You are on page 1of 11

J. Akad. Kim.

6(2): 132-142, May 2017


ISSN 2302-6030 (p), 2477-5185 (e)

PEMBUATAN TEPUNG DARI BIJI KAKAO (Theobroma cacao L)


DAN UJI KUALITASNYA

Preparation of Cocoa (Theobroma cacao L) Beans Flour


and Its Quality Test
*Asmaul Husna, Suherman dan Siti Nuryanti
Pendidikan Kimia/FKIP - University of Tadulako, Palu - Indonesia 94118
Recieved 15 March 2017, Revised 18 April 2017, Accepted 16 May 2017

Abstract
Cacao plant is one of the plantation crops which contribute in improving economic for the Province
of Central Sulawesi. This study aimed to prepare and test the flour quality of cocoa beans flour after
soaking in salt water, NaCl, and lime water, Ca(OH)2, at various concentrations. Samples were cocoa
beans taken from Rantekala Sigi Province of Central Sulawesi, furthermore the cocoa beans were made
into flour. Results showed that the moisture, ash, fat, and carbohydrate of cocoa beans flour were almost
met the ISO standard,with the exception for the protein level, i.e 5.0% for max. moisture level, 1.6%
for max. ash level, 10,0% for min. fat level, and 70% of min. carbohydrates level. But, the best quality
wasfrom soaking with lime water at a concentration of 20% with a value of 2.8% moisture level, at
a concentration of 15% with a value of 24.6% level, and at a concentration of 10% with a value of
78.26% carbohydrate level. However, for the ash level, the best quality was by soaking in salt water at
a concentration of 5% with a value of 4.1%. Based on these results, it can be concluded that the cocoa
beans flour is better soaked in lime water than salt water.
Keywords: cocoa beans, flour quality, soaking, salt water, lime water
Pendahuluan
Tanaman kakao berasal dari daerah yang dengan cara melakukan pemulihan untuk
tropis (Bertazzo, dkk., 2010). Tanaman memperoleh buah kakao yang memiliki kualitas
kakao adalah tanaman perkebunan yang biji kakao yang bagus sehingga biji kakao dapat
memberikan sumbangan ekonomi yang tinggi dijadikan alternatif olahan makanan berupa
bagi negara dan termasuk Propinsi Sulawesi tepung. Tepung biji kakao nilai jualnya lebih
Tengah pada khususnya. Bila kondisi tanaman tinggi dibandingkan kakao yang masih dalam
kakao dalam keadaan normal, maka dapat bentuk biji, karena sudah diproses secara
meningkatkan pendapatan bagi petani. Buah higienis dan terstandar. Hal tersebut menjadi
kakao merupakan komoditi ekspor non migas alasan mengapa harga tepung dari biji kakao
yang permintaannya sangat tinggi, karena lebih mahal dari pada biji kakao itu sendiri.
itu pemerintah menetapkan kakao sebagai Komposisi kandungan zat gizi pada kakao
komoditi strategis yang perlu ditingkatkan dapat membantu memenuhi kebutuhan
produktivitasnya dan dikembangkan gizi manusia karena mengandung protein,
pemanfaatannya sebagai sumber pendapatan karbohidrat, lemak dan mineral. Sehingga
Sulawesi Tengah dan negara (Suherman, dkk., dengan kandungan yang demikian , menjadikan
2014). Sebagian besar kakao diproduksi di manfaat coklat bagi kesehatan tentu juga sangat
negara yang berkembang tetapi kebanyakan beragam. Salah satu manfaat dari biji kakao
diekspor dan dikonsumsi di negara-negara adalah sebagai antioksidan untuk menangkal
terindustrialisasi (Afoakwa, dkk., 2011). radikal bebas (Belscak, dkk., 2009).
Produksi buah kakao dapat ditingkatkan Tepung adalah partikel padat yang
*Korespondensi: berbentuk butiran halus atau sangat halus
Asmaul Husna tergantung pemakaiannya. Biasanya digunakan
Program Studi Pendidikan kimia, Fakultas Keguruan dan untuk keperluan penelitian, rumah tangga,
Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako
email: Asmhachemistry97@gmail.com dan bahan baku industri. Tepung bisa berasal
© 2017 - Universitas Tadulako dari bahan nabati misalnya tepung terigu dari
132
Asmaul Husna Pembuatan Tepung dari Biji Kakao (Theobroma cacao L) ..........

