You are on page 1of 44
BABII KERANGKA TEORI A. Deskripsi Teori dan Penelitian Yang Relevan 1. Deskripsi Teori a, Lingkungan Belajar Lingkungan belajar adalah keseluruhan keadaan yang melingkupi siswa atau keadaan kehadirannya memberikan perubahan dalam pengetahuan dan pemahaman siswa. Lingkungan belajar memiliki peranan yang penting di dalam proses belajar seorang anak. Jika lingkungan belajar anak tidak menanamkan penilaian terhadap suatu keberhasilan, maka hal ini secara perlahan akan menghambat perkembangan belajar anak’, Membuat anak menyukai untuk belajar sangat ditentukan oleh lingkungan belajar mereka. Lingkungan yang memberi respon positif akan mendorong anak untuk belajar lebih giat, sedangkan lingkungan yang memberi respon negatif akan membentuk actual neurological disfunction yang akan menghambat perkembangan dalam proses belajar. Sebagai contoh, komentar orang tua terhadap hasil belajar seorang anak haruslah bersifat positif, hal ini menunjukkan pada anak bahwa ia telah melakukan hal yang bagus, sedangkan bila bersifat negatif akan melemahkan bahkan menghancurkan motivasi anak. 7 Pelangi midi Prathami, “Lingkungan Belajar Seperti Apa yang Tepat Bagi Anak”, www. Suara Merdeka. com, 17 Februari 2007, Jam 06. 05 AM. Usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan (kondisi) belajar yang kondusif, Lingkungan belajar yang kondusif adalah lingkungan belajar yang mendukung proses belajar mengajar. Sistem lingkungan dipengaruhi oleh berbagai Komponen yang masing-masing komponen saling mempengaruhi. Komponen tersebut adalah tujuan pembelajaran, materi, guru, siswa, hubungan sosial, sarana dan prasarana. Lingkungan belajar yang kondusif akan memberikan suasana yang nyaman bagi siswa untuk belajar sehingga dapat meningkatkan prestasi belajamya terutama prestasi belajar kimia. Suasana dan keadaan keluarga menentukan _tingkat keberhasilan anak dalam pendidikan sekolah. Tingkat pengetahuan orang tua, keadaan ekonomi keluarga dan fasilitas belajar turut memegang peranan penting terhadap prestasi belajar yang diperoleh anak di sekolah. Keluarga merupakan lembaga sosial pertama yang dikenal oleh anak.’ Lingkungan keluarga yang pertama kali menanamkan sikap-sikap yang dapat mempengaruhi perkembangan anak di sekolah. Siswa yang memperoleh pendidikan di lingkungan keluarga dengan baik maka prestasi yang diperoleh dalam pendidikan di sekolah akan memberikan hasil yang memuaskan. Siswa yang tidak memperoleh pendidikan yang baik di lingkungan keluarga maka * Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Rosda Karya, 1997) him, 104, prestasi yang diperoleh siswa dalam pendidikan di sekolah kurang memuaskan, Belajar juga perlu memperhatikan keadaan lingkungan sekitar siswa. Siswa yang dalam belajar selalu memperhatikan kondisi dan Jingkungan serta menggunakan teknik dan cara belajar yang tepat, maka akan menunjang prestasi belajamya terutama prestasi belajar kimia. Indikator instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lingkungan belajar yang dibagi menjadi 2, yaitu lingkungan sosial dan lingkungan non sosial.? Lingkungan sosial meliputi lingkungan sosial sekolah, peran orang tua/teman/orang lain dalam belajar, kondisi keluarga dan masyarakat, dan suasana tempat belajar. Lingkungan sosial sekolah seperti guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para guru selalu ‘menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperhatikan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa. Selanjutnya, yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut. Kondisi masyarakat di lingkungan kumuh yang serba kekurangan dan anak-anak penganggur, misalnya, ° Muhibbin Syah, op. Cit., him. 132-139. akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Paling tidak, siswa tersebut akan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau meminjam alat-alat belajar tertentu yang kebetulan belum dimilikinya, Lingkungan sosial yang banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri, Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk tehadap kegiatan belajar dan hasil yang di capai oleh siswa. Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa, Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Sekolah yang mempunyai sumber dan fasilitas belajar Jengkap, memadai, dan terkelola dengan baik akan meningkatkan semangat siswa dalam belajar. Sumber dan fasilitas belajar yang kurang memadai dapat mengganggu proses belajar mengajar sehingga hasil belajar yang diperoleh kurang memuaskan. Koleksi buku-buku perpustakaan yang lengkap dan memadai, dapat digunakan siswa sebagai referensi dalam belajar atau mengerjakan tugas-tugas sekolah sehingga mendukung prestasi belajar kimia siswa. Sarana belajar dan gedung yang nyaman akan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar sehingga prestasi belajar kimia akan meningkat. Keadaan laboratorium kimia sangat mendukung terciptanya lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini disebabkan oleh mata pelajaran yang perlu disampaikan dengan