You are on page 1of 14
1 LAMPIRAN | Nota Dinas Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor : ND-607/PB/2019 Tanggal : 31 Mei 2019 PETUNJUK TEKNIS LANJUTAN TERKAIT TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENGGUNAAN KARTU KREDIT PEMERINTAH TAHUN ANGGARAN 2019 Menindaklanjuti Nota Dinas Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: ND-59/PB/2018 tanggal 17 Januari 2019 dan telah ditetapkannya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 196/PMK.05/2018 tanggal 31 Desember 2018 Tentang Tata Cara Pembayaran dan Penggunaan Kartu Kredit Pemerintah (KKP), yang mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 2019, dengan ini diminta kepada Kanwil DJPb dan KPPN untuk melakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. KPPN diminta segera menginformasikan kepada Satuan Kerja Kementerian Negara/Lembaga (Satker K/L) untuk: at. a2. a3, a4. mengunduh/mendownload dan install Aplikasi SAS 2019 Versi 19.0.6 bagi Satker K/L yang menggunakan aplikasi SAS. menggunakan Aplikasi SAKT! 2013 yang terbaru/terupdate khusus Satker K/L Piloting SAKTI menggunakan Aplikasi Online Monitoring SPAN (OM SPAN) yang terbaru/terupdate bagi seluruh Satker KIL. Ruang lingkup yang diatur dalam PMK nomor 196/PMK.05/2018 ini adalah terkait tata cara pembayaran dan penggunaan KKP dalam rangka penyelesaian taginan kepada negara melalui mekanisme UP yang sumber dananya berasal dari Rupiah Murni selain Satker Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri dan Satker Atase Teknis. b. Pengajuan Perubahan Proporsi Uang Persediaan (UP) KKP oleh Satker K/L ke Kanwil DJPb: b4 b2. Sesuai dengan ketentuan dalam PMK 196/PMK.05/2018, Satker K/L dapat mengajukan perubahan proporsi UP KKP kepada Kanwil DJPb berupa kenaikan atau penurunan dari proporsi UP KKP yang telah ditetapkan. Yaitu sebesar 60% (enam puluh persen) dari besaran UP sebagaimana diatur dalam PMK mengenai tata cara pembayaran dalam rangka pelaksanaan APBN untuk proporsi UP Tunai dan sebesar 40% (empat puluh persen) dari besaran UP sebagaimana diatur dalam PMK mengenai tata cara pembayaran dalam rangka pelaksanaan APBN untuk proporsi UP KKP. Apabila Satker ingin mengajukan perubahan proporsi UP KKP ke Kanwil OJPB. maka Tata Cara pengajuan perubahan proporsi UP KKP adalah sebagai berikut: 4) Pada Satker K/L (Aplikasi SAS) a) Satker menggunakan miodul PPSPM pada Aplikasi SAS Versi 19.0.6 untuk membuat Surat Permohonan Pengajuan Perubahan Proporsi UP KKP dan Surat Peryataan dari Kuasa Pengguna Anggaran (KPA). b) Surat Pernyataan dari KPA tersebut berisi pernyataan dan alasan Satker K/L dalam mengajukan Perubahan Proporsi UP KKP ke Kanwil DJPb. Misainya, dengan alasan terbatasnya penyedia barang/jasa yang menerima_pembayaran dengan KKP melalui mesin Electronic Data Capture (EDC) yang dibuktikan dengan surat pernyataan dari KPA. we ©) Format Surat Permoliciic.: i ‘sngajuan Perubahan Proporsi UP KKP dan Surat Pernyataan KPA dibuat seragam untuk seluruh Satker K/L yang telah diakomodir dalam modul PPSPM Aplikasi SAS Versi 19.0.6 pada menu “Lainnya”, submenu ‘Kartu Kredit Pemerintah”, dan sub-sub menu “Dispensasi Proporsi KKP ke Kanwil” d) Surat Permohonan Pengajuan perubahan proporsi UP KKP dan Surat Pernyataan tersebut selanjutnya dicetak dan indatangani oleh KPA untuk disampaikan kepada Kanwil DJPb. ) Petunjuk Teknis/Manual BookiTutorial yang lebih lengkap/komprehensif terkait tata cara pengajuan perubahan proporsi UP KKP dapat dilhat Pada Petunjuk Penggunaan KKP Apikasi SAS 2019 Versi 19.0.6 ‘sebagaimana tercantum pada Lampiran II Nota Dinas Direktur Jenderal Perbendaharaan ini, f)Pengajuan perubahan. propossi UP KKP kepada Kanwil DJPb mulai berlaku sejak tanggal Nota Dinas ini ditetapkan dengan tetap memperhatikan ketentuan dalam PMK Nomor 196/PMK.05/2018. 