gandum, tapioka dari singkong, maizena dari reaksi, rak tabung reaksi, kuvet, tabung vial,
jagung atau hewani misalnya tepung tulang Spektrofotometer UV/VIS, Spektrodirect
dan tepung ikan. Tepung merupakan bahan RS232 serial No: 1257060900344, Kertas
pangan yang banyak mengandung karbohidrat indikator universal, dan Colorimeter .
dan juga dapat dijadikan sebagai komoditi Bahan-bahan yang digunakan dalam
pengganti beras (Ikhsanudin, 2010). penelitian diantaranya: biji kakao, garam
Proses pembuatan tepung dari biji kakao dapur, kapur sirih, hexana (Merck), aquades,
dapat menggunakan air garam dan air kapur H2SO4 pekat (Merck), HCl (Merck), HNO3
untuk merendam biji kakao. Penggunaan Pekat (Merck), arang aktif, larutan fenol 5%
air garam dan air kapur karena berdasarkan (Merck), padatan glukosa, tablet kjeldhal, tablet
pengetahuan-pengetahuan sebelumnya dan metailphthalein, tablet potassium, iron reagent,
berdasarkan teori yang menyatakan bahwa air dan powder iron reagent.
kapur memiliki sifat basa kuat sehingga mampu
menetralkan sifat asam yang terdapat pada biji Cara Kerja
kakao (Zanora, 1999). Air kapur juga bersifat Penyiapan Sampel
higroskopis (menarik air) dan dapat menaikkan Pemilihan biji kakao yang diambil dari buah
pH serta merusak dinding sel sehingga kakao yang dalam keadaan baik, tidak terserang
mengalami plasmolisis (pecahnya membran hama maupun penyakit. Selanjutnya, biji kakao
sel karena kekurangan air) (Makfoeld, dkk., dicuci berulang kali sampai bersih. Pencucian
2002). Sedangkan alasan digunakan air garam ini berfungsi untuk melepaskan segala kotoran
karena berfungsi sebagai bahan pengawet yang yang melekat pada biji kakao, terutama untuk
dimana garam akan menarik air yang terdapat menghilangkan daging buah kakao yang masih
dalam biji kakao sehingga mikroorganisme melekat pada bijinya. Setelah itu, biji kakao
pembusuk tidak dapat berkembang biak karena dikeringkan dengan bantuan cahaya matahari.
menurunnya aktivitas air. Larutan garam Kakao yang sudah dikeringkan siap untuk
bersifat netral karena tidak menyebabkan dijadikan sampel dalam penelitian (Hutapea,
perubahan perbandingan ion H3O+ dan OH- 2010).
dalam air. NaCl terdiri dari kation Na+ dan anion
Pembuatan Tepung Biji Kakao Tanpa
Cl- yang sama-sama berasal dari elektrolit kuat,
Menggunakan Perendaman (Sebagai
sehingga keduanya tidak mengalami hidrolisis.
Pembanding).
Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Prosedur kerja yang dilakukan terdiri dari
menggunakan air garam untuk perendaman 6 kali perlakuan. Pertama-tama biji kakao
biji kakao lebih lunak dibandingkan dengan ditimbang sebanyak 0,5 kg. Kemudian biji
menggunakan air kapur. kakao dibersihkan menggunakan aquades.
Kualitas dari tepung biji kakao bisa diketahui Selanjutnya biji kakao dikeringkan di udara
baik atau tidaknya harus disesuaikan dengan luar dan dikeringkan kembali di dalam oven
standar mutu SNI agar dapat diketahui tepung dengan suhu 80oC selama 3 hari. Biji kakao
biji kakao tersebut layak dikonsumsi atau tidak. didiamkan pada suhu kamar, kemudian biji
Tulisan ini dimaksudkan untuk mengetahui kakao dihaluskan.
kualitas tepung biji kakao setelah perendaman
dengan air garam dan air kapur pada berbagai Proses Pembuatan Tepung Biji Kakao
konsentrasi. Menggunakan Perendaman Air Garam (NaCl)
Prosedur kerja yang dilakukan terdiri dari
Metode 7 kali perlakuan. Pertama-tama biji kakao
Alat dan Bahan ditimbang sebanyak 2 kg. Kemudian biji kakao
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian direndam dalam larutan NaCl dengan variasi
adalah sebagai berikut: pipet tetes, Neraca konsentrasi masing-masing 5%, 10%, 15%
digital ARC-120, wadah, Stopwatch, Oven dan 20% selama 24 Jam. Selanjutnya, biji
MMM Medcenter, blender, alat soxhlet, kakao diangkat dan dibersihkan menggunakan
kertas saring, kapas, cawan porselen, desikator, aquades. Biji kakao dikeringkan di udara luar.
pemanas listrik, tanur FB1410M, labu Kemudian, dikeringkan di dalam oven dengan
kjeldahl, alat destilasi, Erlenmeyer, gelas kimia, suhu 80oC selama 3 hari. Biji kakao didiamkan
pipet ukur, gelas ukur, gegep, karet penghisap, pada suhu kamar. Kemudian, biji kakao
Shaker Model: VRN-480, kaca arloji, tabung dihaluskan.
133
Volume 6, No. 2, 2017: 132-142 Jurnal Akademika Kimia