metode eksperimen atau demonstrasi. Letak gedung sekolah juga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Letak gedung sekolah yang dekat pasar, pabrik, tempat hiburan, pemukiman penduduk, dan jalan raya menyebabkan polusi suara dan udara sehingga dapat mengurangi konsentrasi siswa dalam mempelajari materi pelajaran. Keadaan cuaca yang buruk akan menumbuhkan rasa malas pada siswa untuk belajar sehingga prestasi belajar kimia kurang memuaskan. b. Gaya Berpikir Otak manusia adalah protoplasma yang paling kompleks yang pernah dikenal di alam semesta ini. Inilah satu-satunya organ yang sangat berkembang schingga ia dapat mempelajari dirinya sendiri. Jika dirawat oleh tubuh yang sehat dan lingkungan yang menimbulkan rangsangan, otak yang berfungsi dapat tetap aktif dan reaktif selama lebih dari seratus tahun,'° Menurut Paul Maclean, otak memiliki tiga bagian dasar yaitu batang atau otak reptil, sistem limbik atau otak mamalia, dan neokorteks. Perilaku yang ada dalam otak reptil berkaitan dengan "° Bobbi De Porter & Mike Hernacki, op. Cit., him. 26. insting mempertahankan hidup, dorongan untuk mengembangkan spesies. Sistem limbik ini terletak di bagian tengah dari otak, fungsinya bersifat emosional dan kognitif, memori bioritme tubuh. Neokorteks terbungkus di sekitar bagian atas dan sisi sistem limbik, yang membentuk 80% dari seluruh materi otak. Bagian ini merupakan tempat bersemayamnya kecerdasan. Fungsinya untuk berpikir intelektual, penalaran, perilaku normal, bahasa, dan kecerdasan yang lebih tinggi". Berpikir adalah aktivitas jiwa dengan arah yang ditentukan oleh masalah yang dihadapi. Prosesnya adalah diawali dengan pembentukkan pengertian, diteruskan pembentukkan pendapat dan diakhiri oleh penarikan kesimpulan atau pembentukkan keputusan, Cepat dan lambat berpikir bagi individu sangat besar pengaruhnya terhadap belajar terutama belajar jenis pemecahan masalah.!? Menurut teori split brain, otak terdiri dari dua belahan; otak kiri (left hemisphere) dan otak kanan (right hemisphere). Masing- masing belahan otak tersebut memiliki yang berbeda-beda. Belahan otak kiri berfungsi misalnya untuk hal-hal yang bersifat analitik, logis, dan kalkulatif, sedangkan belahan otak kanan berfungsi misalnya untuk hal-hal berkaitan dengan tugas-tugas intuitif, spasial dan visual’? Proses berpikir otak kiri bersifat logis, sekuensial, linear dan rasional, sisi ini sangat teratur. Walaupun berdasarkan realitas, ia " Ibid, him. 28-29. ” Mustaqim, Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004) him. 76. ® Agus Efendi, Revolusi Kecerdasan Abad 21: Kritik MI, El, SQ, AQ, dan Successful Intelligence Atas 10 (Bandung: Alfabeta, 2005) him, 106, mampu melakukan penafsiran abstrak dan simbolis. Cara berpikimya sesuai untuk tugas-tugas teratur ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial, menempatkan detail dan fakta, fonetik, serta simbolisme. Cara berpikir otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif dan holistik. Cara berpikimya sesuai dengan cara-cara untuk mengetahui yang bersifat nonverbal, seperti perasaan dan emosi, kesadaran yang berkenaan dengan perasaan (merasakan kehadiran suatu benda atau orang), kesadaran spasial, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreativitas dan visualisasi.'* Secara umum para abli menyepakati adanya dua kategori utama tentang bagaimana kita belajar. Pertama, bagaimana kita menyerap informasi dengan mudah (modalitas) dan ke dua, cara kita mengatur dan mengolah informasi tersebut (dominasi otak).'' Menurut Antony Gregore melalui kajian investigasinya _menyimpulkan terdapatnya dua kemungkinan dominasi otak yaitu: (1) persepsi konkret dan Abstrak, (2) kemampuan pengaturan secara sekuensial (linear) dan acak (non-linear).'¢ Hal di atas dapat dikombinasikan ke dalam empat kelompok perilaku yang disebut gaya berpikir. Antony Gregore menyebutnya dengan istilah: Sekuensial Konkret (SK), Sekuensial Abstrak (SA), Acak Konkret (AK) dan Acak Abstrak (AA). Orang yang termasuk ™ Bobbi De Porter & Mike Hemnacki, op. Cit., him. 38. * Ibid., him. 110. * Tbid., him. 122-136. dalam dua sekuensial cenderung mempunyai dominasi otak kiri, sedangkan orang-orang yang berpikir secara acak biasanya termasuk dalam dominasi otak kanan. Ke empat gaya berpikir tersebut adalah: 1. Pemikir Sekuensial Konkret (SK) Pemikir sekuensial konkret berpegang pada kenyataan dan proses informasi dengan cara yang teratur, linear dan sekuensial, Bagi para sekuensial konkret, realitas terdiri dari apa yang dapat mereka ketahui melalui indera fisik mereka, yaitu indera penglihatan, peraba, pendengaran, perasa dan penciuman. Mereka memperhatikan dan mengingat realitas dengan mudah dan ‘mengingat fakta-fakta, informasi, rumus-rumus, dan aturan-aturan khusus dengan mudah. Catatan atau makalah adalah cara baik bagi orang-orang ini untuk belajar. Pelajar sekuensial konkret harus mengatur tugas-tugas menjadi proses tahap demi tahap dan berusaha eras untuk mendapatkan kesempurnaan pada setiap tahap. Mereka menyukai pengarahan prosedur khusus. 