, dan
Promag Double Action®.
4. Line 5: line yang memproduksi sediaan cair oral antara lain sirup, emulsi, dan
suspensi, seperti Cerebrofort ®, dan Woods®.
2. Line 6: line ini khusus memproduksi sediaan cair steril (injeksi) seperti
Rantin®, Ulsikur®, Kalmethasone®, dan Sterile Water for Injection.
3. Line 7: line ini memproduksi sediaan semi padat topikal seperti krim, semi
solid seperti jeli, dan salep, serta sediaan suppositoria dan ovula. Contoh
produknya adalah Bioplacenton® (gel), Mycoral® (krim), dan Kaltrofen® (gel
dan suppositoria).
7. Line 8: line yang banyak memproduksi beberapa jenis produk obat namun
volumenya kecil. Produk yang dihasilkan tersebut sebagian besar merupakan
produk ethical. Line ini dibagi menjadi 3 yaitu line 8A yang menangani proses
pembuatan produk, line 8B menangani pengemasan produk.
8. Line 9: line ini khusus memprodusi sediaan cair non oral seperti Kalpanax
Tincture®.
9. Line 10: line ini khusus melakukan pengemasan ulang (repack) untuk produk
impor.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa mencapai hasil yang
diinginkan. Bagian Validasi di PT. Kalbe Farma, Tbk memiliki bagian validasi
proses, validasi pembersihan, validasi fasilitas dan utilitas, validasi computer, dan
annual product review.
d. GMP Compliance
1) Kalibrasi dan Kualifikasi
Tujuan dilakukan kalibrasi untuk memastikan semua peralatan yang
digunakan untuk pengukuran selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan
sehingga menjamin ketelitian pengukuran berada dalam batas yang diijinkan.
Sebagai parameter digunakan suatu kalibrator yang spesifik untuk setiap
instrumen.
Kualifikasi adalah tindakan untuk memastikan kelayakan dari suatu mesin
atau peralatan. Kualifikasi yang dilakukan meliputi: Design Qualification (DQ),
Installation Qualfication (IQ), Operational Qualification (OQ), dan Performance
Qualification (PQ).
Kalibrasi merupakan bagian dari kualifikasi, dengan interval pengujian
yang lebih sempit (misalnya, kalibrasi dilakukan per 6 bulan, sedangkan
kualifikasi dilakukan minimal 3 tahun bila tidak ada perubahan yang signifikan).
2) Evaluasi catatan batch (Evaluation Batch Record/ EBR)
Bagian ini bertanggung jawab memeriksa kelengkapan batch record serta
menyatukan data-data dari produksi dan hasil analisa dari departemen QC. EBR
diperlukan sebagai dokumentasi dan untuk memastikan produk sebelum di-
release telah dievaluasi dengan benar termasuk penelusuran masalah jika terjadi
penyimpangan.
3) Pengendalian Perubahan (Change Control)
Tujuan Change Control adalah agar setiap perubahan yang berkaitan
dengan mutu, lingkungan dan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) dievaluasi
dahulu dampaknya terhadap mutu, lingkungan, dan K3 serta sesuai pada
ketentuan, peraturan atau undang-undang terkait sebelum diimplementasikan. Jika
terjadi suatu perubahan, misalnya terjadi penggantian mesin, maka departemen
tersebut akan mengajukan usulan perubahan, kemudian perubahan tersebut
diamati dan dipelajari oleh tiap departemen yang terkait, apakah perubahan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
ruang AC 5 untuk penyimpanan bahan baku beta laktam dalam kemasan asli,
ruang AC 6 untuk penyimpanan bahan baku dan wadah yang bersifat umum, serta
ruang AC khusus untuk penyimpanan menthae peppermint oil.
Selain itu, terdapat beberapa area atau ruang yang penting seperti:
1) Area khusus prekursor serta tempat khusus penyimpanan bahan baku yang
bersifat prekursor narkotika dan psikotropika. Area ini selalu terkunci dan
akses ke area ini harus mendapat persetujuan supervisor dan mengisi log book.
2) Ruang sampling QC, ruang khusus untuk proses sampling bahan baku dan
wadah yang baru datang untuk diuji kualitasnya sebelum digunakan.
