You are on page 1of 4
PERILAKU HUBUNGAN BEBAN-DISPLASEMENBALOK BETON MEMADAT SENDIRIDENGAN BERBAGAI KELANGSINGAN ., Fathmah Mahmud, Suparjo ‘e-mail: nmerdana@live.com ABSTRAK Dalam pekerjaan konstruksi beton seringkali dijumpai bagian-bagian tertentu dari struktur yang sult untuk dijangkau dengan alat pemadat, seperti pada elemen struktur dengan jarak tulangan yang rapat atau pada begisting ‘yang sempit. Pekerjaan pengecoran pada bagian-bagian struktur seperti demikian seringkali timbul keropos yang berpotensi menimbulkan mutu konstruksi yang buruk. Untuk mengatasi Kondisi tersebut dapat menggunakan Beton ‘memadat sendiri (BMS). Beton BMS dibuat dengan agregat kasar yang relatif bundar, berdiameter nominal yang kecil (12-20mm) dan proporsi agregat kasar yang reatf lebih sedikitdibandingkan dengan beton konvensional yang mana ‘agregat kasar menempati porsi sekitar 70% dari volume beton. Mengingat material penyusunnya yang sarigatspefisik tersebut maka perilaku struktur yang dibuat dari Beton memadat sendiri perlu untuk diet. Riset ini ditujukan untuk ‘mengetalui bagaimana perilaku Hubungan beban-Displasemen serta pola retak balok dari balok BMS. Penelitian dilakukan secara eksperimenial di laboratorium dengan menyiapkan 3 seri balok yaitu balok beton konvensional, balok BMS dan balok BMS dengan serat baja bendrat. Tiga seri balok tersebut masing masing terdiri dart 5 buak balok dengan rasio a/d=2-6. Semua balok dibuat dengan beton f.=30MPa dan tulangan lentur f,=385MPa. Sebagai tulangan geser digunakan sengkang persegi dengan 6mm, =360MPa dipasang pada jarak konsian 100mm. Dari hasil pengujian diketahui balwwa perilaku hubungan Beban vs Displasemen dari balok BMS dan BMS dengan serat bendarat {adalah sama dibandingkan dengan balok konvensional. Perumusan perhitungan displasemen balok beton komvensional ‘masih relevan untuk diterapkan pada balok BMS ataupun beton BMS berserat. Masing masing seri balok mengalami Jeruntuhan dan pola retak yang sama dengan jarak rata rata 100mm. Kata kunci: Beton memadat sendiri, Beton memadat sendiri berserat, Hubungan bebar-displasemen, Pola retak 1 PENDAHULUAN Pada seat proses pengecoran beton selalu dlilakukan pemadatan dengan tujuan untuk memperoleh bbeton yang homogen dan padat yang mana pada akhimya menghasilkan beton yang _mempunyé kekuaian yang tinggi. Dari pengamatan diberbagai lokasi proyek konstruksi yang dibuat dengan beton Konvensional (BK) seringkali ditemukan _hasil pekerjaan beton yang keropos sebagai akibat dari pemadatan yang kurang sempura. Pemadatan yang kurang sempuma tersebut pada bagian-bagian struktur berpotensi untuk menimbulkan mutu konstruksi yang bburuk. Untuk mengatasi kondisi tersebut dapat ‘menggunakan Beton Memadat Sendiri (BMS). ‘merupakan beton yang ‘mana ketika masih dalam keadaan segar_mampu ‘mengalir sendiri secara gravitasi melalui celah diantara tulangan dan memenuhi seluruh ruangan yang ada didalam cetakan tanpa_adanya bantuan pemadatan ‘mekanis tanpa mengalami Segregasi ataupun Bleeding. Hal inilah yang menjadi ciri khas dan perbedaan utama dari BMS dibandingkan dengan beton BK. Beton BMS dibuat dengan memanfaatkan pengaturan ukuran dan proporsi agregat serta superplastiziser. Beton BMS menghendaki agregat kasar yang berbutir keeil (p12-20mm), relatif bundar serta kandungan Superplasticizer yang banyak. BMS ini sangat potensial untuk diterapkan pada dunia konstruksi Karena mempunyai banyak keunggulan dibandingkan dengan beton Konvensional yang selama ini dikenal, Pembuatan BMS dengan agregat_berukuran kecil sekitar 12-20mm dengan porsi sekitar 28-35% dari volume beton akan mempengaruhi.sifat beton segar dan kekuatan beton SCC setelah Keras yang mana jya akan mempengaruhi perilaku. struktur. ini berbeda dengan beton konvensional yang ‘mana porsi agregat Kesamya lebih dominan, yaitu sekitar 70%. Penggunaan