Professional Documents
Culture Documents
SITI NAMIRA Fkik PDF
SITI NAMIRA Fkik PDF
Skripsi
Disusun oleh:
SITI NAMIRA
(109104000014)
ABSTRACT
ARI (Acute Respiratory Infection) is one of the leading causes of death in the
world and Indonesia. There are many preschooler experience ARI in Kampung
Pemulung South Tangerang. The environment in Kampung Pemulung is far from
healthy life and there is no previous research about ARI, so researchers are
interested to see description of the factors (individual children, the environment,
and parental behavior) in Kampung Pemulung on the incidence of ARI. The
purpose of this study was to determine the description of the factors influence the
incidence of ARI in preschool children in Kampung Pemulung South Tangerang.
Method of this study are quantitative approach with a descriptive research design.
Data were collected by 46 respondents using questionnaires. The results this study
were large percentage of the occupant density factor (78.3%), a small ventilation
(76.1%), air pollution in the home (69.1%) and child are not getting complete
immunization (56.5%). The society in Kampung Pemulung are expected to
minimize the factors that influence ARI in children by giving complete
immunization and pay attention to the environment for child health..
vii
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
ABSTRAK
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) merupakan salah satu penyakit penyebab
kematian terbesar di dunia maupun di Indonesia. Banyak anak dengan usia
prasekolah mengalami ISPA di Kampung Pemulung Tangerang Selatan.
Umumnya Kampung Pemulung merupakan lingkungan yang jauh dari hidup sehat
dan di lingkungan ini sebelumnya belum ada yang meneliti mengenai ISPA,
sehingga peneliti tertarik untuk melihat gambaran faktor-faktor (individu anak,
lingkungan, dan perilaku orangtua) yang ada di Kampung Pemulung terhadap
kejadian ISPA. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran faktor-
faktor yang mempengaruhi kejadian ISPA pada anak prasekolah di Kampung
Pemulung Tangerang Selatan.
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian
deskriptif. Data dikumpulkan sebanyak 46 responden dengan menggunakan
kuesioner. Hasil yang didapatkan dengan persentase yang besar yakni faktor
kepadatan penghuni (78.3%), ventilasi yang kecil (76.1%), pencemaran udara
dalam rumah (69.1%) dan faktor anak yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap
(56.5%). Warga kampung pemulung diharapkan dapat meminimalkan faktor yang
mempengaruhi ISPA dengan cara anak-anak warga kampung pemulung diberikan
imunisasi secara lengkap dan memperhatikan lingkungan sekitar untuk kesehatan
anak.
.
viii
ix
x
xi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
PENDIDIKAN
1. TK Gelatik Pertiwi 1995-1997
2. SDN Jati Asih 02 1997-2003
3. SMP Permata Sakti 2003-2006
4. SMAN 06 Bekasi 2006-2009
5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2009-sekarang
ORGANISASI
1. Pramuka 2003-2006
2. Paskibra 2003-2006
3. OSIS 2004-2005
4. PMR 2006-2009
5. Science Club 2008-2009
6. BEMJ IK 2010-2012
xii
PERSEMBAHAN
(QS. Al-Ankabut:69)
Dan orang-orang yang berjihat untuk (mencari keridhaan). Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan
mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik."
Sesungguhnya bersama kesulitan itu pasti ada kemudahan, maka apabila engkau telah selesai (dari
sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau
berharap”
Hanya puji dan syukur yang hanya dapat kuberikan kepada-Mu ya Allah
semangat tiada henti dan selalu memberiku doa setulus hatinya serta dengan
sabar dan tanpa memperhitungkan apa yang diberikan kepadaku. Semoga ini
adalah awal dari keberhasilanku yang baik atas dukungannya dan doanya.
Kupersembahkan juga skripsi ini untuk saudara-saudara ku, teman-teman ku, dan sahabat-
sahabatku yang ikut mendukung serta mendoakanku hingga mencapai dititik ini.
xiii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia serta ridha-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Gambaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian ISPA pada Anak
Prasekolah di Kampung Pemulung Tangerang Selatan”.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Keperawatan (S.Kep) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta menerapkan ilmu
yang didapatkan oleh penulis dalam perkuliahan.
Penulis telah berusaha untuk menjadikan tulisan ilmiah yang rapi dan
sistematik sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Penulis menyadari bahwa
penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan kerendahan
hati dan tangan terbuka penulis mengharapkan saran dan kritik yang berguna
untuk penyempurnaan skripsi ini.
1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Prof. Dr. dr. MK Tadjudin Sp.And selaku Dekan FKIK Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, M.KM selaku Ketua Program Studi
Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Eni Nur’aini Agustini, S.Kep, M.Sc selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
5. Ibu Ernawati S.Kep, M. Kep, Sp. KMB selaku Pembimbing Akademik
xiv
6. Ibu Ns. Yanti Riyantini. M.Kep.Sp.KepAn selaku pembimbing 1 dan Ibu Ita
Yuanita, S.Kp, M.Kep selaku pembimbing 2 yang dengan sabar membimbing
dan memberi pengarahan kepada penulis.
7. Bapak/Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan
kepada penulis serta seluruh staf dan karyawan di lingkungan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Walikota Tangerang Selatan yang telah mengizinkan saya untuk melakukan
penelitian dan warga Kampung Pemulung Tangerang Selatan yang telah
bersedia menjadi responden penelitian saya.
