You are on page 1of 46

LAPORAN PENELITIAN

DANA DIPA UNIVERSITAS UDAYANA

KAJIAN TEKNIS DAN EKONOMIS


PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA
DI DESA SANAPAHAAN KECAMATAN KEDIRI

Ketua Peneliti :
Ir. Made Suarda, M.Eng.

Anggota Peneliti :
Ir. I Ketut Gede Wirawan, MT.

.
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2009

Dibiayai dari Dana DIPA Universitas Udayana


Anggaran 2009 dengan Surat Perjanjian Kontrak
Nomor: 1491C.36/H14/HM/2009
Tanggal 16 April 2009

1
LEMBAR PENELITIAN DIPA
UNIVERS ITAS UDAYANA
TAHUN 2009

1. Judul : Kajian Teknis dan Ekonomis Pembangkit Listrik


Tenaga Surya di Desa Sanapahan Kecamatan
Kediri

2. Ketua Peneliti :
a. Nama Lengkap dan Gelar : Ir. M ade Suarda, M .Eng.
b. Golongan/Pangkat/NIP : III.c / Penata / 131 882 090
c. Jabatan Fungsional : Lektor
d. Pengalaman Penelitian : Terlampir
e. Instansi : Fakultas Teknik Universitas Udayana

3. Jumlah Tim Peneliti : 2 (dua) orang

4. Lokasi Penelitian : di Desa Sanapahan Kecamatan Kediri, Kabupaten


Tabanan - Bali

5. Kerjasama :
a. Nama Instansi : -
b. Alamat : -

6. Jangka Waktu Penelitian : 8 (delapan) bulan

7. Biaya Penelitian : Rp. 7.500.000,00


(Tujuh Juta Lima Ratus Ribu Rupiah)

Denpasar, 12 Nopember 2009


M engetahui : Ketua Peneliti,
Dekan Fakultas Teknik UNUD

( Prof.Ir. I Wayan Redana, MAS c.,PhD. ) (Ir. Made S uarda, M.Eng.)


NIP. 130 624 856 NIP. 131 882 090

M enyetujui:
Ketua Lembaga Penelitian
Universitas Udayana

( Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS . )


NIP. 131 480 117

2
Abstrak

Potensi sumber energi terbarukan yang mungkin dikembangkan di Bali antara lain Pembangkit Listrik
Tenaga Mikro Hidro, Pembangkit Listrik Tenaga Surya, Pembangkit Listrik Tenaga Angin, Pembangkit
Listrik Tenaga Samudera dan Biomasa. Di Bali, SHS (Solar Home Systems) sudah terpasang dibeberapa
tempat terutama di pedesaan yang belum terdapat listrik PLN, antara lain di Desa Sanapahaan,
Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. Tapi karena harga per kWh listrik PLN yang relatif lebih murah
dan Pemerintah masih bisa memberikan subsidi maka dibeberapa tempat SHS (Solar Home Systems) tidak
dipergunakan lagi sedangkan dibeberapa desa lain yang tidak ada listriknya SHS masih dipakai dan masih
dipelihara dengan baik. Dilihat dari hal tersebut maka perlu dilakukan evaluasi efektivitas PLTS
(Pembangkit Listrik Tenaga Surya) untuk masa mendatang karena Pemerintah tidak akan bisa memberikan
subsidi terus menerus. Adapun tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui potensi tenaga
surya yang sampai dipermukaan bumi di lokasi kajian, dan mengkaji performansi PLTS yang telah
terpasang, serta untuk mengetahui layak tidaknya PLTS tersebut dikembangkan dari segi ekonomis.
Didalam melakukan Analisa Teknis dan Ekonomis dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya, satu unit solar
cell merk Mitsubishi Daya Puncak : 55 wattpeak - Jenis kristal: monokristal/singlekristal - Tegangan
MPP: 17,3 – 17,5 VDCdan perlengkapan lainya seperti sistem kendali dan accu. Dari hasil penelitian
kajian teknis dan ekonomis pembangkit listrik tenaga surya di Desa Senapahaan Kecamatan Kediri
Kabupaten Tabanan selama 3 hari dengan penyinaran rata-rata selama 10 jam maka dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa
Daya intensitas radiasi matahari rata-rata yang sampai ditempat kajian sebesar 613 watt/m2, Daya yang
dibangkitkan panel solar cell rata-rata sebesar 70,9 watt/jam, dengan efesiensi rata-rata sebesar 11,57%
dan daya yang keluar dari unit Kontrol solar cell rata-rata sebesar 61,7 watt/jam, dan efesiensinya sebesar
87% , dan daya bangkitan PLTS ditempat kajian sebesar 617 watt/hari maka lampu TL yang dapat
dinyalakan selama 11 jam perhari adalah sebanyak 6 lampu (@ 10 watt) dari 15 lampu yang terpasang.
Sedangkan dari segi ekonomis dibandingkan dengan harga listrik PLN, pembangkit listrik tenaga surya
kurang ekonomis dengan hasil nilai sekarang (NPV) nilainya negatif yang berarti tidak layak secara
ekonomis.

Kata kunci : PLTS, kajian ekonomis, performansi PLTS

3
I. PENDAHULUAN
Untuk menjamin keamanan pasokan energi dalam negeri dan untuk
mendukung pembangunan yang berkelanjutan, pemerintah menetapkan Kebijakan
Energi Nasional sebagai pedoman dalam Pengelolaan Energi Nasional (Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006). Tujuan dan sasaran kebijakan
energi nasional tersebut, salah satunya adalah terwujudnya energi (primer) mix yang
optimal pada tahun 2025.
Di Bali kebutuhan energi khususnya energi dalam bentuk energi listrik,
pasokan daya listrik untuk sistem kelistrikan Bali memiliki total daya terpasang
sebesar 657 M W dengan total Daya M ampu 562 M W yang disuplai dari empat
sumber yaitu interkoneksi Jawa-Bali 220 M W, PLTGU Gilimanuk 145 M W,
PLTG/PLTD Pesanggaran 196 M W dan PLTG Pemaron 96 M W. Sedangkan beban
puncak pada tahun 2006 adalah sebesar 426,20 M W (75% dari total Daya M ampu).
Pada tahun 2007 prediksi beban puncak adalah 446 M W (80% dari total Daya
M ampu), sehingga tenaga listrik cadangan yang tersedia hanya 116 M W (20%) yang
berarti kurang dari 30% atau masuk kategori kritis. Kondisi ini terbilang kritis,
karena bila pembangkit terbesar di Bali, PLTG Gilimanuk, yang memiliki daya 130
M W keluar dari sistem (misalnya terjadi kerusakan atau ada pemeliharaan/overhoul),
maka cadangan daya minus 14 M W. Jika hal ini terjadi maka Bali akan mengalami
pemadaman bergilir. Untuk itu penambahan pembangkit atau pasokan energi listrik
baru mutlak dibutuhkan.
Untuk menuju diversifikasi energi pembangunan pusat pembangkit listrik
diarahkan kepada pemanfaatan pembangkit listrik Non BBM antara lain sesuai
potensi tenaga listrik yang ada di Bali yaitu PLTA dan PLTP. Berdasarkan data
potensi alam di Bali terdapat beberapa altrnatif pembangkit listrik seperti
pengembangan PLT Angin di nusa Penida, PLT Surya di Kusamba, PLT Air di
sungai Ayung dan sungai Unda, PLT Biomasa, PLTP di Bedugul, serta PLTU Batu
bara di Celukan Bawang atau Kubu Karangasem yang sumber energi primernya
didatangkan dari luar Bali.
Penyediaan tenaga listrik perlu senantiasa memperhatikan kelestarian fungsi
lingkungan hidup, konservasi energi dan diversifikasi energi sebagaimana digariskan
dalam kebijakan energi nasional, keselamatan umum, tata ruang wilayah, dan
pemanfaatan sebesar-besarnya barang dan jasa produksi dalam negeri yang
kompetitif dan menghasilkan nilai tambah agar dapat menghasilkan pengembangan

4
industri ketenagalistrikan nasional. Guna menjamin ketersediaan energi primer untuk
pembangkitan tenaga listrik, diprioritaskan penggunaan sumber energi setempat
dengan kewajiban mengutamakan pemanfaatan sumber energi terbarukan. Salah satu
sumber energi terbarukan yang tersedia di Bali adalah energi surya/matahari.
Teknologinya juga sudah tersedia, namun kenapa hingga saat ini PLTS belum
banyak digunakan. Untuk itu perlu dikaji baik sisi teknis dan ekonomis PLTS yang
telah terpasang di Bali.

II. TINJAUAN PUS TAKA

II.1. ENERGI S URYA

Letak Indonesia yang berada pada daerah khatulistiwa, yaitu pada lintang 6
LU–11 LS dan 95 BT – 141 BT, dan dengan memperhatikan peredaran matahari
dalam setahun yang berada pada daerah 23,50 LU dan 23,50 LS maka wilayah
Indonesia akan selalu disinari matahari selama 10 – 12 jam dalam sehari

T abel 1. Intensitas matahari Di Indonesia


Propinsi Lokasi Tahun Posisi Geografis Intensitas Radiasi
Pengukuran (Wh/m2 )
NAD Pidie 1990 40 15’ LS : 960 52’ BT 4.097
Sum Sel Ogan Komering Ulu 1979 – 1981 30 10’ LS: 1040 42’ BT 4.951
Lampung Kab. Lampung 1972 – 1979 40 28’ LS: 1050 48’ BT 5.234
Selatan
DKI Jakarta Jakarta Utara 1965 – 1981 60 11’ LS: 1060 05’ BT 4.187
Banten Tangerang 1980 60 07’ LS: 1060 30’ BT 4.324
Lebak 1991 – 1995 60 11’ LS: 1060 30’ BT 4.446
Jawa Barat Bogor 1980 60 11’ LS: 1060 39’ BT 2.558
Bandung 1980 60 56’ LS: 1070 38’ BT 4.149
Jawa Tengah Semarang 1979 – 1981 60 59’ LS: 1100 23’ BT 5.488
DI Yogy akarta Yogy akarta 1980 70 37’ LS: 1100 01’ BT 4.500
Jawa Timur Pacitan 1980 70 18’ LS: 1120 42’ BT 4.300
Kal Bar Pontianak 1991 – 1993 40 36’ LS: 90 11’ BT 4.552
Kal Tim Kabupaten Berau 1991 – 1995 00 32’ LU: 1170 52’ BT 4.172
Kal Sel Kota Baru 1979 – 1981 30 27’ LU: 1140 50’ BT 4.796
1991 – 1995 30 25’ LS: 1140 41’ BT 4.573
Gorontalo Gorontalo 1991 – 1995 10 32’ LU: 1240 55’ BT 4.911
Sul Teng Donggala 1991 – 1994 00 57’ LS: 1200 0’ BT 5.512
Papua Jay apura 1992 – 1994 80 37’ LS: 1220 12’ BT 5.720
Bali Denpasar 1977 – 1979 80 40’ LS: 1150 13’ BT 5.263
NTB Kabupaten Sumbawa 1991 – 1995 90 37’ LS: 1200 16’ BT 5.747
NTT Ngada 1975 – 1978 100 9’ LS: 1230 36’ LS 5.117

