Professional Documents
Culture Documents
Kinetika Reaksi Esterifikasi Gliserol de PDF
Kinetika Reaksi Esterifikasi Gliserol de PDF
2, 2011 35
Abstract
Biodiesel is an environmentally friendly alternative fuel. The increase of biodiesel production is followed by
the increase of the glycerol as by product. Therefore, conversion of glycerol into other products to increase its
economic value should be done such as converting it to triacetin. Triacetin is a product from a reaction between
glycerol and acetic acid. The use of solid catalysts such as ion exchange resin 225 Indion Na is an alternative
method to ease product separation.
Preparation of triacetin was conducted in a batch reactor with a stirring speed of 1000 rpm, at temperature of
333 K – 373 K, catalyst diameter of 0.085 cm, the reactant ratio of 7 gmol acetic acid / gmol glycerol, and
catalyst concentration of 3% to weight of acetic acid. The sample was taken every 15 minutes in a reaction time
of 90 minutes then was analized for free acid concentration. Total acid, free acid, and total glycerol were also
determined by volumetric method at the early stage of reaction.
The results showed that the highest conversion as high as 41.7% was achieved at 373 K. It was found that the
reaction rate was the controlling step. The effect of temperature to rate of reaction constants in the temperature
range of 333 K – 373 K can be expressed as follows:
7,955.56
kr = 3.344 x 105 exp (- ) (1/s)
T
Keywords: esterification, acetic acid, glycerol, Indion 225 Na, triacetin, biodiesel
Abtsrak
Biodisel merupakan bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan. Dengan semakin meningkatnya proses
pembuatan biodiesel, maka akan diikuti dengan meningkatnya produk samping berupa gliserol. Untuk itu, usaha
pengolahan gliserol menjadi produk lain harus dilakukan, agar nilai ekonomi gliserol makin meningkat. Salah
satunya adalah dengan mengolahnya menjadi triacetin. Triacetin merupakan hasil reaksi antara gliserol dan
asam asetat. Penggunaan katalisator padat berupa resin penukar ion Indion 225 Na dimaksudkan untuk
mempermudah pemisahan hasil reaksi.
Pembuatan triacetin pada penelitian ini dilakukan dalam reaktor batch, dengan kecepatan pengadukan 1000
rpm, suhu reaksi 333 K – 373 K, menggunakan katalisator padat ukuran diameter 0,085 cm, perbandingan
pereaksi 7 gmol asam asetat/gmol gliserol, dan konsentrasi katalisator 3% berat asam asetat. Pengambilan
sampel dilakukan setiap 15 menit sampai waktu reaksi 90 menit untuk dianalisis kadar asam bebasnya.
Disamping itu, asam total, asam bebas, dan gliserol total pada saat awal reaksi ditentukan secara volumetri.
Hasil percobaan menunjukkan konversi tertinggi diperoleh sebesar 41,7% pada suhu 373 K, dan laju reaksi
merupakan langkah yang mengontrol. Pengaruh suhu terhadap konstanta kecepatan reaksi pada kisaran 333 K –
373 K dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:
7.955,56
kr = 3,344 x 105 exp (- ) (1/detik)
T
Kata kunci: esterifikasi, asam asetat, gliserol, Indion 225 Na, triacetin, biodisel
menjadi produk lain harus dilakukan agar nilai Menurut Smith (1981) untuk reaksi searah,
tambah gliserol mengalami peningkatan. Gliserol konsentrasi hasil tidak mempengaruhi kecepatan
bila diesterifikasi dengan asam asetat akan reaksi. Jika reaksi searah dan tahap desorpsi
membentuk triacetin (gliserol triasetat). Untuk sangat cepat persamaan (7) dan (8) dapat