9. Keluarga tercinta yaitu Ayah penulis Dr. Moch Rum Alim S.E,M.Si, Ibu
penulis Alm. Aah Mamduha, kakak penulis Fathan Fajri, dr. Farhannisa,
Asmida Kurnia Mala S.S, dan adik penulis Mahdi Yasri Alim, Fathin Zabir
Alim serta keluarga besar penulis yang terus menerus memberikan doa dan
dorongan selama penulis mengikuti pendidikan di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
10. Sahabat-sahabat penulis yaitu Aresy Quratul Aini, Febriyani Pamikatsih,
Henditania Indrasetiawati, Ike Yulianti, Musiskah, Khoirun Eki Mardian,
Walidatul Mardliyah, Eva Noviani dan seluruh teman-teman angkatan 2009
yang telah memberikan semangat, dukungan, dan dorongan kepada penulis.
Semua pihak yang telah membantu selesainya proposal skripsi ini baik dalam
persiapan, dan pelaksanaan yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam
kesempatan ini.
Siti Namira
xv
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian............................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian.......................................................................... 7
E. Ruang Lingkup .............................................................................. 8
xvi
7. Pencegahan ............................................................................... 15
8. Penatalaksanaan ....................................................................... 16
9. Faktor Risiko ............................................................................ 17
B. Anak Prasekolah ............................................................................ 26
C. Penelitian Terkait ........................................................................... 29
Kerangka Teori ............................................................................... 31
BAB VI PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat ................................................................................. 53
B. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 66
xvii
BAB VII PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 67
B. Saran ..................................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
xviii
DAFTAR TABEL
Selatan
xix
DAFTAR BAGAN
xx
DAFTAR LAMPIRAN
xxi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sehat yaitu dalam keadaan yang sempurna dan bebas dari segala penyakit
seseorang yang sehat baik secara fisik, mental, sosial, dan spiritual, tidak hanya
bebas dari penyakit dan kelemahan. Seseorang yang tidak sehat dikatakan dalam
seseorang, selain itu pun kesakitan juga dapat sebagai penyebab kematian pada
seseorang jika kesakitan tersebut tidak ditangani atau tidak tertangani (Potter &
Perry, 2005). Penyebab kematian dari suatu kesakitan banyak sekali terjadi, dari
Menurut data dari WHO tahun 2007 setiap tahunnya hampir empat juta
Penyebab kematian ini tingkat mortalitasnya sangat tinggi pada bayi, anak-anak,
dan lansia, terutama di negara dengan pendapatan yang menengah dan rendah.
Kematian yang terbanyak dari tahun ke tahun adalah penyakit infeksi saluran
pernapasan akut dan diare pada anak. WHO memperkirakan insidens Infeksi
1
2
balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada
kematian anak, terutama jumlah ISPA pneumonia. Menurut data hasil dari Riset
pada Bayi: 2.2 %, Balita: 3%, angka kematian (mortalitas) pada bayi 23,8%, dan
Balita 15.5%. Berdasarkan data dari Suseda Jawa Barat (2012) angka kejadian
ISPA (batuk, pilek, sesak nafas) mencapai 47.77%. Data yang di dapatkan dari
Pemerintah Provinsi Banten, ISPA tercatat mencapai 103.640 kasus pada bulan
Selatan, ISPA merupakan salah satu penyakit terbesar dari sepuluh penyakit
terbesar di Kota Tangerang Selatan dengan kasus mencapai 7.864 orang dan
1.079nya adalah kasus anak-anak dengan usia satu hingga lima tahun pada bulan
Januari hingga Agustus 2012. Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering
diperkirakan 3-6 kali per tahun, ini berarti seorang balita rata-rata mendapat
mukosa dan adanya pengeluaran eksudat serosa mukopurulent atau yang sering
paru-paru. ISPA merupakan infeksi yang menyerang secara cepat dan berbahaya
jika tidak diberi tindakan. ISPA mudah sekali menyerang anak-anak terutama
kekebalan tubuh yang dimiliki masih rendah atau imunitas yang dimiliki belum
terbentuk sempurna terutama penyakit infeksi (Meadow & Simon, 2005). Anak
dibawah lima tahun atau anak masa prasekolah adalah dimana anak sedang
aktif-aktifnya, ingin mengetahui segala bentuk dan segala rupa yang dilihat
olehnya, senang bermain air, bermain di luar rumah, dan banyak sekali yang
ingin dilakukannya, selain itu pula anak dengan usia prasekolah memiliki
kcenderungan nafsu makan yang menurun. Anak pada masa usia prasekolah ini
juga sudah mengenal berbagai macam permainan dan ingin bermain dengan
yang ingin dilakukannya dan napsu makan menurun atau asupan nutrisi tidak
4
Anak dengan usia kurang dari enam tahun merupakan salah satu faktor
risiko dari penyakit ISPA. Faktor risiko ini juga dilengkapi dengan individu anak
dilihat dari usia anak, berat badan lahir, status gizi, kekurangan vitamin A (Kazi,
2009). Faktor risiko terjadinya ISPA pada anak juga tidak hanya faktor dari
individu anaknya saja melainkan faktor lingkungan dan faktor perilaku keluarga
(Depkes, 2004). Faktor lingkungan dilihat dari pencemaran udara dalam rumah,
penaggulangan yang dilakukan oleh keluarga baik ibu, bapak, ataupun anggota
keluarga lain untuk menjaga kesehatan anak dan terhindar dari penyakit ISPA
(Depkes, 2004).