3) Ruang tolak, ruangan atau area yang terpisah yang menyimpan bahan baku
dan wadah yang ditolak oleh QC.
Penataan barang di gudang bahan baku dan wadah menggunakan system
racking secara alfabetis dan numerik dimana setiap rak terdapat beberapa level
(tingkat vertikal) dan beberapa kolom (horizontal), serta didata secara
komputerisasi menggunakan sistem IBAS (Integrated Barcode Application
System) yang menggantikan fungsi kartu letak barang dan memuat kode produk,
nama produk, dan nomor Certificate of Analysis (CoA). Cara penyimpanan barang
di gudang pada dasarnya disusun antara lain berdasarkan hal-hal berikut:
1) kondisi penyimpanan yang dipersyaratkan (suhu, cahaya, dan kelembaban).
2) kedekatan dengan pelanggan (gudang timbang atau produksi).
3) bentuk material dan sifat bahan baku (flammable atau non flammable).
4) untuk barang-barang toll out didekatkan area toll out.
5) berdasarkan status (karantina, baik, atau tolak).
b. Seksi gudang penimbangan
Gudang timbang adalah tempat berlangsungnya proses penimbangan dan
penyediaan bahan baku dan wadah yang dibutuhkan oleh produksi berdasarkan
JPM (Jadwal Produksi Mingguan). Bahan baku dan wadah yang ditimbang dan
disediakan sesuai dengan Prosedur Pengolahan Induk yang diturunkan yaitu: PPI
1A, 1B dan 3A. Bahan baku dan wadah ditimbang dan disediakan dengan sistem
First Expired First Out (FEFO) oleh gudang timbang, kemudian dikirim ke
produksi sesuai line yang membutuhkan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
PT. Kalbe Farma, Tbk. merupakan salah satu industri farmasi yang
memiliki komitmen untuk membantu masyarakat mewujudkan kesehatan dan
kehidupan yang lebih baik. Dalam mewujudkan komitmennya, PT. Kalbe Farma,
Tbk. telah menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dalam setiap
aspek pembuatan obat.
Jaminan kualitas produk PT. Kalbe Farma, Tbk. telah diakui melalui
berbagai standar internasional antara lain dengan diperolehnya sertifikat ISO 9001
(2001) untuk sistem manajemen, sertifikat ISO 14001 untuk jaminan terhadap
sistem lingkungan dan sertifikat OHSAS 18001/SMK3 untuk jaminan Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3).
32 Universitas Indonesia
4.2 Personalia
CPOB mensyaratkan jumlah personil yang memadai dan terkualifikasi
untuk melaksanakan semua tugas. Setiap karyawan harus memiliki kesehatan
mental dan fisik yang baik sehingga mampu melaksanakan tugasnya secara
profesional dan mempunyai kesadaran tinggi untuk mewujudkan CPOB.
PT. Kalbe Farma, Tbk. menggunakan tenaga kerja yang terlatih secara
teknis dalam jumlah memadai untuk melaksanakan kegiatan produksi dan
pengawasan mutu sesuai dengan prosedur dan spesifikasi yang telah ditentukan
secara efektif dan efisien. Masing-masing bagian produksi, QA, dan QC dipimpin
oleh seorang apoteker dan diberi wewenang penuh dan sarana cukup yang
diperlukan untuk dapat melaksanakan tugasnya secara efektif.
Untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman karyawan terhadap
CPOB di PT. Kalbe Farma, Tbk., dilakukan program pelatihan Kualitas Lima
Aspek (KUA LIMA) yang telah memasukkan unsur-unsur CPOB, K3 (Kesehatan
dan Keselamatan Kerja) dan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin). Aspek
KUA LIMA meliputi produk, manusia, bahan dan peralatan, metode serta
lingkungan kerja. Penjabaran dari lima aspek dalam KUA LIMA adalah:
a. produk yang senantiasa berorientasi pada pasar
b. sumber daya manusia yang selalu mengutamakan kualitas
c. peralatan, bahan dan teknologi yang memadai
d. proses, prosedur dan metode kerja yang efisien
e. lingkungan kerja yang mendorong prestasi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
loker karyawan.
