)
SUKSESI MIKROALGAE PADA INSULASI DINGIN
DAN DINDING LUAR TANGKI LNG/LPG : SUATU
PENDEKATAN MORFOLOGIS DAN MOLEKULAR
Microalgae Succession on Cold Insulation and The Outer Wall
of LNG/LPG Tank : A Morphological and Molecular Approach
Juju Juarsih!, Irfan Dwidya Prijambada?, Donny Widianto?
Program Studi Bioteknologi
Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada
ABSTRACT
Corrosion on metal equipment of natural gas industries,
which is caused by microorganism activity, is preceded by the
growth of pioneer microorganisms and then followed by the
growth of other organisms. The purposes of this research are to
reveal microalgae succession process on cold insulation and the
outer wall of LNG/LPG tank, as well as to identify the microalgae
that involved in the process.
The microalgae samples were obtained from PT Badak NGL
Bontang, East Kalimantan. Microalgae isolation and identification
were done in Laboratory of Microbiology, Center for
Biotechnology Study, Gadjah Mada University. Samples were
taken from four locations, i.e., upper tank (dome), wet lower tank,
dry lower tank and cold insulation, which have the highest
microalgae growth. Sampling was done using community change
ecological method within 1 m? plot. Sample plots were clean. The
sampling were done every two weeks until two month. The
obtained microalgae were identified based on morphological
observation according to Humm (1980). Molecular analysis to
detect the microalgae community was implemented by using
RISA (Ribosomal Intergenic Spacer Analysis).
Several kinds of microalgae were found two weeks after
cleaning. There were found 4, 2, 4 and 3 genera respectively on
dome, wet lower tank, dry lower tank and cold insulation. Four
1 Gang Haji Mansyur Syah Rt.04/02 Kedung Wuluh, Padalarang, Ciamis
Selatan Jawa Barat
? Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakartaweeks after cleaning, on dome, wet lower tank, dry lower tank
and cold insulation were found 3, 2, 2 and 2 genera respectively.
Six weeks after cleaning, there were found 3, 4, 1 and 2 genera
respectively on dome, wet lower tank, dry lower tank and cold
insulation. In the end of the observation, eight weeks after
cleaning, on dome, wet lower tank, dry lower tank and cold
insulation were found 4, 4, 3 and 4 genera respectively. After
identification, it was found that 61% microalgae not identified.
Thirty nine percent microalgae were classified in to the genera of
Chroacoccus, Lyngbya, Gloeocapsa, Oscillatoria, Gloeotrichia and
Trentepohlia. Molecular analysis shows that for some DNA bands,
Several kinds of bands were identified two weeks after cleaning.
There were found 4, 3, 4 and 4 bands respectively on dome, wet
lower tank, dry lower tank and cold insulation. Four weeks after
cleaning, on dome, wet lower tank, dry lower tank and cold
insulation were found 3, 3, 2 and 3 bands respectively. Six weeks
after the cleaning, there were found 3, 2, 2 and 1 bands
tespectively on dome, wet lower tank, dry lower tank and cold
insulation. In the end of the observation, eight weeks after
cleaning, on dome, wet lower tank, dry lower tank and cold
insulation were found 2, 2,1 and 1 bands respectively.
Both morphological observation and molecular analysis indicate
the occurrence microalgae succession. The genera of Gloeocapsa
were found to be the pioneer micrealgae which become dominant
at the end of the observation at all sampling locations.
Key words : corrosion, microalgae, succession, RISA.
PENGANTAR
Korosi dapat dijumpai pada bangunan-bangunan maupun
peralatan industri yang memakai logam seperti seng, tembaga, besi,
baja dan sebagainya. Proses korosi pada dasarnya merupakan reaksi
logam menjadi ion pada permukaan logam yang kontak langsung
dengan lingkungan berair dan oksigen (Warna, 2003).
