Professional Documents
Culture Documents
BI - Pembelajaran Terbimbing PDF
BI - Pembelajaran Terbimbing PDF
PENDAHULUAN
murid untuk melatih menggunakan bahasa secara aktif. Disamping itu pengajaran
termasuk kosa kata dan keterampilan penggunaan bahasa itu sendiri dalam bentuk
bahasa tulis. Akan tetapi dalam hal ini guru bahasa Indonesia dihadapkan pada
dua masalah yang sangat dilematis. Di satu sisi guru bahasa harus dapat
menyelesaikan target kurikulum yang harus dicapai dalam kurun waktu yang
telah ditentukan. Sementara di sisi lain porsi waktu yang disediakan untuk
latihan yang cukup untuyk memberikan siswa dalam karang-mengarang. Dari dua
Ada beberapa faktor penyebabnya yaitu, (1) sistem ujian yang biasanya
menjabarkan soal-soal yang sebagian besar besifat teoritis, (2) kelas yang terlalu
besar dengan jumlah murid berkisar antara empat puluh sampai lima puluh orang.
1
Materi ujian yang bersifat teoritis dapat menimbulkan motivasi guru
empat puluh sampai lima puluh lembar, kadang hal itu masih harus berhadapan
dengan tulisan-tulisan siswa yang notabene sulit dibaca. Belum lagi ia harus
mengajar lebih dari satu kelas atau mengajar di sekolah lain, berarti yang harus
diperiksa empat puluh kali sekian lembar karangan. Oleh karena itu, tidak jarang
guru yang menyuruh muridnya mengarang hanya sebulah sekali atau bahkan
sampai berbulan-bulan.
atau tugas itu terlalu berat untuk siswa, sehingga ia merasa kasihan memberikan
muridnya. Asumsi tersebut tidak bisa dibenarkan, karena justru dengan seringnya
latihan-latihan yang diberikan akan membuat siswa terbiasa dengan hal itu. Kita
tahu baha ketermpilan berbahasa akan dapat dicapai dengan baik bila dibiasakan.
Kalau guru selalu dihantui oleh perasaan ini dan itu, bagaimana muridnya akan
2
Bahasa Indonesia dengan Metode Pembelajaran Terbimbing Pada Siswa
Kelas…………”.
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut:
1. Seberapa jauh peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran bahasa
kelas…………………………….?
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
3
1. Sekolah sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
karena itu, kemampuan menulis siswa perlu mendapat perhatian yang optimal
informasi dari bacaan (Depdikbud, 1994). Hal ini sesuai dengan profil dan ciri
tulisan siswa yang pada umumnya lebih berorientasi pada bentuk narasi dari pada
non-narasi (Antey dan Null dalam Gibbon, 1994; Kroll dan Wells, 1983).
Narrative writing is still the most frequently used form at each grade level pre-
primer through grade 6 (hasil studi Flood dan Lapp dalam Heller, 1991: 106).
peribadinya.