Black area ditandai dengan lantai yang dicat epoksi berwarna hijau dan
dinding yang dicat minyak berwarna kuning muda. Daerah ini meliputi ruang
penanggung jawab line produksi, ruang pengemasan sekunder, dan ruang ganti
pakaian untuk menuju grey area. Grey area ditandai dengan lantai berwarna biru
tua dan dinding kuning muda. Daerah ini meliputi daerah-daerah yang
berhubungan langsung dengan proses produksi, seperti gudang timbang, koridor
penghubung gudang timbang dengan ruang proses produksi, ruang proses
produksi, ruang pengemasan primer, serta ruang penyangga atau buffer. Lantai
white area berwarna biru muda dengan dinding berwarna kuning muda. Daerah
ini khusus memproduksi sediaan steril, meliputi ruang penyangga, ruang ganti
pakaian, ruang penyemprot udara (air shower), dan ruang pengisian (filling).
Pengaturan perbedaan tekanan udara dilakukan dengan membedakan
volume udara yang dimasukkan ke dalam ruangan oleh AHU. Pengaturan jumlah
partikel dilakukan dengan pembedaan penggunaan filter pada AHU. Setiap
ruangan dilengkapi dengan pengatur suhu dan kelembaban. Setiap jangka waktu
tertentu, suhu dan kelembaban ini dicatat oleh operator produksi.
Gudang bahan baku dan wadah, gudang kemasan dan gudang produk
ditata sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam penyimpanan dan
penelusuran barang. Penyimpanan barang yang baru datang, karantina, atau
barang ditolak, diletakkan terpisah. Gudang penyimpanan bahan mudah terbakar
atau mudah meledak diletakkan terpisah. Selain itu juga terdapat sarana gudang
dengan kondisi khusus seperti suhu dan kelembaban ruangan yang terkendali.
4.4 Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk produksi di PT. Kalbe Farma, Tbk.
memiliki rancang-bangun dan konstruksi yang kuat, ukuran yang memadai serta
ditempatkan pada posisi yang tepat, dan memiliki penandaan pada masing-masing
alat sehingga memudahkan dalam identifikasi mesin. Pemasangan dan
penempatan peralatan diatur sedemikian rupa sehingga proses produksi dapat
berjalan secara efektif dan efisien. Bahan yang digunakan untuk peralatan selama
proses produksi sebagian besar adalah baja tahan karat. Peralatan senatiasa
Universitas Indonesia
dirawat menurut jadwal yang tepat supaya tetap berfungsi dengan baik dan
konsisten serta mencegah terjadinya pencemaran yang dapat merubah identitas,
mutu atau kemurnian produk.
Peralatan yang digunakan pada tiap jalur produksi disesuaikan dengan
produk yang dihasilkan dan ukuran batch dari produk tersebut. Penempatan
peralatan produksi dilakukan secara berurutan sehingga mempermudah proses
produksi. Pemisahan peralatan dilakukan untuk menghindari kontaminasi silang
antara produk satu dengan produk yang lain. Selain itu, untuk mencegah adanya
kontaminasi dari debu yang dihasilkan pada saat proses produksi, peralatan yang
menghasilkan debu dilengkapi pengumpul debu. Peralatan juga diberi penandaan
status penggunaan alat tersebut untuk menghindari kesalahan penggunaan alat.
Tiap mesin diletakkan dalam ruang sesuai dengan proses yang sedang
berlangsung. Bila terdapat lebih dari satu alat dalam satu ruangan maka peralatan
diletakkan tidak berdekatan dengan tujuan untuk memberikan keleluasaan bekerja
dan mencegah terjadinya kontaminasi silang dan pencampuran antar bahan
maupun produk ruahan. Selain itu, hal ini juga merupakan penerapan dari konsep
5R dan menjadikan alat tersebut dengan cepat dapat ditemukan ketika dibutuhkan.