mempercepat reaksi antara gliserol dan asam diabaikan. Pada kondisi steady state, rGm= rGx,
asetat maka penggunaan katalisator sangat maka diperoleh:
diperlukan. Pada penelitian ini digunakan 𝑘 𝑔 𝑎 𝑚 𝐶𝐺
katalisator padat berupa resin Indion 225 Na 𝐶𝐺 𝑠 = 1 (9)
𝑘 𝑔 𝑎 𝑚 + 𝑘 1 𝑚 𝐶𝐴 𝑠
3
dengan maksud untuk mempermudah proses
pemisahan hasil reaksi (Choi dkk., 1996). Substitusi persamaan (9) ke persamaan (3)
1
Anindito (2008) telah melakukan pembuatan dengan CG = CGo - 3CAoXA , diperoleh :
triacetin dari gliserol dan asam asetat memakai
1 1
katalisator asam sulfat. Kondisi terbaik diperoleh 𝐶 𝑑𝑋 𝐴 𝑘 𝑚 𝐶𝐴 𝑠 𝑘 𝑔 𝑎 𝑚 1
3 𝐴𝑜 3 1
= 1 (𝐶𝐺𝑜− 𝐶𝐴𝑜 𝑋𝐴 ) (10)
pada perbandingan pereaksi 6 gmol asam 𝑑𝑡 𝑘 𝑔 𝑎 𝑚 + 𝑘 1 𝑚 𝐶𝐴 𝑠 3
3
asetat/gmol gliserol, konsentrasi katalisator 1
𝑘 𝑚 𝐶𝐴𝑆 𝑘 𝑔 𝑎 𝑚
3 1
0,67% berat gliserol, dan konversi sebesar 85%. Jika 𝐾𝑜 = 1 , maka menjadi:
Sedangkan Gelosa dkk. (2003) mempelajari 𝑘 𝑔 𝑎 𝑚 + 𝑘 1 𝑚 𝐶𝐴 𝑠
3
reaksi esterifikasi gliserol dengan asam asetat 1 1 1
memakai katalisator resin Amberlyst-15 dalam 𝐾𝑜
=1 + 𝑘𝑔 𝑎 𝑚
(11)
𝑘 𝑚 𝐶𝐴 𝑠
3 1
reaktor kromatografi. Kondisi terbaik diperoleh
pada suhu 100°C, perbandingan pereaksi 3,9 Karena asam asetat berlebih maka CAs di per-
gmol asam asetat/gmol gliserol, dengan konversi mukaan butir katalisator diasumsikan konstan,
1
50%. sehingga dapat diasumsikan 3 𝑘1 𝑚 𝐶𝐴 𝑠 = 𝑘𝑟 .
Mekanisme reaksi pembentukan triacetin Jika dimisalkan kg a m = kc , maka persamaan
pada reaksi esterifikasi antara gliserol dan asam (11) berubah menjadi:
asetat adalah sebagai berikut: 1
𝐾𝑜 = 1 1 (12)
Gliserol + 3 Asam asetat ↔ Triacetin + 3 Air (1) +
𝑘𝑟 𝑘𝑐
Menurut Smith (1981), reaksi fase cair dengan Persamaan (10) menjadi :
katalisator padat pejal terdiri atas tahapan sebagai 𝑑𝑋𝐴 3 1
berikut: 𝑑𝑡
= 𝐾𝑜 𝐶 ( 𝐶𝐺𝑜 − 3 𝐶𝐴𝑜 𝑋𝐴 ) (13)
𝐴𝑜
- Perpindahan massa zat pereaksi dari cairan ke
permukaan butir katalisator Nilai Ko dapat dicari dengan cara minimasi
sum of square of errors (SSE) menggunakan
rAm = ka a m (CA-CAs) (2) program Matlab dari konversi asam asetat
rGm =kg a m (CG-CGs ) (3) terhitung dan konversi asam asetat aktual.
- Reaksi di permukaan butir katalisator SSE = ∑(Xhitung – Xdata)2 (14)
𝑚 𝐶𝑇𝑆 . 𝐶𝑊𝑆 Sementara untuk harga koefisien transfer
𝑟𝐴𝑥 = 𝑘1 ( 𝑚 𝐶𝐴𝑆. 𝐶𝐺𝑆 − 𝐾𝑒
) (4)
massa (kc) dapat dicari dengan menggunakan
1 𝑚 𝐶𝑇𝑆 . 𝐶𝑊𝑆 persamaan sebagai berikut:
𝑟𝐺𝑥 = 3 𝑘1 ( 𝑚𝐶𝐴𝑆. 𝐶𝐺𝑆 − 𝐾𝑒
) (5)
𝑆ℎ 𝐷𝐺𝐴
𝑘𝑐 = 𝑑𝑝
𝑎. 𝑚 (15)
Karena asam asetat berlebih sebesar 2,3 kali
dari kebutuhan stoikiometrinya, maka reaksi Nilai bilangan Sherwood (Sh) dihitung
kearah kiri diasumsi sangat kecil dan dapat menggunakan persamaan Frossling berikut:
diabaikan, sehingga persamaan (5) menjadi :
𝑆ℎ = 2+0,6 𝑅𝑒1/2 𝑆𝑐1/3 (16)
1
𝑟𝐺𝑥 = 𝑘1 𝑚 𝐶𝐴𝑆. 𝐶𝐺𝑆 (6)
3
menggunakan data 𝐾𝑜 hasil simulasi pada model (Ao), konsentrasi asam bebas (Ab), dan
di atas akan diperoleh nilai kr (konstanta konsentrasi gliserol awal/total (Go). Selanjutnya
kecepatan reaksi). Jika nilai 𝑘𝑐 ≫ 𝑘𝑟 maka reaksi katalisator dimasukkan dan waktu dicatat
pada permukaan butir katalisator yang sebagai waktu awal reaksi. Setiap selang waktu
mengendalikan sehingga 𝐾𝑜 ≈ 𝑘𝑟 , sebaliknya 15 menit sampel diambil untuk dianalisis asam
jika nilai 𝑘𝑟 ≫ 𝑘𝑐 maka perpindahan massa zat bebasnya (Ab). Reaksi dihentikan setelah waktu
pereaksi ke butir katalisator yang mengendalikan reaksi 90 menit. Percobaan diulangi dengan
sehingga 𝐾𝑜 ≈ 𝑘𝑐 . variasi suhu lainnya.
