Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Farchatul Aola
1005822
2016
PENGARUH AKTIVITAS FINGER PAINTING TERHADAP
PENINGKATAN KEMAMPUAN KONSENTRASI ANAK ADHD
(ATTENTION DEFICIT HIPERACTIVITY DISORDER)
(Penelitian Single Subject Research terhadap Anak ADHD di SDN 2 Lembang)
ABSTRAK
Anak ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah anak yang memperlihatkan ciri atau
gejala kurang konsentrasi, hiperaktif, dan implusif yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan
sebagian besar aktivitas kehidupannya. Ciri-ciri utama ADHD (Attention Deficit Hyperactivity
Disorder) adalah rentang perhatian yang kurang, inplusivitas yang berlebihan, dan adanya
hiperaktivitas. Konsentrasi sangat dibutuhkan untuk menunjang proses pembelajaran. Untuk
membantu meningkatkan kemampuan konsentrasi anak ADHD (Attention Deficit Hyperactivity
Disorder), dibutuhkan suatu kegiatan yang dapat membantu meningkatkan kemampuan
konsentrasi. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan kegiatan melukis dengan jari sebagai bentuk
intervensi. Finger painting adalah aktivitas melukis menggunakan jari secara langsung di atas
permukaan bidang gambar dengan menggunakan bahan adonan melukis yang dapat dibuat sendiri.
Salah satu manfaat kegiatan melukis dengan jari adalah dapat melatih konsentrasi. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan Single Subject
Research (SSR), dengan desain penelitian A-B-A, yang memiliki tiga fase yaitu Baseline-1 (A-1),
intervensi (B), Baseline-2 (A-2). Data yang terkumpul diolah dengan menggunakan statistik
deskriptif. Penelitian dilakukan pada siswa ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) yang
bersekolah di SDN 2 Lembang. Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pengolahan data, maka
diketahui secara keseluruhan setelah diberi intervensi berupa kegiatan melukis dengan jari
memperlihatkan adanya peningkatan terhadap kemampuan konsentrasi pada anak ADHD
(Attention Deficit Hyperactivity Disorder). Mean level subjek AYS pada kemampuan konsentrasi
mengalami peningkatan dari 30 menjadi 39 saat fase intervensi. Peningkatan tersebut menandakan
adanya pengaruh dari intervensi yang diberikan yaitu kegiatan melukis dengan jari.
PENDAHULUAN
diajak bicara, sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan tugas,
sering sulit mengatur kegiatan maupun tugas, sering mudah beralih perhatian oleh
rangsang dari luar, sering lupa dalam mengerjakan kegiatan sehari-hari.
Kondisi siswa yang demikian, membuat guru sangat susah mengatur dan
mendidiknya. Disamping karena perilaku anak yang sulit bersikap tenang, juga
karena anak ADHD sering mengganggu teman, dan mengalami kesulitan dalam
4
METODE PENELITIAN
Seperti yang dikemukakan oleh Sunanto, Jet al. (2006, hlm.41) bahwa
“Pada desain subjek tunggal pengukuran variabel terikat atau perilaku sasaran
(target behaviour) dilakukan berulang-ulang dalam waktu tertentu”.
100
90
80
presentase (%) 70
60 A1 B A2
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
sesi
Desain A-B-A memiliki tiga tahap, yaitu: baseline-1 (A1), intervensi (B),
dan juga baseline-2 (A2). Dalam penelitian ini baseline-1 (A1) adalah kondisi
awal anak dalam kemampuan konsentrasi sebelum diberikan perlakuan atau
intervensi. Pengukuran pada fase baseline-1 (A1) dilakukan sebanyak empat sesi,
dengan durasi yang disesuaikan dengan kebutuhan.
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah aktivitas finger
painting (melukis dengan jari) dan yang menjadi variabel terikat adalah
kemampuan konsentrasi.
Satuan ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah durasi, yang
berguna untuk mengukur sejauh mana perkembangan kemampuan anak sebelum
dan setelah dilakukan intervensi.
7
1. Baseline – 1 (A-1)
Pada fase ini, pengukuran dilakukan sebanyak empat sesi, dimana setiap
sesi dilakukan pada hari yang berbeda, adalah sebagai berikut :
a. Pertama, mengkondisikan siswa dalam kondisi dan situasi yang
memungkinkan untuk dilakukan tes. Agar siswa lebih berkonsentrasi
dan dalam keadaan yang nyaman
b. Kedua, melakukan tes kinerja/perbuatan dengan memberikan instrumen
berupa tugas mewarnai gambar.
c. Mengamati siswa saat melakukan tes mewarnai gambar.
d. Setelah tes dilakukan, selanjutnya peneliti memasukkan data yang
diperoleh kedalam format pencatatan data.
8
2. Intervensi (B)
Pada tahap intervensi ini, dilakukan melalui aktivitas finger painting
(melukis dengan jari). Dalam melakukan intervensi, fase yang dilakukan sebanyak
delapan sesi. Adapun langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Peneliti mengkondisikan anak, agar anak siapmenerima materi
intervensi dari peneliti. Setelah anak dirasa siap, peneliti memberikan
langkah-langkah dalam melukis dengan jari.
b. Peneliti memberikan arahan kepada anak dalam melakukan kegiatan
melukis dengan jari. Kemudian peneliti menyiapkan alat dan bahan
yang akan digunakan untuk melukis dengan jari.
c. Anak melakukan kegiatan melukis dengan jari sesuai arahan dari
peneliti.
d. Setelah selesai melaksanakan intervensi, kemudian anak diberikan tes
berupa mewarnai gambar.