Korosi yang dijumpai pada industri besar seperti industri gas
bumi yaitu, LNG (Liquefied Natural Gas) terutama terjadi pada
peralatan pipa transfer dan tangki penyimpanan LNG yang terbuat
dari carbon steel seperti di PT Badak NGL, Bontang, Kalimantan Timur
‘Amonim, 1999) dan di Southern California (SoCal) Gas Company
ika Seri mne, 2005). i i
gn ue pada peralatan operasional industri eg
disebabkan oleh bahan kimia dan aktivitas ta area
oC i ada’
iti: di perusahaan gas PT B c ;
un ra menunjukkan adanya mikroorganisme seperti
ee roalgae yang diduga memiliki peranan besar ae Seen ae
jadi i 1 dingi dinding luar tangkt ner
di pada insulasi dingin dan ia
yan nel ini j mgkapkan proses sukse:
ini bertujuan mengungkapkan Pp! i
ir eae tambuh oh insulasi dingin dan dinding juar a
ING / LEG serta mengidentifikasi mikroalgae yang terlibat dala:
proses tersebut.
CARA PENELITIAN
Penentuan Sampling
Penentuan lokasi sampling mengikuti aturan en
likan tumbuhan lumut menurut Michael (1994). Penentuan Pe .
aa ling dilakukan dengan melihat kondisi paling banyak ooo ia
SE okeeenine. Petak tempat pengambilan cuplikan memiliki luas
1m? disetiap lokasinya.
Pengambilan Cuplikan
Cuplikan diambil dari insulasi dingin dan ee prelate
ae coer epee Se merupakan
i i dingin pipa transter ni :
ee banyak ditambuhi mikroalgae. aaeeeee
cuplikan dilakukan setiap dua minggy, dimulai a ae
setelah lokasi pengambilan cuplikan dibersihkan. Na : LP — aa
i mi berlangsung sampai empat kali dimul jai pade a
se vember 2008 Masing-masing cuplikan dari tiap lokasi ore ;
pee cara pengambilan kering dan basah. Dari ae
diamati morfologi sel mikroalgae pembentuk komunt A ieee
mikroskopik dan diidentifikasi sesuai dengan cara yang
oleh Humm (1980).Penumbuhan Komunitas Mikroalgae
yang diambil dengan cara basah segera
dipindahkan ke dalam tabung Erlenmeyer, kemudian ditambah
minggu. Seluruh cuplikan yang tumbuh dibawa ke Laboratorium
Mikrobiologi, Pusat Studi Bioteknologi UGM, dalam tabung
Komunitas mikroalgae
menggunakan mikroskop. Komunitas mikroalgae yang tumbuh dalam
medium BG 11 dipanen dengan sentrifugasi 13.000 rpm selama 3
menit untuk memperoleh pelet sel komunitas mikroalgae. Pelet yang
diperoleh digunakan untuk isolasi DNA.
Isolasi Mikroalgae Penyusun Komunitas
Cuplikan yang diambil dengan cara kering (41 gram)
disuspensikan dalam 9 ml air destilat dan dibuat rangkaian
Pengenceran 107 sampai 105. Suspensi mikroalgae yang telah
diencerkan ditumbuhkan Secara taburan pada medium BG 11 agar.
memperoleh DNA isolat mikroalgae, dilakukan Pembiakan dalam
medium BG 11 agar dengan metode goresan. Koloni dalam medium
agar BG 11 diberi Jarutan 0,85% NaCl sebanyak 1 ml kemudian
ditampung dalam tabung sentrifugasi. Dilakukan sentrifugasi 13,000
Ekstraksi DNA
Pelet sel mikroalgae digerus dengan mortar + 5 menit
kemudian sampel dimasukkan ke tabung sentrifugasi. Larutan buffer
ekstraksi (sudah dipanaskan 65°C + 15 menit) sebanyak 300 dan 50ul
lysozyme ditambahkan, lalu diinkubasi pada suhu 37°C selama 1 jam.
Ke dalam suspensi kemudian ditambah 75041 10% SDS dan
diinkubasikan kembali pada suhu 37°C selama 1 jam. Inkubasi
dilanjutkan pada suhu 65°C selama 2 jam sambil dilakukan
dengan volume yang sama
k: ara perlahan. Kloroform
Lponceimagpnaeer te ih dan dilakukan pengocokan secara ae
ae tangan sebanyak 100-150 kali dan dilanjutkan dengan
oF asi Paul 13.000 rpm selama 7 menit. Pe cnait yang
eat dipindahkan ke tabung sentrifugasi ue ie on i
tam i ilakukan sentrifuga:
i 0,6 volume isopropanol. Dilal k
ae rpm selama 5 menit. Supernatan yang fa eee
, Jet yang diperoleh dicuci dengan 100yl etanol 70 %, ae mee
Es rif asi akhir pada 13.000 rpm selama 1 menit. Pelet dikering!
aie dan setelah itu disuspensikan dalam 50yl bufer TE.