Untuk dapat menulis cerita siswa harus memahami konsep struktur cerita
(SC). Pemahaman ini tidak dapat siswa peroleh lewat pembelajaran yang
intelektual yang berada pada tahap operasi konkret antara 7 – 11 tahun memiliki
5
karakteristik sebagai berikut: Children deal with logical processes, but deal with
only one form of classification at a time, logical thought requires actual physical
object or events (dalam Spodek, 1994: 75). Didasarkan pada hal di atas,
pada pembelajaran yang nyata dengan teks bacaan. Melalui kegitan membaca
guru hrus memilih stategi pembelajaran yang optimal. Namun, dari hasil
konvensional, (2) orientasi produk, (3) menulis disikapi sebagai kegiatan yang
konsep SC dan terampil menerapkan konsep tersebut dalam menulis cerita. PMC
yang dilakukan melalui kegiatan reading stories, talking about storie, retelling,
dan writing stories merupakan suatu proses integrasi dari kemampuan berbahasa
mengatasi kondisi di atas. Hasil penelitian Myers dan Grey (dalam Norton dan
Norton 1994), Olson (1992), Mason (1989), Leys (dalam Mason, 1989), dan
6
Tompkins (1994) menunjukkan bahwa penggunan dan pemahaman terhadap teks
(Papas, 1995) memberikan kontrivusi yang baik terhadap tulisan siswa dan lebih
merupakan cra yang baik untuk mengembangkan konsepsi siswa tentang cerita,
struktur cerita, juga tentang struktur bahasa yang digunakan.tulisan ini akan
rekursif. Flower dan Hayes (dalam Mazano) percaya bahwa the writing is far
from linear, rather it is interactive and recursive. Sebagai sutau proses, menulis
Proses ini bersifat fleksibel dan tidak kaku dalam arti pada saat satu tahapan telah
dilakukan, dan tahapan selanjutnya akan dikerjakan, siswa dapat kembali pada
yang akan mereka tulis, memilih tema dan menentukan topik tulisan melalui
7
“In writing, brainstorming and other kinds of prewriting activities could
membaca buku dan sastra, serta menggunakan chart dan gambar, saat siswa
menuangkan ide dan menyusun konsep cerita yang ditulisnya. Pada tahap
selanjutnya teks yang akan disusun akan diperbaiki, diubah, dan disusun ulang.
penggarapan struktur cerita yang telah disusunnya. Siswa bisa mengubah watak
pelaku yang semula jahat menjadi baik misalnya atau menyelipkan peristiwa lain
penyempurnaan tulisan cerita yang dilakukan sebelum publikasi, pada tahap ini
siswa menyualinkembali kedalam folio bergaris draft cerita yang telah dibuatnya
melalui pengerjaan chart sehingga menjadi sebuah karangan yang utuh. Pada saat
yang sama siswa juga melakukan perbaikan kesalahan yang bersifat mekanis
yang berkaitan dengan ejaan dan tanda baca. Pada tahap Publishing, siswa
8
(sharing). Kegiatan (sharing) dapat dilakukan (sharing) diantaranya melalui
Proses menulis yang terdiri dari tahapan-tahapan dan setiap tahapannya harus
dilewati ini telah mengarahkan siswa pada kemampuan menulis yang baik.
perasaan yang disusun dalam bentuk karangan ini merupakan sasil suatu proses
membaca untuk tujuan rewriting atau rereading karena membaca dan menulis
dimiliki anak dengan informasi yang tertuang dalam teks. Aminudin (1995)
kalimat, sampai ke rekonstuksi makna dalam konteks dan teks. Reading is related
9
Saat membaca cerita, anak berpikir secara kritis dan kreatif melihat dan
pendapatnya bahwa “Reading and writing are the products of skill equitation,
print, respectively.
dihasilkan sebagai hasil proses transaksi dengan teks. Pemberian skemata tentang
pemahaman siswa tentang struktur cerita (Gordons dan Broun’s, 1982). Hanya
dengan mempelajari hasil tulisan orang lain (lewat kegiatan membaca), anak
dapat belajar tentang teknik menulis (Funk, at.al. 1993). Hanya dari bahasa tulis
orang lain anak dapat mengamati dan memahami konvensi serta gagasan secara
Guided Writing is the heart of the writing program (Routman, 1994: 66).
teacher to give the needed guidance in each case. Most children need specific
10
Dengan demikian, bentuk bimbingan yang diberikan dalam pembelajaran
The students had to be motivated to wont to write (Many were shy about
writing because they felt they have nothing about, or they didan’t know how to
expected to do this by giving the students sample practice in writing through the
melalui tahapan proses menulis. Hal ini didasarkan pada pendekatan GWP yang
“They are several reason why the GWP approach seen to facilitate
writing in content area. First, integrating reading and writing tasks fosters
kriteria during the writing process has been found to imp rave the quality of
11
C. Pelajaran Menulis Berdasarkan GWP
yang telah dibaca melalui kegiatan mendisi chart dan kegitan sharing
berikut.
pengerjaan chart.