2) Pada Satker KIL (Aplikasi SAKTI): a) Sater membuat Surat Permohonan Pengajuan Perubahan Proporsi UP KKP dan Surat Pernyataan dari KPA secara manual (tidak melalui Aplikasi) dengan memperhatikan ketentuan dalam 196/PMK.05/2018. b) Surat Pernyataan dari KPA tersebut berisi pemyataan dan alasan Satker K/L dalam mengajukan Perubahan Proporsi UP KKP ke Kanwil DJPb. Misalkan, dengan alasan terbatasnya penyedia barang/jasa yang menerima pembayaran dengan KKP melalui mesin EDC yang dibuktikan dengan surat pemyataan dari KPA. ©) Surat Permohonan Penggjuan perubahan proporsi UP KKP dan Surat Peryataan tersebut selanjutnya ditandatangani oleh KPA untuk disampaikan kepada Kanwil DUP. @) Pengajuan perubatian proporsi UP KKP ke Kanwil DJPb mulai berlaku sejak tanggal Nota Ditias-ini-ditetapkan dengan tetap memperhatikan ketentuan dalam PMK Nomor 196/PMK.05/2018. b.3. Apabila Satker K/L tidak mengajukan perubahan proporsi UP KKP ke Kanwil DJPB maka tahapan selanjutnya yang dilakukan Satker adalah melakukan penyesuaian proporsi UP Satker K/L sesuai dengan PMK Nomor 196/PMK.05/2018, yaitu sebesar 60% UP Tunai dan 40% UP KKP. ¢. Persetujuan Perubahan Proporsi UP KKP Oleh Kanwil DJPb: 1) 2) 3 4) Atas dasar Surat Permohonan Pengajuan perubahan proporsi UP KKP dan Surat Pernyataan yang disampaika.:.. oleh KPA, Kepala Kanwil DJPb dapat memberikan persetujuan atas.perubahan proporsi UP KP. Persetujuan atas perubahan proporsi' UP KKP dapat berupa kenaikan atau Penurunan proporsi UP Kartu Kredit Pemerintah, Persetujuan atas kenaikan proporsi UP KKP diberikan dengan pertimbangan sebagai berikut a) Kebutuhan penggunaan UP KKP dalam 1 (satu) bulan, melampaui besaran UP KKP; atau b) _Frekuensi penggantian UP KKP tahun yang lalu lebih darirata-rata 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan dalam 1 (satu) tahun. Persetujuan atas penurunan proporsi UP KKP diberikan dengan pertimbangan sebagai berikut: @) Kebutuhan penggunaan:JP Tunai dalam 1 (satu) bulan, metampaui besaran UP Tunai; b)Frekuensi penggantian UP-Tunai tahun yang alu lebih dari rata-rata 1 (Satu) kali dalam 1 (satu) butan dalam 4 (satu) tahun; dan 5) c) Terbatasnya penyedia barang/jasa yang menerima pembayaran dengan KKP melalui mesin EDC yang dibuktikan dengan surat pernyataan dari KPA, Pemberian persetujuan atas perubahan proporsi UP KKP oleh Kanwil DJPb dilakukan secara manual dan mulai berlaku sejak tanggal Nota Dinas ini ditetapkan dengan tetap memperhatikan ketentuan dalam PMK Nomor 196/PMK.05/2018. d. Penyesuaian Proporsi UP Satker K/L, at. Bagi Satker K/L Yang Memenuhi Kriteria Wajib Menggunakan KKP dan Tidak Mengajukan/Memperoleh Persetujuan atas Perubahan Proporsi UP KKP dari Kanwil DJPb: Untuk penyesuaian proporsi UP Satker KIL di bulan Juli 2019, maka KPPN diminta segera menginformasikan kepada Satker K/L terkait hal-hal sebagai berikut: 1) Pemberian/penggunaan UP Satker K/L di bulan Juni 2019 masih 100% dalam bentuk tunai. Artinya, belum diberlakukan proporsi UP yang sesuai ketentuan dalam PMK Nomor 196/PMK.05/2018 (60% UP Tunai dan 40% UP KKP). 2) Di bulan Juli 2019, Satker K/L diminta untuk segera melakukan penihilan sebagian dari total UP Satker K/L yang telah disetujui selama ini oleh KPPN/Kanwil DUP. Yaitu, sebesar 40% dari total UP Satker K/L yang telah diperoleh/diterima selama ini 3) Penihilan sebagian UP tersebut sebagaimana dimaksud pada angka 2), dapat dilakukan dengan cara: a) Mempertanggungjawabkan UP yang telah menjadi kwitansi sebesar 40% dari total UP Satker K/L; b) Menyetorkan sisa dana UP yang terdapat di Kas Bendahara dan Rekening BankiPos ke Kas Negara sebesar 40% dari total UP Satker KIL; atau ¢) Kombinasi, melalui pertanggung jawaban kwitansi dan penyetoran sisa dana UP dengan total sebesar 40% dari total UP Satker K/L. 4) Adapun mekanisme/tata cara penihilan dari masing-masing pilhan diatas adalah sebagai berikut: a) Pertanggungjawaban kwitansi sebesar 40% dari total UP Satker KIL: (1) Pengajuan SPM-GUP Nihil sebagian atas pertanggungjawaban UP tahun anggaran 2019 ke KPPN sebesar 40% dari total besaran UP Satker K/L dilakukan paling lambat tanggal 19 Juli 2019. (2) Pada uraian SPM ditambahan frasa “Pengesahan sebagian atas pertanggungjawaban UP tahun anggaran 2019". (3) SP2D atas SPM-GUP Nihil tersebut diterbitkan paling lambat tanggal 23 Juli 2019. (4) Bagi Satker K/L yang wajib menggunakan KKP namun tidak/belum melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam angka (1), maka Revolving UP Tunai (SPM GUP Tunai) di bulan Agustus 2019 tidak dapat_diberikan, sampai dengan pengajuan SPM-GUP Nihil sebagian sebagaimana dimaksud dalam angka (1) diskukan/disampaikan ke KPPN. b) Menyetorkan sisa dana UP yang terdapat di Kas Bendahara dan Rekening BankiPos ke Kas Negara sebesar 40% dari total UP Satker KIL: (1) Bendahara Pengeluaran menyetorkan sisa dana UP Tahun Anggaran 2019 ke Kas Negara, yang berada pada kas bendahara dalam bentuk tunai maupun rekening bank/pos sebesar 40% dari total UP Satker K/L, paling lambat tanggal 19 Juli 2019, dengan ‘menggunakan akun pengembalian UP. (2) Bendahara Pengeluaran dapat melakukan pencocokan data dengan KPPN sebelum melaksanakan penyetoran, untuk -3- °) 3) (4) s) (6) oP mengetahui kebenaran sisa dana UP yang harus disetor paling lambat tanggal 19 Juli 2019 pada jam kerja. ‘Atas penyetoran sisa dana UP tersebut, Bendahara Pengeluaran menyampaikan fotokopi BPN yang disahkan oleh KPA ke KPPN. Berdasarkan fotokopi BPN yang diterima dari Bendahara Pengeluaran Satker tersebut, KPPN c.q. Seksi Pencairan Dana atau Seksi Pencairan Dana dan Manajemen Satker melakukan pencocokkan dengan data pada Seksi Bank, dengan ketentuan: ¥ Saldo UP Tunai pada kartu pengawasan UP/TUP Tunai harus sama dengan saldo kas Bendahara Pengeluaran pada neraca yaitu sebesar 60% dari besaran UP Satker dikecualikan untuk UP yang dibayarkan dengan valuta asing; dan Y Apabila terdapat perbedaan saldo UP Tunai, KPPN melakukan tindakan perbaikan sesuai ketentuan. Fotokopi BPN yang telah dilakukan pencocokkan_tersebut disampaikan kepada Seksi Verifikasi dan Akuntansi atau Seksi Verifikasi, Akuntansi, dan Kepatuhan Internal. Bagi Satker K/L yang wajib menggunakan KKP namun tidak/belum melaksanakan ketentuan sebagaimana_dimaksud dalam angka (1), maka Revolving UP Tunai (SPM GUP Tunai) di bulan Agustus 2019 tidak dapat diberikan, sampai dengan sisa UP sebagaimana dimaksud dalam angka (1) disetorkan ke Kas Negara. Kombinasi, melalui-pertanggungjawaban kwitansi dan penyetoran sisa dana UP dengan total sebesar 40% dari total UP Satker K/L: ay (2) (3) (4) (5) (6) (7 (8) Bendahara Pengeluaran menyetorkan sisa dana UP Tahun Anggaran 2019 ke Kas Negara, yang berada pada kas bendahara dalam bentuk tunai maupun rekening bank/pos. Misalnya, hanya terdapat sisa dana UP dimaksud sebesar 15% dari total UP Satker, maka akan disetorkan ke Kas Negara paling lambat tanggal 19 Juli 2019, dengan menggunakan akun pengembalian up. Bendahara Pengeluaran dapat melakukan pencocokan data dengan KPPN sebelum melaksanakan penyetoran, untuk mengetahui kebenaran sisa dana UP yang harus disetor paling lambat tanggal 19 Juli 2019 pada jam kerja ‘Atas penyetoramsisa dana UP tersebut, Bendahara Pengeluaran ‘menyampaikan fctokopi BPN yang disahkan oleh KPA ke KPPN. Selanjutnya, dikombinasikan dengan Pengajuan SPM-GUP Nihil sebagian atas pertanggungjawaban UP tahun anggaran 2019 ke KPPN, yaitu sisanya sebesar 25% dari besaran UP Satker dan pengajuannya dilakukan paling lambat tanggal 19 Juli 2019. Pada uraian SPM ditambahan frasa "Pengesahan sebagian atas pertanggungjawaban UP tahun anggaran 2019". SP2D atas SPM-GUP Nihil tersebut diterbitkan paling lambat tanggal 23 Juli 2019. ‘Sehingga total pertanggungjawaban kwitansi dan penyetoran sisa dana UP yang dilakukan oleh Satker K/L menjadi 40% dari total UP Satker KIl.. Atas fotokopi BPN yang diterima dari Bendahara Pengeluaran Satker tersebut, KPPN c.g. Seksi Pencairan Dana atau Seksi Pencairan Dana dan Manajemen Satker melakukan pencocokkan dengan data pada Seksi Bank, dengan ketentuan: Y Saldo UP Tunai pada kartu pengawasan UP/TUP Tunai harus sama dengan saido kas Bendahara Pengeluaran pada neraca yaitu sebesar 60% dari besaran UP Satker eae dikecualikan untuk UP yang dibayarkan dengan valuta asing; dan Y Apabila terdepat perbedaan saldo UP Tunai, KPPN melakukan tindakan perbaikan sesuai ketentuan. (9) Fotokopi BPN yang telah dilakukan pencocokkan tersebut disampaikan kepada Seksi Verifkasi dan Akuntansi atau Seksi