Sumber : Arismunandar, 1995

Indonesia mempunyai intensitas radiasi yang berpotensi untuk


membangkitkan energi listrik, dengan rata-rata daya radiasi matahari di Indonesia
sebesar 4.8 watt/m2. Data hasil pengukuran intensitas radiasi tenaga surya di seluruh
Indonesia yang sebagian besar dilakukan oleh BPPT dan sisanya oleh BM G, adalah

5
seperti pada Tabel 1, sedangkan Intensitas radiasi matahari di Bali ditunjukan pada
Tabel 2.
T abel 2. Intensitas matahari di Bali
Kuartal Energi matahari Prospek
(M J / m2) (kWh / m2)
Kuartal I 20 5.55
Kuartal II 15 4.16
Kuartal III 20 5.55
Kuartal IV 15 4.16
Rata – rata 4.85
Sumber : Sub Dinas Pertambangan PU, Bali

Dalam menghitung tingkat radiasi matahari dilakukan dengan menghitung


radiasi pada bidang miring dengan menggunakan data yang diperoleh dari
penguluran pada bidang horizontal. Kedudukan dari matahari berperan langsung
dalam menentukan tingkat radiasi pada permukaan miring, yang diturunkan dari
trigonometri bola sederhana. Sebelum melakukan pengukuran radiasi surya maka
terlebih dahulu diketahui tentang Kontansta Surya. Lapisan luar dari matahari
disebut fotosfer yang memancarkan spektrum matahari secara kontinyu. Dalam ilmu
Fotovoltaik dan studi mengenai permukaan tertentu distribusi spektral adalah
penting.

ds ( D iam et er M a tahar i

M ata har i Bum i

R (Ja ra k r ata -r at a
M ataha ri- Bum i

Gambar 1. Bola Surya


(Sumber : Arismunandar, 1995)

Radiasi yang dipancarkan oleh permukaan matahari Es, adalah sama dengan
hasil kali perkalian konstanta Stefan-Boltzman σ , pangkat empat temperatur
permukaan absolut Ts4, dan luas permukaan π d 2s .

Es = σπd2s Ts4 W (1)

6
Dimana σ = 5.67 x 10-8 W/(m2.K4), temperatur permukaan Ts dalam K, dan
diameter matahari ds dalam meter.
Pada radiasi kesemua arah (gambar 1) energi yang diradiasikan mencapai
luas permukaan bola dengan matahari sebagai titik tengahnya. Jari-jari R adalah
jarak rata-rata antara matahari dan bumi. Luas permukaan bola adalah sama dengan
4 πR 2 dan fluksa radiasi pada satuan luas dari permukaan bola tersebut dinamakan
irandiasi, menjadi :

σd 2s Ts4
G= W/m 2 (2)
4R

Dengan garis tengah matahari 1.39 x 109 m, temperatur matahari 5762 K,


dan jarak rata-rata antara matahari dan bumi sebesar 1.5 x 1011, maka fluksa radiasi
persatuan luas dalam arah yang tegak lurus dengan arah radiasi diluar permukaan
Bumi Gsc =1353 W/m2 yang diperoleh dari persamaan diatas setelah memasukkan
nilai-nilai diatas kedalam persamaan.

2
Gs c = 1 35 3 W /m

Gambar 2. Konstanta Surya

Tabel 3. Beberapa satuan tentang konstanta surya

Konstanta Surya, Gsc

1353 W/m2

429 Btu/(jam-ft 2)

116.4 langley/hr (langley per jam)

4.871 M J/(M 2 jam)

Sumber : Arismunandar, 1995

7
II.1.1. Pengukuran Radiasi S urya Pada Permukaan Horizontal

Terminologi adalah Radiasi surya yang tersedia di luar atmosfer bumi


seperti yang diungkapkan oleh konstanta surya sebesar 1353 W/m2 dikurangi
intensitasnya oleh penyerapan dan pemantulan atmosfer sebelum mencapai
permukaan bumi. Ozon di atmosfer menyerap radiasi dengan panjang-gelombang
pendek (ultraviolet); karbondioksida dan uap air menyerap sebagian radiasi
dengan panjang gelombang yang lebih panjang (inframerah). Selain pengurangan
radiasi bumi yang langsung atau sorotan oleh penyerapan tersebut, masih ada
radiasi yang dipancarkan oleb molekul-molekul gas, debu, dan uap air dalam
atmosfer sebelum mencapai bumi sebagai radiasi sebaran. Pengukuran
berikutnya terjadi apabila permukaan penerima radial itu tidak pada kedudukan
tegak-lurus sorotan radiasi yang masuk.

R ad iasi
So rota n R adiasi
Su ry a

Gambar 3. Radiasi Sorotan dan Radiasi Sebaran


(Sumber : Arismunandar, 1995)

M asuknya radiasi sorotan dan radiasi sebaran pada permukaan horisontal


dapat dilihat dalam Gambar 3. Jaringan stasiun meteorologi di banyak negara telah
mengukur radiasi total yang diterima pada suatu permukaan horisontal untuk
kepentingan pertanian dan lain-lain, yaitu jumlah komponen radiasi langsung dan
radiasi sebaran. Hanya sejumlah kecil stasiun saja yang tetap memiliki rekaman
terpisah bagi komponen radiasi langsung dan sebaran itu, yang sangat berguna
dalam perhitungan radiasi total pada permukaan yang miring. M asalah ini dibahas
dalam Bagian Radiasi Bidang M iring, dan sebuah metode telah ditetapkan untuk
mengambil komponen radiasi sebaran dari radiasi total. Apabila diintegrasikan
selain satu jam radiasi yang diperoleh disebut insolasi dan lazimnya dinyatakan
dengan lambang 10. Untuk data radiasi global tertentu (Radiasi total pada
permukaan horizontal) dapat dilihat pada tabel 4.

8
Tabel 4. Data radiasi global tertentu (Radiasi total pada permukaan horizontal)

Sumber : Teknologi Tenaga Surya, 1995

Tanda RF dalam kolom kedua dari tabel ini menunjukkan jenis radiasi yang
diukur, RFI menunjukkan radiasi global (total) dan RF2 radius sebaran. Data itu
kemudian menghasilkan komponen sebaran Id secara langsung, sedangkan
komponen sorotan Ib diperoleh dari selisih RF2 dan RFI, schingga radiasi total
pada sebuah permukaan horisontal per jam adalah:

I = Ib + Id (3)

Jam dalam Tabel 4 adalah batas waktu setempat (apparent time), atau waktu surya,
di mana

Waktu surya = Waktu standar + 4 (L1 – L2) + E (4)

Dimana L1 adalah meridian standar untuk zone waktu setempat, L2 adalah garis
bujur tempat tertentu dalam oW (derajat barat), dan 4 menit adalah waktu yang
diperlukan untuk bergerak melintasi satu derajat garis bujur. Apa yang disebut
sebagai persamaan waktu E, yang memperhitungkan ketidakteraturan dari
perputaran bumi, ditunjukkan dengan grafik dalam Gambar 4. Semua waktu yang
tertulis dalam buku ini adalah waktu surya.

Jenis data dan kualitas data yang tersedia bagi suatu lokasi tertentu akan
tergantung dari peralatan yang digunakan dan apakah dilakukan kalibrasi secara
berkala.

9
Gambar 4 : Persamaan Waktu
(Sumber: Arismunandar, 1995)

II.1.2 Persamaan untuk S udut Zenit, θ z .

Dalam gambar 5 sudut zenit θ z . diperlihatkan sebagai sudut antara zenit z, atau

garis lurus di atas kepala, dan garis pandang ke matahari.Sudut azimut θ A , juga
diperlihatkan : yaitu sudut antara garis yang mengarah ke utara dan proyeksi garis
pandang ke matahari pada bidang horizontal, ke arah timur dianggap positif
pengamat P kini ditempatkan dalam sudut ZP (matahari) sebagai sudut zenit θ z ,
dan garis lintang (latitude) dari P sama dengan Φ . Hendaknya diketahui bahwa NP
itu sama dengan 90o- Φ . Apabila sebuah garis ditarik dari pusat bumi, O, ke
matahari, maka garis ini memotong permukaan bumi di Q.

Gambar 5 : Gambar sudut θ z dan θ A yang ditetapkan


(Sumber: Arismunandar, 1995)

10
Gambar 6. Posisi Matahari
(Sumber: Rapp, 1981)

Persamaan hukum cosinus untuk segitiga bola dapat digunakan pada


segitiga bola NPQ

cos θ z = cos(90o − δ) cos(90o − Φ) + sin(90o − δ) sin(90 o − Φ) cosω

Tetapi cos (90o-A) = sin A, maka:

cos θ z = sinδ sinΦ + cosδ cosΦ cosω (5)

Deklinasi δ , yaitu sudut yang dibentuk oleh matahari dengan bidang ekuator,
ternyata berubah sebagai akibat kemiringan bumi, dari +23.45o musim panas (21
Juni ) ke -23.45o di musim dingin (21 Desember).

Harga deklinasi pada tiap saat dapat diperkirakan dengan persamaan berikut :

284 + n
δ = 23.45 sin (360 x ) (6)
365

Dimana n adalah : hari dari tahun yang bersangkutan. Sudut jam ω, dari definisi
diatas adalah sama dengan 0 (nol) pada tengah hari surya (Solar Noon), positif
untuk pagi hari. Sebagai pengganti sudut zenit θ z , kadang-kadang digunakan susut

ketingian surya (solar altitude angle) α =90 - θ z

II.1.3 Persamaan untuk S udut Azimut, θ A

Sudut azimut θ A dapat diturunkan dengan metode yang sama dan dapat
dinyatakan sebagai berikut:

sin δ sin Φ cos θz


cos θ A = (7)
cos Φ sin θ z

11
Sudut δ antara bidang datar ekuator (khatulistiwa) dan OQ (matahari) disebut
deklinasi. Hendaknya pembaca memperhatikan juga Gambar 2.7.

Gambar 7. Deklinasi Matahari, posisi dalam musim panas.


(Sumber: Cooper, 1969)

Dengan sudut POQ yang juga sama dengan θ z (lihat gambar 6), maka busur

PQ juga sama dengan θ z . Sudut PNQ sama ω pada bidang ekuatorial, disebut
sudut jam (hour angle). Karena bumi berputar mengelilingi sumbunya satu kali
setiap 24 jam, maka sudut jam sama dengan 15o per jam. Sudut ini dapat
didefinisikan sebagai sebuah sudut yang harus dikelilingi bumi untuk membawa
pengamat P langsung di bawah matahari. Persamaan hukum cosinus untuk segitiga
bola dapat digunakan pada segitiga bola NPQ

II.2 Energi S urya Fotovoltaik

Energi surya dalam dunia internasional lebih dikenal sebagai solar cell
sistem atau fotovoltaik cell, yang terdiri dari panel modul surya, battery, alat
control dan lampu, sistem ini biasanya dipasang dimasing-masing rumah dengan
modul fotovoltaik dipasang diatap rumah.
Pengertian fotovoltaik sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yaitu
Photos yang berarti cahaya dan Volta yang merupakan nama ahli fisika dari Italia
yang menemukan tegangan listrik. Sehingga secara bahasa sapat diartikan sebagai
cahaya dan listrik fotovoltaik.

