You are on page 1of 17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1. Susu Formuta 2.1.1, Pengertian Susu Formula Menurut Yayah dan Husaini (1988), susu botol atau susu formul ialah susu komersil yang dijual di pasar atau di toko, biasanya terbuat dari susu sapi atau susu kedelai diperuntukkan khusus untuk bayi, dan komposisinya disesuaikan mendekati Komposisi ASI, serta biasanya diberikan di datam botol Menurut Riadi (1992) susu formula merupakan susu sapi atau dari sumber lain yang susunan gizinya (nutrien) diubah sedemikian rupa, sehingga dapat diberikan kepada bayi 2.1.2. Jenis Susu Formula Muchtadi (1994) menyatakan bahwa produk susu formula berupa tepung susu_ yang diformulasikan sedemikian rupa schingga komposisinya mendekati ASI. Komposisi susu formula bervariasi tergantung pada industri pembuatannya. Di Indonesia beredar berbagai macam susu formula dengan berbagi merek dagang, akan tetapi dapat dibagi menjadi tiga golongan sebagai berikut : 1. Susu Formula “Adapted” “Adapted” berarti disesuaikan dengan keadaan fisiologis bayi. Susu formula ini Komposisinya sangat mendekati ASI, sehingga cocok digunakan bagi bayi baru lahir sampai berumur 4 bulan. Formula “adapted” yang beredar di Indonesia antara lain Vitalac, Nutrilon, Bebelac, Dumex sb, dan Enfamil. 2. Susu Formula “Complete Starting” Susu formula ini susunan zat gizinya lengkap dan dapat diberikan sebagai formula permulaan, Kadar protein dan kadar mineral susu formula ini lebih tnggi di bandingkan dengan susu formula “adapted” , karena cara pembuatannya lebih mudah dibandingkan dengan formula “adapted”, maka susu formula ini harganya lebih murah. Untuk menghemat, biasanya bayi diberi susu formula “adapted” sampai berumur 3 bulan, kemudian dilanjutkan dengan susu formula ini, Susu formula “complete starting” yang beredar di Indonesia antara lain SGM, Lactogen 1, dan New Comelpo. 3. Susu Formula “Follow-Up” Pengertian “ Follow-Up” dalam susu formula ini adalah lanjutan, yaitu menggantikan susu formula yang sedang digunakan dengan susu formula ini. Susu formula ini diperuntukkan untuk bayi berumur 6 bulan ke atas. Pada umumnya susu formula “follow-up” mengandung protein dan mineral yang lebih tinggi daripada susu formula “adapted” dan “complete starting”. Cntoh susu formula “follow-up” adalah Lactogen-2, SGM-2, Chilmil, Promil dan Nutrima. Susu Formula Sebagai Pelengkap dan Pengganti ASI Betapapun baiknya ASI sebagai makanan bayi dan keberatan para ahli keschatan di seluruh dunia terhadap penggunaan susu formula sebagai makanan bayi, akan telapi dalam keadaan tertentu, susu formula akan sangat diperlukan sebagai minuman buatan untuk bayi. Karena itu perlulah diketahui dalam keadaan apakah ASI dapat diganti dengan minuman buatan, Menurat Sjahmien (1982), susu botol/formula dapat diberikan kepada bayi sebagi pelengkap atau sebagi pengganti AST, dalam keadaan sebagai berikut a. Air susu ibu tidak keluar sama sekali. Dalam hal ini satu-satunya makanan yang dapat diberikan sebagai pengganti ASI adalah susu formula. Ibu meninggal sewaktu melahirkan atau waktu bayi masih memerlukan AST, CASI keluar tetapi jumlahnya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bay! karena itu perlu tambahan. 4.ASI keluar tetapi ibu tidak dapat secara terus menerus menyusui bayinya karena ibu derada di luar rumah (bekerja di kantor, atau tugas lainnya). Untuk beberapa kali jadwal menyusui, ASI diganti dengan minuman buatan atau susu formula. Selanjutnya Sjahmien menyatakan bahwa bahan dasar paling tepat untuk membuat minuman buatan pengganti ASI adalah susu formula. Akan tetapi sebelum ‘memmutuskan untuk menganti ASI dengan minuman buatan, perlulah diperhatikan hal- hal berikut ini : a. Ibu hendaknya sudah menguasai dengan baik cara menyiapkan dan memberikan susu formula, b. Ibu mengetahui cara-cara mensterilkan alat-alat untuk membuat susu formula dan cara-cara mencegah terjadinya kontaminasi. ¢. Tersedia cukup air bersih untuk membuat susu formula dan membersibkan peralatan. 