Proses Pembuatan Tepung Biji Kakao beratnya tetap. Perlakuan diulang untuk sampel
Menggunakan Perendaman Air Kapur (Ca(OH)2) berikutnya (Andarwulan, dkk., 2011)
Pengerjaan sama dengan menggunakan air
garam hanya diganti dengan air kapur. Kadar Protein
Penentuan kadar protein dilakukan dengan
Proses Pengujian Tepung biji kakao. cara makro kjeldahl. Ditimbang sebanyak
Kadar Air 0,5 gram sampel dan dimasukkan dalam
Pengujian kadar air dilakukan dengan labu kjeldahl, ditambahkan 1 butir tablet
metode gravimetri. Kaca arloji dikeringkan kjeldahl dan 10 mL H2SO4 pekat. kemudian
dalam oven selama 30 menit, lalu didinginkan mendestruksi (memanaskan) semua bahan
di dalam desikator dan ditimbang. Sebanyak dalam labu Kjeldahl sampai mendidih hingga
5 gram sampel ditimbang lalu dimasukkan larut dalam labu Kjeldahl dan cairan menjadi
kedalam kaca arloji dan dikeringkan di jernih. Selanjutnya diencerkan dengan 75
dalam oven pada suhu 105oC selama 4 jam. mL aquades. Lalu didinginkan sampai suhu
Selanjutnya didiamkan pada suhu kamar, kamar. Selanjutnya, diambil sebanyak 10 mL
Setelah itu didinginkan dalam desikator selama larutan hasil destruksi. Kemudian diukur kadar
20 menit. kemudian ditimbang (Andarwulan, nitrogen total pada panjang gelombang 410
dkk., 2011). nm menggunakan spektrodirect(Andarwulan,
dkk., 2011).
Kadar Abu
Pengujian kadar abu dilakukan dengan Kadar Karbohidrat
metode pengeringan. Cawan porselen yang Penentuan kadar karbohidrat dilakukan
bersih terbebas dari kotoran. Kemudian dengan metode fenol. Sampel sebanyak 1 gram
dipanaskan dalam oven selama 1 jam pada kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer
suhu 105oC lalu didinginkan dalam desikator dan ditambahkan 50 mL aquades. Lalu ditutup
selama 15 menit kemudian ditimbang. Sampel menggunakan aluminium foil. Selanjutnya
ditimbang sebanyak 10 gram dan dimasukkan dishaker selama 1 jam. Kemudian ditambahkan
kedalam cawan kemudian ditimbang. Cawan arang aktif dan dikocok. Selanjutnya,
yang berisi sampel diabukan didalam tanur sampel disaring dengan menggunakan kertas
hingga tidak berasap. Pengabuan dengan saring. Kemudian, dipindahkan ke dalam
tanur pada suhu 600oC selama 3 jam. Setelah erlenmeyer ditambahkan larutan fenol 5%
pengabuan cawan didinginkan pada suhu sebanyak 0,5 mL dan H2SO4 sebanyak 2,5
kamar. Selanjutnya didinginkan di dalam mL dalam larutan sampel. Didiamkan pada
desikator, setelah didinginkan cawan ditimbang suhu kamar. Kemudian kadar karbohidrat
(Andarwulan, dkk., 2011). diukur menggunakan spektrofotometer UV/
VIS dengan panjang gelombang 490 nm.
Kadar Lemak Selanjutnya membuat larutan standar 0 ppm,
Pengujian kadar lemak dilakukan dengan 10 ppm, 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm dan 50
metode soxhlet. Gelas kimia kosong ditimbang. ppm dengan cara padatan glukosa ditimbang
Kemudian menimbang sampel sebanyak 5 sebanyak 0,1 gram dimasukkan ke dalam labu
gram, dibungkus dengan menggunakan kertas ukur 100 mL dan ditambahkan aquades hingga
saring dan dimasukkan ke dalam tabung tanda batas. Kemudian diencerkan. Untuk 0
ekstraksi soxhlet. Kemudian dipasang alat ppm larutan yang sudah diencerkan 100 mL
kondensor diatasnya dan labu di bawah alat tadi diambil sebanyak 0 mL, Untuk 10 ppm
soxhlet. Selanjutnya, pelarut heksana diisi ke diambil sebanyak 5 mL, Untuk 20 ppm diambil
dalam labu dan dilakukan proses refluks sampai sebanyak 10 mL, Untuk 30 ppm diambil
pelarut turun kembali ke labu dan hasilnya sebanyak 15 mL, Untuk 40 ppm diambil
berwarna jernih. Labu dipanaskan sampai sebanyak 20 mL dan untuk 50 ppm diambil
pelarutnya mendidih dan menguap naik ke sebanyak 25 mL dan dimasukkan ke dalam labu
sampel yang dibungkus kertas saring dan turun ukur 50 mL. Kemudian menambahkan aqudes
ke labu dan seterusnya. proses destilasi pelarut hingga tanda batas dan mengencerkannya
yang telah mengandung ekstrak lemak dalam (Andarwulan, dkk., 2011).
labu, dan menampung pelarutnya. Hasil ekstrak
lemak dimasukkan dalam gelas kimia yang Persiapan Sampel untuk Mineral Ca, K dan Fe
sudah ditimbang kemudian dimasukkan ke Prosedur kerja pada tahap ini terdiri dari
dalam oven pada suhu 105oC, lalu didinginkan 7 kali perlakuan. Pertama-tama, sampel
dalam desikator kemudian ditimbang sampai ditimbang sebanyak 10 gram lalu didestruksinya

134
Asmaul Husna Pembuatan Tepung dari Biji Kakao (Theobroma cacao L) ..........

di dalam tanur dengan suhu ± 600oC sampai Tabel 1. Data Serapan Larutan Standar
menjadi abu. Kemudian dimasukkan ke dalam glukosa
gelas kimia, lalu ditambahkan 10 mL HNO3
pekat pada gelas kimia yang berisi yang berisi
abu. Selanjutnya, disaring ke dalam labu ukur
100 mL dan diencerkan hingga tanda batas.
Setelah tercampur dipindahkan di erlenmeyer
dan ditutup menggunakan aluminium foil
(Nurhidayah, 2011).

Penentuan Kadar Ca
Larutan yang dibuat sebelumnya diambil
sebanyak 10 mL lalu dimasukkan ke dalam
tabung vial. Selanjutnya ditambahkan 1 butir
tablet metailphthalein dan dikocok. Lalu
diukur menggunakan spektro direct pada
panjang gelombang 571 nm.