12
d. Melakukan konferens dan diskusi berkaitan dengan revisi draft awal.
dikemukakan Huck dan Slager berikut. “The model must be short not too much
longer than the composition the student will eventually be expected to write, they
must be contemporary and reasonably simple (not to far beyond the style the
organization that careful and obvious (Slager, 1975: 225) …. The basic
considerations for the evaluation of fiction for children are a well constructed
plot the moves, a significant theme, authentic setting, a credible point of view,
1987: 27).
Didasarkan pada kriteria di atas maka telah terjaring empat model cerita
antara lain “Sekuntum Mawar Merah”, “Berkah”, “Akulah Si Jago Nembak”, dan
“Pulang Kampung”.
Sementara itu chart SC dimodifikasi dari model chart yang disusun oleh
Richard Brown dan Dorren Teasdale (1994) berdasarkan ciri esensial chart yang
“(1) The first essential of chart constructions is the children must have had
same vivid, Interesting experience, real or vicarious, (preferable real), which fills
their mind with ideals….. the subject must be something that is vital to them and
13
something that the which to talk about. (2) The second essential ….. is that the
children have same motive for recording their expression (Robinson, 1980: 102).
14
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Prosedur Kerja
penelitian dan selanjutnya digarap melalui empat tahap secara berdaur mulai dari
B. Rancangan Penelitian
Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat
2003: 3).
15
Sedangkah menurut Muklis (2003: 5) PTK adalah suatu bentuk kajian
yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka
penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart
(dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus
16
Putaran 1
Refleksi Rencana
awal/rancangan
Tindakan/ Putaran 2
Observasi
Rencana yang
Refleksi direvisi
Tindakan/ Putaran 3
Observasi
Rencana yang
Refleksi direvisi
Tindakan/
Observasi
17
atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran model pembelajaran
terbimbing.
masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan
membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir
C. Instrumen Penelitian
1. Silabus
18
Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai
pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-
3. Tes formatif
GWP. Data hasil penelitian ini berupa data verbal dan non-verbal berupa bentuk
optimal, (2) format media chart SC yang mengalami perbaikan sampai hasil dan
kegiatan menulis siswa, dan (5) dokumentasi hasil catatan lapangan berupa
19
1. Tempat Penelitian
………………………...
2. Waktu Penelitian
3. Subyek Penelitian
masa liburan.
F. Analisis Data
hasil pengamatan berupa perilaku empiris dan hasil kerja dikumpulkan, dipilah
digunakan sebagai dasar melakukan tindakan, data yang tidak relevan direduksi.
kegiatan membaca dan menulis siswa dianalisi berdasarkan teknik penilain yang
disodorkan Morrow (1990) namun untuk tujuan praktis maka daya yang disajikan
20
Penganalisisan data dilakukan dengan menuyusun rambu-rambu analisis
yang didasarkan pada kriteria dengan indikator, ciri descriptor, dan kualifikasi
Tabel 1.
21
Rambu-rambu Analisis Proses Pembentukan Kemampuan Mementukan
Tahap Kualifikasi
Prosedur Pembentukan
Pembel Focus Kemampuan SB B C K SK
Kemampuan
.