4. Ada fasilitas untuk mencuci dan membersihkan botol yang akan dipakai ¢. Tersedia susu yang baik dan memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan membuat susu formula. 2.1.4. Cara Penyajian dan Pemberian Susu Formula 1. Mempersiapkan Dot dan Botol Susu Dot botol dapat dengan mudah terkontaminasi. Harus terbuat dari bahan yang bermutu tinggi dan tahan terhadap proses pendidihan. Lubang pada dot harus dapat mengeluarkan air susu dengan kecepatan yang tetap (Konstan) bila botol dibalikkan. Bila memungkinkan, ibu harus mempunyai persediaaan dot, agar yang telah usang atau rusak segera diganti, Penggunaan sendok membawa sedikit kemungkinan terkontaminasi. Penggunaan mangkuk dengan lat penghisap hanya direkomendasikan bila dapat dengan mudah dibersihkan (terutama pada bagian penghisapan), Penggunaan cangkir hanya dianjurkan bila bayi telah dapat minum (sekitar umur 4-5 bulan). Semua alat minum bayi dicuci segera setelah digunakan, menggunakan air dingin dan sabun atau detergen dengan memakai sikat botol. Dot boto! dilumuri dengan garam untuk menghilangkan gumpalan susu. Lalu semuanya dicuci dengan baik. Setelah itu disterilisasi dengan air mendidih. Letakkan peralatan termasuk dot botol dalam satu wadah yang berisi air sepertiganya, kemudian penuhi dengan air. Didihkan selama 5-10 menit. Tiriskan dan keringkan, dan simpan dalam keadaan tertutup sampai saatnya digunakan. Apabila dirasakan tidak peraktis untuk mendidihkannya setiap habis digunakan, didihkanlah sedikitnya satu atau dua kali sehari. Apabila mempunyai dua atau tiga buah dot, frekuensi pendidihan dapat dikurangi Bila sterilisasi dengan cara pendidihan tidak mungkin dilakukan, cucilah alat seperti diatas tetapi menggunakan air panas, lalu bilas dengan air minum (air matang yang telah dingin). Setelah itu ditiriskan dan dikeringkan, taruh peralatan dalam keadaan fertutup. Usahakan untuk melakukan pendidihan paling tidak sekali dalam sehari. 2. Cara Memberi Minum Susu Formula Cara memberi minum susu formula kepada bayi dapat dilakukan sebagai berikut. Bayi dipangku pada posisi seperti menyusui bayi. Dagu bayi ditarik ke bawah perlahan-lahan, dan setelah mulut terbuka dot dimasukkan, Dot jangan dipegang Karena akan terkontaminasi, dan bayi akan mudah diare. Perlu pula diperhatikan, bahwa pada waktu minum susu, dot dan bagian botol sebelah atas harus penuh berisi susu untuk menghindarkan bayi menelan udara, sehingga muntah dapat dicegah. Lebih baik apabila ibunya sendiri yang memberikan susu formula, dengan cara mendekap bayi untuk mempercepat perkembangan hubungan yang erat diantara 10 keduanya, Setiap kali menyiapkan air susu harus segera diberikan kepada bayi. Air susu yang tersisa hanya dapat tahan 1-2 jam dalam keadaan tertutup pada suhu ruang, kecuali bila disimpan dalam lemari es. Kesabaran yang tinggi diperlukan bila bayi harus diberi susu dengan ‘menggunakan sendok, karena gerakan bibir bayi akan menyebabkan air susu keluar lagi. Sendok yang berlengan panjang lebih baik digunakan daripada yang berukuran normal. Cangkir dapat digunakan untuk memberi susu kepada bayi yang telah berumur 4-5 bulan. Bila memberikan susu formula dalam botol, perhatikan bahwa ait susu dan bukan udara yang dihisap olch bayi. Seorang bayi tidak boleb ditinggalkan sendirian menghisap botol susunya. Ta akan mudah tersedak, dan dan ia membutubkan hubungan dengan orang lain, Pemberian susu harus berdasarkan “permintaan” bayi. Untuk