Penentuan Kadar K
Larutan yang dibuat sebelumnya diambil
sebanyak 10 mL lalu dimasukkan ke dalam
tabung vial. Selanjutnya ditambahkan 1 butir Gambar 1. Kurva Kalibrasi Hubungan Antara
tablet Potassium T dan dikocok. Lalu diukur Absorban glukosa dan konsentrasi
menggunakan spektro direct pada panjang tepung biji kakao dapat dilihat pada Tabel 2.
gelombang 730 nm.
Kadar air
Penentuan Kadar Fe Penetuan kadar air tepung biji kakao
Larutan yang dibuat sebelumnya diambil digunakan metode gravimetri. Metode
sebanyak 10 mL lalu dimasukkan ke dalam gravimetri yaitu analisis kimia secara
tabung vial. Selanjutnya ditambahkan 0,5 mL kuantitatif berdasarkan proses pemisahan
iron reagent. Kemudian ditambahkan 0,1 gram dan penimbangan suatu unsur atau senyawa
powder iron reagent dan dibiarkan bereaksi tertentu dalam bentuk yang semurni mungkin.
selama 3 menit. Selanjutnya, dimasukkan ke Penelitian ini, sampel diovenkan selama 4 jam
dalam tabung vial dan diukur kadar besinya pada suhu 105oC. Tujuanya agar kemampuan
menggunakan Colorimeter pada panjang sampel untuk melepaskan air dari permukaan
gelombang 562 nm. sampel semakin besar jika menggunakan
suhu pengeringan yang tinggi. Sedangkan
Hasil dan Pembahasan tujuan diovenkan agar memperoleh kadar air
Penelitian ini yang diuji adalah kualitas yang lebih rendah, karena jika kadar air suatu
(Air, Abu, Lemak, Protein, Karbohidrat dan sampel tinggi maka akan mengakibatkan
mineral (K, Ca dan Fe)) dari tepung biji kakao daya awetnya menurun yang disebabkan oleh
(Theobroma cacao L) dengan cara perendaman mudahnya bakteri, kapang, dan khamir untuk
air garam dan air kapur dengan menggunakan berkembang biak sehingga bahan pangan akan
variasi perendaman 5%, 10%, 15% dan 20% cepat mengalami kerusakan.
Selanjutnya, dilakukan penyimpanan
Penentuan Kurva Kalibrasi Standar glukosa dalam desikator agar tidak kembali mengikat
Hasil pengukuran serapan larutan standar air apabila disimpan dalam suhu ruang dan
glukosa dapat dilihat pada Tabel 1. keadaan terbuka. Hal ini dikarenakan bahan
Menggunakan persamaan regresi linier yang telah dikeringkan tenyata lebih bersifat
hubungan antara konsentrasi glukosa dengan higroskopis, dibandingkan bahan yang tidak
serapan yaitu, y = 0,017x dan R2 = 0,995. dikeringkan. Desikator memiliki silika gel
Hasil kalibrasi seperti pada Gambar 1. yang dapat menarik air. Apabila kondisi masih
belum konstan, dilakukan pemanasan kembali
Penentuan Kualitas dari Tepung Biji Kakao (air, pada oven (Haryono, 2003).
abu, lemak, protein karbohidrat dan mineral) Hasil penelitian yang dilakukan tanpa
Hasil penelitian penentuan kadar air, abu, perendaman diperoleh kadar air dari tepung
lemak, protein, karbohidrat dan mineral dari biji kakao sebesar 11%. Sedangkan kadar air
135
Volume 6, No. 2, 2017: 132-142 Jurnal Akademika Kimia

Tabel 2 Hasil Analisis Sampel mengunakan perendaman NaCl dan Ca(OH)2

yang dihasilkan oleh tepung biji kakao yang air sehingga lebih cepat menghancurkan pulp
menggunakan perendaman air garam dan air (jaringan halus berlendir dan melekat ketat
kapur dapat dilihat pada Gambar 2 : pada biji kakao) biji kakao yang mengakibatkan
terjadi penyerapan air dalam jumlah lebih
banyak sehingga gelatinisasi tepung biji kakao
lebih sempurna. Akibatnya, lebih banyak air
yang terlepas dari granula tepung biji kakao
yang pecah pada saat pengeringan maka jumlah
air yang teruapkan lebih banyak pula dan
menghasilkan kadar air yang rendah.
Berdasarkan data pada Gambar 2,
memberikan informasi bahwa kadar air yang
paling baik adalah pada perendaman air
Gambar 2. Hubungan antara kadar air dengan kapur dengan konsentrasi 20% karena kadar
konsentrasi perendaman air garam dan air airnya lebih rendah jika dibandingkan dengan
kapur
konsentrasi 5%, 10% dan 15%. Penjelasan
ini dapat dikatakan bahwa kualitas tepung
Jumlah kadar air untuk perendaman air biji kakao pada perendaman air kapur sudah
garam adalah sebesar 1,6 untuk 5%, 3,6 hampir memenuhi standar mutu SNI 01-
untuk 10%, 3,8 untuk 15% dan 2,2 untuk 3747-2009 dari kakao bubuk yaitu maks. 5,0,
20%. Sedangkan jumlah kadar air untuk yang dimana nilai dari perendaman air kapur
perendaman air kapur adalah sebesar 3,2 untuk pada konsentrasi 20% adalah 2,8%.
5%, 3,4 untuk 10%, 3,0 untuk 15% dan 2,8 Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar
untuk 20%. Berdasarkan hasil penelitian pada konsentrasi air kapur yang digunakan saat
Gambar 2 menunjukkan bahwa nilai kadar perendaman maka semakin banyak air maksimal
air setelah perendaman semakin menurun jika diserap sehingga kadar air tepung biji kakao
dibandingkan dengan yang tanpa menggunakan semakin menurun. Hal ini berarti konsentrasi
perendaman. Kedua perendaman tersebut yang tinggi memberikan penurunan kadar air
yang memiliki kadar air lebih rendah adalah pada tepung biji kakao. Hal ini terjadi karena
yang menggunakan perendaman air kapur. banyaknya air yang terlepas dari granula pati
Hal ini disebabkan karena sifat kapur yang yang pecah pada saat pengeringan. Banyaknya
mengeluarkan panas ketika bereaksi dengan air yang terlepas ini disebabkan oleh banyaknya