oleh Sulistyoningsih dan Redi (2010) dengan hasil bahwa di Wilayah Puskesmas
pendidikan ibu, status ekonomi, status gizi balita, jenis kelamin balita, dan status
imunisasi balita berhubungan dengan penyakit ISPA pada balita usia 12-60
bulan. Penelitian yang diteliti oleh Kazi (2009) mengenai faktor risiko ISPA
pada anak balita di Bangladesh ditemukan bahwa usia anak, jenis kelamin, berat
faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita di Kabupaten Pati
5
adalah kepadatan hunian ruang tidur, ventilasi ruang tidur, keberadaan anggota
Kabupaten Pati.
sekali barang bekas atau barang-barang yang diambil dari tempat sampah,
yang seperti ini dikhawatirkan anak yang berusia kurang dari lima tahun mudah
Pemulung juga ditempati oleh warga yang pindahan dari luar dan tidak terdata di
daerah sekitar serta warganya pun yang tidak memiliki KTP sehingga sulit untuk
suatu penyakit dan tidak terdata bila anak menderita suatu penyakit (Ameriayani,
2006).
bahwa anak-anak yang terdapat disana ditemukan dari 11 anak yang berusia 2-5
tahun dan 9 anaknya mengalami ISPA dengan gejala batuk dan pilek. Hasil yang
ditemukan ini lebih banyak anak yang ditemukan dengan gejala ISPA daripada
yang tidak mengalami gejala ISPA. Kejadian ini membuat peneliti ingin
Pemulung.
B. Rumusan Masalah
anak-anak. ISPA di kota Tangerang Selatan adalah salah satu penyakit terbesar
yang menyerang anak-anak yaitu mencapai 1.079 kasus (Dadang, 2012). Anak-
anak dengan usia dibawah lima tahun mudah sekali terkena infeksi karena
imunitas yang dimiliki belum terbentuk sempurna (Meadow & Simon, 2005),
selain itu anak dengan usia ini memiliki banyak aktifitas dan menagalami
penurunan pola makan (Hidayat, 2008). Nutrisi yang kurang atau status gizi
yang kurang dan anak dengan usia kurang dari enam tahun merupakan faktor
risiko terjadinya penyakit ISPA. Faktor-faktor penyebab ISPA tidak hanya itu
namun faktor lingkungan dan perilaku keluarga juga merupakan risiko anak
risiko yang menyebabkan kejadian ISPA di Bangladesh antara lain yakni; usia
anak, jenis kelamin, berat badan, dan kekurangan vitamin A. Hasil studi
dibawah 5 tahun dan ditemukan 9 anak mengalami tanda gejala ISPA yaitu
batuk pilek. Kejadian yang ditemukan ini membuat peneliti ingin mengetahui
Kampung Pemulung?
7
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tangerang Selatan.
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat
penyakit ISPA.
tentang penyakit ISPA secara mendalam dan sebagai penerapan ilmu yang
E. Ruang Lingkup
Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup yang diteliti sebagai
berikut:
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
fungsi bila reaksi radang pejamu terpanggil. Saluran pernafasan adalah organ
yang mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya (sinus-sinus,
rongga telinga tengah dan pleura), sedang infeksi akut adalah infeksi yang
sampai 14 hari, dimana secara klinis suatu tanda dan gejala akut akibat
menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung
9
10
seperti sinus, rongga telinga bawah, dan pleura (WHO, 2011). ISPA adalah
infeksi saluran pernapasan akut yang ditandai dengan batuk pilek, anak
sering sekali terkena 2 sampai 3 kali dalam sebulan. Anak dengan batuk
pilek pada anak lamanya sekitar 2 sampai 3 hari, namun bila lebih dari satu
akut adalah proses inflamasi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atipikal
2. Etiologi
sinsisial pernapasan, dan rinovirus (Junaidi, 2010). Etiologi ISPA terdiri dari
300 lebih jenis virus, bakteri dan riketsia serta jamur. Virus penyebab ISPA
3. Penularan ISPA
merupakan bentuk dari penyebab penyakit tersebut ada dua, yakni: droplet
nuclei (sisa dari sekresi saluran pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh
berupa droplet dan melayang di udara) dan dust (campuran antara bibit
sebagian besar ISPA adalah melalui droplet, tapi penularan melalui kontak
(termasuk kontaminasi tangan yang diikuti oleh inokulasi tak sengaja) dan
aerosol pernapasan infeksius berbagai ukuran dan dalam jarak dekat dapat
4. Klasifikasi
sindrom croup (terdiri dari epiglotis, laring dan trakea), dan saluran
croup terdiri dari laringitis akut, laringitis spasmodik akut, epiglotitis akut,
dan trakeitis akut. Infeksi saluran pernapasan bawah terdiri dari bronchitis
yaitu: pneumonia berat dan bukan pneumonia. Untuk golongan umur 2 bulan
5. Manifestasi Klinis
Tanda dan Gejala pada ISPA adalah batuk, sakit kepala, sakit
pneumonia
13
a. ISPA ringan
berikut:
1) Batuk
b. ISPA sedang
ISPA sedang yaitu jika dijumpai gejala dari ISPA ringan disertai
1) Pernapasan cepat :
c. ISPA berat
bernapas
3) Kesadaran menurun
14
6. Patogenesis ISPA
melalui saluran pernapasan yakni dengan cara anak menghirup udara yang
sel yang untuk membunuh mikroba sehingga terjadi reflek batuk dan juga
tubuh lemah tidak dapat melawan mikroba, hingga mikroba dapat terus
produksi sekret sehingga tubuh merasa tidak nyaman, merasa gatal dalam
(Muttaqin, 2008).