2. Pemikir Acak Konkret (AK) Pemikir acak konkret mempunyai sikap eksperimental yang diiringi dengan perilaku yang kurang terstruktur. Seperti pemikir sekuensial konkret, mereka berdasarkan pada kenyataan, tetapi ingin melakukan pendekatan coba-salah (trial and error). Karenanya, mereka sering melakukan lompatan intuitif yang diperlukan untuk pemikiran kreatif yang sebenamya. Mereka mempunyai dorongan kuat untuk menemukan alternatif dan mengerjakan segala sesuatu dengan cara mereka sendiri, Waktu bukanlah prioritas bagi orang-orang acak konkret, dan mereka cenderung tidak memedulikannya, terutama jika sedang terlibat dalam situasi yang menarik, Mereka lebih terorientasi pada proses daripada hasil. . Pemikir Acak Abstrak (AA) Dunia nyata untuk pemikir acak abstrak adalah dunia perasaan dan emosi. Mereka tertarik pada nuansa, dan sebagian lagi cenderung pada mistisisme. Pikiran acak abstrak menyerap ide-ide, informasi, dan kesan dan mengaturnya dengan refleksi. Mereka mengingat dengan sangat baik jika informasi dipersonifikasikan, Perasaan juga dapat lebih meningkatkan atau mempengaruhi belajar mereka. . Pemikir Sekuensial Abstrak (SA) Realitas bagi para pemikir sekuensial abstrak adalah dunia teori metafisis dan pemikiran abstrak. Mereka suka berpikir dalam konsep dan menganalisis informasi. Mereka sangat menghargai orang-orang dan peristiwa-peristiwa yang teratur rapi. Bagi mereka mudah untuk meneropong hal-hal penting, seperti titik-titik kunci dan detail-detail penting, Proses berpikir mereka logis, rasional, dan intelektual. Aktivitas favorit pemikir sekuensial abstrak adalah membaca, dan jika suatu proyek perlu diteliti, mereka akan melakukannya mendalam. Mereka ingin mengetahui sebab-sebab dibalik akibat dan memahami teori serta konsep. Orang-orang yang ada dalam kelompok ini adalah filosof-filosof besar dan ilmuwan- ilmuwan peneliti. Melihat kemampuan gaya berpikir yang berbeda-beda antara setiap orang, maka dimungkinkan prestasi belajamya juga dipengaruhi oleh gaya berpikir yang memiliki hubungan sebab akibat (kausal) dengan prestasi belajar kimia siswa. Dapatlah dimengerti kiranya bahwa setiap murid itu mempunyai gayanya sendiri-sendiri dalam menerima pelajaran dan memecahkan masalah. Kalau ada anak yang memerlukan bantuan dalam suatu bidang studi bukanlah karena mereka itu bodoh tetapi hanyalah karena gaya berpikir mereka tidak sesuai dengan bidang studi tersebut.'” Sehingga diharapkan guru dengan melihat teori di atas dapat memanfaatkan dalam proses belajar mengajar yang selama ini berlangsung. ° Prestasi Belajar Kimia Prestasi belajar kimia adalah sesuatu intelektual yang memungkinkan kita untuk berinteraksi dengan lingkungan. Orang yang berprestasi adalah orang yang dapat berinteraksi dengan lingkungan, Prestasi belajar kimia berupa perubahan siswa sebagai hasil dari proses "’ Dimyati Mahmud, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Depdikbud, 1989) him. 118. belajar yang dilakukan siswa, meliputi aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia, Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktifitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil dari belajar. Kitapun hidup dan bekerja menurut apa yang telah kita pelajari. Belajar itu bukan sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu proses dan bukan suatu hasil. Karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan,!* Proses belajar dan hasil belajar dipengaruhi oleh dua kelompok faktor, yaitu faktor yang berasal dari diri individu yang sedang belajar, dan faktor yang berasal dari luar diri individu'®. Faktor yang terdapat di dalam diri individu dikelompokkan menjadi dua faktor, yaitu faktor psikis dan faktor fisik. Faktor yang berasal dari luar diri individu adalah faktor sosial-ekonomi, guru, metode mengajar, kurikulum, program, materi pelajaran, sarana dan prasarana. Faktor yang berasal dari diri individu yang sedang belajar besar pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai, Seperti dikemukakan oleh Clark "* Wasty Soemato, Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pemempin Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1998) hlm 104 1 Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: UNY Press,2006) him. 60. 18 bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi lingkungan.2° Fungsi utama prestasi belajar diantaranya adalah?!: 1. Sebagai indikator kualitas dan kuantitas pendidikan, 2. Sebagai lambang pemuasan. 3. Sebagai bahan informasi. 4, Sebagai indikator intern dan ekstemn dari suatu pendidikan. 5. Sebagai indikator terhadap adanya kecerdasan siswa. Membuat keputusan tentang individu, diperlukan informasi yang relevan. Informasi tersebut dapat diperoleh dengan pengukuran, menggunakan alat ukur yang disebut tes prestasi””. Prestasi belajar siswa dapat digunakan sebagai indikator daya serap siswa pada bidang tertentu dalam hal ini bidang studi mata pelajaran kimia. d. Materi Pokok Kimia Kelas X Semester 2 MAN ‘Yogyakarta 1 Kompetensi kimia kelas X semester 2 ditekankan pada pengembangan kecakapan hidnp (life skill) yang bermanfaat bagi comua siswa untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, Materi pokoknya adalah sebagai berikut: 1, Perhitungan kimia (Stoikiometri): Menerapkan hukum Guy-Lussac dan hukum Avogadro serta konsep mol dalam menyelesaikan perhitungan kimia. 