136
Asmaul Husna Pembuatan Tepung dari Biji Kakao (Theobroma cacao L) ..........

pati yang tergelatinisasi (Febrianto, dkk., 2014). perendaman. Tabel 2 menunjukkan bahwa
semakin besar konsentrasi air garam dan air
Kadar Abu kapur yang digunakan saat perendaman maka
Abu adalah zat anorganik sisa hasil besarnya kadar abu tepung biji kakao semakin
pembakaran suatu bahan organik. Penentuan meningkat. Kedua perendaman tersebut yang
total abu berhubungan erat dengan kandungan memiliki kadar abu lebih tinggi adalah yang
mineral yang terdapat dalam suatu bahan. menggunakan perendaman air garam.
Penentuan kadar abu total dapat digunakan Berdasarkan data pada Gambar 3 diatas,
untuk berbagai tujuan, antara lain untuk memberikan informasi bahwa kadar abu
menentukan baik atau tidaknya suatu yang paling baik adalah pada perendaman air
pengolahan, mengetahui jenis bahan yang garam dengan konsentrasi 5% karena hampir
digunakan, dan sebagai penentu parameter mendekati standar mutu SNI 01-2973-1992
nilai gizi suatu bahan makanan (Sudarmadji, dari kandungan cookies yaitu maks.1,6%, yang
1989). dimana nilai terendah dari perendaman air
Penentuan kadar abu digunakan metode garam pada konsentrasi 5% yaitu 4,1%.
pengeringan. Metode Pengeringan biasanya Hal ini disebabkan karena perendaman
disebut juga dengan pengabuan kering, yang dengan alkali akan meningkatkan kandungan
dimana pengabuan kering dilakukan dengan mineral pada tepung biji kakao yang dihasilkan
cara mendestruksi komponen organik sampel sehingga akan memberikan sumbangan yang
dengan suhu tinggi (sekitar 500-600oC) di dalam besar bagi peningkatan kadar abu tepung biji
suatu tanur pengabuan (furnace), tanpa terjadi kakao (Febrianto, dkk., 2014).
nyala api sampai terbentuk abu berwarna putih
keabuan dan berat konstan tercapai. Oksigen Kadar Lemak
yang terdapat di dalam udara bertindak sebagai Penentuan kadar lemak pada tepung biji
oksidator. Residu yang didapatkan merupakan kakao menggunakan metode soxhlet. Metode
total abu dari suatu sampel. soxhlet termasuk jenis ekstraksi menggunakan
Hasil penelitian yang dilakukan tanpa pelarut semikontinyu. Prinsip soxhlet adalah
menggunakan perendaman diperoleh kadar ekstraksi mengunakan pelarut yang selalu
abu tepung biji kakao sebesar 4,2%. Sedangkan baru sehingga terjadi ekstraksi kontinyu
kadar abu tepung biji kakao yang dihasilkan dengan jumlah pelarut konstan dengan adanya
setelah perendaman dapat dilihat pada Gambar pendingin balik. Metode soxhlet ini dipilih
3: karena pelarut yang digunakan lebih sedikit
(efesiensi bahan) dan larutan sari yang dialirkan
melalui sifon tetap tinggal dalam labu, sehingga
pelarut yang digunakan untuk mengekstrak
sampel selalu baru dan meningkatkan laju
ekstraksi dan waktu yang digunakan lebih cepat
(Darmasih, 1997).
Pelarut yang digunakan dalam metode
ini adalah heksan. Digunakan pelarut heksan
karena bersifat nonpolar, yang dimana lemak
merupakan senyawa organik yang terdapat di
alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut
Gambar 3. Hubungan antara kadar abu dalam pelarut organik nonpolar. Lemak dapat
dengan konsentrasi perendaman air garam dan larut dalam pelarut tersebut karena lemak
air kapur mempunyai polaritas yang sama dengan
pelarut.
Jumlah kadar abu untuk perendaman Hasil penelitian yang dilakukan tanpa
air garam adalah sebesar 4,1 untuk 5%, 5,1 perendaman diperoleh kadar lemak sebesar
untuk 10%, 5,2 untuk 15% dan 4,9 untuk 37,30%. Sedangkan kadar lemak yang
20%. Sedangkan jumlah kadar abu untuk dihasilkan setelah perendaman dapat dilihat
perendaman air kapur adalah sebesar 4,3 untuk pada Gambar 4.
5%, 4,3 untuk 10%, 4,7 untuk 15% dan 4,5 Jumlah kadar lemak untuk perendaman
untuk 20%. Berdasarkan hasil penelitian pada air garam adalah sebesar 36,4 untuk 5%,
Gambar 3 menunjukkan bahwa nilai kadar abu 29,8 untuk 10%, 31,0 untuk 15% dan 28,8
setelah perendaman semakin meningkat jika untuk 20%. Sedangkan jumlah kadar lemak
dibandingkan dengan yang tanpa menggunakan untuk perendaman air kapur adalah sebesar