PKMT Kesesuaian hasil karangan - Menyusun daftar ide
C dengan : - Memilih tema
Penentuan tema - Menentukan judul tema
Penentuan judul - Mengembangkan tema
Pengembangan tema
PKMPP Ketetapan penentuan watak - Menentukan pelaku dan
pelaku (WP) penggarapan WP sesuai
Ketetapan penggambaran tema
(WP) - Menentukan
Kelengkapan penggambaran penggarapan WP
(WP) melalui dialog
- Menentukan
penggarapan WP
melalui perilaku
- Menentukan
penggarapan WP
melalui gambaran fisik
PKML Ketetapan penentuan latar - Menentun dan
C cerita (LC) menggambarkan LC
sesuai tema
- Menentukan latar
tempat
- Menentukan latar waktu
- Menentukan suasana
cerita
PKMR Ketentuan penyusunan - Menyusun dan
C rangkaian cerita (RC) mengembangkan RC
Kelengkapan pengembangan secara runtut
RC - Menyusun bagian awal
Ketetapan pengemangan cerita
awal cerita - Menyusun bagian isi
Ketetapan pengembangan cerita
akhir cerita - Menyusun bagian akhir
cerita
Keterangan :
22
PKMLC : Pembentuan Kemampuan Menggarap Latar Cerita
SB : Sangat baik
: Baik
C : Cukup
K : Kurang
SK : Sangat Kurang
Tabel 2
Tahap Kualifikasi
Kriteri Indikat
Pembel. dan Deskriptor
a or SB B C K SK
Hasil
PKMTC- HKC Tepat Menggambaran ide sendiri
KMTC Relevan denga pilihan tema
Hasil pengembangan tema
PKMPPP- HKC Tepat Membuat pelaku dan WP yang
KMPP Lengk relevan dengan tema
ap Penggarapan watak lewat dialog
Penggarapan watak lewat perilaku
Penggarapan watak lewat
gambaran pisik
PKMLC- HKC Tepat Menentukan dan menggambarkan
KMLC Lengk LC yang relevan dengan tema
ap Menggambarkan suasana cerita
Menggambarkan tempat kejadian
Menggambarkan waktu kejadian
PKMRC- HKC Runtut Susunan runtut RC runtut dan
KMRC Tepat relevan dengan tema
Lengk Memuat awal cerita
ap Memuat isi cerita
Memuat akhir cerita
Keterangan :
23
PKMTC : Pembentuan Kemampuan Menggarap Tema Cerita
WP : Watak Pelaku
LC : Latar Cerita
RC : Rangkaian Cerita
SB : Sangat baik
: Baik
C : Cukup
K : Kurang
SK : Sangat Kurang
BAB IV
24
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Penelitian
pengubahan dan pengerjaan chart, dan (4) penguabahan strategi belajar. Sebagai
kemampuan menulis siswa terpotong-potong. Karena itu, pda siklus II dan III
proses pembelajaran dilakukan dalam dua tahap. Untuk kebutuhan praktis juga
maka ringkasan proses tindakan ini tidak akan dijelaskan lebih lanjut dan hanya
akan diruraikan siklus I, III dan IV saja sebagimana terlihat pada tabel 3, 4 dan
yang dilakukan didasarkan pada fakta empiris dan hasil refleksi setiap siklus.
berikutnya. Pada siklus IV siswa sudah dianggap mampu menulis cerita melalui
B. Pembahasan
25
1. Pemahaman dan Penentuan Tema Cerita
pelaku dan perwatakan, (3) latar cerita, dan (4) penyusunan rangkaian cerita.
varisasi yang berbeda. Ada siswa yang meniru tema secara utuh dengan tema,
“Lingkungan Sekolah”
Pada hari sabtu anak kelas 4 ditugaskan oleh ibu guru untuk kerja bakti …
Ajat adalah anak terbandel di kelasnya… Pada waktu kerja Ajat mengganggu
(HM1-Wh).
26
Dari ringkasan cerita di atas terlihat siswa menulis cerita dengan tema,
sebagai berikut.
bunga mawar yang di tanam Reni … guru Agama yaitu Pak Mustaqim
menjelaskan tentang tata cara bergaul yang baik … tanpa diduga Imron maju
berdasarkan ide sendiri seperti terlihat dalam cluster berikut walaupun masih
Makan pop mie di Ancol saya berenang saya juga pergi ke Sea World.