7 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2005) him. 39. *' Zainanl Arifin, Evaluasi Intrusional: Prinsip, Teknik, Prosedur (Bandung: Remaja Rosda Karya,1991) him. 3. ® Syaifudin Azwar, Tes Prestasi: Fungsi Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002) him. 13. 2. Hidrokarbon: Mendeskripsikan kekhasan atom karbon dalam membentuk senyawa hidrokarbon dan karboksida, menggolongkan senyawa hidrokarbon berdasarkan strukturnya dan hubungannya dengan sifat-sifat senyawa. e. Gambaran Umum Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Yogyakarta 1 Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Yogyakarta 1 atau disebut dengan MAN 1 adalah sekolah SMA berciri khas Islam di bawah naungan Departemen Agama, Tonggak awal sekolah yang berada di JIn. C. Simanjuntak 60 Yogyakarta adalah SGHA (Sekolah Guru Hakim Agama) pada tahun 1951, kemudian di tahun 1954 berubah fungsi menjadi PHIN (Pendidikan Hakim Islam Negeri). Di tahun 1978 nama MAN 1 pertama kali diberikan sebagai alih fungsi dari PHIN sampai dengan sekarang. 1, Letak Gengrafis MAN Yogyakarta 1 terletak di JIn. C. Simanjuntak 60 Yogyakarta, Secara geografis, MAN Yogyakarta 1 terletak di wilayah kodya Yogyakarta bagian utara yang berdekalan dengan perbatasan wilayah kabupaten Sleman dengan luas tanah + 2 hektar. Lokasi MAN Yogyakarta 1 berbatasan dengan: e Sebelah utara dibatasi oleh Jin. Prof. Dr. Sarjito. © Sebelah timur dibatasi oleh jalan C. Simanjuntak. © Sebelah barat dibatasi olch gedung fisipol UGM. © Sebelah selatan dibatasi oleh gang kampung Terban. e Profil Singkat MAN Yogyakarta 1 (Yogyakarta: MAN Yogyakarta 1, 2007) him 1-5 20 2. Program studi Perbedaan MAN 1 dengan MAN lainnya dan SMA yaitu adanya dua (2) program studi di madrasah ini, yang terdiri: a. Program MAK (Madrasah Aliyah Keagamaan) Program studi dengan komposisi utama kurikulumnya agama islam dan siswa sejak awal masuk memilih program ini serta wajib tinggal di asrama yang berada di lingkungan MAN 1. b. MAU (Madrasah Aliyah Umum) Program studi dengan kurikulum sama dengan SMA dan berbasis agama islam, Program studi ini memiliki tiga jurusan, yaitu: IPA, IPS, dan Bahasa. 3. Fasilitas a. Lokasi Strategis, mudah terjangkau berbagai angkutan. b. Kampus yang bersih, nyaman,dengan tenang dan asri. c. Ruang kelas memadai, ruang audio dan dilengkapi kipas angin. d. Laboratorium representatif terdiri dari: © Laboratorium kimia-biologi dan fisika-matematika. Laboratorium bahasa: modem dan ber-AC. * Laboratorium komputer dengan LAN dan ber-AC. e. Perpustakaan berlantai dua, ber-AC, dengan koleksi 1800 judul buku. f. Masjid berlantai dua dan megah. g. Peralatan musik: nasyid dan band. 21 h. Lapangan olah raga: bola basket , bulu tangkis dan tennis meja. i. Aula luas dan memadai dengan multimedia. j. Asrama dan perlengkapannya untuk siswa MAK. k. Asrama/ ruang kegiatan ekstra siswa (OSIS, KIR, Tonti, Pramuka, PMR, dan Seni). 1. Wartel dengan dua KBU. m. Tahun pelajaran 2006/2007 ini diselenggarakan praktek dokter di MAN 1 dengan waktu 2 (dua) kali setiap bulannya. |. Kurikulum Sistem pembelajaran MAN 1 menggunakan kurikulum 2006 dengan berbagai inovasi dan diversivikasi yang dikembangkan untuk mempersiapkan siswanya melanjutkan pendidikan di PT dan ‘menyongsong era globalisasi. Diversivikasi dan inovasi kurikulum MAN 1 diantaranya; a. Dimasukkannya penulisan teknik menulis di semua jenjang kelas. b. Penambahan jam pelajaran bahasa inggris dengan memasukkan khusus Conversation (1 jam pelajaran) di semua tingkat kelas. c. Pengembangan praktikum out door (studi lapangan) di setiap tahunnya pada kelas X dan XI untuk menyelaraskan dengan teori. 22 4. Aplikasi mata pelajaran agama dengan melalui sholat dhuhah dan dzubur berjamaah, doa bersama (mujahadah), gerakan infak tiap senin, matrikulasi untuk siswa kelas X yang berasal dari ‘SMP dan lainnya. 5. Ekstrakurikuler Untuk menampung dan menyalurkan minat dan bakat siswa, dalam bidang ekstrakurikuler di MAN 1 dikembangkan 8 macam kegiatan ekstra, Dari berbagai kegiatan ckstra itu yang merupakan icon atau ciri khas MAN 1 adalah karya ilmiah remaja IR). Delapan kegiatan ekstrakurikuler yang dikembangkan di MAN 1 adalah: a, KIR (Kelompok IImiah Remaja) b. Olah raga c. Pecinta Alam 4. Pleton Inti fe. Pramuka f. PMR g. Seni h. ROHIS 23 2. Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan Novi Yunam Salamah yang berjudul “Hubungan antara Lingkungan Belajar dan Kreativitas dengan Prestasi Belajar Kimia Siswa Kelas 1 Cawu 3 SMU Negeri 2 Klaten Tahun Ajaran 2000/ 2001”. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Novi Yunam Salamah adalah tekhnik pengumpulan data lingkungan belajar menggunakan metode angket dan data prestasi belajar kimia menggunakan soal prestasi belajar kimia, cara analisis data secara infrensial parametris, dan desain penelitian yaitu penelitian satu sampel dengan 3 variabel. Perbedaannya terdapat pada populasi dan sampel penelitian, kurikulum yang digunakan sebagai acuan dimana penelitian Novi Yunam Salamah mengacu pada kurukulum 1994 dan suplemen tahun 1999, sedangkan pada penelitian ini mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP) atau kurikulum 2006, Penelitian yang dilakukan oleh Suharmanta yang berjudul “Hubungan Antara Sikap Terhadap Mata Pelajaran Kimia dan Gaya Berpikir Siswa dengan Prestasi Belajar Kimia Siswa Kelas II Caturwulan 2 SMU Negeri 1 Pengasih Kabupaten Kulon Progo Tahun Ajaran 2000/ 2001”. Dalam hal ini, persamaan dalam penelitian dengan yang dilakukan oleh Suharmanta adalah tekhnik pengumpulan data gaya berpikir siswa menggunakan metode angket dan data prestasi belajar kimia menggunakan soal prestasi belajar kimia, cara analisis data secara infrensial parametris, dan desain penelitian yaitu penelitian satu sampel dengan 3 variabel. Perbedaannya terdapat pada populasi dan sampel penelitian serta pada materi pokok. B. Kerangka Berpikir Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Siswa SMA berada dalam tahap perkembangan remaja. Tahap ini merupakan peralihan masa kanak-kanak menuju dewasa awal. Salah satu tahap perkembangan remaja adalah mencari jati diri. Dalam tahap ini, kemampuan berpikir berkembang pesat sehingga baik digunakan untuk mempelajari berbagai bidang ilmu pengetahuan. Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor internal dan faktor ekstemal. Faktor intemal meliputi intelegensi, motivasi, minat dan sikap, cara belajar, dan kemandirian belajar, sedangkan faktor eksternal meliputi kurikulum, pengajaran, lingkungan belajar, disiplin sekolah dan sistem pengajaran. Lingkungan belajar adalah keseluruhan keadaan yang melingkupi siswa atau keadaan kehadirannya memberikan pengaruh dan perkembangan siswa. Sistem lingkungan kondusif perlu diciptakan agar tujuan belajar dapat tercapai. Sistem lingkungan ini dipengaruhi oleh berbagai komponen yang masing-masing komponen saling mempengaruhi, Suasana dan kondisi keluarga dan fasilitas belajar sangat menentukan terhadap tingkat keberhasilan siswa dalam belajar di sekolah. a8" Gaya berpikir yang di ungkapkan oleh Antony Gregore yang dikutip oleh Bobbi De Porter dan Mike Hemacki adalah gaya berpikir siswa yang terdiri dari sekuensial konkret, sekuensial abstrak, acak konkret, dan acak abstrak, Orang yang termasuk dalam dua sekuensial cenderung mempunyai dominasi otak kiri, sedangkan orang-orang yang berpikir secara acak biasanya termasuk dalam dominasi otak kanan, Setiap siswa akan memiliki gaya berpikir yang berbeda-beda. Perbedsan ini dimungkinkan juga terdapat dalam hasil prestasi belajar kimianya. Paradigma kerangka berpikir digambarkan sebagai berikut: x1 x2 Gambar 1: Paradigma Kerangka Berpikir Antara X,, X) dan Y Keterangan: X = Lingkungan Belajar X = Gaya Berpikir Siswa Y = Prestasi Belajar Kimia Berdasarkan paradigma kerangka berpikir di atas terlihat adanya hubungan kausal antara prediktor dengan kriterium sehingga data penelitian dapat dianalisis secara regresi. c 26 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka teori yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan tiga hipotesis penelitian sebagai berikut: 1, Ada hubungan yang positif dan signifikan antara lingkungan belajar dengan prestasi belajar kimia jika gaya berpikir dikendalikan. 2, Ada hubungan yang positif dan signifikan antara gaya berpikir siswa dengan prestasi belajar kimia jika lingkungan belajar dikendalikan. 3. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara lingkungan belajar dan gaya berpikir siswa secara bersama-sama dengan prestasi belajar kimia BABII METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian infrensial parametris yang bertujuan mencari hubungan antara 2 prediktor dengan 1 kriterium, Desain penelitian ini adalah penelitian 1 sampel dengan 3 variabel, yaitu lingkungan belajar (X1), gaya berpikir siswa (X2), dan prestasi belajar kimia (Y). Variabel lingkungan belajar dan gaya berpikir siswa merupakan prediktor sedangkan variabel prestasi belajar kimia merupakan kriterium. B. Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Lingkungan belajar adalah lingkungan belajar kimia siswa, meliputi Jingkungan sosial dan lingkungan nonsosial di sekitar tempat tinggal siswa baik di rumah maupun di sekolah, dinyatakan dengan skor yang diperoleh siswa setelah mengisi angket lingkungan belajar yang terdiri atas 33 butir angket. 2. Gaya berpikir siswa adalah skor yang diperoleh siswa dalam mengerjakan soal atau pilihan yang menggambarkan gaya berpikir siswa yang terbagi dalam sekuensial konkret, acak konkret, acak abstrak dan sekuensial abstrak yang terdiri atas 15 butir angket. 