terjadi sesak napas, menggunakan otot bantu napas dan napas menjadi tidak
tidak nafsu makan, mual, berat badan menurun, lemah, dan aktifitas menjadi
7. Pencegahan
tahan tubuh atau memperbaiki gizi dengan makan makanan yang bergizi,
atau beri pengobatan bila mulai muncul tanda-tanda ISPA. Tempat tinggal
sedapat mungkin memiliki ventilasi yang baik dan tidak terlalu penuh
yang melayang di udara jika diperkirakan ada penyebab ISPA untuk menular,
16
bersih, hindari anak dari asap yang membuat anak untuk sulit bernapas.
Pencegahan ini juga dilakukan orang tua atau keluarga menggunakan etika
batuk dengan cara ketika batuk menutup mulut dengan sapu tangan atau
tissue, selain itu juga untuk individu anak dilakukan peningkatan kekebalan
8. Penatalaksanaan ISPA
dengan petunjuk bagan MTBS, untuk gejala batuk bukan Pneumonia beri
pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman, jika batuk lebih dari 3
antibiotik yang sesuai, beri pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman
dan Pneumonia berat beri dosis pertama antibiotik yang sesuai dan dirujuk
a. Pemberian makanan
b. Pemberian cairan
nafas menjadi cepat, anak tidak mau minum, sakit anak lebih parah.
9. Faktor Risiko
pada orang tua yang menurunkan ketahanan tubuhnya terhadap anak, selain
itu dibutuhkan penegetahuan orang tua untuk menjaga daya tahan tubuh anak.
ISPA secara umum yaitu faktor lingkungan, faktor individu anak, serta
yang mudah sekali terkena penyakit ISPA. Umur anak, status kondisi
anak saat lahir, status kekebalan tubuh anak, status gizi anak, dan status
1) Umur anak
bayi dan usia dini pada anak-anak. ISPA pada umumnya infeksi
pertama yang menyerang bayi dan balita selain itu kekebalan tubuh
yang dialami oleh bayi dan balita belum terbentuk sempurna. Usia
anak dengan usia kurang dari 6 tahun belum memiliki imunitas yang
paru yang belum sempurna dan otot pernafasan yang masih lemah.
ISPA.
3) Status gizi
zat gizi atau zat makanan yang diperlukan oleh tubuh manusia antara
sehingga gizi yang diperlukan oleh tubuh adala gizi yang seimbang
yaitu gizi yang terpenuhi namun tidak kurang atau pun tidak lebih
anak karena dengan adanya gizi kurang anak akan mudah rentan
gizi balita maka semakin tingga frekuensi ISPA pada balita di Jawa
Tengah. Status gizi anak dapat dilihat dari berat badan anak
disbanding dengan usia anak (BB/U) atau juga dapat dilihat dari berat
4) Imunisasi
dasar ini diberikan pada anak sesuai dengan usianya. Anak yang
2009).
21
b. Faktor lingkungan
dari luar ruangan masuk ke dalam ruangan selain itu juga dapat
2008).
Hal ini dapat terjadi pada rumah yang ventilasinya kurang dan
2) Ventilasi rumah
udara dari dalam ke luar atau udara dari luar yang telah diolah
Kabupaten Jepara.
24
sehingga jika dalam satu rumah berisi 4 orang maka luas rumah
c. Faktor perilaku
tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit seperti perilaku
penyakit ISPA pada bayi dan balita dalam hal ini adalah praktek
keluarga dan dapat menular. Hal ini perlu mendapat perhatian serius
tua tidak dapat berperilaku dengan baik terhadap anak yang mengalami
ISPA karena para orang tua berpersepsi bahwa penyakit ISPA adalah
penyakit biasa terjadi atau sebagai suatu peristiwa alam biasa sehingga
orang tua tidak berupaya untuk melakukan penanganan ISPA yang baik
B. Anak Prasekolah
(Wong, 2008). Dunia anak prasekolah sudah mulai meluas yaitu di luar keluarga
dan orang dewasa (Potter & Perry, 2005; Wong, 2008). Setiap anak memiliki
tahap tumbuh kembang, maka berikut adalah tumbuh kembang anak prasekolah
dari berbagai teori atau aspek. Pertumbuhan pada anak prasekolah terjadi
peningkatan koordinasi otot besar dan halus sehingga anak mampu dalam
motorik kasar yaitu berjalan jinjit, melompat, melompat dengan satu kaki,
menangkap bola, dan melemparkannya dari atas kepala. Motorik halus pada
tahap pra operasional yaitu anak belum dapat mengoperasionalkan apa yang
Perkembangan Psikoseksual (Sigmund Freud) yaitu fase Phallic, dimana fase ini
anak akan senang jika selalu memegang alat genitalia, kecenderungan anak akan
dekat dengan orang tua yang berlawanan jenis kelamin. Sifat egosentris yang
tinggi pada anak dan interaksi social sudah mulai tumbuh (Riyadi, 2009).
anak akan memulai inisiatif dalam belajar mencari pengalaman baru secara aktif
dalam melakukan aktivitasnya, dan apabila pada tahap ini anak dilarang atau
dicegah maka akan tumbuh perasaan bersalah pada diri anak (Hidayat, 2008)
buku Potter & Perry (2005) bahwa orang tua harus membantu anak-anak untuk
menetapkan batasan yang tegas dan bimbingan untuk melindungi diri mereka.