II.2.1 Modul S urya Fotovoltaik


Sel Surya Fotovoltaik merupakan semikonduktor dimana radiasi surya dari
pita gelombang tertentu langsung diubah menjadi energi listrik. M aterial yang
digunakan adalah silikon kristal, lapisan silikon yang memiliki permukaan yang
luas dan terdiri dari silikon jenis –p dan silikon jenis –n digabungkan menjadi
rangkaian diodatipe p-n (p-n junction cell) dengan muatan listrik statik pada
sabungan tersebut, silikon jenis –p kaya akan muatan positif sedangkan silikon

12
jenis –n memiliki kelebihan elektron yang mampu merubah energi sinar matahari
menjadi energi listrik

- n -- + p -

R Ip

Gambar 8. Diagram ikatan elektron

Bagian utama perubah energi sinar matahari menjadi energi listrik adalah
absorber (penyerapan), meskipun demikian, masing masing lapisan juga sangat
berpengaruh terhadap efesiensi dari Solar Cell. Sinar matahari terdiri dari
bermacam macam jenis gelombang elekromagnetik yang secara spectrum. Oleh
karena itu absorber disini diharapkan dapat menyerap sebanyak mungkin selain
radiasi yang berasal dari cahaya matahari.
Lebih detail lagi bisa dijelaskan sinar matahari yang terdiri dari foton-foton,
jika menimpa permukaan bahan solar cell (absorber), akan diserap, dipantulkan
atau dilewatkan begitu saja dan hanya foton dengan level energi tertentu yang akan
membebaskan elektron dari ikatan atomnya, sehingga menghasilkan arus listrik.
Level energi tersebut disebut energi band-gap yang didefinisikan sebagai sejumlah
energi yang dibutuhkan untuk mengeluarkan elektron dari ikatan kovalennya
sehingga terjadilah aliran arus listrik. Untuk membebaskan elektron dari ikatan
kovalennya, energi foton (hc) harus sedikit lebih besar atau diatas dari pada energi
band-gap, karenanya sangatlah penting pada Solar Cell untuk mengatur bahan yang
dipergunakan, yaitu dengan memodifikasi struktur molekul dari semikonduktor
yang dipergunakan.

Gambar 9 : M odul solar cell

13
II.2.2 Kontrol S istem

Kontrol sistem merupakan suatu rangkaian yang terdiri dari beberapa


elemen antara lain rangkaian Regulator dan Inventer Step Up. Rangkaian regulator
berfungsi sebagai penyeimbang arus dan tegangan yang masuk dari panel solar cell
untuk pengisian battery serta menyeimbangkan arus dan tegangan untuk
kebutuhan beban, karena sistem yang bekerja dalam rangkaian ini disamping untuk
pegisian battery juga bekerja otomatis yaitu jika battery penuh sistem ini akan
membuang energi listrik, atau bila diisi beban pada saat siang hari, energi listrik
yang dipakai langsung dari panel solar cell tapi jika dipakai pada malam hari
energi listrik yang keluar dari battery, sedangkan Inventer Step-Up berfungsi
untuk mengubah tegangan yang keluar dari regulator agar bisa dikonsumsi dari
arus searah menjadi arus dua arah ( DC menjadi AC ).

Gambar 10. Unit control solar cell

II.2.3 Battery

Battery dalam sistem ini dipakai untuk menyimpan Energi listrik yang
diserap Panel Solar cell degan tegangan 12 Volt serta kapasitas battery maksimum
100Ah

Gambar 11. Battery penyimpan listrik

14
II.3 Instrumentasi Alat Ukur Intensitas Radiasi Matahari
Dalam bagian ini, diterangkan mengenai instrumen yang biasa digunakan
untuk mengukur insolasi diantaranya adalah piranometer, solarimeter dan
piranograf Robitzsch. Alat perekam sinar matahari Campbell-Stokes mengukur
jumlah jam matahari bersinar cerah.

II.3.1. Piranometer S pektral Presisi Eppley


Piranometer Spektral Presisi Eppley ditunjukkan dalam gambar 12.
Sensornya terdiri atas sebuah tumpukan termal kawat konstan yang dilapisi
tembaga secara listrik untuk setengah dari setiap lilitan kawat tersebut yang dililiti
tumpukan termal sambungan banyak, dan yang juga dilapisi dengan bahan lak
Parson yang hitam. Dengan menggunakan sebuah pita bayangan, instrumen
tersebut hanya mengukur jenis radiasi sebaran.

Gambar 12. Piranometer Spektral Presisi Eppley


(Sumber: http://www.answer.com/main/ntquery?tname=solarimeter)

II.3.2. Piranograf

Gambar 2.13 : Piranograf mekanis


(Sumber: http://www.answer.com/main/ntquery?tname=solarimeter)

15
Piranograf yang ditunjukkan dalam gambar 13 bekerja atas dasar prinsip
aktinograf Robitzsch, di mana selisih laju penyerapan radiasi antara kedua pasang
bilah logam hitam dan putih mengakibatkan suatu lenturan mekanis, yang
dipindahkan ke sebuah tabel mingguan yang dipasang dengan tangan pada sebuah
silinder yang digerakkan oleh sebuah jam.

II.3.3. Campbell-S tokes


Alat perekam sinar matahari Campbell-Stokes yang diperlihatkan dalam
gambar 2.14 tidak mengukur radiasi total, melainkan jumlah jam waktu matahari
bersinar terang, yaitu sinar matahari yang cukup terang untuk membuat bayangan.
Sinar matahari semacarn ini, yang difokuskan oleh sebuah bola kaca, membuat
suatu jejak bekas terbakar pada kartu yang dibuat dari kertas khusus. Oleh karena
kesederhanaan dan daya tahannya, alat perekam Campbell-Stokes sudah sejak lama
digunakan di banyak negara di dunia. Radiasi harian total, rata-rata per bulan dapat
diperkirakan dari jumlah jam matahari bersinar terang.

Gambar 2.14 : Campbell-Stokes Sunshine


(Sumber: http://www.answer.com/main/ntquery?tname=solarimeter)

II.3.4. S olarimeter
Solarimeter didesain untuk mengukur intensitas total radiasi matahari yang
mencapai permukaan bumi. Radiasi total menunjukkan sinar matahari langsung
dan difusinya. Solarimeter adalah peralatan pasif yaitu tidak membutuhkan supplai
daya dan menghasilkan keluaran tegangan yang dapat dibaca oleh datalogger atau
peralatan baca sejenisnya yang kemudian dirubah menjadi watt/m2. Sensornya
berupa silicon photo-detector yang dilindungi sedemikian sehingga kedap air
sehingga dapat digunakan untuk di luar ruangan.

16
Gambar 15. Solarimeter
(Sumber: http://www.answer.com/main/ntquery?tname=solarimeter)

II.4. Daya Output PV (fotovoltaic) Solar System House (S HS )


Dalam melakukan pengukuran keluaran PV (fotovoltaic) digunakan model
M ARKAL karena model ini memiliki kemampuan menganalisis optimasi alternatif
pembangkit tenaga listrik. Pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran Arus (I)
dan Tegangan (V) yang dibangkitkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).

2.4.1 Konversi Energi Radiasi menjadi Energi Listrik

Matahari

Beban (Load)
Er = …Joule/m2 Lam pu TL 10
W
Lam pu TL 10
W
Lam pu TL 10
Ir = …W/m2 W
Stop Kontak

Panel Surya
Lam pu TL 10
W
Vdc = ± 12 Volt Lam pu TL 10
Idc = … Am phere W
Lam pu TL 10
(tergantung Ir dan luas panel) W
Stop Kontak

Control
Vac = ± 220 Volt
Charger Inverter Iac = … Am phere
(tergantung beban)

Vdc = ± 12 Volt
Idc = … Am phere Vdc = ± 12 Volt
(tergantung Ir dan Idc = … Am phere
luas panel) (tergantung beban)

Accu
12 Volt
100 Ah

Gambar 16. Skema sistem PLTS

17
1) Jika intensitas radiasi matahari sampai di permukaan bumi di lokasi kajian
telah diketahui maka besarnya energi listrik yang diterima panel solar cell
dapat dihitung.

Pm =Is x Ap (8)
Dimana:
Pm = Energi listrik yang diterima panel solar cell (watt)
Is = Intensitas Radiasi matahari ditempat kajian ( watt/m2)
Ap = Luas peermukaan panel solar cell ( m2 )
2) Untuk mengetahui daya yang dihasilkan panel solar cell dapat dihitung ;
Pp = Vp x Ip (9)
Dimana:
Vp = tegangan yang dihasilkan panel solar cell (volt)
Ip = Arus yang dihasilkan panel solar cell (amp)
3) Dari persamaan diatas dapat dihitung efesiensi panel solar cell
Pp
ηs = % (10)
Pm
4) Dari banyaknya panel solar cell yang terpasang secara pararel serta lamanya
penyinaran matahari rata-rata perhari maka daya yang dihasilkan panel solar
cell adalah:
Pmxa
Pp total = (11)
Ts

Dimana : Pm = Energi listrik yang dihasilkan (watt)


TS = Lamanya penyinaran rata-rata per hari ( jam )
a = Jumlah panel yang terpasang
5) Energi listrik yang keluar dari panel solar cell akan menuju keunit kontrol
sehinga untuk mengetahui daya yang keluar dari unit kontrol dapat dihitung:
Pc = Ic x Vc (12)
Dari rumus diatas diperoleh efesiensi dari unit kontrol solar cell

Pc
ηs = % (13)
Pp
Dimana : Pc = daya yang keluar dari sistem kontrol (watt)
Ic = Arus yang keluar dari kontrol ( Amp)
Vc = Tegangan yang keluar dari kontrol (volt)

18
6) Untuk menyimpan energi listrik tersebut maka dibutuhkan battery yang
bertegangan nominal 12volt dengan kapasitas :
Pc
I ACCU = (Ah) (14)
Vaccu
7) Dari daya efektif yang dibangkitkan PLTS ini kemudian bisa ditentukan berapa
lama mampu mensuply daya listrik ke beban yang diberikan pada sistem
PLTS.
t ny ala = Pc total / ( H x P lampu) (15)
Dimana :
t ny ala = Lamanya sistem dapat dibebankan (jam)
Pc total = Daya yang keluar dari sistem kontrol(watt)
P lampu = Daya lampu yang dipakai (Watt)
H = Banyaknya lampu

II.5. Kajian Ekonomis PLTS


Berdasarkan hasil pencatatan data dilapangan maka dilakukan suatu
analisis dan kajian terhadap pembangkit listrik tenaga surya dilokasi kajian.
Didalam mengevaluasi investasi teknis dan ekonomis yang potensial dipakai
pembiayaan sepanjang umur (life cycle costing). M etode ini melibatkan beberapa
langkah sistemmatis dalam permasalahan ekonomi teknik, agar dapat diketahui
layak atau tidaknya suatu investasi alternatif dikembangkan untuk jangka panjang
antara lain :

II.5.1. Mendifinisi sejumlah alternatif yang akan dianalisa

Fase yang dimaksud dalam hal ini adalah proses pengambilan keputusan
investasi atau alternatif-alternatif investasi yang layak dipertimbangkan dalam
analisa, agar bisa menentukan apakah proses pengambilan keputusan bisa digiring
kearah yang optimal atau tidak. Ada 3 alternatif yang bisa dilakukan dalam fase ini
antara lain :
1. Alternatif independen yaitu apabila pemilihan atau penolakan satu alternatif
tidak akan mempengaruhi apakah alternatif lain diterima atau tidak.
2. Alternatif M utually Exclusive yaitu apabila pemilihan satu alternatif
mengakibatkan penolakan alternatif yang lain atau sebaliknya.
3. Alternatif tergantung ( contingen) yaitu apabila pemilihan suatu alternatif
tergantung pada satu atau lebih alternatif lain yang menjadi prasyarat.