agregat_kasar dengan karakteristik yang unik sepert demikian itu akan berdamapk terhadap perilaku kekuatan Lentur dari balok yang meliputi perilaku hubungan Beban P vs Displasemen A, Pola retak dan mode runtuh. Sebagai beton yang relatif baru bila ddibandingkan dengan beton Konvensional maka BMS ini masih menyimpan banyak hal yang perlu diungkapkan terkait dengan perilaku struktur yang terbuat dari BMS. Dengan memperhatikan kondisi dliatas_ maka riset ini ditujukan untuk mempelajari perilaku hubungan beban vs Displasemen balok beton BMS, BMS dengan tambahan erat (BMSS) dibandingkan dengan beton konvensional (BK). ‘Ning etal (2015) menyimpulkan bahwa dengan penambahan serat baja kapasitas lentur ultimit ‘meningkat dan displasemen ditengah bentang balok berkurang. lebar retak dan jarak retak berkurang signifikan seiring dengan bertambahnya volume serat baja. Dalam riset ini digunakan balok beton dengan volume serat baja dan rasio tulangan tarik yang bervariasi dan_rasio kelangsingan balok yang konstan wd-3, Untuk tujuan perbaikan perilaku lentur serta pola retak maka seringkali digunakan serat bs 184 | Prosi ing Seminar Nasional Teknologi Terapan (SNTT) SV UGM 2016 sebagai tulangan sekunder disamping tulangan ba biasa. Perilaku lentur beton BMSS sangat dipengaruhi ‘oleh jenis serat baja serta volume fraksi serat dan parameter Pre-peak dan Post-peak dari BMS ‘meningkat dengan bertambahnya volume serat (Pajak, 2013) Riset ini dilakukan secara_eksperimental dilaboratorium dengan membuat tiga seri balok ye seri balk BMS, BMSS dan beton BK yang dibebari dengan beban terpusat statik monotonik seperti terihat pada Gambar 1. Untuk pengujian sifat-sifat beton segar dari BMS dan BMSS merujuk pada rekomendasi dari EFNARC mengingat dokumen tersebut sangat populer untuk BMS. (Hadiwidodo, 2008; EFNARC, 2005). ‘Tiga seri balok tersebut memiliki tampang 125x200mm bertulangan rangkap dengan berbaga rasio a/d. Semua seri balok mempunyai tulangan lentur yang sama dengan rasio tulangan p=1,05% dan ’=0,45%. Semua seri balok tersebut dibuat dengan Kekuatan beton dan tulanganlenfur yang sama yaitumasing masing?=30MPa dan £=38SMPa. Sedangkan untuk tulangan geser digunakan sengkang persegi tertutup dengan diameter 6mm dan f,= 360MPa. Khusus untuk balok beton memadat sendiri berserat (BMS) diberikan tambahan serat baja bendrat dengan volume fraksi yang konstan sebesar 0,5%. Dengan aspek rasio 30. Semua seri balok dibuat dengan jenis dan Komposisi bahan yang sama, baik BMS ataupun BMSS, Kecuali beton BK dibuat tanpa menggunakan Superplastcizer. ‘Adapun komposisi bahan per-m’ beton untuk semua seri balok dapat dilihat pada Tabel 1. Sa] Fa Ra a SF kg) | (kg) | il kg) | (%) | t (kg) %) ae [awe [os [eso [0 [o [om ans [sw [ors [eso [210 [os [os mss [a0 [ors [eso [210 [12 [8 Dalam stun sem data boban P,regngan an Displaseren 4 datat scar olomatis dengan tannan Data logge. Sting pengian nr yang diterapkan pada semua seri balok dapat dilihat pada Gamer, Dela std! operon Hibungan Bebe P vs Dioplaemen & dtengahbentang unt asin asing tat balok dies sooure trite dengan tremanfaakan Hobungen.MomenKurvatr sper dinyustan dengan peramean 1, Duplusenen, bal penguin dar labore slay dibandingkan dengan dispalsemen teoritis tersebut. ae ffonds TM Gans etn Up egin en Dalam perhitungan Displasmen troebut datas diasumsikan bahwa Displasemen akibat geser relatif kecil dan diabaikan, serta Hubungan Tegangan vs Regangan beton BMS." dan" BMSS. memenuhi pomonon Tegmesnamgtge yong dian ck echo (1986) seperti pesamaan (2). A area r.=f.