Anak dengan masa ini juga mengalami proses perubahan dalam pola makan
dimana anak pada umumnya mengalami kesulitan untuk makan (Hidayat, 2008).
memiliki aktifitas yang tinggi sehingga mudah lelah, selain itu pun terdapat
masa dimana anak mengalami penurunan pola makan, sehingga imunitas anak
cenderung menurun.
orang dewasa namun belum berkembang dengan sempurna saat lahir. Infeksi
banyak sekali menyerang terutama pada anak-anak dan hal yang paling
dibutuhkan adalah sistem kekebalan tubuh atau imunitas. Imunitas seluler pada
anak sudah efektif sejak lahir; selama 2 atau 3 tahun pertama, jumlah sel darah
putih relatif tinggi, limfosit lebih banyak daripada polimorfik dalam sirkulasi
maternal dapat ditransfer melalui plasenta sejak masa fetal awal, oleh karena itu
bayi terlambat dimulai setelah lahir. Kadar immunoglobulin total pada bayi
paling rendah usia 3 hingga 4 bulan yang merupakan periode rentan. Tingkat
immunitas humoral yang cukup baik mulai terbentuk pada usia 6 hingga 9 tahun
(Meadow, 2005), sehingga pada usia anak dibawah 6 tahun tingkat immunitas
belum terbentuk dengan baik. Kekebalan tubuh pada anak lambat laun akan
pada tingkat sel oleh sel darah akan membuat terjadinya sistem kekebalan
melalui pemberian kolostrum dan lambat laun akan terjadi kekebalan tubuh yang
Kekebalan tubuh harus dimiliki oleh anak agar anak tidak dapat mudah
sakit. Cara untuk meningkatkan kekebalan tubuh anak ialah dengan memberikan
29
nutrisi yang cukup. Gizi yang lengkap dapat menjaga keutuhan kerja dari sel
darah putih dan kekebalan cairan yang sebagai pabrik pembentuknya. Kekebalan
tubuh juga dapat ditingkatkan selain dengan gizi yaitu pemberian imunisasi
lengkap agar anak kebal dengan penyakit-penyakit khusus. Anak yang sudah
pernah mengalami sakit pun dapat meningkat kekebalan tubuhnya karena tubuh
C. Penelitian terkait
diteliti sebelumnya oleh berbagai peneliti dan di berbagai daerah yakni sebagai
berikut:
ibu, status ekonomi, status gizi balita, jenis kelamin balita, dan status
imunisasi balita berhubungan dengan penyakit ISPA pada balita usia 12-60
bulan.
2. Penelitian yang diteliti oleh Kazi (2009) mengenai faktor risiko ISPA pada
anak balita di Bangladesh ditemukan bahwa usia anak, jenis kelamin, berat
didapatkan hasil bahwa kepadatan hunian ruang tidur, ventilasi ruang tidur,
sekali anak dengan usia antara 2 hingga 5 tahun mengalami penyakit ISPA
dengan gejala batuk pilek, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti mengenai
Kampung Pemulung.
31
KERANGKA TEORI
Ventilas <10%
dari luas lantai
rumah
Kelembaban
Lingkungan Asap rokok udara
meningkat
Kepadatan
hunian
Bahan bakar
masak Pertumbuhan
Perilaku
mikrooganisme
Faktor Pencegahan penyebab ISPA (virus,
Risiko & Usia bakteri, riketsia atau
Penanganan dibawah 5 protozoa meningkat
tahun (bayi ,
(
balita/ Anak
prasekolah)
Status gizi
yang buruk Anak rentan
Individu terhadap
anak infeksi
Status
Imunisasi
tidak
lengkap
Berat badan
lahir rendah
ISPA
A. Kerangka Konsep
udara dalam rumah, ventilasi rumah, dan kepadatan hunian dalam ruamh. Faktor
individu anak meliputi; usia anak, berat badan, imunisasi, dan status gizi. Faktor
32
B. Definisi Operasional
33
34
8 Perilaku Tindakan keluarga dalam pencegahan Kuesioner 1. Sangat Baik: apabila skor Ordinal
dan penanganan terhadap penyakit perilaku responden 75%
ISPA pada anak seperti perilaku lebih dari jawaban yang
peningkatan gizi pada anak, benar
menghindari faktor risiko ISPA, 2. Cukup baik: apabila skor
perilaku mencari pengobatan, dan perilaku responden antara
perilaku menjaga kesehatan 56%-75% dari jawaban
lingkungan benar
3. Kurang baik: apabila skor
perilaku responden kurang
dari 55% dari jawaban benar
(Arikunto, 2010)
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Pemulung.