19
II.5.2. Mendifinisikan horizon perencanaan yang akan digunakan dasar dalam
membandingkan alternatif
Fase ini adalah suatu periode dimana analisa-analisa ekonomi teknik akan
dilakukan untuk membandingkan alternatif-alternatif dan menunjukkan periode
waktu yang bisa memberikan estimasi aliran kas yang cukup akurat. Jika dalam
membandingkan alternatif-alternatif mempuyai periode waktu yang identik atau
sama maka dapat dilakukan dengan bebarapa cara antara lain :
1. M engunakan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dengan cara ini
diasumsikan bahwa aliran kas untuk semua alternatif akan berulang
dimasa yang akan datang sampai mencapai KPK.
2. M enggunakan ukuran deret seragam dari aliran kas setiap alternatif. Deret
seragam menunjukan jumlah pengeluaran atau penerimaan yang
jumlahnya tetap (seragam) tiap periode (tahun)
3. M enggunakan umur alternatif yang lebih pendek dengan menganggap
sisa nilai dari alternatif yang lebih panjang pada periode perencanaan
sebagai nilai sisa.
Dari penjelasan diatas diperoleh rumus sebagai berikut :

P = A+ A ( P/A,i,no ) + A ( P/F,i,n1 ) + ........ + A ( P/F,i,nn )


Atau

P = A+ A+ A,
[1 + i]No −1 +A, [1 + i]N − 1 + ......+ A , [1 + i]Nn − 1
1

(16)
i [1 + i ]No i [1 + i ]N i [1 + i ]Nn
1

Dimana:
P = Nilai sekarang
A = Nilai seragam
F = Nilai tunggal
n = KPK

II.5.3. Mengestimasikan aliran kas masing-masing alternatif


Fase ini dibuat setelah dilakukan sejumlah alternatif yang dipilih dan
horisontal perencanaan ditetapkan, etimasi aliran kas harus senantiasa dibuat
dengan pertimbangan prediksi kondisi masa mendatang disamping juga
memperhatikan kecenderungan-kecenderungan yang digambarkan aleh data-data
masa lalu.

20
II.5.4. Menentukan MARR yang akan digunakan
Fase ini memakai tingkat bunga sebagai patokan dasar dalam mengevaluasi
dan membandingkan berbagai alternatif. M ARR Bisa juga diartikan sebagai nilai
minimal dari tingkat pengembalian atau bunga yang bisa diterima oleh investor,
jika suatu investasi menghasilkan bunga atau tingkat pengembalian (Rate af
Return) yang lebih kecil dari M ARR maka investasi tersebut dinilai tidak
ekonomis sehingga tidak layak untuk dilanjutkan.
Terlepas dari cara yang dipakai dalam menentukan M ARR, nilai M ARR
harus ditetapkan lebih tinggi dari Cost of capital. Sehingga untuk mendapatkan
nilai M ARR sebelum pajak maupun sesudah pajak, hubungan keduanya dapat
dinyatakan sebagai berikut:

MARR (sesudah pajak )


MARR(sebelum pajak) = (17)
1−t
Dimana : t = Tingkat pajak pendapatan kombinasi
Untuk mengitung ongkos modal (cost of capital) dapat diperoleh dengan
cara sebagai berikut:

Ic | = rd.id + (1- rd)ie (18)


Dimana:
rd = Rasio antara hutang dengan modal keseluruhan
1-rd = Rasio antara modal sendiri dengan modal keseluruhan
id = Tingkat pengembalian (rate of return) yang dibutuhkan pada modal
yang berasal dari pinjaman
ie = Tingkat pengembalian yang dibutuhkan pada modal sendiri.

II.5.5. Membandingkan alternatif-alternatif dengan ukuran atau teknik yang dipilih


Setelah mendefenisikan sejumlah alternatif, menentukan horisontal
perencanaan, mengestimasikan aliran kas masing-masing alternatif investasi,
menentukan M ARR yang digunakan dasar dalam mengevaluasi dan memilih
alternatif investasi maka langkah selanjutnya adalah membandingkan alternatif-
alternatif tersebut dengan metode yang cocok, ada beberapa teknik yang bisa
digunakan diantaranya :
1. Analisa nilai sekarang ( Present worth)
2. Analisa deret seragam (Annual worth)
3.Analisa nilai mendatang (Future worth)

21
4.Analisa tingkat pengembalian (Rate of Return)
5.Analisa manfaat atau ongkos (B/C)
6.Analisa pereode pengembalian (Playback period)
Semua metode diatas (kecuali yang terakhir) memberikan hasil yang bisa
dibandingkan untuk mengukur efektivitas suatu alternatif investasi. Sehinga
didapat rumus sebagai berikut:
1. M etode nilai sekarang (P)

(1 + i ) N − 1
P(i) = A, N
Atau
i(1 + i )

N
P(i)= ∑ At ( P / f , i %, t ) (19)
t =0

Dimana:
P(i) = Nilai sekarang (Present Worth) dari keseluruhan aliran kas pada
tingkat bunga %
A t = Aliaran kas pada akhir periode yang besarnya sama untuk beberapa
periode yang berurutan (Annual Worth)
i = Tingkat bunga sebesar M ARR
N = Horizontal perencanaan ( periode)

2. M etode nilai sekarang untuk proyek abadi (Capitalized worth )


Pada metode ini suatu aliran kas dinyatakan dalam deret uniform per
tahun selama waktu yang tak terhingga dikonversikan ke nilai P dengan tingkat
bunga tertentu. dapat dinyatakan :

CW = A( P/A . i%.~ ) atau CW = A(


[1 + i ]N − 1
) (20)
i [1 + i] N

Dimana :

1
Lim (P / A.i %. N ) = i
N→~
(21)

Sehingga : CW = A/i

Bila deret seragam tak terhingga hanya terdiri dari ongkos-ongkos maka
nilai P dari aliran kas disebut dengan Capitalized Cost. M aka nilai Capitalized
Cost dapat dinyatakan dengan :

22
A
CC = P + (22)
i
Dimana :
CC = Capitalized Cost
P = Ongkos awal disamping deret seragam
A = Besarnya deret seragam per periode (tahun)
i = Besarnya bunga (%)

3. M etode Deret Seragam


Pada metode ini semua aliran kas yang terjadi selama horizon
perencanaan dikonversikan ke dalam deret seragam dengan tingkat bunga
sebesar M ARR. Dapat dinyatakan dengan :

A(i) = P (i) (A/P,i%,N)


Atau

i [1 + i ]
N

A (i) = P(i) ( ) (23)


[1 + i ]N − 1
Dimana :
A(i) = Aliran kas pada akhir periode yang besarnya sama untuk
beberapa periode yang berurutan (Annual Worth)
P = Ongkos awal disamping deret seragam
i = Besarnya bunga M ARR
N = Lamanya dalam tahun

4. Perhitungan Pembalikan M odal (Capital Recovery)


Dalam metode ini CR digunakan untuk melihat apakah suatu investasi
akan memberikan pendapatan yang cukup untuk menutupi modal yang
dikeluarkan termasuk bunga yang mestinya dihasilkan pada tingkat M ARR
selama umur dari investasi tersebut. Nilai sisa dalam perhitungan CR
dinyatakan dengan :

CR (i) = P (A/P,i%,N) – F (A/F,i%,N)


atau

CR(i) = P,(
[1 + i ]N − 1
) – F,(
i
) (24)
i [1 + i] N
[1 + i ]N − 1
Dimana :

23
CR (i) = Ongkos recovery pada M ARR sebesar i%
P = M odal yang ditanamkan sebagai investasi awal
F = Estimasi nilai sisa pada tahun ke N
i = M ARR
N = Estimasi umur investasi atau horizon perencanaan yang
ditetapkan dalam tahun
Dengan mengingat bahwa :
(A/P,i%,N) = (A/F,i%,N) + i
atau
(A/F, i%, N) = (A/P, i%, N) – i
maka persamaan di atas dapat diturunkan :
CR (i) = (P-F) (A/P, i%, N) + Fi (25)

5. M etode Nilai M endatang


Pada metode ini semua aliran kas dikonversikan ke suatu nilai pada satu
titik dimasa mendatang (Future Worth) dengan tingkat bunga sebesar M ARR.
Nilai mendatang (F) dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut:
N
At
F (i) = ∑ (1 + i ) N −t
t =0

Atau
N
F (i) = ∑ A (F / P, i %, N − t )
t (26)
t =0

Dimana : F (i) = Nilai mendatang dari semua aliran kas selama N


dengan M ARR sebesar i%
A t = Aliran kas yang terjadi pada periode ke-t
Dengan mengkorversikan lewat nilai sekarang (P) dari semua aliran kas selama
N periode maka

F(i) = P(i) (F/P,i%.N) atau F(i) = P(i), (1 + i) N (27)


Dengan mengkorversikan lewat nilai seragam seluruh aliran kas selama N
periode maka:
F(i) = A(i) (F/A,i%.N)
atau

F(i) = P(i), (
[1 + i ]N − 1 ) (28)
i

24
6. Analisis Periode Pengembalian (Payback Period)
Pada dasarnya periode pengembalian (Payback Period) adalah jumlah
periode (tahun) yang diperlukan untuk mengembalikan (menutup) ongkos
investasi awal dengan tingkat pengembalian tertentu. Untuk mendapatkan
periode pengembalian pada suatu tingkat pengembalian (rate of return) tertentu
digunakan model formula berikut :
Ν'
O = -P + ∑ At(P / F , i %, t ) (29)
t =1

Dimana :
At = Aliran kas yang terjadi pada periode t
N’ = Periode pengembalian yang akan dihitung
Apabila At sama dari satu periode ke periode yang lain (deret seragam) maka
persamaan di atas dapat dinyatakan berdasarkan faktor P/A sebagi berikut :

Ν'
O = -P + ∑ At (P / A, i %, t ) (30)
t =1

Apabila suatu alternatif mas pakai ekonomis lebih besar dari periode
pengembalian (N’) maka alternatif tersebut layak untuk diterimaatau
Sebaliknya, bila N’ lebih besar dari estimasi masa pakai suatu alat atau umur
suatu investasi maka investasi alat tersebut tidak layak diterima karena
waktunya tidak cukup untuk mengembalikan modal yang dipakai sebagai biaya
awal dari investasi tersebut.
'
N
0 = − P + ∑ At (31)
t= 1

Apabila aliran kas berupa deret seragam maka N’ bisa diperoleh dengan rumus:
P
N'= (32)
At

II.5.6. Memilih alternatif yang terbaik dari hasil analisa


Langkah terakhir dari prosedur untuk mengevaluasi dan membandingkan
alternatif investasi adalah pemilihan investasi yang dinilai terbaik. Terbaik dalam
hal ini tidak harus berarti terbaik dari segi ekonomi, dalam pengambilan keputusan
akhir sering kali seorang atau sekelompok pengambil keputusan harus
mempertimbangkan kriteria majemuk, termasuk diantaranya pertimbangan –

25
pertimbangan risiko dan ketidakpastian yang mungkin dihadapi di masa yang akan
datang.