Keakuratan peralatan selalu dijaga dengan melakukan validasi, kalibrasi
dan kualifikasi secara teratur oleh Departemen Pemastian Mutu bekerja sama
dengan lembaga metrologi setempat. Peralatan dan mesin baru harus melalui
tahapan kualifikasi terlebih dahulu, yaitu kualifikasi instalasi, kualifikasi operasi
dan kualifikasi kinerja. Sedangkan untuk peralatan lama dilakukan secara periodik
yaitu setiap 3 tahun. Kalibrasi dilakukan terhadap peralatan yang digunakan untuk
menimbang, mengukur, menguji dan mencatat pada periode tertentu yang sudah
ditetapkan dan tercatat dalam Jadwal Kalibrasi Alat. Sertifikat Penerimaan
dikeluarkan untuk mesin yang telah melewati tahapan-tahapan tersebut dan
menyatakan bahwa mesin tersebut telah memenuhi syarat.
Pemeliharaan peralatan menjadi tanggung jawab Departemen Produksi dan
juga Departemen Teknik yaitu Bagian Perencanaan Perawatan. Bagian ini
melakukan perawatan pencegahan yang meliputi pengecekan, penggantian
bagian-bagian dari mesin yang rusak dan lubrikasi mesin secara periodik. kegiatan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
4.6 Produksi
Departemen Produksi bertanggung jawab untuk memproduksi produk
sesuai yang telah ditargetkan dan sesuai dengan JPB (Jadwal Produksi Bulanan)
yang telah ditetapkan bersama dengan Departemen Perencanaan Produksi dan
Pengendalian Persediaan. Proses produksi dilaksanakan berdasarkan Prosedur
Pengolahan Induk (PPI) yang disusun oleh R&D dan dikeluarkan oleh
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dan terpisah dari produksi. Tugas utama bagian pengawasan Mutu adalah
mengontrol kualitas dari bahan awal (bahan baku dan bahan kemas) sejak masuk
ke gudang hingga menjadi produk jadi yang siap dipasarkan. Pemeriksaan di
bagian Pengawasan Mutu meliputi pemeriksaan bahan baku, produk ruahan,
produk jadi, bahan kemas, dan pemeriksaan mikrobiologi. Bagian ini bertanggung
jawab dalam menganalisa semua bahan baku dan produk jadi menggunakan
metode analisis yang telah disusun oleh bagian Analytical Development,
departemen R&D. Selain itu, bagian Pengawasan Mutu juga melakukan
pemeriksaan bahan kemas dan wadah menggunakan metode analisis tertentu yang
ditetapkan oleh bagian Packaging Development.
Sarana dan prasana pengujian telah tersedia secara memadai sehingga
kegiatan pengawasan mutu dikerjakan dengan efektif dan dapat diandalkan.
Ruang laboratorium untuk pemeriksaan di bagian Pengawasan Mutu telah sesuai
dengan aturan CPOB, seperti persyaratan spesifikasi ruangan, design ruangan, dan
tempat pembuangan limbah.
Kalibrasi dan validasi metode analisis dilakukan sesuai jadwal untuk
menjamin agar peralatan dan metode analisa yang digunakan memberikan hasil
pengukuran yang tepat. Peralatan yang digunakan untuk analisis selalu dalam
keadaan terkalibrasi. Jika ada alat yang belum dikalibrasi, alat tersebut tidak boleh
digunakan. Pada setiap alat ditempel label yang menandakan kondisi alat, tanggal
kalibrasi terakhir, dan tanggal kalibrasi selanjutnya. Dengan adanya label tersebut,
dapat dicegah penggunaan alat yang tidak terkalibrasi. Selain itu juga terdapat
Prosedur Tetap untuk semua alat di Laboratorium Pengawasan Mutu. Prosedur
Tetap pengoperasian alat selalu diletakkan di dekat alat untuk memudahkan
operator atau personel lain dalam menggunakan alat yang bersangkutan.
Untuk keselamatan personil, disediakan alat pelindung diri seperti masker,
kaca mata pelindung, sarung tangan, dan pembasuh mata. Untuk baku
pembanding, telah dilakukan hal yang sesuai dengan aturan CPOB. Baku
pembanding disimpan dengan kondisi yang sesuai. Pada wadahnya, terdapat label
informasi mengenai nama zat, nama penyalur, kadar, tanggal bahan datang, dan
jenis stok.