27
berkaitan dengan tokoh antagonis. Walaupun tema dan alur cerita berbeda
namun siswa menulis cerita dengan meniru penggarapan pelaku. Begitu juga
mendapat teman baru namun selalu disertai perwatakan pelaku yang nakal
atau bandel lain halnya dengan cerita “Keajaiban (HM1-Gt) dan “Perlawanan
tentang keajaiban yang ditimbulkan oleh sebuah pedang ajaib yang bisa
berkepala banteng … Doom 2 terperosik ke ruamh tua yang ada tentara Nazi.
Nazi adalah tentara komunis Jerman Hitler Adolf (penulisan Hitler Adolf
28
Sementara itu 4,76% siswa telah dpat menulis cerita berdasarkan ide
sendiri. Namun, isi cerita berdasarkan ide sendiri. Namun, isi cerita yang
ditulis ternyata tidak memiliki kesesuaian isi dengan tema yang telah mereka
tentukan. Cerita-cerita tersebut antara lain “Pagi Yang Cerah” (HM1 –Ag) dan
Tema cerita yang ditulis siswa pda siklus I sampai IV antara lain
cerita sejarah, fantasi, binatang, cerita horror, petualangan, dan misteri seperti
“Aryati sedang bermain di laut, dia bersedih karena berambut hitam … dia
bagaimana memberi dan menerima kasih sayang terhadap binatang serta kisah
“Pada suatu waktu di rumah, tikus desa dan tikus kota sedang menyapu
29
Dalam modeling (imitating written sample) (Myers dan Grey dalam
dewasa sebagai model tulisan bagi anak. Model cerita diberikan kepada anak
beberapa kali sampai pada akhirnya anak dapat menulis cerita berdasarkan
model yang dibuatnya sendiri (Blakburn, 1982). Pada awalnya anak dapat
variasi bahasa sendiri, menulis cerita dengan meniru penokohan yang ada
tabel berikut.
Tabel 5
30
2. Kemampuan Penggarapan Pelaku dan Perwatakan
penggambaran wataknya. Namun pada siklus ini pada dasarkan 19,05% siswa
“Pada waktu di kelas Titin mencuri penggaris karena Titin dendam kepada
Rina (HM1-An).
Sifat tokoh Titin dlam HM1-An sama dengan tokoh Imron dalam
didasarkan pada pemahaman mereka bahwa dalam cerita selain tokoh baik
ada juga tokoh yang jahat/tidak baik. Siswa menjelaskannya melalui dialog
“Laila menasehti Ani …. Ani membantah, ia bilang untuk apa bertanya. Laila
pun tak mau kalah … Ani pun mengambil pengaris dan memukulkannya
31
“Apakah kamu mau memberikan makanan untuk kera itu?, Tanya Titi. “Apa,
tidak mamu memberi yang sudah.” ….. lalu Didi memukul Titi…… (HM 2-
Ye).
“Putri akan dinikahkan dengan pangeran, sungguh pasangan yang cocok. Purti
cantik dan anggun dan juga baik hati dan pangeran tampan juga gagah
melalui keadaan fisik dan lingkungannya dapat terlihat dalam cerita Hantu
“Pak Bambang tiba-tiba mencium bau belerang ….. di balik pepohonan tiba-
32
Selain watak tokoh yang baik dan jahat, siswa menggambarkan tokoh
seram…..” I….i ….iya,” kata Rudi ….. “Tu ….. tunggu, apa kesalahan saya
hingga anda akan mengubah saya menjadi Domba”, Kata Rudi (HM3-Krt).
berikut.
“Saya sekarang tahu bahwa sudah biasa menabung. Tapi yang saya
bingungkan mengapa aku menabung untuk apa uangnya ya?”Waduh saya kok
lupa bahwa saya harus menjemput ayah ke airport”, kata saya dalam hati (HM
4-Nn).