Verifikasi, Akuntansi, dan Kepatuhan Internal. (10) Bagi Satker K/L yang wajib menggunakan KKP namun tidak/belum melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam angka (1) dan (4), maka Revolving UP Tunai (SPM GUP Tunai) di bulan Agustus 2019 tidak dapat_diberikan, sampai dengan kombinasi penyetoran sisa dana UP dan pengajuan SPM- GUP Nihil sebagian sebagaimana dimaksud dalam angka (1) dan (4) disetorkan ke Kas Negara /dilakukan/disampaikan ke KPPN. 5) Contoh: Satker K/L_memiliki besaran UP yang telah disetujui KPPN sebesar Rp500.000.000,-. dan Saker tersebut tidak mengajukan/memperoleh persetujuan atas perubahan proporsi UP KKP dari Kanwil DJPb. Sehingga, sesuai ketentuan dalam PMK Nomor 196/PMK.05/2018, maka di bulan Juli 2019: a) Proporsi UP Tunai Satker KIL tersebut menjadi sebesar 60% dari Fp500.000.000,- = Rp300.000.000,-; dan b) Proporsi UP KKP Satker K/L menjadi sebesar 40% dari Fp500.000.000,- = Rp200.000.000,- Oleh Karena itu, sesuai dengan ketentuan mekanismeftata cara penihilan sebagaimana dimaksud pada angka 3) maka paling lambat tanggal 19 Juli 2019, Satker K/L melakukan penyesuaian proporsi UP Satker K/L, dengan cara sebagai berikut: a) Melakukan penihilan sebagian UP sebesar 40% dari Rp500.000.001 = Rp200.000.000,-, dengan cara mempertanggungjawabkan kwitan: yang sudah ada/terkumpul dengan total Rp200.000.000,-; b) —Menyetorkan sisa dana UP yang terdapat di Kas Bendahara dan Rekening Bank/Pos ke Kas Negara sebesar 40% dari total UP Satker, yaitu sebesar Rp200.000.000,-; atau ©) Kombinasi, dengan cara (1) Menyetorkan sisa dana UP Tahun Anggaran 2019, Misalnya sebesar 15% dari total UP Satker ke Kas Negara; dan (2) Melakukan penihilan sebagian UP sebesar 25% dari total UP Satker dengan cara mengajukan SPM-GUP Nihil sebagian melalui pertanggung jawaban kwitansi sebesar 25% dari total UP Satker. Sehingga sisa dana UP yang disetorkan ke Kas Negara sebesar RP75.000.000,- (15% dari_Rp500.000.000,-) ditambah_penihilan sebagian UP sebesar Rp125.000.000,- (25% dari Rp500.000.000,-) ‘sehingga totalnya sebesar Rp200.000,000,-. 4.2. Bagi Satker K/L Yang Memenuhi Kriteria Wajib Menggunakan KKP dan telah Memperoleh Persetujuan atas Perubahan Proporsi UP KKP dari Kanwil DJPb: Untuk penyesuaian proporsi UP Satker K/L di bulan Juli 2019, maka KPPN diminta ‘segera menginformasikan kepada Satker untuk: 1) Pemberian/penggunaan UP Satker K/L di bulan Juni 2019 masih 100% dalam bentuk tunai. Artinya, belum diberlakukan proporsi UP yang sesuai ketentuan dalam PMK Nomor 196/PMK.05/2018 (60% UP Tunai dan 40% UP KKP). 2) Di bulan Juli 2019, Satker K/L diminta untuk segera melakukan penihilan sebagian dari total UP Satker K/L yang telah disetujui selama ini oleh eo 3 KPPN/kanwil DUPD. Yaitu, sebesar persentase besaran UP KKP yang telah disetujui olen Kanwil OJPb dikalikan dengan total UP Satker K/L yang telah diperolehiditerima selama ini Penihitan sebagian UP tersebut sebagaimana dimaksud pada angka 2), dapat dilakukan dengan cara’ a) Mempertanggungjawabkan UP yang telah menjadi kwitansi sebesar persentase besaran UP KKP yang telah disetujui oleh Kanwil DJPb dikalikan dengan total UP Satker K/L; b) Menyetorkan sisa dana UP yang terdapat di Kas Bendahara dan Rekening Bank/Pos ke Kas Negara sebesar persentase besaran UP KKP yang telah disetujui oleh Kanwil DJPb dikalikan dengan total UP Satker K/L; atau ¢) Kombinasi, melalui pertanggung jawaban kwitansi dan penyetoran sisa dana UP dengan total sebesar persentase besaran UP KKP yang telah disetujui oleh Kanwil DJPb dikalikan dengan total UP Satker KIL. ‘Adapun mekanismeltata cara penihilan dari masing-ma: adalah sebagai berikut: a) Pertanggungjawaban kwitansi sebesar persentase besaran UP KKP yang telah disetujui oleh Kanwil DJPb dikalikan dengan total UP Satker K/L: (1) Pengajuan SPM:GUP Nihil sebagian atas pertanggungjawaban UP tahun anggaran 2019 ke KPPN sebesar persentase besaran UP KKP yang telah disetujui oleh Kanwil DJPb dikalikan dengan total UP Satker K/L dilakukan paling lambat tanggal 19 Juli 2013. (2) Pada uraian SPM ditambahan frasa "Pengesahan sebagian atas