137
Volume 6, No. 2, 2017: 132-142 Jurnal Akademika Kimia

Gambar 5. Hubungan antara kadar protein


Gambar 4. Hubungan antara kadar lemak dengan konsentrasi perendaman air garam dan
dengan konsentrasi perendaman air garam dan air kapur
air kapur untuk 20%. Sedangkan jumlah kadar protein
29,4 untuk 5%, 27,2 untuk 10%, 24,6 untuk untuk perendaman air kapur adalah sebesar
15% dan 29,8 untuk 20%. Berdasarkan hasil 0,56 untuk 5%, 1,5 untuk 10%, 1,12 untuk
penelitian pada Gambar 4 menunjukkan 15% dan 0,46 untuk 20%. Berdasarkan hasil
bahwa nilai kadar lemak setelah perendaman penelitian pada Gambar 5 menunjukkan
semakin menurun jika dibandingkan dengan bahwa nilai kadar protein setelah perendaman
tanpa menggunakan perendaman. Hal ini semakin menurun jika dibandingkan dengan
disebabkan karena bersifat basa menjadi sabun yang tanpa menggunakan perendaman dari
sehingga kadar lemak mengalami penurunan sebelum dilakukan perendaman. Penjelasan
karena terjadinya penyabunan (saponifikasi). diatas, memberikan informasi bahwa kadar
Proses saponifikasi terjadi karena reaksi antara protein belum memenuhi standar SNI 01-
trigliserida dengan alkali. 2973-1992 dari kandungan cookies.
Berdasarkan data pada Gambar 4 diatas, Hal ini disebabkan karena adanya proses
memberikan informasi bahwa kadar lemak pemanasan yang membuat protein mengalami
yang paling baik adalah pada perendaman air denaturasi. Denaturasi dapat mengubah
kapur dengan konsentrasi 15% karena hampir sifat protein menjadi sukar larut dalam air.
mendekati standar mutu SNI 01-3747-2009 Penggumpalan ini dapat disebabkan oleh
dari kakao bubuk yaitu min.10,0% yang pemanasan, penambahan asam, penambahan
dimana nilai dari perendaman air kapur pada enzim, dan adanya logam berat Penambahan
konsentrasi 15% yaitu 24,6%. asam asetat dilakukan setelah pemanasan
pada suhu 80°C. Pemanasan lebih lanjut dan
Kadar Protein penambahan asam ini akan menyebabkan
Penentuan kadar protein pada tepung denaturasi rusaknya struktur protein sehingga
biji menggunakan metode kjeldahl. Metode protein akan mengendap. Denaturasi dapat
kjeldahl merupakan metode yang sederhana diartikan sebagai perubahan atau modifikasi
untuk penetapan nitrogen total pada asam terhadap struktur sekunder, tersier dan
amino, protein dan senyawa yang mengandung kuartener molekul protein, tanpa terjadinya
nitrogen. Cara Kjeldahl digunakan untuk pemecahan ikatan ikatan kovalen. Karena
menganalisis kadar protein kasar dalam bahan itu denaturasi dapat pula dikatakan sebagai
makanan secara tidak langsung karena senyawa suatu proses terpecahnya ikatan hidrogen
yang dianalisisnya adalah kadar nitrogennya. interaksi hidrofobik, ikatan garam,dan
Dengan mengalikan hasil analisis tersebut terbentuknya lipatan atau wiru molekul.
dengan faktor konversi 6,25 diperoleh nilai
protein dalam bahan makanan tersebut Kadar Karbohidrat
(Rahmawati, 2012). Karbohidrat merupakan komponen
Analisis kadar protein umumnya bertujuan bahan pangan yang berperan sebagai
untuk mengukur kadar protein dalam tepung penyuplai energi. Selain menghasilkan energi,
biji kakao. Dari hasil penelitian yang dilakukan karbohidrat dalam bahan pangan juga berperan
diperoleh kadar protein tanpa perendaman menentukan karakteristik tekstur. Penetuan
sebesar 9,28%. Sedangkan kadar protein yang kadar karbohidrat pada tepung biji kakao
dihasilkan setelah perendaman dapat dilihat menggunakan metode fenol. Metode ini
pada Gambar 5. disebut juga dengan metode TS (total sugar)
Jumlah kadar protein untuk perendaman yang digunakan untuk mengukur total gula.
air garam adalah sebesar 2,06 untuk 5%, Metode ini dapat mengukur dua molekul gula
1,97 untuk 10%, 1,68 untuk 15% dan 1,12 pereduksi. Gula sederhana, oligosakarida, dan

138
Asmaul Husna Pembuatan Tepung dari Biji Kakao (Theobroma cacao L) ..........

turunannya dapat dideteksi dengan fenol dalam sampel diabukan terlebih dahulu kemudian
asam sulfat pekat yang akan menghasilkan ditambahkan HNO3 pekat yang berfungsi
warna jingga kekuningan yang stabil. untuk melarutkan atau menghancurkan logam-
Hasil penelitian yang dilakukan tanpa logam yang terdapat dalam sampel karena asam
perendaman diperoleh kadar karbohidrat nitrat dapat menstabilkan logam-logam yang
sebesar 42,80%. Sedangkan kadar karbohidrat akan dianalisis. Setelah ditambahkan larutan
yang dihasilkan setelah perendaman dapat HNO3, lalu sampel didiamkan semalam.
dilihat pada Gambar 6 : Pendiaman sampel semalam ini berfungsi
untuk melarutkan dan memutuskan ikatan-
ikatan organik (Fitriani, dkk., 2012).
Hasil penelitian yang dilakukan tanpa
perendaman diperoleh kadar kalium sebesar 2,4
mg/L. Sedangkan kadar kalium yang dihasilkan
setelah perendaman dapat dilihat pada Gambar
7:

Gambar 6. Hubungan antara kadar


karbohidrat dengan konsentrasi perendaman
air garam dan air kapur
Jumlah kadar karbohidrat untuk
perendaman air garam adalah sebesar 30,72
untuk 5%, 30,21 untuk 10%, 24,86 untuk Gambar 7. Hubungan antara kadar kalium
15% dan 16,45 untuk 20%. Sedangkan jumlah dengan konsentrasi perendaman air garam dan
kadar karbohidrat untuk perendaman air kapur air kapur
adalah sebesar 37,51 untuk 5%, 78,26 untuk
10%, 69,47 untuk 15% dan 68,19 untuk 20%. Jumlah kadar kalium untuk perendaman
Berdasarkan hasil penelitian pada Gambar 6 air garam adalah sebesar 2,4 mg/L untuk 5%,
menunjukkan bahwa nilai kadar karbohidrat 2,0 untuk 10%, 2,7 untuk 15% dan 2,4 untuk
dengan menggunakan perendaman air garam 20%. Sedangkan jumlah kadar kalium untuk
dan air kapur terdapat perbedaan yang nyata. perendaman air kapur adalah sebesar 2,6 mg/L
Dimana pada perendaman air kapur kadar untuk 5%, 2,0 untuk 10%, dan 15% serta 2,8
karbohidratnya lebih tinggi. Hal ini berarti untuk 20%. Berdasarkan hasil penelitian pada
pada perendaman air kapur kualitasnya lebih Gambar 7 menunjukkan bahwa nilai kadar
baik pada konsentrasi 10% karena sudah kalium dengan menggunakan perendaman air
hampir memenuhi standar SNI 01-2973- garam dan air kapur terdapat perbedaan. Dari
1992 dari kandungan cookies yaitu min.70%, kedua hasil tersebut nilai kadar kalium yang
yang dimana nilai kadar karbohidrat dari lebih tinggi adalah pada perendaman air garam.
perendaman air kapur pada konsentrasi 10%
adalah 78,26. Hal ini disebabkan karena Kadar Kalsium
terjadi hidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan Pada penentuan kadar kalsium tepung biji
fruktosa oleh karena itu kadar karbohidrat naik kakao juga digunakan spectro direct dengan
dibandingkan dengan tanpa menggunakan menggunakan panjang gelombang 571 nm.
perendaman. Sebelum mengukur kadar kalsium pada
tepung biji kakao, sampel diabukan terlebih
Kadar Kalium dahulu kemudian ditambahkan HNO3
Kalium adalah salah satu elemen kimiawi pekat yang berfungsi untuk melarutkan atau
berupa logam alkali. Kalium dalam tubuh menghancurkan logam-logam yang terdapat
merupakan kation intraseluler dominan yang dalam sampel karena asam nitrat dapat
berperan penting dalam fungsi tubuh normal. menstabilkan logam-logam yang akan dianalisis.
Pada penentuan kadar kalium tepung biji kakao Setelah ditambahkan larutan HNO3, lalu
menggunakan spectro direct dengan panjang sampel didiamkan semalam. Pendiaman sampel
gelombang 730 nm. Sebelum mengukur semalam ini berfungsi untuk melarutkan dan
kadar kalium pada tepung biji kakao, memutuskan ikatan-ikatan organik. Analisis