bulan-bulan pertama biasanya bayi menunjukkan keinginan menyusu setiap 2-3 jam. Kemudian bayi biasanya cukup diberi susu setiap 4 jam, yang dapat diatur waktunya menurut Kemudahan ibunya. Bila susu diperlukan pada malam hari, air susu harus dipersiapkan segar atau bila ada Jemari es dapat dibuat pada sore hari dan ditaruh dalam lemari es tersebut dalam keadaan tertutup. Susu formula yang tersisa harus dibuang keesokan harinya, kecuali bila disimpan dalam lemari es. Beberapa sendok air matang diperlukan oleh bayi untuk mengencerkan air susu formula yang diminumnya. Air ini diberikan dengan menggunakan sendok, setiap iL kali schabis menyusu. Ait matang tambahan diperlukan bila suhu udara terlalu panas atau bila bayi menderita diare atau terkena penyakit kuning. Biasanya bayi yang diberi susu botol/formula, selain menghisap susu ia juga menghisap udara schingga perlu dikeluarkan lagi dari perutnya setiap kali menyusu. Caranya adalah dengan meletakkan bayi tegak pada bahu selama beberapa menit. Bayi diangkat agak ke atas perut, rapat ke dada kiri ibu, dagu menempel pada pundak ibu, dan punggung ditepuk pelan-pelan sampai bayi bersendawa. Kemudian tidurkan miring kekanan dan sering-sering dilihat kalau-kalau bayi muntah. 2.1.5. Masalah Gizi Pada B: i yang Diberi Susu Formula Susu formula terbuat dari susu sapi dan kedelai yang diperuntukkan khusus ‘untuk bayi. Teknologi pembuatan susu formula terus dikembangkan terus menerus, tetapi walaupun demikian susu formula tidak dapat menyamai ASI. Suhardjo (1995), mengemukakan masalah-masalah yang terdapat pada bayi yang diberi susu formula, Pada tahun 1950 dilaporkan terjadi kekurangan (defesiensi) vitamin A pada bayi yang mengkonsumsi susu formula yang terbuat dari susu Kedelai, dan juga yang diberi susu formula dari susu sapi. Kelainan pada kulit juga dilaporkan pada bayi yang diberi susu formula yang sedikit mengandung asam linoleik. Susu sapi umumnya rendah mengandung asam linoleik yaitu hanya 20%- 25% dari ASI. ‘Tingginya asam lemak majemuk tak jenuh dalam susu formula memerlukan antioksidan seperti vitamin E supaya tidak mudah bau tengik. Susu 12 formula yang terbuat dari kedelai kurang mengandung vitamin B1, schingga ditemukan penyakit beri-beri pada bayi yang diberi susu ini Menurut Suhardjo (1995), kadar mineral dalam susu formula mempunyai masalah tersendiri. Di dalam susu sapi kadar kalsium terlalu tinggi, tetapi absorbsi bayi terhadap kalsium ini sangat rendah, schingga pada bayi terjadi Aipokalsemia. Zat besi di dalam susu sapi tidak mudah diabsorbsi dibandingkan dengan zat besi dalam ASI Agar bayi terhindar dari kemungkinan defesiensi pada susu formula biasanya ditambahkan zat gizi tersebut. Formula yang cair harus terbebas dari mikroorganisme patogen dan sporanya. Bahan makanan komersial ini umumnya dapat dipertahankan bebas dari organisme, selama kotak atau kaleng pembungkusnya tidak rusak. Formula yang berbentuk tepung mempunyai kemungkinan lebih besar bebas dari bakteri, karena dalam proses akhir pembuatan formula tersebut dilakukan pemanasan yang mematikan semua mikroorganisme yang patogen Beberapa keharusan yang harus dipenuhi oleh susu formula komersial ini antara lain pada label dicantumkan zat-zat gizi yang dikandungnya, komponen- Komponennya, dan metode pengolahannya. Susu formula harus dikonsumsi dengan jangka waktu dua tahun setelah diproduksi. Harus pula dicantumkan batas waktu, dimana susu formula dianggap aman untuk dikonsumsi. Yayah dan Husain (1988) menyatakan bahwa bayi yang diberi susu formula biasanya mendapat kalori lebih tinggi daripada bayi yang mendapat ASI. Ada dua hal yang menyebabkan ini yaitu ibu-ibu memberikan susu formula kapada bayinya juga memberikan makanan