1. Populasi
35
36
adalah populasi orang tua yang memiliki anak usia prasekolah dan
terdapat 50 orang.
2. Sampel
Selatan
( )
Keterangan:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
(5%)
( )
D. Instrumen Penelitian
penyakit ISPA pada anak yakni faktor individu anak, dan faktor perilaku
Selatan.
dengan skala Likert. Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, perilaku,
“tidak setuju”, dan STS yaitu “sangat tidak setuju”. Kuesioner perilaku
22, dan 25. Pernyataan positif yang dibuat sebanyak 21 pernyataan (nomor
1, 2, 4, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 23, 24, 26, 27, dan
wilayah Jakarta Selatan pada tanggal 25 Juni 2013 kepada 30 orang. Uji
tempat ini dijadikan tempat uji validitas dan reliabilitas oleh peneliti.
akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji ini dilakukan dengan menghitung
memiliki nilai positif dan nilai t hitung > t tabel (Hidayat, 2007). Uji
validitas ini juga dapat diukur dengan cara mengkorelasikan skor item
skor total. Korelasi setiap faktor yang positif dan besarnya lebih dari 0.3
hasil dengan nilai korelasi item dan korelasi total lebih dari 0.3 atau
4, 5, 8, 9, 10, 12, 13, 16, 17, 18, 20, 21, 23, 24, 25, 26, 27, dan 28. Nilai
korelasi item dengan korelasi total kurang dari 0.3 sebanyak 9 pernyataan
41
yakni kuesioner nomor 2, 3, 6, 7, 11, 14, 15, 19, dan 22 yang berarti
pernyataan ini dikatakan tidak valid. Pernyataan yang tidak valid atau nilai
dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama,
7, 11, 14, 15, 19, dan 22 sebesar 0.937, sehingga pernyataan dalam
G. Pengolahan Data
kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.
1. Analisis univariat
I. Etika Penelitian
3. Kerahasiaan (Confidentially)
responden.
BAB V
HASIL PENELITIAN
yakni dengan tempat tinggal yang sempit dengan luas rata-rata tempat tinggal
banyak debu, tampak sumpek, gelap dan kurang masuknya cahaya. Tempat
belakang kampung atau terdapat dipojokkan sehingga kurang terlihat dan juga
46
47
Ciputat sebesar 50 warga dan yang memiliki anak berkisar 30 dan yang
faktor risiko yang dapat mempengaruhi kejadian ISPA pada anak prasekolah.
proporsi. Hasil analisis yang ingin dilihat dari analisis ini yakni jenis kelamin
anak, berat badan anak saat lahir, status gizi anak, status imunisasi anak,
udara dalam rumah dan kejadian ISPA dalam waktu 6 bulan terakhir,
ringan, sedang, dan berat sesuai dengan tanda gejala yang di alami oleh
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Kejadian ISPA pada Anak Prasekolah di Kampung
Pemulung Tangerang Selatan
persentase 84.4% dan anak yang mengalami ISPA berat sebanyak 1 anak
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Karakteristik Anak Prasekolah di Kampung
Pemulung Tangerang Selatan
anak kelamin laki-laki sebanyak 26 anak dengan persentase 56.5 % dan anak
dilihat dari riwayat berat badan lahir (BBL) didapatkan anak yang memiliki
riwayat berat badan lahir rendah sebanyak 4 anak dengan persentase 8.7 %
dan yang memiliki berat badan lahir normal sebanyak 40 anak dengan
49
persentase 87.0%, dan anak yang memiliki berat padan lahir lebih sebanyak
2 anak dengan persentase 4.3%. Karakteristik anak dilihat dari status gizi
persentase 8.7 % dan gizi yang baik sebanyak 41 anak dengan persentase
asap rokok di dalam rumah, asap dari bahan bakar masak di dalam rumah
akan di gambarkan ada tidaknya semua itu atau salah satunya sebagai
berikut:
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Pencemaran Udara di dalam Rumah Lingkup
Kampung Pemulung Tangerang Selatan
seperti assap rokok, asap pembakaran sampah, atau asap dari bahan bakar
50
dengan persentase 30.4 %. Kesimpulan yang didaatkan dari hasil tabel 5.3
yang tidak terdapat pencemaran yaitu dengan hasil persentase yang lebih
besar.
b. Ventilasi
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Ventilasi Rumah yang Terdapat di Kampung
Pemulung Tangerang Selatan
Hasil yang didapatkan dari tabel 5.4 yaitu ventilasi dalam rumah
di Kampung Pemulung Tangerang Selatan dari 46 rumah yang < 10% dari
luas lantai rumah berkisar 35 rumah dengan persentase 76.1 % dan yang
≥ 10% dari luas lantai rumah dengan persentase lebih besar dibandingkan
c. Kepadatan hunian
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Kepadatan Penghuni dalam rumah di Kampung
Pemulung Tangerang Selatan
didapatkan dari 46 rumah, 36 rumahnya memiliki luas lantai rumah < dari
8 meter untuk orang dewasa dengan persentase 78.3% dan luas rumah
dengan ukuran > 8 meter untuk 1 orang dewasa terdapat 10 rumah dengan
perilaku sangat baik, perilaku cukup baik, dan perilaku kurang baik. Berikut
ini adalah gambaran mengenai perilaku keluarga atau orang tua di Kampung
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Perilaku Keluarga dalam Pencegahan dan
Penanganan Penyakit ISPA pada Anak di Kampung Pemulung Tangerang
Selatan
Perilaku Frekuensi Persentase
Sangat baik 11 23.9 %
Cukup baik 26 56.5 %
Kurang baik 9 19.6 %
Total 46 100 %
Hasil yang didapatkan dari tabel 5.6 dari 46 orang perilaku orang tua
yang sangat baik terdapat 11 orang dengan persentase 23.9%, perilaku yang
19.6 %. Kesimpulan yang didapatkan bahwa perilaku keluarga atau orang tua
terbesar.