Ekstraksi Fenol/Kloroform
Hasil ekstraksi DNA diambil ae pease) iat a
i volume menjadi 100u]. Campuran fen
ow ul kemudian ditambahkan dan dilakukan Penal
= ra hati-hati. Selanjutnya dilakukan sentrifugasi pada a Bie
selama 10 menit. Lapisan bagian atas diambil dan kemudian ; ire fad
0 , i i volume etanol a 7
i 3M sodium asetat dan 2 kali vol h
porate dalam suhu -20°C semalam. Te een
i i Jama 5 menit. Supe
i i i kembali pada 13.000 rpm se meni
eapea ey dibuang dan pelet yang diperoleh dicuci fee aoe
a 70% kemudian disentrifugasi akhir pada 13.000 rpm eee
ment. Pelet kemudian dikeringkan semalam dan set
diresuspensikan dalam 25y] bufer TE.
Ribosomal Intergenic Spacer Analysis a i
Peeranerl acai mony hl Konan ig! Ee ames
ita dtembahkan primer RISA SEBF dan SER masing-asing Baca
a meni
kemudian dimasukkan dalam mesin pendaur panas (DNA therma
cycler).Metode Elektroforesis
Gel agarose dengan konsentrasi 15% disiapkan den :
melarutkan 0,6 gram agarose ke dalam 40 ml 1X TAE (stok 10X TAE |
disiapkan dengan mencampurkan 5,6 ml asam asetat glasial; 2,35 g
EDTA; 24,2 & Tris basa dalam air destilat sampai 500 ml). Larutan
sampai gel menjadi padat, Sisir elektroforesis kemudian dilepas, gel -
dipindahkan ke dalam bejana elektroforesis yang sudah diberi larutan
TAE.
HASIL DAN PEMBAHASAN :
Pengamatan morfologi sel mikroalgae penyusun komunitas
Pengamatan morfologi sel mikroalgae di beberapa lokasi
Pengambilan cuplikan dilakukan dua minggu setelah waktu
pembersihan. Lokasi pada dome (bagian atas tangki) memperlihatkan
berbagai_ macam mikroalgae penyusun komunitas baik dari dua
pergantian tumbuh jenis-jenis mikroalgae. Pada waktu pengamatan
dua minggu setelah pembersihan telah berhasil diidentifikasi beberapa
macam mikroalgae, 4 genus di dome dari kelompok algae hijau-biru
(Gianobakteri) yaitu Chroococcus sp. (Gambar 1. A1) dan Lyngbya sp.
(Gambar 1. A2) selebihnya belum teridentifikasi. Pada waktu
pengamatan empat minggu setelah pembersihan, teramati 3 genus,
Mikroalgae Chroococcus sp. menghilang tetapi terdapat jenis lain yang
tumbuh yaitu Gloeocapsa sp. (Gambar 1. Bl) dan Oscillatoria sp.
(Gambar 1. B2), selebihnya terdapat jenis mikroalgae yang belum
teridentifikasi, Pada waktu Pengamatan enam minggu setelah
pembersihan, terdapat 3 genus mikroalgae yang telah diidentifikasi
dari genus Gloeocapsa dengan warna yang sedikit berbeda dari
minggu pengamatan sebelumnya (Gambar 1. Cl). Pada waktu
Pengamatan delapan minggu setelah pembersihan, teramati 4 genus
mikroalgae. Ada genus mikroalgae yang termasuk dalam Oscillatoria
hanya sedikit berbeda Pada warnanya dari minggu pengamatan
sebelumnya (Gambar 1. D2).
i ‘itas di dome dengan
Gambar 1. Morfologi sel mikroalgae penyusun komunitas Hae il
5 42, dan 1000 {(y; um)
a x aes dua minggu ere
mbersihan, B = Waktu pengamatan empat minggu sae :
re bersihan, C + Waktu pengamatan enam minggu setel al
jpoiberstiaa| dan D = Waktu Pengamatan delapan minggu
retelah pembersihan, BT = Belum Teridentifikasi.