tambahan yang lebih cepat dari seharusnya, dan ibu sering menyiapkan susu formula lebih pekat dari petunjuk yang ada pada label. Protein yang didapat dari susu formuta lebih tinggi dari protein AST. Susu sapi mengandung protein tiga kali lipat lebih banyak daripada ASI. Kelebihan protein yang dikonsumsi menyebabkan lebih banyak sel-sel yang dibentuk dalam tubuh (hiperplasia), yang melebihi dari jumlah yang semestinya. Kadar natium di dalam susu sapi tiga kali lebih tinggi daripada kadar natrium dalam ASI. Hal ini dapat menyebabkan kepekatan cairan di luar sel menjadi lebih tingggi, schingga osmolaritas menjadi tinggi. Akibatnya ginjal tidak dapat lebih banyak memekatkan cairan yang dikeluarkan dalam bentuk air seniBayi yang bersangkutan lalu banyak mengeluarkan urine, dan lebih cepat haus, Bayi menangis karena haus, tetapi ibunya mengira bayinya lapar dan membutubkan susu, schingga bayi yang haus tersebut diberikan susu formula begitu seterusnya akibatnya bayi yang kebanyakan minum susu formula mengalami kegemukan. Bayi yang gemuk mempunyai kecenderungan akan tetap gemuk sampai usia dewasa, Hal ini besar kemungkinan disebabkan oleh karena sel-sel tubuh yang terlalu banyak (hiperplasia) hampir tidak dapat dikurangi lagi. Di indonesia banyak sekali beredar susu formula dalam berbagai merek, Bagi orang-orang yang tergolong mampu dan berkecukupan, susu formula dapat dimanfaatkan secara baik. Tetapi bagi kebanyakan orang belum cukup efektif, malah membawa kesengsaraan. 4 Pada label susu formula tertulis cara-cara pemberian susu, Tetapi kebanyakan {bu tidak memperhatikan label tersebut, atau tidak mengerti membaca label, sehingga petunjuk yang terdapat pada label tidak dilakukan, dan ibu memberikan susu formula kepada bayi dalam konsentrasi yang tidak tepat. Tingkat kehidupan yang rendah tidak memungkinkan susu formula terbeli dalam jumlah yang cukup. Susu formula adalah salah satu pilihan yang terlalu mahal untuk sebagian besar ibu. Oleh karena itu ibu mencampur susu dengan lebih banyak air daripada seharusnya. Susu formula menjadi sangat encer, bayi tidak mendapat cukup zat gizi, lama kelamaan bayi menjadi kurus dan akhirnya menderita kurang gizi Banyak penelitian telah membuktikan bahwa penderita Kurang kalori protein (KKP) dijumpai lebih banyak di daerah-daerah dimana ibu memberikan susu formula sebagai pengganti ASI. 2.1.6. Keburukan Pemberian Susu Formula Menurut Savage King (1993), mengemukakan berbagai dampak negatif dari pemberian susu formula antara lain: 1. Pencemaran Makanan buatan sering tercemar bakteri, terutama bila ibu menggunakan botol dan tidak merebusnya setiap selesai memberi minum. Bakteri tumbuh sangat cepat pada minuman buatan. Is 2. Lafeksi Susu formula tidak mengandung antibodi untuk melindungi tubuh terhadap infeksi. Bayi yang diberi minum susu formula lebih sering sakit diare dan infeksi saluran pernafasan. 3. Pemborosan Ibu dari kelompok ekonomi rendah mungkin tidak mampu membeli cukup susu formula untuk bayinya. Mereka mungkin memberi dalam jumlah lebih sedikit, dan mungkin menaruh sedikit susu atau bubuk susu ke dalam botol, sebagai akibatnya bayi yang diberi susu formula sering kelaparan. 4. Kekurangan Vitamin Susu formula tidak mengandung vitamin yang cukup untuk bayi. Menurut Richard dan Victor ASI mengandung banyak vitamin C dan vitamin D. 5, Kekurangan Zat Besi Zat besi dari susu formula tidak diserap sempurna seperti zat besi dari ASI Bayi yang diberi minuman buatan dapat terkena anemia karena kekurangan zat besi 6. Lemak Yang Tidak Cocok Susu formula yang terbuat dari susu sapi mengandung banyak asam lemak jenuh dibandingkan ASI. Untuk pertumbuhan bayi yang sehat diperlukan asam lemak tidak jenuh yang lebih banyak. Susu formula tidak mengandung asam lemak esensial dan asam linoleat yang cukup, dan mungkin juga tidak mengandung kolesterol yang cukup bagi pertumbuhan otak. Susu skim tidak mengandung lemak, sehingga tidak mengandung cukup banyak energi. 