pertanggungjawaban UP tahun anggaran 2019". (3) SP2D atas SPM-GUP Nihil tersebut diterbitkan paling lambat tanggal 23 Juli 2019. (4) Bagi Satker K/L yang wajib menggunakan KKP namun tidak/belum melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam angka (1), maka Revolving UP Tunai (SPM GUP Tunai) di bulan Agustus 2019 tidak dapat _diberikan, sampai dengan pengajuan SPM-GUP Nihil sebagian sebagaimana dimaksud dalam angka (1) diiakukan/disampaikan ke KPPN. b) Menyetorkan sisa dana UP yang terdapat di Kas Bendahara dan Rekening Bank/Pos ke Kas Negara sebesar persentase besaran UP KKP yang telah disetujui oleh Kanwil DJPb dikalikan dengan total UP Satker KIL: (1) Bendahara Pengeluaran menyetorkan sisa dana UP Tahun ‘Anggaran 2019 ke Kas Negara, yang berada pada kas bendahara dalam bentuk tunai_maupun rekening bank/pos _sebesar persentase besaran UP KKP yang telah disetujui oleh Kanwil DJPb dikalikan dengan total UP Satker K/L, paling lambat tanggal 19 Juli 2019, dengan menggunakan akun pengembalian up. (2) Bendahara Pengeluaran dapat melakukan pencocokan data dengan KPPN “sebeluin melaksanakan penyetoran, untuk mengetahui kebenaran sisa dana UP yang harus disetor paling lambat tanggal 19 Juli 2019 pada jam kerja (3) Atas penyetoran sisa dana UP tersebut, Bendahara Pengeluaran ‘menyampaikan fotokopi BPN yang disahkan oleh KPA ke KPPN. (4) Berdasarkan fotokopi BPN yang diterima dari Bendahara Pengeluaran Satker tersebut, KPPN c.q. Seksi Pencairan Dana atau Seksi Pencairan Dana dan Manajemen Satker melakukan Pencocokkan dengan data pada Seksi Bank, dengan ketentuan’ pilihan diatas Be °) (8) (6) wy ¥ Saldo UP Tunai pada kartu pengawasan UP/TUP Tunai harus sama dengan saldo kas Bendahara Pengeluaran pada neraca yaitu sebesar 60% dari besaran UP Satker dikecualikan untuk UP yang dibayarkan dengan valuta asing; dan Apabila terdapat perbedaan saldo UP Tunai, KPPN melakukan tindakan perbaikan sesuai ketentuan. Fotokopi BPN yang telah dilakukan pencocokkan tersebut disampaikan kepada Seksi Verifikasi dan Akuntansi atau Seksi Verifikasi, Akuntansi, dan Kepatuhan Internal. Bagi Satker K/L yang yang wajib menggunakan KKP namun tidak/belum melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam angka (1), maka Revolving UP Tunai (SPM GUP Tunai) di bulan Agustus 2019 tidak dapat diberikan, sampai dengan sisa UP sebagaimana dimaksud dalam angka (1) disetorkan ke Kas Negara, Kombinasi, melalui pertanggungjawaban kwitansi dan penyetoran sisa dana UP dengan total sebesar persentase besaran UP KKP yang telah disetujui oleh Kanwil DJPb dikalikan dengan total UP Satker K/L: ql) (2) (3) (4) 6) (6) (7 (8) Bendahara Pengeluaran menyetorkan sisa dana UP Tahun Anggaran 2019 ke Kas Negara, yang berada pada kas bendahara dalam bentuk tunai maupun rekening bank/pos. Misalnya, hanya terdapat sisa dana UP dimaksud sebesar sebagian dari persentase besaran UP KKP yang telah disetujui oleh Kanwil DJPb dikalikan dengan total UP Satker K/L, maka akan disetorkan ke Kas Negara paling lambat tanggal 19 Juli 2019, dengan menggunakan akun pengembalian UP. Bendahara Pengeluaran dapat melakukan pencocokan data dengan KPPN sebelum melaksanakan penyetoran, untuk mengetahui kebenaran sisa dana UP yang harus disetor paling lambat tanggal 19 Juli 2019 pada jam kerja. Atas penyetoran sisa dana UP tersebut, Bendahara Pengeluaran menyampaikan fotokopi BPN yang disahkan oleh KPA ke KPPN. Selanjutnya, dikombinasikan dengan Pengajuan SPM-GUP Nihil sebagian atas pertanggungjawaban UP tahun anggaran 2019 ke KPPN, yaitu sisanya sebagian lagi dari persentase besaran UP KKP yang telah disetujui Kanwil OJPb dikalikan dengan total UP Satker KIL, dilakukan paling lambat tanggal 19 Juli 2019, Pada uraian SPM ditambahan frasa "Pengesahan sebagian atas pertanggungjawaban UP tahun anggaran 2019", SP2D atas SPM-GUP Nihil tersebut diterbitkan paling lambat tanggal 23 Juli 2019, Sehingga total pertanggungjawaban kwitansi dan penyetoran sisa dana UP yang dilakukan Satker K/L menjadi sebesar persentase besaran UP KKP yang telah disetujui Kanwil DJPb dikalikan dengan total UP Satker