tan morfologi sel mikroalgae penyusun komunitas
pada Gere bawah ieee basah (TBB) eee en
mikroalgae dari kelompok algae hijau-biru (Gambar >.
ea amatan dua minggu setelah pembersihan terdapat 2 genus
shdkroalgae satu diantaranya adalah Gloeotrichia sp. (Gambar 2 Al)
selebihnya “belum teridentifikasi. Pada Pengamatan ea minggu
lah ibersihan, teramati 2 genus mikroalgae yang ber oe
Sane eae sebelumnya yaitu Oscillatoria sp. (Gambar 2 aD
dan Gloeocapsa sp. (Gambar 2. B2). Pada _enam ae
pembersihan, terdapat 4 genus mikroalgae yaitu Lyngbya a ee.
2. C2) dan beberapa jenis mikroalgae yang belum terident 7akhir pengamatan delapan minggu setelah pembersihan, teramati 4
genus mikroalgae. Satu diantaranya dari genus Gloeocapsa yang
berbeda bentuk dari waktu pengamatan sebelumnya dan beberapa
jenis mikroalgae yang belum teridentifikasi.
D1x.BT
Gambar 2. Morfologi sel mikroalgae penyusun komunitas pada tangki
bagian bawah basah dengan perbesarann 400 (x; >2,5um) dan
1000 (y; 1pm) kali. Keterangan : A = Waktu pengamatan dua
minggu setelah pembersihan, B = Waktu pengamatan empat
minggu setelah pembersihan, C = Waktu pengamatan enam
minggu setelah pembersihan dan D = Waktu pengamatan
delapan minggu setelah pembersihan, BT = Belum Teridentifi-
kasi.
Pengamatan morfologi sel mikroalgae penyusun komunitas
pada tangki bawah yang kering (TBK) (Gambar 3.) pada dua minggu
setelah pembersihan, terdapat 4 genus mikroalgae yaitu Gloeocapsa sp.
(Gambar 3. A.1), Trentepohlia sp. (Gambar 3. A.2), Lyngbya sp. (Gambar
3. A.3) dan selebihnya belum teridentifikasi. Pada waktu pengamatan
empat minggu setelah pembersihan, teramati 2 genus mikroalgae
yaitu tumbuhnya Oscillatoria sp. (Gambar 3. B.2) dan mikroalgae dari
genus Gloeocapsa dengan warna yang berbeda dari waktu pengamatan
sebelumnya (Gambar 3. B.1). Tetapi pada waktu pengamatan enam
minggu setelah pembersihan, teramati hanya satu genus mikroalgae
yaitu Gloeocapsa sp. (Gambar 3. C.1). Mikroalgae pada waktu pe-
ini agak berbeda warna dari waktu pengamatan
"mye, Kemudian pada waktu pengamatan delapan minggu
werelah pembersihan terlihat 3 genus mikroalgae. Muncul lagi genus
‘Trentepohlia sp. (Gambar 3. D.2) dan mikroalgae dari genus ra
(Gambar 3. D1) dengan bentuk dan warna yang berbeda dari
sebelummya, selebihnya masih belum teridentifikasi.
i i da tangki
Jogi sel mikroalgae penyusun komunitas pa
aang sity ‘ewah kering dengan perbesaran A00 (x; >2,5m) dan
3000 {y; > lym) kali. Keterangan : ‘A = Waktu pengamatan dua
minggu setelah pembersihan, B = Waktu pengamatan empat
minggu setelah pembersihan, Cc = Waktu Pee —
= mata!
i setelah pembersihan dan D = Waktu pengamat n
delapan minggu setelah pembersihan, BT = Belum Teridentifi
kasi.
tan morfologi sel mikroalgae penyusurt komunitas
pada ae pace Jokasi yang terpisah 1 ae
sebelumnya (Gambar 4). Pada waktu pengamatan dua she
setelah pembersihan terdapat 3 genus mikroalgae eo oe
(Gambar 4. A.1) dan Oscillatoria sp. (Gambar 4. 4.2) se! ov yi Lae
belum teridentifikasi. Pada waktu Peet arate oe aoa
pembersil lapat 2 genus yaitu ;
pohlia apy BD) dan mikroalgae dari genus eis
(Gambar 4. B-1). Begitu juga pada waktu pengamatan eee fa eee
setelah pembersihan teramati 2 genus yang sama See oe
pengamatan sebelumnya. Pada waktu pengamatan ae - :
minggu setelah pembersihan tumbuh mikroalgae lain yaitu Lyng!m
DiLy.Gloeocapsa sp. ‘D2xBr
D3x.BT Daxlyngoya sp.