BAB VI
PEMBAHASAN
peneliti.
A. Analisis Univariat
1. Kejadian ISPA
suatu infeksi terlebih dengan anak yang berusia kurang dari 6 tahun
sebesar 13%, dan dengan ISPA berat sebesar 2.2%. hasil yang didapatkan
53
54
ini sesuai dengan teori bahwa anak dengan usia dibawah 6 tahun memiliki
Pernapasan Akut (ISPA) walau hanya dengan ISPA ringan bahkan sampai
2. Faktor Risiko
umum ada 3 yakni faktor dari individu anak, faktor lingkungan, dan faktor
tersebut dispesifikkan menjadi antara lain usia anak, berat badan lahir anak,
status gizi anak, dan status imunisasi anak merupakan dari faktor individu
udara dalam rumah, ventilasi rumah, kepadatan hunian dalam rumah, dan
meliputi usia anak, jenis kelamin, berat badan, dan kekurangan vitamin A.
pengetahuan ibu, pendidikan ibu, status ekonomi, status gizi balita, jenis
Kabupaten Pati adalah kepadatan hunian ruang tidur, ventilasi ruang tidur,
(2004) karena yang dimiliki peneliti secara lengkap hanya buku dari
depkes dan tidak didapatkan dari institusi selain itu pula alasan mengambil
Tangerang Selatan :
a. Karakteristik Anak
persentase 87.0%, dan anak yang memiliki berat padan lahir lebih
memiliki berat badan lahir yang normal namun masih banyak anak
bahwa semakin rendah berat badan lahir anak maka semakin sering
2) Status Gizi
anak yang mengalami gizi buruk dan gizi kurang, dengan gizi
2004).
8.7% dan anak yang memiliki status gizi baik didapatkan berkisar
gizi baik anak yang mengalami ISPA hanya terkena ISPA ringan
penelitian ini tidak ditemukan anak dengan status gizi yang buruk
selain itu pula karena tidak ditemukan anak yang memiliki status
gizi buruk maka ISPA yang dialami lebih banyak ISPA yang
3) Status Imunisasi
dengan umurnya dapat beresiko 2.6 kali lebih sering dari biasanya
(Sadono, 2008).
sering sakit demam dan tidak mau anaknya untuk disuntik, selain
b. Lingkungan
rumah yakni dilihat dari keluarga tidak ada yang merokok dan
bermain anak.
yang berati jenis bahan bakar dengan kayu bakar, 2.8 lebih besar
2) Ventilasi
rumah kurang dari 10% dari luas lantai rumah yakni dengan
penelitian ini ventilasi rumah banyak sekali yang kurang dari 10%
ISPA. Hal ini dapat menjadi faktor yang besar terhadap kejadian
ventilasi yang lebih 10% dari luas lantasi rumah dan kejadian ISPA
pun jumlahnya cukup besar dengan anak ISPA ringan dalam waktu
3) Kepadatan hunian
2010). Luas rumah yang dikatakan rumah sehat dan tidak padat
dari dua orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak di bawah
umur 5 tahun.
78.3% dan luas lantai rumah dengan ukuran lebih 8 meter per jiwa
pemulung yang ada. Rumah yang memiliki besar lebih dari 8 meter
Tangerang Selatan.
c. Perilaku Keluarga
yang cukup atau gizi yang seimbang terhadap anak, selain itu anak
dideritanya.
kebersihan rumah dan udara rumah yang dijadikan tempat tinggal dan
tempat bermain anak. Perilaku ini diteliti oleh peneliti sebagai salah
dicantumkan pada kuesioner yag telah dibuat oleh peneliti dengan hasil
bahwa didapatkan perilaku orang tua yang sangat baik terdapat sebesar
peristiwa alam biasa sehingga para orang tua tidak melakukan kegiatan
hal yang khusus untuk pencegahan dan penaganan terhadap ISPA pada
anak. Hal ini dikarenakan karena para orang tua di Bandaharjo kurang
B. Keterbatasan Penelitian
ISPA yang anak alami dalam waktu 6 bulan terakhir sehingga peneliti
PENUTUP
A. Kesimpulan
sedang sebesar 13.0 %, dan anak dengan ISPA berat sebesar 2.2 %
normal dengan persentase tertinggi dan berat badan lahir rendah dan
lebih masing-masing sebesar 8.7% dab 4.3%. Anak dengan status gizi
baik sebesar 89.1% dan status gizi anak yang buruk, kurang dan lebih
43.5%.
ventilasi yang kurang dari 10% dari luas lantai sebesar 76.1% dan yang
lebih dari 10% dari luas lantai sebesar 36.9%. Lingkungan rumah
68
69
B. Saran
usianya.