KIL. Atas fotokopi BPN yang diterima dari Bendahara Pengeluaran Satker tersebut, KPPN c.g. Seksi Pencairan Dana atau Seksi Pencairan Dana dan Manajemen Satker melakukan pencocokkan dengan data pada Seksi Bank, dengan ketentuan: ¥ — Saldo UP Tunai pada kartu pengawasan UP/TUP Tunai harus sama dengan saldo kas Bendahara Pengeluaran pada neraca yaitu sebesar 60% dari besaran UP Satker dikecualikan untuk UP yang dibayarkan dengan valuta asing: dan ¥ — Apabila terdapat perbedaan saldo UP Tunai, KPPN melakukan tindakan perbaikan sesuai ketentuan. (9) Fotokopi BPN yang telah dilakukan pencocokkan_tersebut disampaikan kepada Seksi Verifikasi dan Akuntansi atau Seksi Verifikasi, Akuntansi, dan Kepatuhan Internal. (10) Bagi Satker K/L yang wajib menggunakan KKP namun tidak/belum metaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam angka (1) dan (4), maka Revolving UP Tunai (SPM GUP Tunai) UP Tunai di bulan Agustus 2019 tidak dapat diberikan, sampai dengan kombinasi penyetoran sisa dana UP dan pengajuan SPM-GUP Nihil sebagian sebagaimana dimaksud dalam angka (1) dan (4) disetorkan ke Kas Negaraldilakukan/disampaikan ke KPPN. 5) Contoh: Satker K/L_memiliki besaran UP yang telah disetujui KPPN sebesar Fp500.000.000,-. dan Saker tersebut telah memperoleh persetujuan atas perubahan proporsi UP KKP dari Kanwil DJPb, yang semula proporsi UP Tunai sebesar 60% dan UP KKP sebesar 40% menjadi proporsi UP Tunai sebesar 70% dan UP KKP sebesar 30%. Sehingga, sesuai ketentuan dalam PMK Nomor 196/PMK.05/2018, maka di bulan Juli 2019: a) Proporsi UP Tunai Satker K/L sebesar 70% dari Rp500.000.000,- = Rp360.000.000,-; dan b) —Proporsi UP Kartu Kredit Pemerintah Satker K/L sebesar 30% dari Fp500.000.000,- = Rp150.000.000,.. Oleh karena itu, sesuai dengan ketentuan mekanisme/tata cara penihilan sebagaimana dimaksud pada angka 3) maka paling lambat tanggal 19 Juli 2019, Satker K/L melakukan penyesuaian proporsi UP Satker K/L, dengan cara sebagai berikut a) Melakukan peninilan sebagian UP sebesar 30% dari Rp500.000.000,- = Rp150.000.000,-, dengan cara mempertanggungjawabkan kwitansi yang sudah ada/terkumpul dengan total Rp150.000.000,-; b) Menyetorkan sisa dana UP yang terdapat di Kas Bendahara dan Rekening Bank/Pos ke Kas Negara sebesar 30% dari total UP Satker, yaitu sebesar Rp150.000.000,-; atau ©) Kombinasi, dengan cara (1) Menyetorkan sisa dana UP Tahun Anggaran 2019, Misalnya sebesar 15% dari total UP Satker ke Kas Negara; dan (2) Melakukan penihilan sebagian UP sebesar 15% dari total UP Satker dengan cara mengajuan SPM-GUP Nihil sebagian melalui melalui pertanggung jawaban kwitansi sebesar 15% dari total UP Satker. Sehingga sisa dana UP Yang disetorkan ke Kas Negara sebesar RP75.000.000,- (15% dari Rp500.000.000,-) ditambah _penihilan sebagian UP sebesar Rp75.000.000,- (15% dari Rp500.000.000,-) sehingga totalnya sebesar Rp150.000.000, @. Permohonan Persetujuan Besaran UP KKP ke KPPN 1) Setelah dilakukan penyesuaian Proporsi UP Satker K/L sebagaimana dijelaskan pada angka 1 Huruf d, Satker K/L menyampaikan Surat Permohonan Persetujuan Besaran UP KKP dilampiri dengan Surat Pernyataan UP dari KPA dan Surat Persetujuan Proporsi UP KKP dari Kanwil DJPb (apabila ada). 2) Tata Cara Pengajuan Permohonan Persetujuan Besaran UP KKP ke KPPN bagi Satker K/L yang Memenuhi Kriteria Wajib Menggunakan KKP adalah sebagai berikut: -8- 3 a) b) Pada Satker KIL (Aplikasi SAS): (1) Satker menggunakan modul PPSPM Aplikasi SAS Versi 19.0.6 pada menu “Lainnya’, submenu ‘Kartu Kredit Pemerintah’, dan sub-sub menu “Permohonan Persetyjuan ke KPPN" untuk membuat Surat Permohonan Persetujuan Besaran UP KKP dan Surat Pernyataan UP dari KPA serta untuk menginputimemasukkan_nomor dan tanggal Surat Persetujuan Proporsi UP KKP dari Kanwil DJPb (apabila ada) (2) Surat Pernyataan UP dari KPA tersebut berisi uraian dan penjelasan UP Satker K/L yang telah disesuaikan dengan format yang telah ditetapkan dalam PMK Nomor 196/PMK.05/2018. (3) Selanjutnya Surat Permohonan Persetujuan Besaran UP KKP dan Surat Pernyataan UP dari KPA tersebut dicetak dan ditandatangani oleh