Universitas Indonesia
Audit eksternal dilakukan oleh auditor dari Badan Sertifikasi Nasional yang
menilai kelayakan penerapan ISO 9001. Saat ini, PT. Kalbe Farma, Tbk. telah
berhasil melakukan resertifikasi ISO 9001 sekaligus memperoleh sertifikasi ISO
14001 dan OHSAS 18001/SMK3 yang merupakan sertifikasi terhadap sistem
manajemen lingkungan dan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja.
PT. Kalbe Farma, Tbk. juga mengalami inspeksi mendadak dari Balai POM dalam
rangka memberikan bimbingan dan pengawasan terhadap pelaksanaan CPOB.
Selain itu setiap departemen juga dapat melakukan inspeksi sendiri. Hasil audit
kemudian dibuat menjadi suatu rangkuman audit yang pada intinya adalah usulan
untuk tindakan perbaikan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
mutu atau atas dasar pertimbangan efek samping. Selain itu, penarikan kembali
produk bisa terjadi karena adanya Surat Perintah Penarikan Produk yang
dikeluarkan oleh Badan POM (SPPP BPOM). Dengan adanya SPPP BPOM maka
perlu dilakukan evaluasi terhadap contoh pertinggal (retained sample) sesuai
nomor batch yang dimaksud. Jika hasil evaluasi sesuai dengan SPPP BPOM,
bagian Pengawasan Mutu akan menindaklanjuti pelaksanaan penarikan yaitu
pembuatan SPPP ke pelanggan yang dilakukan dalam waktu satu minggu. Setelah
penarikan produk, dilakukan tindak lanjut berupa pemusnahan ataupun pengerjaan
ulang. Selain itu perlu dibuat laporan penarikan produk yang ditujukan ke Badan
POM. Penarikan produk dari produsen dilakukan dengan prosedur yang sama
dengan penarikan karena adanya SPPP BPOM. Pemusnahan produk hasil
penarikan dilaksanakan di PT. Kalbe Farma, Tbk. maupun di tempat lain dengan
pertimbangan efisiensi.
Obat kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian
dikembalikan ke pabrik karena adanya keluhan, kerusakan, masalah keabsahan
atau sebab lain mengenai kondisi fisik obat. Produk obat yang dikembalikan akan
diganti oleh PT. Kalbe Farma, Tbk. jika setelah dilaksanakan evaluasi ternyata
kerusakan tersebut diakibatkan oleh kesalahan dari pihak perusahaan atau produk
yang dikembalikan belum melewati batas waktu pengembalian yang telah
ditetapkan yaitu 1 bulan sebelum atau 4 bulan setelah tanggal kadaluwarsa. Selain
itu semua produk kembalian harus masih berada dalam kemasan aslinya.
Semua obat kembalian tersebut akan dikarantina di gudang obat jadi
sambil menunggu hasil evaluasi dari Pascapemasaran untuk menentukan apakah
obat kembalian tersebut dapat dikembalikan ke persediaan gudang, dikemas
ulang, diolah ulang, atau ditolak. Apabila obat kembalian ditolak maka diberi
tanda ditolak selanjutnya diatur pelaksanaan pemusnahan dan dibuat berita acara
pemusnahannya. Apabila obat kembalian hendak diolah ulang atau dikemas ulang
maka pada nomor batch obat kembalian yang dikemas ulang diberi tambahan
huruf ”R” sedangkan obat kembalian yang diolah ulang diberi nomor batch baru.
Pemusnahan produk dilakukan berdasarkan surat penolakan oleh bagian
pengawasan mutu. Pemusnahan dilakukan dengan cara dibakar dalam insinerator
atau dilarutkan dan kemudian dibuang melalui proses pengolahan limbah. Berita
Universitas Indonesia
4.10 Dokumentasi
Dokumentasi adalah aspek esensial dalam industri farmasi dalam rangka
memenuhi persyaratan CPOB. PT. Kalbe Farma, Tbk membagi dokumentasi
menjadi empat tingkatan yaitu manual perusahaan, prosedur perusahaan, dokumen
pendukung, dan rekaman perusahaan. Dokumentasi di PT. Kalbe Farma, Tbk
dibuat dan disusun oleh departemen yang berkaitan dengan jenis dokumen yang
dibuat.