33
Tabel 7
cerita dalam cerita yang ditulisnya. Berkaitan dengan latar cerita, penggarapan
dibedakan menjadi tiga yakni latar tempat, waktu, dan suasana cerita.
tempat sesuai dengan tema cerita, ada tempat yang nyata ada juga yang
“Ada sebuah rumah yang mewah dan bertingkat. Rumah itu dihuni oleh Amir
….. (HM1-Ye).
34
Kata “mewah” dan “bertingkat” menunjukan latar tempat berupa
sebuah rumah dalam keadaan yang sesuai dengan apa yang siswa maksudkan,
bukanlah rumah yang gubuk yang kecil tetapi sangat mewah. Untuk jenis
cerita fantasi siswa menetapkan latar tempat secara unik/fiktif seperti dalam
data berikut.
“Pada jaman dahulu ada sebuahpuri yang megah. Puri tersebut dinamakan
masa sekarang dengan variasi periode waktu pagi hari, siang, dan sore/malam
hari.
“Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, kini Andi
“Pada hari Sabtu sepulang dari Gresik saya pulang ke Jakarta. Saya berangkat
“Pada malam hari saat malam bulan purnama tiba-tiba telur jatuh di atas tikus
(HM3-Rn).
35
“Pada hari Kamis malam Jum’at Kliwon ada sebuah benda jatuh dari
langit….. (MH3-As).
“Pada jaman dahulu ada sebuah puri namanya puri mebel (HM2-Nn).
“Pada jaman dahulu kala hewan dapat berbicara. Ada hewan yang
terlihat adanya suasana cerita yang variatf. Variasi suasana penetapan cerita
36
Tabel 8
runtut, tetapi ada juga yang menyusunnya secara tidak lengkap misalnya cerita
tidak ada bagian akhirnya. Selain itu ada juga siswa yang menyusun cerita
secara lengkap tetapi tidak runtut. Susuna rangkaian cerita dengan urutan
“Pada hari minggu saat aku berdiam diri, tiba-tiba ayah mengajaku ke sawah
37
kemipun beristirahat di gubuk…. Hari sudah sore kamipun pulang dengan
antara awal cerita, bagian tengah atu isi cerita, dan bagian akhir cerita.
dengan urutan awal, tengah/isi cerita, dan akhir cerita. Dalam bagian awal
oleh salah satu tokoh dalam cerita tersebut. Selanjutnya pada bagian tengah
tercapainya sutau alternatif pemecahan masalah. Dan pada bagian akhir, cerita
cerita”Kebaikan” (HM1-Sk).
dengan cara menentukan cerita menjadi bagian awal, tengah/isi, dan pada
bagian akhir. Untuk menunjang cerita baik cerita bagian awal, isi, maupun
bagian akhir, maka siswa menyusun urutan peristiwa yang saling terkait
dalam bentuk alur cerita sehingga membentuk cerita dengan bagian awal yang
berisi masalah yang dikemukakan penulis. Selanjutnya bagian tengah atu isi
38
pada bagia akhir siswa baru mengemukakan alternatif pemecahan amalsah
yang diuraikan secara rinci sampai pada akhir cerita secara jelas.
baik. Sebagai contoh, berkaitan dengan penulisan cerita dengan tema yang
menentukan hal-hal yang menyebutkan suatu peristiwa dalam cerita itu tejadi.