139
Volume 6, No. 2, 2017: 132-142 Jurnal Akademika Kimia

kadar Ca dikomplekskan dengan metil petaline untuk melarutkan dan memutuskan ikatan-
(C20H26NO3) (Fitriani, dkk., 2012). ikatan organik (Fitriani, dkk., 2012).
Hasil penelitian yang dilakukan tanpa Hasil penelitian yang dilakukan tanpa
perendaman diperoleh kadar kalsium sebesar perendaman diperoleh kadar besi sebesar 0,8
41 mg/L. Sedangkan kadar kalsium yang mg/L. Sedangkan kadar besi yang dihasilkan
dihasilkan setelah perendaman dapat dilihat setelah perendaman dapat dilihat pada Gambar
pada Gambar 8 : 9:

Gambar 8. Hubungan antara kadar kalsium Gambar 9. Hubungan antara kadar besi
dengan konsentrasi perendaman air garam dan dengan konsentrasi perendaman air garam dan
air kapur air kapur

Jumlah kadar kalsium untuk perendaman air Jumlah kadar besi untuk perendaman air
garam adalah sebesar 7 mg/L untuk 5%, 10% garam adalah sebesar 0,59 mg/L untuk 5%,
dan 15% serta 6 untuk 20%. Sedangkan jumlah 0,50 untuk 10%, 0,39 untuk 15% dan 0,46
kadar kalsium untuk perendaman air kapur untuk 20%. Sedangkan jumlah kadar besi
adalah sebesar 8 mg/L untuk 5%, 7 untuk 10%, untuk perendaman air kapur adalah sebesar
dan 8 mg/L untuk 15% dan 20%. Berdasarkan 0,60 mg/L untuk 5%, 0,18 untuk 10%, 0,35
hasil penelitian pada Gambar 8 kadar kalsium untuk 15% dan 0,65 untuk 20%. Berdasarkan
tepung biji kakao lebih rendah dibandingkan hasil penelitian pada Gambar 9 menunjukkan
tanpa menggunakan perendaman. Pada bahwa nilai kadar besi dengan menggunakan
gambar menunjukkan bahwa nilai kadar perendaman air garam dan air kapur terdapat
kalsium dengan menggunakan perendaman perbedaan. Kedua hasil tersebut nilai kadar besi
air garam dan air kapur terdapat perbedaan. yang lebih tinggi adalah pada perendaman air
Dimana pada perendaman air kapur nilai kadar garam daripada perendaman air kapur. Hal ini
kalsiumnya lebih tinggi dibandingkan dengan dikarenakan pada air kapur terkandung ion-
menggunakan perendaman air garam. Hal ini ion yang memiliki sifat kelektronegatifan yang
disebabkan karena kalsium yang terkandung cukup besar sehingga mudah menarik ion-ion
dalam air kapur meresap kedalam biji kakao bermuatan positif yang besar pula, contohnya
sehingga kadar kalsium dalam tepung biji ion Fe. Karena ion Fe lebih cenderung berikatan
kakao lebih tinggi menggunakan perendaman dengan ion OH- dari air kapur membentuk
air kapur dibandingkan dengan air garam senyawa Fe(OH)3 sehingga menghasilkan
ditambah lagi kandungan kalsium dari biji kadar Fe yang lebih rendah. Sedangkan pada
kakao itu sendiri. air garam ion Fe kurang berikatan dengan
Cl- membentuk senyawa FeCl3 sehingga
Kadar Besi menghasilkan kadar Fe yang lebih tinggi.
Pada penentuan kadar besi tepung biji kakao Adanya perbedaan tersebut diakibatkan dari
digunakan colorimeter dengan menggunakan sifat kelekteronegatifan unsur-unsur yang
panjang gelombang 562 nm. Sebelum berkaitan. Kelektronegatifan ialah kemampuan
mengukur kadar besi pada tepung biji kakao, minimum suatu unsur untuk menarik elektron
sampel diabukan terlebih dahulu kemudian terdekat dengan mengandalkan karakteristik
ditambahkan HNO3 pekat yang berfungsi unsur yang bersangkutan. Diketahui bahwa
untuk melarutkan atau menghancurkan logam- unsur O memiliki sifat kelektronegatifan yang
logam yang terdapat dalam sampel karena asam lebih besar daripada unsur Cl berdasarkan
nitrat dapat menstabilkan logam-logam yang teori memang unsur halogen cenderung
akan dianalisis. Setelah ditambahkan larutan memiliki sifat keelektronegatifan yang besar
HNO3, lalu sampel didiamkan semalam. dibandingkan unsur-unsur yang lain. Diketahui
Pendiaman sampel semalam ini berfungsi harga keelektronegatifan dari unsur Cl- adalah

140
Asmaul Husna Pembuatan Tepung dari Biji Kakao (Theobroma cacao L) ..........

2,9, O adalah 3,5 dan H sebesar 2,1 (Albert & 707-716.