Dokumentasi seperti spesifikasi dan instruksi pemeriksaan bahan atau
produk disusun oleh Departemen R&D bagian Analytical Develompment,
sedangkan dokumen hasil pemeriksaan mutu dibuat oleh Departemen Pengawasan
Mutu (QC). Dokumen formula, prosedur, metode, dan instruksi dalam proses
produksi disusun oleh bagian Departement R&D bagian Pengembangan Kemasan
dalam bentuk PPI. Pelaksanaan proses produksi didokumentasikan oleh
departemen produksi yang ditulis dalam PPI yang telah disediakan. Dokumen
pelaksanaan produksi akan diperiksa oleh bagian Pengawasan Mutu (QC) dan
rekaman batch akan ditangani oleh bagian Pemastian Mutu (QA) dalam bentuk
Catatan Pengolahan Batch (CPB). Dokumen rekaman batch ini harus disimpan
minimal 1 tahun setelah waktu kadaluarsa produk jadi.
Penataan dokumen secara sistematis telah dilakukan oleh PT. Kalbe
Farma, Tbk. Penataan ini dilakukan untuk memudahkan dalam pencarian
dokumen. Penataan dan pengelolaan dokumen dilakukan oleh Departemen
Quality System (QS) dan juga oleh departemen lain yang terkait. Di samping
sistem dokumen secara manual, PT. Kalbe Farma, Tbk. juga menggunakan sistem
dokumen yang dibangun dalam suatu sistem jaringan komputer yang terintegrasi
(sistem Protean) antarbagian sehingga mudah diakses oleh masing-masing bagian
yang membutuhkan menggunakan jaringan komputer. Dalam tahap
pengembangan dan pemerataan system dokumentasi di PT. Kalbe Farma, Tbk.
dan Kalbe group makan sistem dokumentasi Protean akan diganti dengan sistem
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
kualitas produk yang dihasilkan oleh rekanan tol keluar maka dilakukan Audit
Rekanan tol keluar secara berkala.
Audit merupakan syarat kerjasama untuk perusahaan yang akan menerima
tol keluar PT. Kalbe Farma, Tbk. Audit dilaksanakan dua tahun sekali bila
diperlukan. Evaluasi prestasi rekanan tol keluar pemanufakturan dilakukan setiap
enam bulan sekali agar dapat mengevaluasi kinerja rekanan sesuai dengan
keinginan perusahaan. Evaluasi ini meliputi penyerahan, penyimpangan kualitas
dan kelengkapan dokumen.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
a. PT. Kalbe Farma, Tbk. telah menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik
(CPOB) dalam setiap aspek dan rangkaian proses produksinya yang meliputi
aspek manajemen mutu, personalia, bangunan, peralatan, sanitasi dan higiene,
produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri, penanganan keluhan terhadap obat,
penarikan kembali obat dan obat kembalian, dokumentasi, pembuatan dan
analisis terhadap kontrak, kualifikasi dan validasi.
b. Seorang apoteker dalam industri farmasi memiliki peranan yang penting, yaitu
sebagai kepala bagian produksi, kepala bagian pengawasan mutu dan kepala
bagian pemastian mutu. Dalam industri farmasi seorang apoteker berperan dan
bertanggung jawab sebagai tenaga profesional yang ikut dalam menentukan
kualitas produk yang dihasilkan melalui keahliannya dalam dunia kefarmasian
5.2 Saran
a. Mempertahankan dan meningkatkan setiap upaya yang telah dilakukan dalam
rangka menghasilkan produk yang berkualitas tinggi di PT. Kalbe Farma, Tbk.
termasuk penerapan CPOB dan standar mutu lainnya.
b. PT. Kalbe Farma, Tbk. sebaiknya terus meningkatkan kesadaran para
karyawan akan pentingnya penerapan CPOB dalam segala aspek, terutama
yang berkaitan dengan produksi.
50 Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI
Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2006). Pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (1990). Surat Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No.245/MENKES/SK/V/1990 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha Industri
Farmasi. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 656 Tahun 2007. (2007).
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
656/MENKES/SK/VI/2007 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan
Pemberian Izin Usaha Industri Farmasi. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Peraturan Pemerintah RI no. 72 Tahun 1998. (1998). Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia no. 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi
dan Alat Kesehatan. Jakarta.