27 28 3. Prestasi belajar kimia adalah hasil usaha siswa dalam mempelajari ilmu kimia, yang dinyatakan dengan skor yang diperoleh siswa_setelah mengerjakan soal prestasi belajar kimia yang terdiri atas 30 butir soal yang telah divalidasi. C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas X semester 2 di MAN Yogyakarta 1 tahun ajaran 2006/ 2007. Jumlah populasi sebanyak 224 siswa dengan jumlah kelas yang ada sebanyak 6 kelas, yaitu kelas XA, XB, XC, XD, XE, dan XP. 2. Sampel Penelitian Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas XA dan XC dengan jumlah 74 sampel, pengambilan sampel dilakukan secara acak (cluster random sampling), dimana tiap kelas mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil menjadi sampel penelitian. D. Instrumen Penelitian dan Pengumpulan Data 1. Instrumen Penelitian a. Angket Lingkungan Belajar Angket lingkungan belajar pada penelitian ini merupakan adopsi dari angket yang di susun oleh Novi Yunam Salamah (2001) karena sesuai dengan yang akan diteliti. Angket lingkungan belajar telah divalidasi dengan hasil 33 butir angket dinyatakan valid, Harga koefisien reliabilitas Alpha Cronbach, rtt= 0, 985 (p <0, 01). 29 Setiap butir angket ada 5 alternatif jawaban yaitu ya, hampir selalu, sering, kadang-kadang, jarang, dan tidak pernah. Urutan skor yang mungkin diperoleh siswa adalah 5, 4, 3, 2, dan 1 untuk butir angket bernilai positif. Sedangkan butir angket yang bernilai negatif mempunyai urutan skor 1, 2, 3, 4, dan 5, Lingkungan belajar meliputi lingkungan sosial (peran orang tua/ saudara/ teman/ orang lain lain dalam belajar, kondisi keluarga dan masyarakat, dan lingkunan social sekolah) dan lingkungan non sosial (sumber/ fasilitas belajar, kondisi fisik tempat belajar, suasana tempat baelajar, dan lingkungan fisik sekitar sekolah). Kisi-kisi angket lingkungan belajar adalah sebagai berikut: Tabel 1. Kisi-kisi Angket Lingkungan Belajar No Aspek Positif [ Negatif | Jumiah 1. [Peran orang tua’ teman/| 1, 2, 3, 5 7 saudara/ orang lain dalam | 4,5, 6,7 belajar 2. | Sumber belajar/_ fasilitas | 8, 9, 10, = 4 helajar u 3. |Kondisi ~~ keluarga__ dan] 14, 16, | 12,13,15,| 9 masyrakat 17,18 | 19,20 4. | Suasana tempat belajar 21 (| 22,23,24,} 5 25 3. | Kondisi fisik tempat belajar 28,31 | 26,27,29,| 8 30, 32, 33 Jumlah 18 15 33 b. Angket Gaya Berpikir Siswa Data tentang gaya berpikir siswa dikumpulkan dengan instrumen gaya berpikir yang disusun oleh John Parks Le Tellier yang telah diadopsi oleh Suharmanta (2001). Angket gaya berpikir telah divalidasi dengan uji 30 validitas logis. Validitas logis adalah validitas dipandang dari segi alat pengukurannya, cara penilainnya hanya berdasarkan pertimbangan para abli dalam hal ini adalah dosen pembimbing dari Suharmanta (2001), Angket terdiri dari 15 soal dengan 4 pilihan, tidak ada jawaban yang salah. Empat pilihan diharapkan mewakili gambaran gaya berpikir siswa. Jawaban dikelompokkan dalam kolom I, Il, II, dan IV, tiap pilihan dihitung satu dan di jumlahkan berdasar keempat kolom tersebut yaitu kolom I (sekuensial konkret), I (sekuensial absttrak), III (acak abstrak), IV (acak konkret). Selanjutnya skor yang diperoleh dikalikan 4, jumlah terbesar memberi gambaran gaya berpikir siswa yang dominan. Kisi Jawaban gaya berpikir siswa dapat dilihat dalam tabel 2 sebagai berikut: Tabel 2. Kisi-kisi Jawaban Gaya Berpikir Siswa No. | Sekuensial [ Sekuensial [~ Acak | Acak Konkret Angket | Konkret (SK) | Abstrak Abstrak (AK) (SA) (AA) TF € D A B 2. A B Cc D 33 B A D ei 4, B Cc A D 3. A Cc B D 6. B ic A D Z B D c A 8. iC A B D 9. D A B ci 10. A ie B D Ul. D B ic A 12. ic D A B 13. B D ce A 14. A Cc Dei EAN Ise A Cc B D 31 ¢. Soal Prestasi Belajar Kimia Soal prestasi belajar kimia pada penelitian ini merupakan soal yang disusun sendiri oleh peneliti meliputi materi pokok- materi pokok kelas X semester 2, Soal berbentuk objektif pilihan ganda dan terdiri atas 50 butir soal. Setiap butir soal ada 5 altemnatif jawaban yaitu A, B, C, D, dan E. setiap jawaban yang benar diberi skor 1, sedangkan jawaban yang salah diberi skor 0. Kisi-kisi soal prestasi belajar kimia dapat dilihat dalam tabel 3 berikut i Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Prestasi Belajar Kimia [————Asrek Gi G@ |G [Case |Jumiah Konsep 1. Perhitungan Kimia 10, 11*, | 8*, 16, | 4*,9, 32, 20 (Stoikiometri) 27,39" a, is, a, 34° | 20" | 38s, 21, 23, 41 33, 40 2. Hidrokarbon 14)2517, |) 5*56,|15922; | 34) 13) 30 18*, 26*, | 7*, 14, | 25,43, | 24*, 28,31, 29, AA, 19, 50 36*,37, | 30,42 | 45+, 46*, 48 47 Jumlah FEY 1 15 9 50 * Butir soal yang gugur Pada uji validitas soal, kelas yang digunakan adalah kelas Xp. Validitas butir soal menggunakan rumus point bisereal, yaitu:* eee RI “SBt Vq * Ema Purwaningtyas, Hubungan Antara Lingkungan Belajar dan Kemandirian Belajar dengan Prestasi Belajar Kimia Siswa Keala XI Semester 2 di SMA N | Sewon Bantul Tahun Ajaran 2003/ 2004, Skripsi Sarjana (Yogyakarta: Universitas ‘Negeri Yogyakarat, 2005) him. 29-31. 