(2(4)-()) ® Selanjutnya dengan menggunakan persamaan (1) dan (2) Displasemen teorit itengah bentang dapat divtung dengan persamaan (3) (Merdana 199) mite) lesen 4a) 2206-0) 3 IL1. Hubungan Pengujian lentur terhadap balok setelah melalui perawatan selama tiga minggu. Pembebanan lentur dliberikan secara bertahap dengan beban _statik monotonik, Setting up pengujian dapat dilihat pada Gambar 1. Beban dikerjakan secara bertahap hingga bbalok mengalami keruntuhan, dan bentuk serta edalaman retak digambarkan pada balok untuk ‘masing masing balok. Dengan plotting Beban P dan Displasemen A disertai Displasemen hasil_prediksi _teoritis, sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2-7 maka dapat diketahui bahwa perilaku Hubungan Beban vs Displasemen 4 untuk semua balok baik beton BMS maupun BMSS adalah sama dengan perilaku balok bbeton BK. Persamaan (1) dapat memprediksi perilaku dlisplasemen dari balok beton BMS dan BMSS dengan akurat, Dapat kiranya diketauhibahwa_perumusan dlisplasemen untuk balok BK yang selama ini dikenal masih. cukup relevan untuk Garber 3, Hubungan Beban vs Displasemen untuk Berbagai Sei Balok dengan Rasio ald=5 rr rr a) Dip Teh Bentarg (Gambar 4 Hubungan Beban vs Dgplasemen untuk Berbagai Seri Balok dengan Rasio id= ° 1” mm 0 9 © 7 0 lk Th Bentang (nm) Gambar 5, Hubungan Beban vs Displasemen untuk Berbaga Seri ‘Balok dengan Reso ald~3 os » & 0 & 3» Disp Teh Beng (nn) GGambar 6. Hubungan Beban vs Dispasemen untuk Berbagai Seri Balok dengan Rasio ad-2, II]. KESIMPULAN DAN SARAN Dari studi yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: a) Semua seri balok, baik Balok beton memadat sendiri (BMS), Balok beton memadat senditi berserat (BMSS) dan Beton konvensional (BK) ‘mengalami keruntuhan lentur dengan jarak retak rata rata 100mm ') Persamaan tinggi Displasemen yang ada untuk beton Konvensional dapat diterapkan secara akurat pada balok beton memadat sendiri BMS ataupun BMSS. 6) Lebar retak rata rata untuk balok seri BMSS lebih kecil daripada balok seri lainnya. s ‘ban (kN) Gs} on» © @ © mm Disipasemen 4 (mm) Gamer 7, Hubungan Beban vs Displasemen untuk Balok BMS dengan Dengan Berbagai Rasio ad 186 | Prosiding Seminar Nasional Teknologi Terapan (SNTT) SV UGM 2016 ‘Ganberf Pols Rett Bslok Menyadari beberapa keterbatasan dari riset ini dapat disarankan: 4) adanya riset lanjutan yang _mempelajari engaruh volume fraksi serat dan kuat teleh serat terhadap perilaku lentur balok memadat send, ') adanya riset yang membahas tentang pengaruh diameter agregat kasar terhadap pola retak balok beton BMS den BMSS. IV. DAFTAR PUSTAKA [1] EFNARC, 2005, The European Guidelines for Self Compacting Concrete; Specification, Production and Use. (Wwww.efharc.org atau ‘www.efa.info) [2] Hadiwidodo, Y.S., Mohd, S., 2008, A Review of Testing Method OF Self Compacting Concrete, International Conference on Conerete and Building Technology, Malaysia BI io} (3) (6) 7 Merdana, I. 1999. Pengaruh Rasio a/d Terhadap Kekuatan Geser Balok Beton Mutu Tinggi, Tesis tidak diterbitkan, Surabaya, PPS ITS-Surabaya ‘Ning, Xiliang; Ding, Y; Zhang. F and Zhang, Y. » 2015, Experimental “Study And Prediction Model For Flexural Behavior Of Reinforced SCC Beam Containing Steel Fibers. Construction and Building Materials 15 Sept. 2015: 644~. Gale Economic Education Humanities Social-Science Arts 1. Web. 19 Jan, 2016, URLhtp:/go.galegroup.com/psi,do?id=GALE% 7CA428751 1908v=2. 1&:u-ptn0S48it~r&p=GPS &swawéeasid=9e5B6de6eI 8ffed524fed00677325 9 Pajak, M., and Ponikiewski, T... 2013, Flexural Behavior Of _Self-Compacting "Concrete Reinforced With Different Types Of Steel Fibers, Construction and Building Materials Oct. 2 397+. Gale Economic Education Humanities Social-Science Arts 1. Web. 19 Jan. 2016, URLhttp:/g0.galegroup.com/ps/i.do?id-GALE% 7CA3487859228-v=2. |&u-ptn0S48it=r&p=GPS &sw=wéeasid=277fel 1867779284 7e38aNN7263fEF 54 Vecchio, FJ. and Collins, M.P,, 1986, The Modified Compression Field “Theory for Reinforced Concrete Elements Subjected to Shear, ACI Jounal Vol. 83No. 2, March-April 1986, pp. 219-231. ial Teknologi Terapan (SNTT) SV UGM 2016 | 187

You might also like