III. PERUMUS AN MAS ALAH


Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka dapat
dirumuskan suatu permasalahan yaitu kajian Teknis dan Ekonomis Pembangkit
Listrik Tenaga Surya untuk pengembangan skala komersial atau skala rumah tangga
pada masa mendatang antara lain sebagai berikut :

1. Berapa potensi tenaga surya yang sampai dipermukaan bumi di lokasi kajian.
2. Bagaimana karakteristik pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang telah
terpasang, antara lain: Daya yang dihasilkan dan efisiensi dari PLTS.
3. Apakah pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) tersebut layak atau tidak
dikembangkan dari segi ekonomis.
Karena permasalahan yang dihadapi sangat komplek, maka penulis
memberikan batasan-batasan sebagai berikut :
1. Evaluasi teknis dan ekonomis dari pembangkit listrik tenaga surya pada skala
komersial atau rumah tangga pada lokasi yang ditentukan, yaitu di Desa
Sanapahaan, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan
2. Evaluasi dilakukan pada siang hari dalam keadaan cerah selama 3 hari, dengan
meneliti variable- variable antara lain : Intensitas radiasi matahari ditempat
kajian, besarnya Tegangan , Arus, yang dihasilkan, dan kapasitas battery serta
lamanya pemakaian untuk sekala rumah tangga di tempat kajian
3. Evaluasi ekonomis pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang dikaji agar bisa
dikembangkan untuk skala komersial atau rumah tangga.

IV. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN


Tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Untuk mengetahui potensi tenaga surya yang sampai dipermukaan bumi di lokasi
kajian.
2. Untuk mengetahui karakteristik PLTS yang telah terpasang, antara lain: Daya yang
dihasilkan dan efisiensi PLTS.
3. Untuk mengetahui layak tidaknya PLTS tersebut dikembangkan dari segi
ekonomis

26
M anfaat yang didapat dari pelitian PLTS yang dilakukan di Desa Sanapahaan,
Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, yaitu jika PLTS yang dipasang dilokasi kajian
sesuai dengan apa yang diinginkan maka PLTS ini dapat dikembangkan secara
komersial atau skala rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan listrik terutama
didaerah yang belum terdapat listrik PLN atau daerah yang terisolir, maka akan dapat
mengurangi krisis energi listrik untuk jangka panjang, serta dapat mengurangi
pemakaian BBM untuk pembangkit listrik tenaga Diesel, dan mengurangi subsidi
pemerintah untuk listrik Negara serta dapat mengurangi dampak lingkungan seperti
pemanasan global (global warming ) yang kita rasakan sekarang.

III. METODE PENELITIAN


III.1 Persiapan Pengujian
III.1.1 Bahan penelitian
Didalam melakukan Analisa Teknis dan Ekonomis dari Pembangkit Listrik
Tenaga Surya, satu unit solar cell merk M itsubishi dan perlengkapan lainya dengan
spesifikasi sebagai berikut pada Tabel 5.

Tabel 5: Spesifikasi teknis PLTS terpasang


No Nama Komponen Volume
Keterangan dari 1 unit PLTS terdiri
1 dari: 1 Buah
Modul S urya Photovoltaic
- Daya Puncak : 55 wattpeak
- Jenis kristal: monokristal/singlekristal
- Tegangan M PP: 17,3 – 17,5 VDC
- Tegangan tanpa beban: 21,6 – 21,8 VDC
- Arus M PP: 3,14 – 3,16 amp
- Arus Hubungan singkat: 3,4 – 3,5 amp
- Garansi: 25 Tahun
- Sertifikat: UL, CE TUV, IEC 61215
2 Sistem Kendali 1 Set
- Sistem kontrol
o PWM (Pulse With M odulation)
o Shunt
o Boost Charging
o Cycle Charging
- Efisiensi minimum > 92 %
- Tegangan M aksimum: 44 VDC
- Arus
o Input & amp
o Output dan amp
- Tegangan
o Batas atas 14,4 VDC

27
o Batas bawah 11,2 VDC
- Proteksi
o Beban lebih
o Polaritas batteray dan model surya
o Temperatur kompensasi
o Kesalahan pemasangan
o Tegangan lebih
- Indikator
o Pengisian : LED
o Baterai: LED
- Perlengkapan
o Sakelar untuk 3 lampu
o Stop kontak 12 VDC
o Kabel sambungan baterai
- Garansi: 3 Tahun
Confirmed for World Bank Project

3 - Baterai 1 Buah
o Jenis Baterai mobil
o Elektrolit Asam timbal
o Tegangan Nominal 12 VDC
o Kapasitas M inimum 65 Ah
o Berat Kering untuk 65 Ah
M inimum 13 Kg
o Garansi Pabrik; 6 Bulan

4 - Rumah Baterai 1 Set


o Bahan Plastik
o Warna Hitam
5 - Sistem Lampu 3 Set
o Tegangan Nominal 220 VAC
o Arus Nominal M inimum 0,5 Amp
o Intensitas 300 Lumen
o Tabung Lampu TL 10 Watt
o Armatur Plat Besi atau plastik
o Garansi 3 Tahun diluar Tabung
o Sertifikat SNI 04-6393-2000

6 - Kabel M odul Surya ke Sistem Kendali 7 M eter


o Jenis NYM
o Ukuran 2 x 2,5 mm2
o Warna Putih
o Standard SPLN 43 – 1 1981
o Confirmed for World Bank Project

7 - Kabel Instalasi lampu 35 M eter


o Jenis NYM
o Ukuran 2 x 1,5 mm2
o Warna Putih

28
8 - Standard SPLN 43 – 1 1981 1 Set
o Penyangga M odul Surya
o Bahan Besi Galvanis
o Tiang Penyangga
 Panjang minimum 1,5 meter
 Diameter M inimum 1 inci
9 - Perlengkapan 1 Set
o Klem Kabel 8- 9 mm
o Paku Beton
o Sekrup

III.1.2 Alat Penelitian


1. Avometer / Tangmeter yaitu alat untuk mengukur kuat Arus dan tegangan
yang keluar dari panel dan control solar cell.
2. Solari meter yaitu alat untuk mengukur intensitas radiasi matahari.
3. Stop wach yaitu alat yang digunakan untuk mengukur waktu pelaksanaan
penelitian.
4. Alat penunjang lainya seperti tool kits dll

III.2 Rancangan penelitian


Adapun langkah pengujian dilakukan seperti dapat dilihat pada gambar 17
dibawah ini.

matahari

Is=……..?
Am

Vp =……?
Ip =……?
Beban

Charger Vac = ± 220 Volt


Inverter
Iac = … Amphere

Vc =…….?
Ic = …….?

Accu
12 Volt
100 Ah

Gambar 17. Rangkaian alat ukur pada alat solar cell


Dimana pada gambar 17 :
Is : Adalah besarnya intensitas cahaya matahari yang diterima solar cell

29
Vp dan Ip : Adalah besarnya tegangan dan arus yang keluar dari panel solar cell
Vc dan Ic : Adalah besarnya tegangan dan arus yang keluar dari system control solar
cell
Iaccu : Besarnya Arus yang tersimpat dalam battery

III.3 Kondisi Daerah Penelitian Dan Kondisi Yang Diinginkan


Lokasi pengujian dilakukan di Desa Sanapahaan Kecamatan Kediri Kabupeten
Tabanan, serta kondisi saat penelitian dilakukan adalah pada saat cuaca cerah atau
pada waktu siang hari pada rentaan waktu jam 08.00 s/d 17.00 WITA atau pada
saat matahari memancarkan sinarnya yang optimal agar dapat mengukur intensitas
cahaya matahari secara optimal

III.4 Langkah Pengujian


Penelitian dilakukan di Desa Sanapahaan, kecamatan Kediri, Kabupaten
Tabanan, pada kondisi ini alat fotovoltaik cell atau sistem solar sell yang sudah
terpasang, dan pada siang hari dengan langkah- langkah sebagai berikut:
1. M enyiapkan perlengkapan yang akan dipakai dalam percobaan
2. M engecek alat / solar cell yang sudah terpasang dalam keadaan baik
3. M engukur luas permukaan panel solar cell (m2 )
4. Pasang semua alat – alat ukur yang diperlukan,seperti :
a. Solarimeter untuk mengukur intensitas matahari (Is)
b. Avometer /Tangmeter untuk mengukur tegangan dan arus yang keluar dari
panel solar cell (Vp dan Ip )
c. Avometer /Tangmeter untuk mengukur tegangan dan arus yang keluar dari
unit control solar cell (Vc dan Ic )
d. Avometer /Tangmeter untuk mengukur kapasitas battery ( Iaccu)

III.5. Waktu Dan Tempat Pengujian


Pengujian dilakukan di Pura Dalem Tunon Desa Sanapahaan” yang berada
di desa Sanapahaan Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan. Selama 3 hari pada
tanggal 13 Nopember 2006, 14 Nopember 2006 dan 15 Nopember 2006 dari jam
08.00 sampai jam 17.00 Wita.