3. Baseline – 2 (A2)
Peneliti memberikan tes kinerja/perbuatan kembali kepada subjek, yaitu
berupa tes mewarnai gambar. Pada tahap ini dilakukan sebanyak empat sesi sama
seperti pada sesi baseline – 1. Dengan menggunakan format tes melalui prosedur
yang sama, diharapkan dapat ditarik kesimpulan dari hasil keseluruhan penelitian
yang telah dilakukan.
Tabel 4.1
Data kemampuan konsentrasi fase baseline – 1 (A-1)
Grafik 4.1
Kondisi kemampuan konsentrasi fase baseline – 1 (A1)
33
32
31
30
Durasi
29
(detik)
28
27
26
sesi 1 sesi 2 sesi 3 sesi 4
Dari tabel 4.1 dan grafik 4.1 di atas, maka dapat diperoleh informasi hasil
pengamatan penelitian terhadap kemampuan konsentrasi pada subjek AYS yang
dilakukan sebanyak empat sesi. Pada fase ini, kemampuan konsentrasi subjek
paling lama adalah 32 detik yaitu pada sesi ke-4.
6 15.35.00 15.35.42 42
7 15.35.00 15.35.45 45
8 15.36.00 15.36.49 48
Grafik 4.2
Kondisi kemampuan konsentrasi fase intervensi (B)
60
50
40
Durasi 30
(detik)
20
10
0
sesi 1 sesi 2 sesi 3 sesi 4 sesi 5 sesi 6 sesi 7 sesi 8
Dari tabel 4.2 dan grafik 4.2 di atas, maka dapat diperoleh informasi hasil
pengamatan penelitian terhadap kemampuan konsentrasi pada subjek AYS yang
dilakukan sebanyak delapan sesi. Pada fase ini, kemampuan konsentrasi subjek
paling lama adalah 48 detik yaitu pada sesi ke-8.
Grafik 4.3
Kondisi kemampuan konsentrasi fase baseline – 2 (A-2)
70
60
50
40
Durasi
30
(detik)
20
10
0
sesi 1 sesi 2 sesi 3 sesi 4
Dari tabel 4.3 dan grafik 4.3 di atas, maka dapat diperoleh informasi hasil
pengamatan penelitian terhadap kemampuan konsentrasi pada subjek AYS yang
dilakukan sebanyak empat sesi. Pada fase ini, kemampuan konsentrasi subjek
paling lama adalah 59 detik yaitu pada sesi ke-4.
Tabel 4.10 Rangkuman hasil analisis visual dalam kondisi subjek AYS
arah
Kecenderungan Stabil Stabil Stabil
stabilitas (100%) (100%) (100%)
Jejak data
Perubahan level 32 – 28 48 - 33 59 - 49
(+4) (+15) (+10)
Komponen analisis antar kondisi antara lain meliputi : jumlah variabel yang
diubah, perubahan kecenderungan arah dan efeknya, perubahan kecenderungan
stabilitas, perubahan level, dan presentase overlap. Berikut adalah penjelasan
analisis antar kondisi. Untuk memperjelas analisis visual antar kondisi dari hasil
penelitian yang telah dilakukan, maka seluruh analisis tersebut dirangkum dalam
sebuah tabel sebagai berikut :
Tabel 4.16
1) Jumlah variabel yang akan diubah adalah satu, yaitu kondisi baseline –
1 (A-1) ke intervensi (B).
2) Perubahan kecenderungan arah antar kondisi baseline – 1 (A-1) ke
intervensi (B) adalah menurun ke meningkat setelah diberikan
intervensi. Hal ini berarti kemampuan konsentrasi subjek AYS
meningkat setelah diberikan intervensi berupa kativitas finger painting
(melukis dengan jari). Pada kondisi intervensi (B) ke baseline -2 (A-2)
yaitu meningkat ke meningkat, artinya kondisi konsentrasi subjek AYS
meningkat.
3) Perubahan kecenderungan stabilitas antara baseline – 1 (A-1) ke
intervensi (B) dan intervensi (B) ke baseline – 2 (A-2) adalah stabil ke
stabil.
4) Kemampuan konsentrasi subjek AYS pada kondisi baseline – 1 (A-1)
ke intervensi (B) mengalami peningkatan sebanyak 1 detik. Pada sesi
intervensi (B) ke baseline – 2 (A-2) mengalami peningkatan sebanyak 1
detik.
5) Data yang tumpang tindih pada baseline – 1 (A-1) ke intervensi (B)
yaitu 0%, dan data yang tumpang tindih pada intervensi (B) ke baseline
– 2 (A-2) yaitu 50%. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian intervensi
berupa aktivitas finger painting (melukis dengan jari) berpengaruh
terhadap target behavior, dengan kata lain aktivitas finger painting
dapat meningkatkan kemampuan konsentrasi subjek AYS.
60
40
20
0
A-1 B A-2
16
DAFTAR PUSTAKA
Sunanto, J dkk. (2006). Penelitian Dengan Subjek Tunggal. Bandung : UPI Press.
17