PT. Kalbe Farma, Tbk. (2009). Annual Report PT. Kalbe Farma, Tbk. Cikarang:
PT. Kalbe Farma, Tbk.
Universitas Indonesia
Lampiran 1
Struktur Organisasi PT. Kalbe Farma, Tbk.
TUGAS KHUSUS
STELLA, S. Farm
1106047392
ANGKATAN LXXIV
TUGAS KHUSUS
STELLA, S. Farm
1106047392
ANGKATAN LXXIV
ii
iii
iv
1 Universitas Indonesia
1.4 Tujuan
a. Mengamati urutan kegiatan proses campur massa di Line 1 Departemen
Produksi
b. Membuat supporting document – instruksi kerja (SD-IK) pengoperasian mesin
mixing di Line 1 Departemen Produksi
Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Standarisasi
Improve Control
Universitas Indonesia
MANAJER LINE 1
PENANGGUNG
JAWAB LINE 1
ADMIN
KOORDINATOR KOORDINATOR
LAPANGAN LAPANGAN
Universitas Indonesia
Pembuatan
Pengikat
Area Abu-Abu Area Hitam
Pengemasan
Pengemasan
Granulasi Basah Sekunder
primer (blister)
(karton)
Pencetakan Pembungkusan
Pengeringan
Tablet dengan plastik
Pengemasan
Pencampuran Penyusunan di
Pengayakan dalam karton
massa palet
besar
Universitas Indonesia
11 Universitas Indonesia
12 Universitas Indonesia
pengoperasian alat pencampuran yang memiliki tujuan agar proses campur massa
dan cramping sesuai dengan spesifikasi yang dipersyaratkan. Selain itu, bertujuan
agar mesin tetap terawat dan operator melakukan pengoperasian dengan benar.
Supporting Document (SD) menjabarkan setiap prosedur secara berurutan dan
operator yang bertanggung jawab dalam melakukan prosedur tersebut.
SD-IK dibuat berdasar pada keadaan di mana mesin bekerja lancar, Line
stop yang minim dengan operator yang sudah memahami benar pekerjaannya.
Proses pembuatan SD-IK ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Membuat schedule atau time table
Time table bertujuan agar dalam pelaksanaan pendokumentasian dan
pembuatan SD-IK dapat berjalan dengan terarah dan konsisten. Pada awalnya,
pelaksaannya berjalan dengan lancar, namun terdapat sedikit pergeseran jadwal
karena beberapa hal antara lain mesin cetak bermasalah sehingga tertumpuknya
campur massa.
2. Pengamatan
Pengamatan dilakukan dari pukul 07.00. Pertama-tama dilakukan
pendekatan terhadap operator agar suasana menjadi nyaman sehingga terjalin
komunikasi dua arah yang efektif. Secara teknis, kesulitan tidak begitu dirasakan
untuk melakukan pengamatan karena operator sangat kooperatif dalam menjawab
setiap pertanyaan yang diajukan. Operator juga dengan baik menjelaskan setiap
langkah yang dilakukannya. Saat pengoperasian, operator menggunakan acuan
protap pengoperasian yang dipadukan dengan pengalaman terhadap mesin yang
dijalankan.
Saat prosedur pembuatan obat, operator selalu mengacu kepada Prosedur
Pengolahan Induk (PPI) yang sesuai dengan proses yang akan dijalankan. Hasil
pengamatan dilapangan dicatat secara detail langkah demi langkah serta
didokumentasikan langkah-langkah yang dilakukan oleh operator tersebut serta
dicocokkan dengan yang tertulis di protap. Pengamatan ini juga tidak selalu
dilakukan pagi hari, namun dapat berubah sesuai dengan kebutuhan.