5 0,43 suhu = 60 C
0,41 suhu = 70 C
4 0,39 suhu = 80 C
Keterangan gambar :
konversi, bagian
0,37 suhu = 90 C
1. Pemanas mantel
suhu = 100 C
2. Labu leher tiga 0,35
3 3. Pengaduk merkuri
7 0,33
4. Termometer
5. Pendingin balik 0,31
6. Motor pengaduk
7. Pengambil Sampel 0,29
2
8. Penampung sampel 0,27
8 1
0,25
Gambar 1. Rangkaian alat esterifikasi gliserol dengan 0 2000 4000 6000
asam asetat
waktu (detik)
Gambar 2. Hubungan antara konversi dan waktu
Jalannya Penelitian untuk pelbagai suhu
Gliserol dengan volume tertentu dimasukkan
ke dalam reaktor, kemudian dipanaskan sampai Terlihat dari Gambar 2 bahwa konversi
mendekati suhu yang diinginkan. Selanjutnya tertinggi pada kisaran suhu 70°C - 100°C
asam asetat dengan volume tertentu dipanaskan dihasilkan pada suhu 100°C yaitu sebesar
sampai suhu tertentu dalam gelas piala, dan 41,77%. Hal ini terjadi karena dengan dinaikkan
dimasukkan ke dalam reaktor, dan reaktor suhu reaksi maka energi yang dimiliki oleh
dipanaskan sampai suhu yang diinginkan, sambil molekul-molekul pereaksi bertambah besar
pengaduk dijalankan. Sampel larutan diambil dalam mengatasi energi aktivasinya. Hal ini
untuk dianalisis konsentrasi asam awal/asam total menyebabkan tumbukan antar molekul
38 Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 5, No. 2, 2011
0,45
Xa dat 60 C
11,0
Xadat.70 C
10,5
Xadat.80 C
10,0
Konversi, bagian
0,40 Xadat.90 C
Xadat.100 C 9,5
9,0
-ln kr
8,5
0,35 y = 7715.x - 12.73
8,0
7,5
7,0
0,30 6,5
6,0
0,0026 0,0027 0,0028 0,0029 0,0030 0,0031
0,25 1/T
:
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000
Gambar 4. Hubungan -ln kr data dan 1/T
waktu (detik)
Gambar 3. Hubungan konversi dan waktu pada Dari hasil linierisasi persamaan Arrhenius
pelbagai suhu (garis menunjukkan hasil pada Gambar 4 diperoleh persamaan (16).
perhitungan) 66142,51
kr = 3,344 x 105 exp (- ) (16)
RT
Seperti terlihat pada Gambar 3, model yang dengan kesalahan relatif rerata sebesar 17,41%.
digunakan cukup baik untuk menggambarkan
proses yang terjadi selama proses reaksi. Untuk
Kesimpulan
mencari langkah yang lebih menentukan antara
perpindahan massa dan kecepatan reaksi, maka Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat
besarnya nilai koefisien perpindahan massa (kc) diambil kesimpulan sebagai berikut:
dan nilai kr harus diketahui. Nilai kc dihitung 1. Resin penukar ion Indion 225 Na dapat
dengan persamaan (15), dengan demikian nilai kr digunakan sebagai katalisator pada esterifikasi
pada pelbagai suhu dapat ditentukan. Hasil gliserol dengan asam asetat dengan konversi
perhitungan nilai kc dan kr tersaji pada Tabel 1. tertinggi diperoleh pada suhu 100°C sebesar
Dari Tabel 1 terlihat bahwa nilai 𝐾𝑜 hampir 41,7%.
sama dengan kr. Ini menunjukkan bahwa laju 2. Perhitungan model matematik menunjukkan
reaksi merupakan langkah yang menentukan / laju reaksi merupakan langkah yang
mengontrol. Hal ini sesuai dengan penelitian- menentukan.
penelitian sebelumnya dengan katalisator resin
penukar ion seperti Pireira dkk. (2008) yang
mengevaluasi kinetika dan kesetimbangan
termodinamika pada esterifikasi asam laktat
Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 5, No. 2, 2011 39