2. Bagi Institusi
penyakit ISPA
Pemulung.
Pemulung
Pemulung
lama
Daftar Pustaka
Dewi, Rismala. “Mengatasi Batuk Pilek pada Bayi “. diakses pada tanggal
2 Mei 2013 dari
http://www.nutriclub.co.id/my_baby/my_babys_health/mengatasi_
batuk_pilek_pada_bayi-2011
Elyana, Mei & Aryu. “Hubungan ISPA dengan Status Gizi Balita”. Skripsi,
2009
Febiani, Tessa dkk. Banjir dan Tanah Longsor. Jakarta : Erlangga, 2007
Meadow, Roy & Simon J. Lecture Notes: Pediatrika Edisi Tujuh. Jakarta :
Erlangga Medical Sience (EMS), 2005
Mitchell, dkk. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit. Jakarta : EGC, 2008
Suseda Jawa Barat. “Sekilas dan Kondisi Umum Daerah Jawa Barat tahun
2012”. di akses pada tanggal 25 Mei 2013 dari
http://www.bplhdjabar.go.id/index.php/kondisi-umum-daerah-jabar
Kepada Yth.
Dengan hormat,
NIM : 109104000014
Alamat : Komplek Pemda blok c5 Jl. Asih Permai II No.10 Jati asih Bekasi
Penelitian ini memberikan manfaat tidak langsung kepada responden, yaitu dapat
mengetahui cara pencegahan dan penanganan penyakit ISPA pada anak melalui
kuesioner yang diberikan oleh peneliti. Penelitian ini tidak akan merugikan responden.
Peneliti akan merahasiakan identitas dan jawaban saudara sebagai responden dalam
penelitian ini. Bersama surat ini kami lampirkan lembar persetujuan menjadi responden.
Saudara dipersilahkan menandatangani lembar persetujuan apabila bersedia secara
sukarela menjadi responden penelitian.
Besar harapan saya agar saudara bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
Atas kesediaan dan kerjasamanya, saya ucapkan terimakasih.
Hormat saya
Peneliti
Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Saya yang bertanda tangan di bawah ini bersedia menjadi responden penelitian
yang dilakukan oleh:
NIM : 109014000014
Alamat : Komplek Pemda blok c5 Jl. Asih Permai II No.10 Jatiasih Bekasi
Saya telah mendapat penjelasan dari peneliti mengenai tujuan penelitian ini.
Saya mengerti bahwa data mengenai penelitian ini akan dirahasiakan. Semua berkas
yang mencantumkan identitas responden hanya digunakan untuk terkait penelitian.
Saya mengerti bahwa tidak ada risiko yang akan terjadi. Apabila ada
pertanyaan dan respon emosional yang tidak nyaman atau berakibat negatif pada saya,
maka peneliti akan menghentikan pengumpulan data dan peneliti memberikan hak
kepada saya untuk mengundurkan diri menjadi responden dari penelitian ini tanpa
risiko apapun.
Demikian surat pernyataan ini saya tandatangani tanpa suatu paksaan. Saya
bersedia menjadi responden dalam penelitian ini secara sukarela.
(…………………………..)
Kuesioner Penelitian
No :
Hari/Tanggal :
Nama (Inisial) :
Usia :
Pendidikan terakhir :
Petunjuk Pengisian
kuesioner ini sesuai dengan kondisi anda atau yang anda lakukan
2. Pilihlah salah satu kolom pada kolom jawaban dengan memberi tanda
checklist (√) atau tanda silang (X) sesuai dengan jenis pernyataan atau
4. Bila ada pertanyaan atau pernyataan yang tidak dimengerti silakan tanyakan
Berilah tanda checklist (√) pada kolom Ya atau Tidak sesuai dengan kondisi atau
1. Inisial anak :
2. Usia anak :
Laki-laki
Perempuan
Buruk Baik
Kurang Lebih
Ya Tidak
12-18 bulan
Ya Tidak
Jika ya, imunisasi apa saja yang sudah di dapatkan:
Lengkap
Belum lengkap
Tidak lengkap
Data ISPA pada anak
Pilihlah salah satu jawaban antara a, b, c, atau d dengan tanda silang (X) sesuai dengan yang
a. Ya b. Tidak
a. ≤ 7 hari
b. 7 – 14 hari
c. 3 minggu
d. ≥ 3 minggu
a. Demam
b. Sesak napas
Pilihlah salah satu jawaban sesuai dengan tindakan anda dengan memberi tanda checklist (√) di
Keterangan:
NO Pernyataan Jawaban
SS S TS STS
Berilah tanda checklist (√) pada salah satu pilihan yang sudah tersedia sesuai dengan kondisi
yang ada! (Diisi oleh peneliti)
1. Ventilasi Rumah
Ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
5. Dapur Rumah
6. Kebersihan rumah
Ya Tidak
Jika ya terbuka/tertutup
Ditimbun ke got/sungai
Dikubur
Diambil petugas
Dibakar
< 10 meter
> 10 meter
Setiap hari
1x seminggu
3x seminggu
Ya
Tidak
Ada
Tidak ada
13. Kepadatan penghuni rumah
< 9 m2 / jiwa
≥ 9 m2 / jiwa