7. Protein Yang Tidak Cocok Susu formula mengandung terlalu banyak protein kascin. Kasein mengandung, ‘campuran asam amino yang tidak cocok dan sulit dikeluarkan oleh ginjal bayi yang belum sempurna, Petugas kesebatan sering mengajarkan kepada ibu-ibu untuk mengencerkan susu formula dengan air untuk mengurangi protein total. Tetapi susu yang diencerkan tidak mengandung asam amino esensial yang cukup, yang diperlukan bagi pertumbuhan otak bayi. 8. Tidak Bisa Dicerna Susu formula lebih sulit dicerna karena tidak mengandung enzim Tipase untuk mencerna lemak: Karena susu formula lambat dicerna maka lebih lama untuk mengisi lambung bayi daripada ASI, akibatnya bayi tidak cepat merasa lapar. Bayi yang diberikan susu formula bisa dapat menderita sembelit, yaitu tinja menjadi lebih tebal dan keras, 9. Alergi Bayi yang diberi susu formula terlalu dini mungkin menderita lebih banyak masalah alergi, misalnya asma dan eksim. Penggunaan susu formula yang tidak tepat dapat menimbulkan bahaya. Menurut Jellife, ada tiga macam bahaya yang timbul akibat penggunaan susu formula yaitu: a. Infeksi, menyebabkan anak menderita diare. Bayi yang mendapat susu formula empat kali lebih banyak menderita diare dibandingkan dengan bayi yang diberi ASL Infeksi umumnya disebabkan bakteri, 7 b. Oral moniliasis yaitu Infeksi jamur pada susu yang juga menimbulkan diare, pada orang yang mengkonsumsi susu formula jauh lebih banyak, enam kali lipat dibandingkan ASI. ©. Marasmus Gizi yaitu suatu keadaan gizi buruk yang disebabkan kekurangan kalori dan protein, Pengenceran susu dengan air yang melebihi ketentuan bukan saja menurunkan kadar kalori tetapi juga kadar protein, sehingga kebutuhan bayi akan kedua zat gizi utama tersebut tidak terpenubi, 2.2. Pola Pemberian AST Pola pemberian ASI adalah Kebiasaan ibu menyusui yang diukur dengan frekuensi menyusui bayinya. Menyusui adalah suatu proses alamiah, Berjuta-juta ibu diseluruh dunia berhasil menyusui tanpa pemah membaca buku tentang ASI (Suhardjo, 1992). Bahkan ibu yang buta huruf pun dapat menyusui anaknya dengan baik. Walaupun demikian, dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang alamiah tidaklah mudah. ‘Umumnya bayi disusui 6 kali sebari yaitu setiap 3 jam sekali. Tetapi bila bayi Jahir dengan berat badan kurang dari 3 kilogram, diberi ASI setiap 2 jam sekali. Jika bayi lahir dengan berat badan lebih dari 3 kilogram dapat diberikan setiap 4 jam sekali. Dengan demikian bayi mendapat makanan dalam sebari semalam antara 6 sampai 7 kali, Lamanya bayi disusui kira-kira 20 menit. Sebaiknya bayi disusui secara bergantian pada kedua payudara (Sjahmien, 1982). 18 ‘Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan bayi yang utama karena ASI mengandung semua zat gizi dengan komposisi sesuai dengan kebutuhan bayi. Cadangan vitamin dan mineral dalam tubuh bayi yang didapat dari ibu selama dalam kandungan dan selama usia tiga bulan sejak lahir sudah mulai menurun, sedangkan dari ASI kandungan vitamin A dan vitamin C serta zat besi sudah tidak begitu tinggi. Karena itu sejak usia empat bulan sudah perlu diberi makanan tambahan yang mengandung vitamin dan mineral, selain tetap memberikan ASI (Yahoo.com). 