30
III.6. Prosedur Penelitian

Mulai

Persiapan Alat

Ukur luas pena mpang panel surya

Ukur Intensitas Radiasi matahari(Is)

Ukur Besarnya Tegangan(V p), Arus (Ip) keluaran


dari Panel Solar cell

Ukur B esarnya Tegangan(Vc ), Arus (Ic ) keluaran


dari kontrol Solar cell

Hitung daya yang diterima panel solar cell


Pm = Is x A p

Menghitung
Daya keluaran panel, PP =VP x Ip
Daya keluaran kontrol sistem, Pc =Vc x Ic
Pc
Arus masuk ke Accu, I ACC U =
Vaccu

Efesiensi total PLTS

η total = p ACCU
pm

Kajian Ekonomis
solar cell

Analisis

Kesimpulan

Selesai

Gambar 18. Diagram langkah p enelitian

31
IV. HAS IL DAN PEMBAHAS AN
IV.1. Data Hasil Pengujian S istem S olar Cell
Dari p enelitian yang telah dilaksanakan di Desa Sanap ahaan, Kecamatan
Kediri, Kabup aten Tabanan yang dilaksanakan selama tiga hari maka dip eroleh data
sebagai berikut :
Tabel 6: Data Pengujian Sistem Solar Cell p ada Hari Pertama
Tanggal 13 nop ember 2006
NO WAKTU INTENSITAS OUTPUT PANLEL SO LAR CELL OUTPUT SISTEM KO NTROL
MATAHARI Ip Vp Ic Vc
Ir (mmVolt) (Amp) (Volt) (Amp) (Volt)
1 8.0 0 1.5 2.3 13.2 2.1 12 .7
2 9.0 0 2.5 3.4 13.3 3.1 12 .9
3 10.00 3.5 4.3 13.4 3.7 13 .9
4 11.00 4.5 5.2 13.8 4.9 13 .1
5 12.00 5.0 5.4 14.2 5.1 13 .5
6 13.00 5.0 5.1 14.0 4.6 13 .4
7 14.00 4.5 4.9 13.3 4.5 12 .9
8 15.00 3.5 3.7 13.1 3.4 12 .7
9 16.00 3.0 2.8 12.9 2.5 12 .5
10 17.00 2.0 2.4 12.8 2.2 12 .3

Tabel 7: Pengujian Sistem Solar Cell p ada Hari Kedua


Tanggal 14 nop ember 2006

NO WAK TU INTEN SITAS OU TPU T PANLEL SOLAR C ELL OUTPU T SISTEM KONTRO L
MA TAHAR I Ip Vp Ic Vc
Ir (mmVolt) (Amp) (Volt) (Amp) (Volt)
1 8.00 1.5 1.9 14.2 1.4 13 .5
2 9.00 2.5 2.1 14.5 1.8 14 .3
3 10.00 3.0 3.6 15.1 3.6 14 .8
4 11.00 4.5 4.6 15.2 4.4 14 .9
5 12.00 5.0 4.8 15.9 4.5 15 .7
6 13.00 5.0 4.4 15.5 4.1 15 .3
7 14.00 5.0 4.1 15.3 3.9 15 .1
8 15.00 3.5 3.7 15.0 3.4 14 .8
9 16.00 2.5 3.6 14.9 3.3 14 .5
10 17.00 1.5 2.6 14.5 2.1 14 .0

Tabel 8: Pengujian Sistem Solar Cell p ada


Hari Ketiga tanggal 15 nop ember 2006
NO WAKTU INTENSITAS OUTPUT PANLEL SOLAR CELL OUTPUT SISTEM KONTROL
MATAHARI Ip Vp Ic Vc
Ir (mmVolt ) (Amp) (Volt) (Amp) (Volt)
1 8.00 1.5 2.3 13.2 2.1 12.7
2 9.00 2.5 3.4 13.4 3.1 12.4
3 10.00 3.0 4.3 13.5 3.6 12.9
4 11.00 4.5 5.2 13.8 4.9 13.1
5 12.00 5.0 5.4 14.2 5.0 13.5
6 13.00 5.0 5.1 14.0 4.7 13.2
7 14.00 4.5 5.0 13.8 4.4 13.1
8 15.00 4.0 4.6 13.5 3.9 12.9
9 16.00 3.0 3.2 13.3 2.9 12.7
10 17.00 2.5 2.7 13.1 2.4 12.2

32
IV.2 Pengolahan Data Hasil Pengujian
Dari data hasil p engujian sistem Solar Cell p ada tabel diatas yang dimulai jam
08.00 p agi samp ai jam 17.00 sore maka dap at dihitung sebagai berikut:
1. Besarnya energi listrik yang diterima p anel solar cell
2. Besarnya energi listrik yang keluar dari p anel solar cell yang masuk kesistem
kontrol dan efesiensi p anel solar cell
3. Besarnya energi listrik yang keluar dari sistem kontrol untuk kebutuhan beban
dan efesiensi sistem kontrol.
4. Besarnya Arus yang masuk ke battery yang berteganggan 12 volt
5. Besarnya kap asitas battrey selama 1 hari (Amp re)
6. Lamanya p emakaian untuk skala rumah tangga.
Sebagai contoh p erhitungan, diambil data dari Tabel 6 p ada p engujian hari
p ertama sebagai berikut:
 Tegangan yang dibangkitkan p anel solar cell (Vp) adalah: 13,2 Volt
 Arus yang dihasilkan p anel solar cell (Ip) adalah : 2,3 Amphere
 Tegangan yang dibangkitkan sistem kontrol (Vc ) adalah: 12,7 Volt
 Arus yang dihasilkan sistem kontrol (Ic ) adalah : 2,1 Ampre
2
 Luas 5 unit p anel solar cell A p : 1,5 m X0,7m = 1.05 m
1. Berdasarkan sp esifikasi alat p iranometer yang dip akai dalam p enelitian bahwa 1
2
mmvolt setara dengan 130,8 watt/mmvolt/m .
M aka p ada jam 08.00 p agi tegangan Piranometer Ir = 3 mmvolt sehingga daya
matahari yang diterima p anel solar cell sebesar:
2
Im = (1,5 mmvolt) x (130,8 watt/m /mmvolt)
2
= 196 W/m
2
M aka daya yang diterima M odul p anel solar cell dengan luas p anel A p = 1,05 m
adalah:
P m = Im x Ap
2 2
P m = (196 W/m ) x (1,05 m )
= 206 Watt
2. Dari data diatas maka daya yang keluar dari p anel solar cell:
P p = Ip x Vp
P p = (2,3 Amp here) X (13,2 Volt)
= 30 VA = 30 Watt ( karena untuk Arus DC : cos Φ = 1 )
3. Dari hasil diatas maka Efesiensi dari p anel solar cell:

33
η P = PP / Pm
η P = (30 Watt) / (206 Watt)
= 0,1474 = 14,74%
4. Untuk daya keluaran dari sistem kontrol dap at dihitung dari data diatas yaitu:
P c = IC x VC
P c = (2,1 Amp re) x (12,7 Volt)
= 27 VA
= 27 Watt
5. Untuk Efesiensi kontrol dap at dihitung dengan rumus sebagai berikut :
η c = Pc / Pp

η C = (27 Watt) / (30 Watt)


= 0,8785 = 87,85%
6. Untuk mengetahui arus yang masuk ke battrey yang bertegangan 12 volt dap at
diketahui sebagai berikut:
I accu = VPcAccu

= 27 Watt/ 12volt
= 2,2 Amphere
Dengan p rosedur p erhitungan yang sama, maka untuk data selanjutnya hasil
p erhitungan dap at ditamp ilkan p ada Tabel 9 samp ai dengan Tabel 11.

Tabel 9: Data hasil p erhitungan p ada p engambilan data hari p ertama.


Out p ut p anel s olar cell Ou t pu t d ari sys tem
Im Pm
No Waktu Pc Iaccu (amp)
(w att/m2) (Watt) I p ( Amp) V p (Volt) Pp (w at t) η p (%) Ic (Amp) Vc (V olt)
(wa tt )
ηc (%)
1 8 19 6 20 6 2.3 13.2 30 14 .7 4 2 .1 1 2.7 27 87 .8 5 2.2
2 9 32 7 34 3 3.4 13.3 45 13 .1 7 3 .1 1 2.9 40 88 .4 3 3.3
3 10 45 8 48 1 4.3 13.4 58 11 .9 9 3 .7 1 3.9 51 89 .2 6 4.3
4 11 58 9 61 8 5.2 13.8 72 11 .6 1 4 .9 1 3.1 64 89 .4 5 5.3
5 12 65 4 68 7 5.4 14.2 77 11 .1 7 5 .1 1 3.5 69 89 .7 9 5.7
6 13 65 4 68 7 5.1 14.0 71 10 .4 0 4 .6 1 3.4 62 86 .3 3 5.1
7 14 58 9 61 8 4.9 13.3 65 10 .5 4 4 .5 1 2.9 58 89 .0 7 4.8
8 15 45 8 48 1 3.7 13.1 48 10 .0 8 3 .4 1 2.7 43 89 .0 9 3.6
9 16 39 2 41 2 2.8 12.9 36 8.77 2 .5 1 2.5 31 86 .5 2 2.6
10 17 26 2 27 5 2.4 12.8 31 11 .1 8 2 .2 1 2.3 27 88 .0 9 2.3
Total 4 807 5 34 1 13.65 472 8 83.87 3 9.4
Rata -ra ta 458 48 1 53 11 .3 6 47 88 .3 9 3.9

34
Tabel 10: Data hasil p erhitungan p ada p engambilan data hari kedua
Ou t pu t p anel s olar cell Ou t put da ri system
Im Pm
No Wakt u 2 Pc Iaccu (am p)
( watt/m ) (Watt) Ip (A m p) V p (V ol t) P p (w at t) ηp (% ) Ic (A m p) V c (V olt) ηc (% )
(w att)
1 8 19 6 206 1.9 14.2 27 13 .1 0 1.4 13.5 19 70 .0 5 1.6

2 9 32 7 343 2.1 14.5 30 8.87 1.75 14.3 25 82 .1 8 2.1

3 10 39 2 412 3.6 15.1 54 13 .1 9 3.55 14.8 53 96 .6 5 4.4

4 11 58 9 618 4.6 15.2 70 11 .3 1 4.4 14.9 66 93 .7 6 5.5


5 12 65 4 687 4.8 15.9 76 11 .1 1 4.45 15.7 70 91 .5 4 5.8

6 13 65 4 687 4.4 15.5 68 9.93 4.1 15.3 63 91 .9 8 5.2

7 14 65 4 687 4.1 15.3 63 9.13 3.9 15.1 59 93 .8 8 4.9

8 15 45 8 481 3.7 15.0 56 11 .5 5 3.4 14.8 50 90 .6 7 4.2


16 32 7 343 3.6 14.9 54 15 .6 2 3.3 14.5 48 89 .2 1 4.0
9
10 17 19 6 206 2.6 14.5 38 18 .3 0 2.05 14 29 76 .1 3 2.4
Total 46 70 5 36 1 22.12 4 80 87 6.05 4 0.0
Rata -r ata 445 467 54 12 .2 1 48 87 .6 1 4.0

Tabel 11: Data hasil p erhitungan p ada p engambilan data hari ketiga
No Wakt u Im Pm Ou t pu t Out put Iaccu (am p)
Ip (A m p) V p (V ol t) P p (w at t) ηp (% ) Ic (A m p) V c (V olt) Pc ηc (% )
(w att)
1 8 19 6 206 2.3 13.2 30 14 .7 4 2.1 13.5 28 93 .3 8 2.4
2 9 32 7 343 3.4 13.4 46 13 .2 7 1.8 14.3 26 56 .5 0 2.1
3 10 39 2 412 4.3 13.5 58 14 .0 9 3.6 14.8 53 91 .7 8 4.4
4 11 58 9 618 5.2 13.8 72 11 .6 1 4.4 14.9 66 91 .3 6 5.5
5 12 65 4 687 5.4 14.2 77 11 .1 7 4.5 15.7 71 92 .1 4 5.9
6 13 65 4 687 5.1 14.0 71 10 .4 0 4.1 15.3 63 87 .8 6 5.2
7 14 58 9 618 5.0 13.8 69 11 .1 6 3.9 15.1 59 85 .3 5 4.9
8 15 52 3 549 4.6 13.5 62 11 .3 0 3.4 14.8 50 81 .0 3 4.2
9 16 39 2 412 3.2 13.3 43 10 .3 3 3.3 14.5 48 11 2.43 4.0
10 17 32 7 343 2.7 13.1 35 10 .3 0 2.1 14 29 83 .1 2 2.5
T otal 48 76 5 63 1 18.37 4 93 87 4.94 4 1.1
Ra ta -r at a 464 488 56 11 .8 4 49 87 .4 9 4.1

IV.3. Pembahasan
Di Bali terdap at daerah-daerah p emukiman terp encil yang sulit dihubungkan
dengan jaringan listrik PLN, sehingga p ada daerah-daerah tersebut dip erlukan
p embangkit listrik dari alternatif lain terutama yang bersumber dari energi yang
terbaharukan sep erti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Pembangkit Listrik
Tenaga Surya (Solar Home System ) dip erkirakan dap at menjadi solusi alternatif
sebagai p enyedia listrik di desa-desa yang terp encil. Sebagai daerah trop is Bali
memp unyai p otensi energi surya yang tinggi. Hal ini terlihat dari radiasi harian yaitu
2
sebesar 4,8 kWh/m /hari. Berarti p rosp ek p enggunaan fotovoltaik di masa
mendatang cukup cerah.
Persoalan yang ada sekarang adalah harganya yang masih mahal
dibandingkan dengan listrik yang dibangkitkan dengan sumber energi lain, sehingga
p enggunaannya sekarang terbatas hanya dalam skala kecil p ada daerah-daerah yang
masih sulit dijangkau oleh jaringan listrik. Usaha untuk menurunkan harga p anel sel
surya dap at dilakukan dengan menaikkan efisiensi (konversi) dari sel tersebut. Jika
saja cell surya dap at dip roduksi di Indonesia sehingga harganya bisa murah, maka
p emanfaatan energi surya untuk p embangkit listrik di Bali sangat memungkinkan.