KPA dilampiri Surat Persetujuan Proporsi UP KKP dari Kanwil DJPb (apabila ada) beserta ADK yang dihasilkan dari Aplikasi SAS untuk disampaikan kepada KPPN. (4) Petunjuk — Penggunaan/Manual —_Book/Tutorial yang lebih lengkap/komprehensif terkait Tata Cara Pengajuan Permohonan Persetujuan Besaran UP KKP ke KPPN dapat dilihat pada Petunjuk Penggunaan KKP Aplikasi SAS 2019 Versi 19.0.6 sebagaimana tercantum pada Lampiran Il Nota Dinas Direktur Jenderal Perbendaharaan ini (8) _Pengajuan Permohonan Persetujuan Besaran UP KKP ke KPPN mulai berlaku sejak tanggal Nota Dinas ini ditetapkan dengan tetap memperhatikan ketentuan dalam PMK Nomor 196/PMK.05/2018. Pada Satker KIL (Aplikasi SAKTI): (1) Satker membuat Surat Permohonan Persetujuan Besaran UP KKP dan Surat Pernyataan UP dari KPA secara manual (tidak melalui Aplikasi) dengan memperhatikan ketentuan dalam PMK Nomor 196/PMK.05/2018, (2) Surat Pernyataan UP dari KPA tersebut dibuat sesuai dengan format tercantum dalam Lampiran huruf A yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari PMK Nomor 196/PMK.05/2018. (3) Selanjutnya, Surat permohonan Perubahan Persetujuan Besaran UP KKP dilampiri dengan Surat Pemyataan UP dari KPA dan surat persetujuan proporsi UP Kartu Kredit Pemerintah dari Kanwil OJPb (apabila ada) disampaikan ke KPPN untuk mendapatkan persetujuan/penetapan. (4) Pengajuan Permohonan Persetujuan Besaran UP KKP ke KPPN mulai berlaku sejak tanggal Nota Dinas ini ditetapkan dengan tetap memperhatikan ketentuan dalam PMK Nomor 196/PMK.05/2018. ‘Tata Cara Pengajuan Permohonan Persetujuan Besaran UP KKP ke KPPN bagi Satker K/L yang dikecualikan dalam Pembayaran dan Penggunaan KP adalah ‘sebagai berikut a) ») Sesuai dengan ketentuan dalam PMK Nomor 196/PMK.05/2018, Satker K/L tersebut memenuhi kriteria (1) Tidak terdapat penyedia barangijasa yang dapat menerima pembayaran dengan Kartu Kredit Pemerintah melalui mesin Electronic Data Capture (EDC) yang dibuktikan dengan surat pernyataan dari KPA; dan (2) Memiliki pagu jenis belanja Satker yang dapat dibayarkan melalui UP sampai dengan Rp2.400.000.000,00 (dua miliar empat ratus juta rupiah). Pada Satker KIL (Aplikasi SAS): (1) Satker menggunakan modul PPSPM Aplikasi SAS Versi 19.0.6 pada menu “Lainnya’, submenu "Kartu Kredit Pemerintah’, dan sub-sub menu “Permohonan Persetujuan ke KPPN" untuk membuat Surat -9- Permohonan Persetujuan Besaran UP KKP dan Surat Pemnyataan dari KPA, (2) Surat Pernyataan dari KPA tersebut berisi pemyataan dan alasan ‘Satker K/L untuk tidak menggunakan/dikecualikan dalam Pembayaran dan Penggunaan KKP. Misalnya: ‘+ Tidak terdapat penyedia barang/jasa yang dapat menerima pembayaran dengan KKP melalui mesin EDC; atau + Meskipun terdapat penyedia barang/jasa yang dapat menerima pembayaran dengan KKP melalui mesin EOC, namun dengan mempertimbangkan faktor efisiensi, efektifitas, dan besaran UP Satker K/L yang nilainya yang tidak signifikan maka Satker K/L mengajukan pengecualian (3) Selanjutnya Surat Permohonan Persetujuan Besaran UP KKP dan Surat Pernyataan dari KPA tersebut dicetak dan ditandatangani oleh KPA beserta ADK yang dihasikan dari Aplikasi SAS untuk disampaikan kepada KPPN (4) Petunjuk Teknis/Manual Book! Tutorial yang lebih lengkap/komprehensi terkait Tata Cara Pengajuan Permohonan Persetujuan Besaran UP KKP ke KPPN dapat dilhat pada Petunjuk Penggunaan KKP Aplikasi SAS 2019 Versi 19.0.6 sebagaimana tercantum pada Lampiran II Nota Dinas Direktur Jenderal Perbendaharaan ini (8) Pengajuan Permohonan Persetujuan Besaran UP KKP ke KPPN mulai berlaku sejak tanggal Nota Dinas ini ditetapkan dengan tetap memperhatikan ketentuan dalam PMK Nomor 196/PMK.05/2018. ©) Pada Satker K/L (Aplikasi SAKTI): (1) Satker membuat Surat Permohonan Persetujuan Besaran UP KKP dan Surat Pernyataan UP dari KPA secara manual (tidak melalui Aplikasi) dengan memperhatikan ketentuan dalam PMK Nomor 196/PMK.05/2018. (2) Surat Pernyataan UP dari KPA tersebut dibuat sesuai dengan format tercantum dalam Lampiran huruf A yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari PK Nomor 196/PMK.05/2018. (3) Selanjutnya, Surat