Ca: 7 7
mbar 4, ee sel mikroalgae Penyusun komunitas pada insulasi
ee lengan perbesaran 400 (% 2,5um) dan 1000 (y; Im)
ponbeemangan f A = Waktu pengamatan dua minggu setelah
an, B = Waktu pengamatan empat minggu setelah
Pembersihan dan D i
setelah pembersihan, BT = Belum Teedentiikeg jan minggu
tangki LNG/ LPG. Proses
komunitas yang telah mencapai keadaan seimbang (homeostatis).
8" Pengamatan dengan RISA (Ribosomal Intergenic Spacer Analysis)
Pengamatan morfologi mikroalgae yang tumbuh pada insulasi
dingin dan dinding Iuar tangki LNG/LPG sudah memperlihatkan
suatu keanekaragaman. Keanekaragaman mikroalgae ini juga diamati
secara molekuler, dengan memakai pendekatan ribosomal intergenic
spacer analysis (RISA).
M_ D2 D4 Do D8 B2 B4 Bo BS K2 K4 Ko K8 12 14 16 18
: Te Oe
Gambar 5. Elektroforesis hasil PCR untuk melakukan RISA. Keterangan :
M = marker; D = dome; B = tangki bawah basah; K = tangki
bawah kering; I = insulasi. Nomor 2 s.d. 8 menunjukkan waktu
pengamatan minggu ke-2 s.d. minggu ke-8, Marker lambda
DNA yang, didigesti menggunakan enzim restriksi EcoRI+
Hasil RISA (Gambar 5.) menunjukkan bahwa macam
mikroalgae pada lokasi ini sangat beragam. Pada waktu pengamatan
dua minggu setelah pembersihan teramati 4 pita di dome, 3 pita di
tangki bagian bawah yang basah, 4 pita di tangki bagian bawah yang
kering dan insulasi dingin. Pada waktu pengamatan empat minggu
setelah pembersihan teramati 3 pita di dome dan tangki bagian bawah
yang basah, 2 pita di tangki bagian bawah yang kering dan 3 pita di
insulasi dingin. Pada waktu pengamatan enam minggu setelah
pembersihan teramati 3 pita di dome, 2 pita di tangki bagian bawah
yang basah dan yang kering, serta 1 pita di insulasi dingin. Pada akhir
waktu pengamatan delapan minggu setelah pembersihan teramati 2
Pita di dome dan tangki bagian bawah yang basah serta 1 pita di tangki
bagian bawah yang kering dan insulasi dingin. Perubahan pita-pita
DNA ini menunjukkan pola konvergensi.I
solat yang selalu muncul Pada setiap waktu dan lokasi pengamata
mn
Pengamatan morfologi I i
a ‘ gi sel terhadap mikroal,
: eee oy Waktu dan Tokasi berbeda ditunjukkan ae eters
t ‘ae yang diduga selalu muncul i vaktu dan
lokasi pengamatan yang berbeda adalah eee i 7
1000 (B) kali.
Tsolat mikroalgae i
$ Penyusun komunita:
sta an eet setelah pembersihan memiliki k
‘Oloni (data tidak ditunjukkan), Kar is
dal . Karakte: i i
a ciri khas pada jenis mikroalgae penal alan
ae ee dalam medium BG 11 padat. Pada pace
han ae ee yang berhasil diisolasi dari empat ae
ay ae ha reagaead Sp. yang paling mudah untuk tumbuh.
ikkan wa mikroal, mil iki
i a sae Gloeocapsa sp. i
‘emampuan yang baik dalam beradaptasi dengan eat ae
tumbuhnya.
pada lokasi di dome
karaKterisasi morfologi
Hasil pengamatan secara morfologi maupun dengan
pendekatan molekular, memberikan informasi adanya satu jenis
mikroalgae yang mampu bertahan hidup di waktu dan lokasi yang
berbeda. Hasil RISA dari isolat mikroalgae penyusun komunitas yang
diidentifikasi sebagai spesies Gloeocapsa sp. menunjukkan adanya satu
pita DNA yang berada pada posisi yang sama pada hasil RISA
komunitas mikroalgae, dapat dilihat pada Gambar 7.