35
Tap i sel surya (photovoltaic cell) masih sangat mahal dan efisiensi terbaik yang ada
saat ini baru hanya 17% belum termasuk efisiensi komp onen p endukung lainnya.
Intensitas dan lama p enyinaran listrik di Bali, sebagai contoh diambil suatu contoh
data BM G di stasiun 511014 (Tamp aksiring-Gianyar) sep erti Tabel 12.

Tabel 12: Intensitas dan lama p enyinaran di Tamp aksiring-Gianyar


(BM G Stasiun 511014)
BULAN INTENS ITAS S UNS HINE
DURATION
(kWh/m2/hari) (%)
JAN 2.04 30.30
FEB 1.85 47.04
M AR 1.82 30.38
APR 2.04 37.42
M EI 2.08 47.28
JUN 1.95 36.72
JUL 1.94 48.62
AGU 2.20 47.00
SEP 2.34 48.48
OKT 2.73 44.58
NOP 1.78 35.90
DES 1.74 34.80
Rata-Rata 2.04 40.71
Minimum 1.74 30.30
Maksimum 2.73 48.62

Radiasi matahari rata-rata harian adalah


Is = 2,04 kWh/m2/hari
Lama p enyinaran matahari rata-rata p er hari,
Ts = 40,71% x 24 jam = 9,77 jam/hari
Efisiensi M odul Surya,
η = 11,9% (sesuai sp esifikasi yang telah terp asang di Bali)
M aka daya yang dibangkitkan PLTS adalah:
Pm = (2,04 kWh/ m2/hari) / (9,77 jam/hari) x (11,9%)
= 25 Watt / m2 _p anel_surya
M aka untuk menghasilkan 1 M W tenaga listrik akan dibutuhkan p anel surya
seluas:
= (1.000.000 Watt) / (25 Watt/ m2)
= 40.000 m2 _p anel_surya

36
Jadi dibutuhkan p anel surya yang sangat luas untuk membangkitkan tenaga
listrik, hal ini disebabkan karena efisiensi p anel surya masih sangat rendah dan saat
ini masih terus diteliti dan dikembangkan untuk mendap atkan efisiensi yang lebih
tinggi. Disamp ing itu harga p anel surya tersebut masih cukup mahal.
Dari hasil p engolahan data, hasil p engujian di Desa Sanap ahan Kecamatan
Kediri Kabup aten Tabanan, Bali, p erformansi PLTS tersebut adalah sep erti p ada
Gambar 19 samp ai dengan Gambar 24.

800

700

600
D aya I nput Panel (W att)

500

400

300

200

100

0
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
W aktu

Hari I H ari II Hari III Rata-R ata

Gambar 19. Grafik Daya diterima p anel solar cell (Pm) fungsi waktu (jam)

Dari grafik p ada Gambar 19 dap at dilihat daya yang diterima p anel solar cell
2
dari p engujian selama 3 kali selama 10 jam p enyinaran dengan luas p anel 1.05 m
daya rata-rata sinar matahari yang diterima p anel adalah 474 Watt/jam.

90

80

70
Daya Output P anel (Watt)

60

50

40

30

20

10

0
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Wa ktu

Hari I H ari II H ari III R at a-rat a

Gambar 20. Grafik Daya out put p anel solar cell (P p) fungsi waktu (jam)

Dari grafik p ada Gambar 20 dap at dilihat daya maksimum yang dihasilkan
oleh p anel solar cell sekitar p ukul 11.00 samp ai dengan 13.00, sedangkan intensitas
radiasi matahari p ada p agi dan sore hari sangat rendah sehingga daya yang
dihasilkan p anel solar cell juga rendah. Dari p engolahan data hasil p enelitian selama
3 hari didap atkan Daya rata-rata yang dihasilkan panel solar cell tersebut adalah 54

37
watt dan daya rata-rata maksimum yang dihasilkan adalah 77 watt berarti daya
output p anel solar cell sebesar 28% dari sp esifikasi sistem solar cell yang dip asang
bahwa daya p uncak sebesar 275 Wattpeak .

20.0

18.0

16.0

14.0

Efisiensi Panel (% ) 12.0

10.0

8.0

6.0

4.0

2.0

0.0
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
W aktu

Hari I H ari II H ari I II Rat a-Rata

Gambar 21 Grafik Efesiensi p anel (ηΡ) fungsi waktu (jam)

Dari p engujian yang dilakukan selama 3 hari p ada Gambar 21 dap at dilihat
efesiensi panel ( ηΡ ) maksimum sebesar 14,2 % dan efesiensi minimum 10,2 %
dengan efesiensi rata-rata 11,8%. Ini berarti efesiensi p anel solar cell sesuai dengan
sfesifikasi p ada p anel yang sebesar 12,7%. (sp eksifikasi M itsubishi).

80

70
Daya Output K ontrol (Watt)

60

50

40

30

20

10

0
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Wa ktu

Hari I Hari II H ari I II Rat a-rata

Gambar 22. Grafik Daya out put kontrol sistem (P C) fungsi waktu (jam)

Dari grafik p ada Gambar 22 dap at dilihat daya maksimum yang dihasilkan
oleh sistem kontrol sekitar p ukul 11.00 samp ai dengan 13.00. Dari p engolahan data
hasil p enelitian selama 3 hari didap atkan daya maksimum yang dihasilkan sistem
kontrol tersebut adalah 70 watt dan daya minimum yang dihasilkan adalah 25 watt,
dan daya rata-ratanya adalah 48 watt, ini berarti sistem kontrol solar cell sesuai
dengan sp esifikasi sistem solar cell yang dip asang bahwa daya yang dihasilkan p anel
solar cell dikalikan dengan efesiensi p anel sebesar 11%.

38
120. 0

100. 0

E fi si ensi K ontrol (%)


80. 0

60. 0

40. 0

20. 0

0. 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
W aktu

H ari I Hari II H ari III R at a-rat a

Gambar 23. Efesiensi kontrol ( η C ς fungsi waktu ( jam )

Dari grafik p ada Gambar 23 dap at dilihat efesiensi kontrol (ηc ) maksimum
sebesar 96,1 % dan efesiensi minimum 75,7 %, dan efisiensi rata-ratanya adalah
87,8%, berarti efesiensi sistem kontrol diangap layak karena mendekati dengan
sp esifikasi p ada sistem kontrol yang sebesar 90% .

7.0

6.0
Arus Li strik ke A ccu (Am p)

5.0

4.0

3.0

2.0

1.0

0.0
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
W aktu

Hari I H ari II Hari III Rata-rat a

Gambar 24. Grafik Arus yang masuk ke battrey (IAc c u ) fungsi waktu ( jam )

Dari grafik p ada Gambar 24 dap at diketahui arus yang masuk ke battrey
maksimum sebesar 5,8 Amphere dan arus minimum yang masuk kebattrey sebesar
2,1 Amphere, dan rata-ratanya adalah 4,0 Amphere.
Dari tabel data 3 kali p engujian diketahui daya total p er hari, dap at dicari
kap asitas battery dan banyaknya lamp u TL (10 Watt) yang bisa dibebankan ke
sistem . Daya outp ut rata-rata sistem PLTS adalah:
Pc total = 482 watt/hari
M aka untuk kap asitas minimum battery dap at dihitung sebagai berikut:
Pctotal
Kap asitas battery =
12volt

482
Kap asitas battery =
12volt

39
= 40 Ah
Dari battery yang terp asang dengan kap asitas 100Ah ini berarti kap asitas
battery tersebut sangat mencukup i. Untuk banyaknya lamp u yang bisa dinyalakan
TL 10 Watt selama 11 jam maka dap at dihitung sebagai berikut:
t ny a la = P c ra ta -ra ta / (H x P la m pu)
11 jam = 482watt/ (H x 10 watt)
H = 4,8 lamp u ≈ 5 Lamp u
Hal ini sesuai dengan informasi masyarakat setemp at bahwa hanya dengan
menghidup kan tiga buah lamp u saja menjelang p agi hari nyala lamp u tersebut sudah
redup .
Dari hasil p engujian diatas maka dap at dicari ekonomis dari sistem solar cell
dengan mengunakan metode deret seragam, dari sp esifikasi diketahui data bahwa
investasi awal sebesar Rp 27.000.000,- dengan garansi p abrik selama 25 tahun,
untuk bunga yang digunakan sebesar 12 % p er tahun. Dari p enelitian selama tiga
hari daya rata-rata p er jam yang dihasilkan:
Jika lamanya p enyinaran matahari rata- rata di tempat kajian di Desa
Sanap ahaan Kecamatan Kediri Kabup aten Tabanan diasumsikan sama dengan
dikawasan Tamp aksiring sebesar 41,1% p er hari atau setara dengan 10 jam p erhari
sesuai dengan data dari BM G.. M aka dalam 1 bulan dap at dihitung sebagai berikut:
P bula n = 0,482 kWh x 30 hari
= 14,46 kWh/bulan

A1 A2 A10

F1 F2 F10

Cost

Gambar 25. Diagram p emasukan dan p engeluaran

Jika dibandingkan dengan harga listrik PLN dengan sistem PB natural yaitu
p elanggan tidak dikenakan biaya beban karena semua instalasi yang dip asang
dibebankan kep ada konsumen sebesar Rp 800,- / kWh maka Annual dari PLTS
sebagai berikut:
P 0 = Rp 27.000.000,-
A = 28,482 KWh/bulan x Rp 800/ kWh