3. Pembuatan dokumen SD-IK
Setelah pengamatan dilakukan pada pagi hari, selanjutnya pukul 12.30-
15.30 dilakukan pembuatan dokumen SD-IK. Pertama-tama, hasil pengamatan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2. IK Setting Alat
Urutan kerja yang dilakukan operator IK setting alat antara lain:
a. Menggeser tanda panah dari “Nama Operator” ke bagian “Batch Produk”
dengan menekan “Enter”. Tahap ini termasuk ke dalam Q karena
berhubungan dengan kualitas produk.
b. Pemastian parameter “Set Time” dan “Set Speed”. Urutan kerja ini masuk ke
dalam faktor Q karena berhubungan dengan kualitas produk yang dihasilkan.
c. Menekan kotak “Auto” di layar. Urutan kerja ini termasuk ke dalam faktor Q.
Detail urutan kerja/item control yang dapat dijelaskan adalah akan muncul
tampilan layar baru dan kemudian tekanlah kotak “Start”.
3. IK Pencampuran Massa
a. Memastikan bin telah berada di atas mesin Zanchetta dengan benar. Tahap ini
merupakan faktor Q karena berhubungan dengan kualitas produk.
b. Memastikan rantai telah terpasang di sekeliling mesin Zanchetta. Tahap ini
merupakan faktor S karena berhubungan dengan keselamatan kerja.
c. Menekan kotak “Start” yang ada di layar panel mesin Zanchetta. Tahap ini
merupakan faktor Q.
Universitas Indonesia
4. IK Persiapan Akhir
a. Memastikan mesin Zanchetta telah berhenti berputar secara sempurna. Tahap
ini merupakan faktor S karena berhubungan dengan keselamatan kerja. Detail
urutan kerja tahap ini adalah memperhatikan pengunci terbuka secara
otomatis dan kembali ke posisi awal.
b. Memutar kunci abillitation. Tahap ini merupakan faktor Q dan detail urutan
kerjanya adalah memutar berlawanan arah jarum jam.
c. Memutar panel Power Swtich Mesin Zanchetta. Tahap ini merupakan faktor
Q dan detail urutan kerja yang ada adalah memutar searah jarum jam.
Universitas Indonesia
A. Kesimpulan
1. Hasil pengamatan yang diperoleh berupa urutan kegiatan mulai dari
persiapan awal pengoperasian, setting alat, pengoperasian mesin, dan persiapan
akhir.
2. SD-IK dibuat dengan cara pengamatan langsung terhadap kegiatan yang
dilakukan oleh operator, dan kemudian dibahas dengan manager project serta
penganggung jawab line. Sehingga adanya SD-IK ini diharapkan urutan kerja
yang dibuat sudah terstandar dan dapat menghilangkan pemborosan sehingga
menjadi lebih efisien.
A. Saran
Untuk dapat mencapai tujuan dari penerapan konsep Lean yang berupa
pembuatan Supporting Document-Instruksi Kerja di PT. Kalbe Farma Tbk., maka
dapat dipertimbangkan beberapa saran sebagai berikut :
1. Penerapan SD-IK di bagian Produksi Line 1 sebaiknya dilakukan secara
berkala, karena masalah yang timbul sangat bervariasi dan bisa berkembang tiap
waktu pada proses produksi sehingga tindakan perbaikan yang perlu diambil juga
akan berbeda.
2. Karyawan harus diyakinkan bahwa SD-IK bukanlah program sesaat dan
manajemen benar-benar berkomitmen untuk program ini.
3. Pembuatan SD-IK dapat mulai direvisi lebih lanjut sehingga akhirnya dapat
benar-benar diterapkan.
17 Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Kalbe Farma. (2012). Materi Induksi. Cikarang: PT. Kalbe Farma, Tbk.
Kalbe Farma. (2010). Annual Report PT. Kalbe Farma, Tbk. Cikarang: PT. Kalbe
Farma, Tbk.
Liker, Jeffrey K., and Meier D. (2006). The Toyota Way : Fieldbook A Practical
Guide for Implementing Toyota’s 4Ps. USA: McGraw-Hill Companies, Inc.
Putra, A.R. (2011). Penerapan Simulasi Pada Perusahaan Berbasis Lean. Jurnal
Teknik Industri Vol 1 (2).
Tim Revisi Cara Pembuatan Obat yang Baik. (2006). Pedoman Cara Pembuatan
Obat yang Baik. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan
Womack, J.P. and Daniel T.J. (1998). Lean Thinking Free Pass. USA: Mc-
GrawHill Companies, Inc.
Universitas Indonesia