Wilkinson, 1989).
Bertazzo, A., Comail, S., Brunato, I., Zancato,
Kesimpulan M., & Costa, C. V. L. (2010). The content
Pembuatan tepung biji kakao dilakukan of protein and non protein (free and protein-
dengan cara perendaman, larutan yang bound) tryptohan in theobroma cacao
digunakan untuk merendam adalah air garam beans. Journal of pharmaceutical sciences,
dan air kapur pada berbagai konsentrasi. Vol.124(1), 93-96.
Kemudian, biji kakao diovenkan selama 3 hari
agar kadar airnya berkurang dan selanjutnya biji BSN. (1992). SNI-01-2973-1992 dari
kakao di tepungkan. Kadar air, abu, lemak, dan kandungan cookies: Badan Standar Nasional-
karbohidrat tepung biji kakao sudah hampir BSN, CS 1.67.230.
memenuhi standar SNI kecuali protein, yaitu
maks. 5,0% untuk kadar air, mak. 1,6% untuk BSN. (2009). SNI-01-3747-2009 dari kakao
kadar abu, min. 10,0% untuk kadar lemak, dan bubuk: Badan Standar Nasional-BSN, ICS
karbohidrat min. 70%. Tetapi, yang paling baik 67.140.30.
kualitasnya adalah menggunakan perendaman
air kapur dengan konsentrasi 20% dengan Darmasih. (1997). Prinsip soxhlet. peternakan.
nilai 2,8% untuk kadar air, pada konsentrasi litbang.deptan.go.id/user/ptek97-24.pdf.
15% dengan nilai 24,6% untuk kadar lemak Retrieved 06 Oktober 2015
dan pada konsentrasi 10% dengan nilai
78,26% untuk kadar karbohidrat. Sedangkan Febrianto, A., Basito, I., & Anam, I. C. (2014).
untuk kadar abu kualitas yang paling baik Kajian karakteristik fisikokimia dan sensoris
adalah menggunakan perendaman air garam tortilla corn chips dengan variasi larutan
dengan konentrasi 5% dengan nilai 4,1%. alkali pada proses nikstamalisasi jagung.
Kedua perendaman tersebut yang paling baik Jurnal Teknosains Pangan, 3(3), 22-34.
kualitasnya adalah menggunakan perendaman
air kapur dibandingkan dengan menggunakan Fitriani, N. C., Walanda, D. K., & Rahman,
perendaman air garam. N. (2012). Penentuan kadar kalium (K)
dan kalsium (Ca) dalam labu siam (sechium
Ucapan Terima Kasih edule) serta pengaruh tempat tumbuhnya.
Ucapan terima kasih penulis berikan kepada Jurnal Akademika Kimia, 1(4), 174-180.
laboran laboratorium Kimia FKIP Universitas
Tadulako dan semua pihak yang banyak Haryono. (2003). Analisis bahan makanan dan
membantu penulis dalam menyelesaikan
penelitian ini. pertanian. Yogyakarta: Penerbit Liberty
Yogyakarta Bekerja Sama dengan Pusat
Referensi antar Universitas Gadjah Mada dan Gizi
Afoakwa, E. O., Quao, J., Budu, A. S., & Universitas Gadjah Mada.
Saalia, F. K. (2011). Chemical composition
and physical quality characterictics of Hutapea, P. (2010). Pembuatan tepung biji
ghanaian cocoa beans as affected by pulp durian (durio zibethinus murr) dengan
pre-conditioring and fermentation. Journal variasi perendaman dalam air kapur dan uji
of food science and technology, 47(1), 3-11. mutunya. (Skripsi), Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Albert, C. F., & Wilkinson, G. (1989). Kimia
anorganik dasar. Jakarta: UI Press. Ikhsanudin, A. (2010). Proses pengolahan tepung
terigu. (Laporan Magang di PT.Indofood
Andarwulan, N., Kusnandar, F., & Herawati, Sukses Makmur). (Tbk Bogasari Flour
D. (2011). Analisis pangan. Jakarta: Dian Mills Divisi Tanjung Priok, Jakarta utara)
Rakyat.
Makfoeld, D., Djagal, W. M., & Pudji, H.
Belscak, A., Komes, D., Horzic, D., Ganic, K. (2002). Kamus istilah pangan dan nutrisi.
K., & Karovic, D. (2009). Comprative study Yogyakarta: Kanisius.
of commercially available cocoa products in
term of their bioactive composition. Journal Nurhidayah. (2011). Analisis mineral dan
of food technology and biotechnology, 42(9), vitamin C pada buah pisang barangan

141
Volume 6, No. 2, 2017: 132-142 Jurnal Akademika Kimia

(musa parasidiaca L) berdasarkan tingkat Suherman, Solfarnina, & Rahmawati, S.


kematangan. (Skripsi), Universitas Tadulako, (2014). Pemulihan dan peningkatan buah
Palu. kakao dengan cara pemberian suplemen unsur
hara dari tonasinya yang diblending dengan
Rahmawati, V. M. (2012). Penetapan kadar kitosan serta pemanfaatannya untuk biskuit-
protein dan non protein nitrogen (NPN) kripik (BISPIK). (Laporan Penelitian),
Lembaga penelitian Universitas Tadulako,
pada ulat kidu (rhynchophorus ferrugineus) Palu.
dan hasil olahannya dengan metode kjeldahl.
(Skripsi), Universitas Sumatera Utara, Zanora, Y. (1999). Penentuan lama perendaman
Medan. dalam kalsium hidroksida (Ca(OH)2)
dan lama pengeringan manisan nangka
Sudarmadji, S. (1989). Analisa bahan makanan (artocarpus heterophyllus) Kering. (Skripsi),
dan pertanian. Yogyakarta: Penerbit Liberti. Universitas Pasundan, Bandung.

142

You might also like