2.3, Perubahan Perilaku Menurut Green (1980) ada tiga faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku yaitu a. Faktor Predisposing, yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan keyakinan , nilai-nilai dan persepsi b. Faktor Pendukung ( Enabling factor ), terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas kesehatan. ¢. Faktor Pendorong ( Reinforcing factor ), terwujud dalam sikap dan perilaku petugas, teman sebaya, orang tua, tokoh/pamong, juga faktor demografi seperti sosial, ekonomi, umur, jenis kelamin dan ukuran keluarga dan termasuk juga kualitas yang tercermin dalam sikap petugas merupakan faktor pendorong yang akan menentukan perilaku konsumennya 2 2.4. Tinjauan Umum Tentang Pertelevisian Televisi merupakan media massa elektronik yang diciptakan manusia dengan menggunakan prinsip-prinsip radio, karena televisi muncul setelah ada radio. Bila ditinjau dari makna kata “tele” berartijauh, dan “visual berarti penglihatan, ‘Menurut penelitian para abli indera, yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke dalam otak adalah mata sekitar 75%-87% dan 13%-25% tersalur melalui indera yang lain. Dengan kata lain televisi lebih mempermudah cara penyampaian dan penerimaan informasi (iklan) atau bahan pendidikan daripada ‘media lainnya seperti radio, koran (Notoatmodjo, 1996). 2.5, Iklan Pertelevisian Menurut Kuswandi (1996) ada dua kepentingan mengapa iklan masuk dalam acara televisi yaitu kehadiran televisi turut mendukung atau membantu pemasukan dana bagi kelancaran serta kelangsungan materi acara, baik dari segi kualitas maupun ‘kuantitas dan media televisi merupakan alat informasi tentang suatu barang produksi untuk diketahui pemirsa atau masyarakat contohnya iklan susu formula, schingga tidak salah bila para produsen sering memakai televisi untuk dijadikan patner bisnis dalam mempromosikan barang hasil produksi. 2.6. Pengaruh Iklan di Televisi Televisi sebagai alat komunikasi pandang dengar dengan satu arah yang dapat bertindak sebagai “ orangtua kedua “ dalam sosialisasi nilai-nilai baru, Dengan begitu televisi telah memasuki kehidupan keluarga dan rumah tanga secara leluasa, 20 sehingga dapat berpengaruh negatif bila masyarakat kurang seleksi (filter) terhadap iklan tertentu Khususnya iklan minuman tertentu yang dapat menimbulkan sifat Konsumerisme sekaligus cepat atau lambat akan mempengaruhi pola konsumsi seseorang (Kuswandi, 1996). Di banyak negara termasuk negara sedang berkembang, keadaan sosial budaya dan ekonomi yang ada dijadikan kesempatan oleh pengusaha makanan dan minuman bayi untuk memasarkan susu buatan. Disamping iklan juga dilakukan pendekatan terhadap tenaga profesional kesehatan, Kekuatan sosial yang mendorong para ibu menyusui bayinya dengan susu boto! antara lain adalah struktur keluarga dan peranan ibu, meniungkatnya urbanisasi, sikap komersialisme pengusaha makanan dan minuman bayi (Van Esterik, 1990), Berg (1986), yang mengutip pendapat Leiss, menyatakan tujuan ilmiah periklanan merupakan alat manipulatif, untuk mengendalikan perasaan dengan menimbulkan kebutuhan semu dikalangan kaum konsumen dimana setiap kebutuhan akan dipenuhi melalui pembelian dipasaran. 2.7, Kerangka Konsep ‘Tayangan iklan susu P i ‘ola pemberian AST formula di TV - Frekuensi pemberian -Frekuensi menonton ASI 2 Kerangka konsep di atas menjelaskan apakah ada hubungan tayangan iklan susu formula di televisi dala hal ini yang dilihat adalah frekuensi menonton ibu dengan pengetahuan tentang susu formula dan pola pemberian ASI, apakah ada fhubungan antara pengetahuan tersebut dengan pola pemberian ASI dan bagaimana hubungan tayangan iklan susu formula (frekuensi menonton) dengan pola pemberian ASI (frekuensi pemberian ASI). 2.8. Hipotesis Penclitian 1. Ada hubungan iklan susu formula di televisi terhadap pengetahuan ibu rumah tangga. 2. Ada hubungan pengetahuan ibu rumah tangga dengan pola pemberian ASL pada bayi 3. Ada hubungan iklan susu formula di televisi dengan pola pemberian ASI pada bayi

You might also like