32 dimana: 1 _; korelasi biserial Mp — :rata-rata kelompok yang menjawab benar Mt : rata-rata total SBt _ : simpanagan baku total P _: proporsi yang menjawab benar q = proporsi yang menjawab salah Penentuan reliabilitas soal prestasi kimia bentuk objektif digunakan rumus Kuder Richardson 20, rumusnya sebagai berikut: n {S-da Za |= ara Keterangan: Tu ;Teliabilitas soal secara keseluruhan P. :proporsi subjek yang menjawab enar 4. : proporsi subjek yang menjawab salah nn: banyaknya item s : simpangan baku dari tes Semua perhitungan dilakukan dengan menggunakan komputer SPS-2000 edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Parmadiningsih. Butir soal dinyatakan valid apabila harga ri > 0, 300. Hasil analisis menunjukkan 30 butir soal dinyatakan valid dari 50 soal dengan harga tt= 0, 827 (p= 0, 003), dengan status andal. Data pengujian validitas dan reliabilitas soal prestasi belajar kimia dapat dilihat pada lampiran. 33 2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Data penelitian dikumpulkan melalui angket dan soal prestasi belajar kimia, Angket digunakan untuk memperoleh data lingkungan belajar (X1) dan gaya berpikir siswa (X2) dari responden agar dapat diolah secara statistik kuantitatif. Angket diberikan kepada responden selanjutnya diskor dan dijumlah. Soal prestasi belajar kimia untuk memperoleh data prestasi belajar kimia siswa (Y) yang telah diuji validitas terlebih dahulu. Soal diberikan pada responden selanjutnya diskor dan dijumlah. Ringkasan pengumpulan data penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: Tabel 4. Ringkasan Data Penelitian X,, Xz dan Y No. Uraian Lingkungan | Gaya Berpikir | Prestasi Belajar Belajar (Xi) _| _Siswa (Xo) Kimia (Y) 1._| Skor maksimal 140 52 2B 2. | Skor usiuiusal 70 16 3 3._|Rerata 116,703 36,703 11,946 4._| Simpangan baku 36,766 8,565 4,388 E. Analisis Data Analisis yang digunakan adalah analisis regresi 2 prediktor karena antara variabel lingkungan belajar (X:) dan Gaya berpikir siswa (X;), dengan prestasi belajar kimia (Y) ada hubungan sebab akibat. Analisis regresi ° Lis Permana Sari, Statistik Terapan (Untuk Analisis Data Penelitian Pendidikan Kimia) (Yogyakarta: FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta, 2001) him. 25-33 34 dilakukan bila hubungan antar variabel berupa hubungan kausal. Langkah- langkah analisis regresi dua prediktor adalah sebagai berikut: 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Banyak cara yang dapat digunakan untuk uji naormalitas, antara lain dengan uji chi kuadrat (77). Langkah-langkah uji normalitas 92 adalah sebagai berikut: 1. menyusun data dari yang tertinggi ke yang rendah, 2, membuat interval kelas dan menentukan batas kelasnya. 3. menghitung harga z dengan rumus: X=% SB dengan X = rerata kelas SB = simpangan baku 4, Menghitung harga 7? dengan rumus: = fy 2 Gs) dengan fh _: frekuensi harapan fo _: frekuensi observasi 5. menjumlahkan harga-harga ~~ pada langkah 4, kemudian membandingkannya dengan harga tabel pada taraf signifikansi 5% dan db =k-1. Data berdistribusi normal jika harga 7? hitung <2 tabel. Uji normalitas pada penelitain ini dilakukan dengan komputer Program uji normalitas sebaran edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Parmadiningsih. 35, Data menunjukkan sebaran normal jika p > 0,050. Hasil pengujian selengkapnya ada pada lampiran 5. Ringkasan hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Terhadap X,, X2 dan Y No.| Variabel Lhitung Pp Status i Xi 4,799 0, 073 normal 2 X 10, 719 0,218 normal BS ¥ 9, 487. 0, 303, normal 2. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui sampel berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Salah satu uji homogenitas adalah dengan uji variansi sebagai berikut: 1, Menghitung variansi masing-masing kelompok (SB”). 2. Menghitung harga F dengan rumus: i _ Variansiterbesar © Variansiterkecil aE atau F 3. Harga F hitung dibandingkan dengan F tabel dengan db pembilang (n,-1) dan db penyebut (nj-1). Data berasal dari populasi yang homogen jika F hitung < F tabel. Uji homogenitas pada penelitian ini dilakukan dengan komputer Program uji homogenitas variansi 1-jalur edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Parmadiningsih. Hasil uji selengkapnya ada pada lampiran 6. Ringkasan hasil uji homogenitas dapat dilihat pada tabel 6. 36 Tabel 6. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Terhadap X;, X2 dan Y No. Sumber F Pp Status 1. Xi dan Xp 8, 426 0, 103 homogen’ 2. X1 dan Y 10, 195 0, 098 homogen’ 3 X dan Y 1, 810 0, 186 homogen’ 3. Uji Independensi Antara Variabel Prediktor Tojuan uji independensi adalah untuk mengetahui antar variabel bebas independent atau tidak, Metode yang digunakan adalah metode chi kuadrat dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Skor variabel bebas X1, dibagi menjadi Bar dan skor variabel bebas X2 dibagi menjadi Kt, dimana B = tingkat variabel X, dan K = tingkat pada variabel X2, 2, Dibuat tabel yang banyak memuat banyaknya pengamatan yang terjadi, karena taraf ke-i variabel X;dan taraf ke-j variabel Xp, 3. Dirumuskan hipotesis yang diajukan: Ho = kedua variabel independen Ha = kedua variabel tidak independen 4, Menghitung trekuensi teoritik yang diharapkan terjadi: Paar) ‘Ng: Jumlah baris ke-i ‘gj : Jumlah baris ke-j 5. Menghitung harga 7 hitung dengan rumus seabgai berikut: ax(o- peu oa! tpl Ey 6. Mencari x? tabel dengan taraf signifikansi 5% pada derajat kebebasan db =@-1)(K-1) 37 7. Hipotesis diterima bila 7? hitung > 77 tabel berarti kedua variabel tersebut independen. Uji indepedensi pada penelitian ini dihitung dengan komputer menggunakan metode 77. Hasil uji independensi selengkapnya ada pada Jampiran 7. ringkasan hasil uji independensi dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Ringkasan Uji Independensi Antara Variabel X; dan Xz Variabel Lhitung Label Status ‘Xi dan Xp 92,32 37,652 independen Hasil uji independensi terhadap variabel lingkungan belajar (X1) dan gaya berpikir siswa (X2) diperoleh bahwa hubungan antara variabel bebas X1 dan X independen, sehingga memenuhi syarat untuk dilakukan uji lineritas regresi. > Uji Linieritas Regresi Uji linieritas regresi bertujuan untuk mengetahui apakah masing- masing prediktor dengan kriterium ada hubungan linier atau tidak. Rumus uji linieritas adalah sebagai berikut:?° RK, Fe RK Keterangan: Fg = barga bilangan F untuk garis regresi RK, =rerata kuadrat garis regresi RK,,, = terata kuadrat residu 25 Ema Purwaningtyas, opCit, him. 37. 38 Uji linieritas regresi pada penelitain ini dilakukan dengan komputer program uji linieritas edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Parmadiningsih. Hasil selengkapnya ada pada lampiran 8. Ringkasan hasil uj linieritas regresi dapat dilihat pada tabel. Tabel 8. Ringkasan Hasil Uji Linieritas Regresi Variabel F hitung P Status Xi dengan Y 3,218 0,047, hubungan Tinier X dengan Y 4,382 0, 037 hubungan linier Hasil uji linieritas terhadap variabel lingkungan belajar (X;) dengan prestasi belajar kimia (Y), dan gaya berpikir siswa (X) dengan prestasi belajar kimia (Y) diperoleh bahwa hubungan antara variabel X; dengan Y, dan Xz dengan Y adalah linier, sehingga memenuhi syarat untuk dilakukan analisis regresi 2 prediktor. Persamaan Regresi Berganda Secara umum persamaan regresi ganda dengan dua prediktor adalah sebagai berikut: Y =aiXitaX.+K Keterangan: Y — : Ubahan prestasi belajar X1 _: Ubahan lingkungan belajar X2__: Ubahan gaya berpikir siswa a1 _ : Koefisien arah regresi X1 2% - Koefisien arah regresi Xo 39 Harga koefisien prediktor a; dan a2 dicari dengan persamaan sebagai berikut: a Day-a Dx +a, D xx b. Saag Dan ta,Dx? dimana raya 2a = =yx- Eat pe-pr-et Lan =Dxx,-ZE) Yay=Dxy- Seley) Lav- Day Eeley) Perhitungan persamaan regresi 2 prediktor dilakukan dengan komputer program analisis regresi umum edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Parmadiningsih. Berdasarkan hasil pethitungan dapat diperoleh persamaan regresi Y= 0, 063717X1 + 0, 058881X2 + 17, 504740. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 9. 6. Penentuan Koefisien Korelasi Ganda dan Uji Signifikan Setelah didapatkan persamaan regresinya, kemudian ditentukan hubungan antara X; dan Xp dengan Y. persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut; R, ‘7(42) Keterangan: Ryu,2) =Koefisien korelasi antar X, dan Xp dengan Y Ry‘«,2) = Koefisien determinasi antara X; dan X> dengan Y a; =Koefisien predictor X, a = Koefisien predictor Xz Yxy = Jumlah hasil kali antara Xjdan Y Xmy =Jumlah hasil kali antara X7 dan Y Ly = Jumlah kuadrat kciterium Y Analisis yang digunakan untuk uji Sinifikansi Rya, 2) adalah analisis varians garis regresi, dengan mmns-ramus berikaut: Tabel 9. Rumus Variansi Garis Regresi Sumber db Jumlah Kuadrat (JK) Rerata Jumlah ei Variasi kuadrat (RIK) Regresi m a> xyta, xy SRres (reg) ey PK ug Residu (Fes) [NemT | Sy? —(@, Dxyy+a, Dal IK PK Des Total NT | y? Dengan m = Jumlah prediktor N =Jumlah kasus 41 Analisis regresi 2 prediktor pada penelitian ini dilakukan dengan komputer program analisis regresi umum edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Parmadiningsih. Harga koefisien korelasi ganda Ry, 2) yang diperoleh dari perhitungan sebesar 0,249. Harga koefisien determinasi Ry”, ) sebesar 0,623 yang berarti varian lingkungan belajar dan gaya berpikir siswa tethadap prestasi belajar kimia sebesar 62,3%. Dengan demikian, sumbangan secara bersama-sama antara lingkungan belajar dan gaya berpikir siswa tethadap prestasi belajar kimia sebesar 62,3%. Hasil selengkapnya ada pada lampiran 9. Ringkasan hasil analisis varians garis regresi dapat dilihat dalam tabel 10. Tabel 10. Ringkasan Hasil Analisis Varians Garis Regresi Sumber | db JK RIK F, su me Variasi Regresi 2 97,846 48,923 Residu il 438,654 6,178 7,919 Total B 536,500 = 7. Penentuan Korelasi Parsial Korelasi parsial dilakukan jika dalam korelasi antara X dan Y terdapat satu variabel yang dikendalikan. Penentuan korelasi jenjang pertama ditentukan dengan rumus sebagai berikut: hg = d= LoNeia) len yt=n, ny- Gren) ? =n? =r” ta = 42 Dengan 7 xx, i%2 fa ait Mr AX ay yy aS Sal + yy es Vv fe x, Harga ryi.2

You might also like