40
= Rp 22.785,6/ bulan
N = 25 Tahun = 300 bulan
i = 15% p .a= 1,25% / bulan
Perawatan setiap 24 bulan untuk p engantian battery (accu) sebesar Rp
800.000,- untuk kenaikan harga Accu di bulan ke X dianggap meningkat sebesar i
% sehinga harga Accu di bulan ke X sama dengan
X
F(i) = P (1+i)
Untuk banyaknya p engantian battery selama N= 25 Tahun (Live Time) dari
PLTS adalah 12 kali,sehinga harga accu disetiap bulan ke X p engantian dap at
dihitung sebagai berikut:
24
F 1 = Rp 800.000 (1+0,0125) = Rp 1.077.880,84
48
F 2 = Rp 800.000 (1+0,0125) = Rp 1.452.283,88
72
F 3 = Rp 800.000 (1+0,0125) = Rp 1.956.736,21
96
F 4 = Rp 800.000 (1+0,0125) = Rp 2.636.410,59
120
F 5 = Rp 800.000 (1+0,0125) = Rp 3.552.170,58
144
F 6 = Rp 800.000 (1+0,0125) = Rp 4.786.020,76
168
F 7 = Rp 800.000 (1+0,0125) = Rp 6.448.450,10
192
F 8 = Rp 800.000 (1+0,0125) = Rp 8.688.326,02
216
F 9 = Rp 800.000 (1+0,0125) = Rp 11.706.225,20
240
F 10 = Rp 800.000 (1+0,0125) = Rp 15.772.394,81
264
F 11 = Rp 800.000 (1+0,0125) = Rp 21.250.952,72
288
F 12 = Rp 800.000 (1+0,0125) = Rp 28.632.493,47
Untuk memp erjelas dari data diatas, berdasarkan diagram p ada Gambar 25,
maka kajian ekonomis dari sistem solar cell dengan mengunakan deret seragam
dap at diturunkan sebagai berikut :

P(i) = A(i)
(1+ i )N − 1 − [F1 + F 2 + ...... + F12]
i(1 + i)N

P(i) = 22.785,6 x
(1 + 0.0125 )300 − 1 − [1. 077.880,84 + 1452283,88 + .......... + 28. 632.493, 47]
0.0125(1 + 0,0125)
N

P(i) = (22.785,6 X 78,074) – 107.960.345,20


P(i) = 1.778.970,50 – 107.960.345,20
P(i) = - Rp 106.181374,7

41
Dengan P 0 atau investasi awal sebesar Rp 27.000.000,- maka nilai sekarng
dari PLTS yang terp asang di Desa Sanap ahaan Kecamatan Kediri Kabup aten
Tabanan sebesar:
(-Rp 106.181374,7) + (-Rp 27.000.000)
= -Rp 133.181.374,7
Dari hasil p erhitungan diatas yang mengunakan metode deret seragam
diketahui bahwa p embangkit listrik tenaga surya yang terp asang ditemp at kajian, di
Desa Sanap ahaan Kecamatan Kediri, Kabup aten Tabanan jauh dari ekonomis
dibandingkan dengan investasi awal yang sebesar Rp 27.000.000,- atau disebut
dengan independent alternative, dibandingkan dengan Listrik PLN. Namun untuk
kedep an dengan p enelitian yang terus menerus dilakukan untuk meningkatkan
efesiensi modul p anel diharap kan dap at meningkatkan nilai ekonomis PLTS.

V. KES IMPULAN DAN S ARAN


Dari hasil p enelitian kajian teknis dan ekonomis p embangkit listrik tenaga
surya di Desa Senap ahaan Kecamatan Kediri Kabup aten Tabanan selama 3 hari
dengan p enyinaran rata-rata selama 10 jam maka dap at diambil suatu kesimp ulan
sebagai berikut :
1.
Daya intensitas radiasi matahari rata-rata yang samp ai ditemp at kajian sebesar
2
919,75 watt/m
2.
Daya yang dibangkitkan p anel solar cell rata-rata sebesar 108,2 watt/ jam,
dengan efesiensi rata-rata sebesar 11,57% dan daya yang keluar dari unit Kontrol
solar cell rata-rata sebesar 94,94 watt/jam, dan efesiensinya sebesar 87%, dan
daya bangkitan PLTS ditemp at kajian sebesar 949,49 watt/hari maka lamp u TL
yang dap at dinyalakan selama 11 jam p erhari adalah sebanyak 9 lamp u (@ 10
watt) dari 15 lamp u yang terp asang.
3.
Dari segi ekonomis dibandingkan dengan harga listrik PLN, p embangkit listrik
tenaga surya kurang ekonomis dengan hasil nilai sekarang sebesar - Rp
106.181374,7 dengan investasi yang dilakukan sebesar Rp 27.000.000,- untuk
satu unit PLTS.
4.
karena PLTS saat ini masih sangat tidak ekonomis, maka PLTS hanya cocok
untuk daerah-daerah yang jauh dari jangkuan PLN, dan sulit mendap atkan
sumber energi alternatif lainya.

42
Permakluman
Artikel dari lap oran hasil p enelitian ini telah dipresentasikan dalam
‘Seminar Nasional Tahunan Teknik M esin – VII’ di Hotel Santika Premiere
Semarang p ada tanggal 11-14 Agustus 2009, dan artikel ini telah dimuat dalam
digital p rosiding dengan no ISBN 978-979-704-772-6, sep erti p ada lamp iran-3.

DAFTAR PUS TAKA


Arismunandar, Wiranto, 1995, Teknologi Rekayasa Surya, PT. Pradnya Paramita.
Jakarta.

Blank, Leland and Anthony Tarquin, 1985. Engineering Economy, 2ed, M C Graw-
Hill Book Co., Singap ore

Coop er, P,I, 1969, The Absorption of Radiation in Solar Stills, Solar Energy

Duffie, J,A dan William A, Becman, 1974, Solar Engineering of Thermal Process,
New York

Donal, Rapp , 1981, Solar Energy, Prentice – Hall Inc, Englewood Cliffs, New
Jersey.

Erbs, D,G. S,A Klein, dan J,A Duffie, 1982, Estimation of The Diffuse Radiation
Fraction for Hourly, Daily, and Monthly Average Global Radiation, Solar
Energy

Hay, J,E, 1979, An Analysis of Solar Radiation for British Columbia, Rab Bulletin,
14 British Columbia , M inistry of Environment

Sub – Dinas Pertambangan, 2005, Profil Energi Bali, Dinas Pekerjaan Umum,
Prop insi Bali

Streeter V.L. and Wylie E.B., 1975, Fluid Mechanics, 6th edition, M cGraw-Hill
Book Comp any, New York.

43
Lampiran-1:
PERS ONALIA PENELITIAN
1. Ketua Peneliti :
a. Nama : Ir. M ade Suarda, M .Eng.
b. Pangkat/Golongan/NIP : Penata / III.d / 131 882 090
c. Jabatan Fungsional : Lektor
d. Bidang Keahlian : Pomp a dan Turbin Air, M esin Konversi Energi
e. Fakultas/Program Studi : Teknik / Teknik M esin
f. Waktu untuk Kegiatan ini : 18 jam/minggu
2. Anggota Peneliti I :
a. Nama : Ir. I Ketut Gede Wirawan, M T.
b. Pangkat/Golongan/NIP : Pembina / IV.a / 131 660 491
c. Jabatan Fungsional : Lektor Kep ala
d. Bidang Keahlian : Konversi Energi
e. Fakultas/Program Studi : Teknik / Teknik M esin
f. Waktu untuk Kegiatan ini : 18 jam/minggu
4. Tenaga Laboraan/Teknisi :-
5. Tenaga Lap angan/Pencacah :-
6. Tenaga Administrasi :-

44
Lampiran-2:
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama Lengkap dan Gelar : Ir. M ade Suarda, M .Eng.


2. N I P : 131 882 090
3. Temp at/Tanggal Lahir : M enyali, 26 M aret 1965
4. Jenis Kelamin : Laki-laki
5. Fakultas/Jurusan/Pusat : Fak. Teknik / Teknik M esin
6. Pekerjaan/Jabatan Sekarang : Staf Pengajar Fak. Teknik / Lektor
7. Pangkat/Golongan : Penata / III.d
8. Bidang Keahlian : M esin-M esin Konversi Energi
9. Pendidikan :
a. S1 : Teknik Permesinan Kap al, ITS, Surabaya, 1989
b. S2 : M aster of Advanced M anufacturing Technology,
University of South Australia, Australia, 2004
10. Pengalaman dalam bidang p enelitian :
a. Peluang Op timasi Arus Lalu-Lintas di Kotamadya Denpasar dengan
Simulasi dan Dynamic Programming, DIKS Th. 1996
b. Pengujian Pomp a Sebagai Turbin Air Untuk Pembangkit Hydrop ower,
TPSDP Th. 2004
c. M odifikasi Ujung Luar Imp eller Pomp a yang Diop erasikan Sebagai Turbin
Air, Penelitian Dosen M uda Th. 2006
d. M odel dan Simulasi Sistem Instalasi Pomp a dengan Bondgrap h, DIPA Th.
2006
11. Karya ilmiah :
a. Karakterisasi Pomp a Sebagai Turbin Air Pembangkit Hydrop ower, Th.
2006
b. Analisa Penomena Water Hammer p ada Instalasi Pomp a, Th. 1996
c. Analisa Pengembangan Sistem Turbin Gas Pembangkit Tenaga Listrik
Pesanggaran M enjadi Siklus Kombinasi Turbin Gas dan Uap , Th. 1996
d. Analisa Performance Turbin Gas, Th. 1994
e. Analisa Getaran Sistem Susp ensi Kendaraan, Th. 1994
f. Getaran Torsional Pada Sistem Prop ulsi Kap al, Th. 1992

45
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama Lengkap dan Gelar : Ir.I Ketut Gede Wirawan, M T


2. N I P : 131 660 491
3. Temp at/Tanggal Lahir : Denp asar, 28 Februari 1964
4. Jenis Kelamin : Laki-laki
5. Fakultas/Jurusan/Pusat : Fak. Teknik / Teknik M esin
6. Pekerjaan/Jabatan Sekarang : Staf Pengajar Fak. Teknik / Lektor
7. Pangkat/Golongan : Pembina/ IVa
8. Bidang Keahlian : M esin-M esin Konversi Energi
9. Pendidikan :
a. S1 : Teknik M esin , Fakultas Teknik Universitas Udayana
S2 : Teknik M esin, Fakultas Teknik Institut Teknologi Sep uluh
Nop ember
10. Pengalaman dalam bidang p enelitian :
a. Energi Surya Sirkular Non Concentrasing Th. 2000.
b. Pengembangan Teknologi Elektrop lating Perak p ada sisi dalam radiator
untuk meningkatkan Performansi Sistem Pendingin M esin Th. 2004.
c. Teknis p emanfaatan kotoran babi untuk p embuatan Biogas di Desa
Sulahan, Bangli Th. 2005.

11. Karya ilmiah :


a. M echanical Prop erties of GRF Laminates M anufacturing by Hand Lay – up
Process, Th 2005.
b. A Novel Process to Produce non Dendicitic Structure of AZ9ID, Th. 2005.
c. The Use of ex-Inner Tube on Packing Seweed Reduced M usculos
Comp laints of Worker, Th. 2007.
d. Analisis Penggunaan water Cooled Condenser p ada M esin Pengkondisian
Udara Paket ( AC Window ). Th. 2007.

46

You might also like