permohonan Perubahan Persetujuan Besaran UP KKP dilampiri dengan Surat Pernyataan UP dari KPA dan surat persetujuan proporsi UP Kartu Kredit Pemerintah dari Kanwil DJPb (apabila ada) disampaikan ke KPPN untuk —mendapatkan persetujuan/penetapan. (4) Pengajuan Permohonan Persetujuan Besaran UP KKP ke KPPN mulai berlaku sejak tanggal Nota Dinas Dirjen Perbendaharaan ini ditetapkan dengan tetap memperhatikan ketentuan dalam PMK Nomor 196/PMK.05/2018. Persetujuan Besaran UP KKP oleh KPPN: 1) 2) 3) ‘Atas dasar Surat Permohonan Persetujuan Besaran UP KKP, Surat Pernyataan UP/Surat Pernyataan dari KPA, dan Surat Persetujuan Proporsi UP KKP dari Kanwil DJPb (apabila ada) beserta ADK yang dihasilkan dari Aplikasi SAS yang disampaikan oleh Satker K/L, KPPN melakukan penelitian besaran/proporsi UP KKP. Dalam hal besaran/proporsi UP KKP telah memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam PMK Nomor 196/PMK.05/2018, KPPN menerbitkan Surat Persetujuan Besaran UP KKP Satker K/L. Tata Cara Penerbitan Surat Persetujuan Besaran UP KKP oleh KPPN adalah sebagai berikut: -10- a) Untuk Satker K/L pengguna Aplikasi SAS: (1) KPPN selaku Kuasa BUN terlebih dahulu mengunduh/mendownload dan install Aplikasi Konversi 2019 Versi 1.0.79; (2) Selanjutnya KPPN menggunakan menu “Kartu Kredit Pemerintah” yang digunakan untuk = pengawasan dan _penerbitan Persetujuan/Penolakan Besaran UP/TUP KKP. (3) Data Persetujuan UP/TUP KKP yang telah dihasilkan oleh Aplikasi Konversi selanjutnya akan digunakaniditayangkan dalam Aplikasi OM SPAN. (4) Petunjuk Teknis/Manua! Book/Tutorial yang lebih lengkap/komprehensif terkait Tata Cara Penerbitan Surat Persetujuan Besaran UP KKP oleh KPPN dapat dilihat pada Petunjuk Penggunaan KKP Aplikasi Konve 2019 Versi 1.0.79 sebagaimana tercantum pada Lampiran Il Nota Dinas Direktur Jenderal Perbendaharaan ini. (5) Penerbitan Surat Persetujuan Besaran UP KKP oleh KPPN mulai berlaku sejak tanggal Nota Dinas ini ditetapkan dengan tetap memperhatikan ketentuan dalam PMK Nomor 196/PMK.05/2018. b) Untuk Satker K/L Pengguna Aplikasi SAKTI: (1) KPPN membuat Surat Persetujuan Besaran UP KKP secara manual (tidak melalui Aplikasi) dengan memperhatikan ketentuan dalam PMK Nomor 196/PMK.05/2018. (2) Surat Persetujuan Besaran UP KKP tersebut dibuat sesuai dengan format tercantum dalam Lampiran huruf B yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari PMK Nomor 196/PMK.05/2018. (3) Penerbitan Surat Perselujuan Besaran UP KKP oleh KPPN mulai berlaku sejak tanggal Nota Dinas a.n. Dirjen Perbendaharaan ini ditetapkan dengan tetap memperhatikan ketentuan dalam PMK Nomor 196/PMK.05/2018. g. Permohonan Persetujuan TUP KKP ke KPPN: 1) 2 3) KPA dapat mengajukan TUP KKP untuk membiayai kegiatan yang sifatnya mendesak, tidak dapat ditunda, dan/atau tidak dapat dilakukan Pembayaran LS. Pengajuan TUP KKP dilakukan dengan menyampaikan permohonan persetujuan TUP KKP kepada Kepala KPPN disertai a) Rencana nilai batasan belanja (limit) TUP Kartu Kredit Pemerintah; b) Rincian rencana pengeluaran yang akan dibiayai dengan TUP Kartu Kredit Pemerintah yang ditandatangani oleh KPA dan BP/BPP; dan c) Rencana periode penggunaan batasan belanja (limil) TUP Kartu Kredit Pemerintah (mulai-berakhir). Tata Cara Pengajuan Permohonan Persetujuan TUP KKP ke KPPN bagi Satker K/L yang Memenuhi Kriteria Wajib Menggunakan KKP adalah sebagai berikut: a) Pada Satker KIL (Aplikasi SAS): (1) Satker menggunakan modul PPSPM Aplikasi SAS Versi 19.0.6 pada menu ‘Lainnya", submenu “Kartu Kredit Pemerintah", dan sub-sub menu “Permohonan TUP ke KPPN" untuk membuat Surat Permohonan Persetujuan TUP KKP dan Surat Pernyataan dari KPA. (2) Surat Pemyataan UP dari KPA tersebut berisi pemyataan dan penjelasan TUP Satker K/L yang telah disesuaikan dengan format yang telah ditetapkan dalam PMK Nomor 196/PMK.05/2018, (3) Selanjutnya, Surat Permohonan Persetujuan TUP KKP, Surat Pemyataan dari KPA, beserta lampiran surat tersebut dicetak dan ditandatangani oleh KPA beserta ADK yang dinasilkan dari Aplikasi SAS untuk disampaikan kepada KPPN.

You might also like