D2 B2 K212
Perbandingan RISA Gloeocapsa sp. dan RISA komunitas
mikroalgae dua minggu setelah pembersihan. Keterangan :
GIns.6 = Gloeocapsa sp. yang diisolasi dari insulasi 6 minggu
setelah pembersihan; GD6 = Gloeocapsa sp. yang diisolasi
dari dome 6 minggu setelah pembersihan; D2 = komunitas
mikroalgae di dome 2 minggu setelah pembersihan; B2 =
komunitas mikroalgae di tangki bawah basah 2 minggu
setelah pembersihan; K2 = komunitas mikroalgae di tangki
bawah kering 2 minggu setelah pembersihan; 12 = komunitas
mikroalgae di insulasi dingin 2 minggu setelah pembersihan.
Gambar 7.Perbandingan pita-pita DNA pada Gambar 7., meng
bahwa Gloeocapsa sp. merupakan mikroalgae yang ikut menyusun
komunitas pada habitat yang dominan pada insulasi dingin dan.
dinding luar tangki LNG/ LPG.
Keberadaan Gloeocapsa sp., baik yang diamati secara morfologi
maupun molekular, memberikan informasi bahwa pertumbuhan dari
jenis algae ini mampu membentuk suatu suksesi ekologis untuk
macam mikroalgae yang lain sehingga mikroalgae ini menjadi pionir.
Dengan berjalannya waktu dan didukung oleh faktor lingkungan
seperti air, udara maupun sinar matahari, maka jenis mikroalgae inj
menjadi dominan. Berdasarkan pengamatan secara morfologi dan
molekular, Gloeocapsa sp. diyakini sebagai mikroalgae pionir dan
mikroalgae dominan yang tumbuh pada insulasi dingin dan dinding
luar tangki LNG/LPG.
Pembuktian Gloeocapsa sp. sebagai mikroalgae pionir dan
dominan dari dua pendekatan tersebut menyebabkan terungkapnya
proses suksesi mikroalgae. Pengungkapan proses ini diharapkan
dapat mengatasi masalah korosi pada land equipment dengan
mencegah tumbuhnya jasad pionir.
KESIMPULAN
Hasil pengamatan perubahan komunitas mikroalgae
berdasarkan morfologi sel dan pendekatan molekular menggunakan
metode RISA (Ribosomal Intergenic Spacer Analysis) mengindikasikan
terjadinya suksesi mikroalgae pada imsulasi dingin dan dinding luar
tangki LNG/LPG PT Badak NGL Bontang Kalimantan Timur.
Pengamatan secara morfologi dan molekular menunjukkan bahwa
genus Gloeocapsa merupakan mikroalgae pionir dan dominan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1999. Corrosion of Carbon Steel. http://www.Key-to-Steel.
com. Diakses 14 Mei 2005.
Argonne. 2005. The mitigation and detection of microbial corrosion.
http://www.,techtransfer.anl.gov. Diakses 17 Mei 2005.
Humm, H.J. 1980. Introduction and Guide to The Marine Bluegreen Algae.
John Wiley & Sons, Inc. Canada.
i investigations.
i P. 1994. Ecological methods for field and laboratory investigati
a ee Ekologi untuk penyelidikan Jadang dan laboratorium,
alih bahasa : Yanti R. Koestoer). Ul-Press. Jakarta.
Warna. 2003 Jun 24. Korosi. http://www Reinfokus Edisi_20.com/
al Ls :
Profile. Diakses 14 Mei 2005.
i izati yf
J. Lubeck and J. J. Kilbane. 2003. Characterization oO!
ae a communities in gas industry pipelines. Appl. Environ.
Microbiol. 69(9) : 5354-5363.