Kalimat “Kejadian itu disebabkan oleh pak Diran yang sedang mabuk. Setiap
mabukkan,” bila dikaitkan dengan judul cerita yakni “Tabrak Lari 1” (HM3-
Wy) maka dapat disimpulkan bahwa siswa sudah memahami bahwa suatu
tentang fakta dan sebab-sebab suatu peristiwa. Hal serupa ditemukan pada
karangan siswa lainnya yakni karangan dengan tema yang memuat masalah
bagaiman suatu pertengkaran kecil dua oran ggadis yang bersahabat menjadi
39
berakhir hanya karean campur tangan kedua orang tua sehingga pertengkaran
Pada sisi lain, dasri cerita yang dibuat siswa juga ditemukan urutan
seserong. Pada saat kejadian terdapat dua orang saksi yakni anak yang
bernama Agus dan Wanto. Melihat kejadian tersebut keduanya merasa takut
melihat korban yang terkapar sudah menjadi mayat. Namun, akhirnya mereka
“….Kebetulan Agus dan Wanto baru pulang dari Anton. Merea melihat
kecelakaan itu dan mau menoling orang yang ditabrak. Ternyata orang yang
ditabrak meninggal dan Agus dan Wanto merasa takut …. Akan tetapi mereka
Selain berkaitan dengan hal di atas, siswa juga menulis cerita yang
didasarkan pada prediksinya tentang suatu cara yang dapat digunakan sebagai
jalan pemecahan dari masalah yang dihadapinya. Hal ini dapat dilihat dlam
uraian berikut.
40
“Keesokan harinya mereka sepakat untuk pulang pagi hari karena liburan
telah usai….. mereka tersesat, Karena hutannya sangat lebat maka mereka
tidak bisa menemukan jalan ke luar hutan….. “Hai teman-teman aku sudah
dapat akal yaitu kelilingi saja hutan ini”, kata Yanto. “Setuju”, kada Didi dan
Sm).
dapat berhasil.
proses berpikir. Pada saat proses menulis cerita dandari hasil karangan siswa,
suatu peristiwa dalam suatu rangkaian cerita secara lengkap. Proses berpikir
kritis juga terlihat saat siswa menentukan tepat tidaknya keputusan yang
41
Ketepatan prediksi siswa dalam menentukan urutan kejadian-kejadian
siswa juga dapat dilihat dari kreativitas siswa menususn hubungan sebab
Tabel 9
42
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
guider, dan instruktur. Lebih dari itu guru juga berperan sebagai stimulan
yakni sebagai penghadir gejala ataupun fakta berkenaan dengan suatu yang
sebagai model, chart sebagai media, gambaran dari sesuatu yang akan
hal ini guru berperan sebagai scaffolding bagi siswa dalam mencapai
keterampilan menulis.
43
2. Ditinjau dari segi siswa, keberhasilan di atas terbentuk oleh terdapatnya
kesesuaian antara fakta, gejala atau sesuatu yang dipelajari dengan tingkat
pengalaman yang dimiliki, dan kombinasi dari sesuatu yang dipelajari secara
menulis cerita.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses
belajar mengajar Bahasa Indonesia lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang
cukup matang, sehingga guru harus mempu menentukan atau memilih topik
yang benar-benar bisa diterapkan dengan cara belajar aktif model pengajaran
terarah dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
sering melatih siswa dengan kegiatan penemuan, walau dalam taraf yang
44
DAFTAR PUSTAKA
Rineksa Cipta.
Ellis, Arthur. 1989. Elementary Languager Arts Instructions. New Jersey: Prentice
Hall.
Funk, Robert. et.al. 1989. Option for Reading and Writing. New York: McMillan.
Press.
Heller, Marry F. 1991. Reading Writing Connections from Theory to Practice. New
Huck, Charlotte S. 1987. Children Literature in the Elementary Scholl. New York:
Hall; Rinerhart.
Illinois at Urbana.
45
Norton, Carol both. 1992. Thinking/Writing Fostering Critical. USA. Harper Collins
Publisher.
Robinson, Alan H. dan Nila B. Smith. 1980. Reading Instructions for Today’s
Shanahnan, Timothy. 1990. Reading and Writing Together: New Perspective for the
Smith, C. dan T.W. Bean. 1980. A Writing Procedure: Integrating Content Reading
Remaja Rosdakarya.
Spodek, Bernard, L. Saracho, dan Olivia W. 1994. Right from the Start Teaching
46
47