You are on page 1of 14

‫‪MUKADDIMAH KHUTBAH JUM’AT‬‬

‫‪Teks Pengantar Khotbah‬‬

‫غففهرهه‪ُ،‬‬ ‫ستت غ‬ ‫ون ت غ‬ ‫ه ُ ت‬ ‫عغيهن ه‬ ‫ستت ف‬ ‫ون ت غ‬ ‫مهدهه ُ ت‬ ‫ح ت‬ ‫ه ُتنـَ غ‬ ‫متد ُلفل ل ف‬ ‫ح غ‬ ‫ن ُالـَ ت‬ ‫إ ن‬
‫ت‬
‫س في لتئاَ ف‬ ‫ن ُ ت‬ ‫م غ‬ ‫و ف‬ ‫ستناَ ُ ت‬ ‫شهروفر ُأتغنهف ف‬ ‫ن ُ ه‬ ‫م غ‬ ‫ل ُ ف‬ ‫عوُهذ ُفباَ ف‬ ‫ونت ه‬ ‫ت‬
‫ل‬
‫ضلف غ‬ ‫ن ُهي غ‬ ‫م غ‬ ‫و ت‬ ‫ه‪ ُ ُ،‬ت‬ ‫ل ُلت ه‬ ‫ض ن‬ ‫م ف‬ ‫فتل ُ ه‬ ‫ا ُ ت‬ ‫دفه ُ ه‬ ‫ن ُيتغه ف‬ ‫م غ‬ ‫ماَلفتناَ‪ ُ ُ،‬ت‬ ‫ع ت‬ ‫أت غ‬
‫حتدهه ُتل‬ ‫و غ‬ ‫ل ُا ُ ت‬ ‫ه ُإف ن‬ ‫ل ُإفلت ت‬ ‫ههد ُتأن ُ ن‬ ‫ش ت‬ ‫وأ ت غ‬ ‫ه‪ ُ ُ،‬ت‬ ‫ي ُلت ه‬ ‫هاَفد ت‬ ‫فتل ُ ت‬ ‫ت‬
‫سوُهله‬ ‫وتر ه‬ ‫عغبهدهه ُ ت‬ ‫مداا ُ ت‬ ‫ح ن‬ ‫مـَ ت‬ ‫ن ُ ه‬ ‫ههد ُأت ن‬ ‫ش ت‬ ‫وأ ت غ‬ ‫ه ُ ت‬ ‫ك ُلت ه‬ ‫رغي ت‬ ‫ش ف‬ ‫‪ .‬ت‬
‫وتل‬ ‫ه ُ ت‬ ‫قاَتف ف‬ ‫ق ُهت ت‬ ‫ح ن‬ ‫ه ُ ت‬ ‫مهنوُا ُات نهقوُا ُالل ن ت‬ ‫ن ُآ ت‬ ‫ذي ت‬ ‫هاَ ُال ن ف‬ ‫تياَ ُأتيي ت‬
‫موُ ت‬
‫ن‬ ‫سفل ه‬ ‫م غ‬ ‫م ُ ه‬ ‫وأتغنهت غ‬ ‫ن ُإفنل ُ ت‬ ‫موُهت ن‬ ‫تت ه‬
‫ن ُنتغف س‬
‫س‬ ‫م غ‬ ‫م ُ ف‬ ‫ك غ‬ ‫ق ه‬ ‫خل ت ت‬ ‫ذي ُ ت‬ ‫م ُال ن ف‬ ‫ك ه‬ ‫س ُات نهقوُا ُتربن ه‬ ‫هاَ ُالنناَ ه‬ ‫تياَ ُأتيي ت‬
‫جاَال‬ ‫ماَ ُفر ت‬ ‫مغنهه ت‬ ‫ث ُ ف‬ ‫وبت ن‬ ‫هاَ ُ ت‬ ‫ج ت‬ ‫هاَ ُتزغو ت‬ ‫مغن ت‬ ‫ق ُ ف‬ ‫خل ت ت‬ ‫و ت‬ ‫حتدسة ُ ت‬ ‫وا ف‬ ‫ت‬
‫ه‬‫ن ُبف ف‬ ‫ساَتءهلوُ ت‬ ‫ذي ُتت ت‬ ‫ه ُال ن ف‬ ‫وات نهقوُا ُالل ن ت‬ ‫ساَاء ُ ت‬ ‫ون ف ت‬ ‫كفثيارا ُ ت‬ ‫ت‬
‫قياباَ‬ ‫م ُتر ف‬ ‫ك غ‬ ‫علتغي ه‬ ‫ن ُ ت‬ ‫كاَ ت‬ ‫ه ُ ت‬ ‫ن ُالل ن ت‬ ‫م ُإف ن‬ ‫حاَ ت‬ ‫واغل تغر ت‬ ‫ت‬
‫ديادا‬ ‫س ف‬ ‫قغوُال ُ ت‬ ‫وهقوُهلوُا ُ ت‬ ‫ه ُ ت‬ ‫مهنوُا ُات نهقوُا ُالل ن ت‬ ‫ن ُآ ت‬ ‫ذي ت‬ ‫هاَ ُال ن ف‬ ‫تياَ ُأتيي ت‬
‫ن‬
‫م غ‬ ‫و ت‬ ‫م ُ ت‬ ‫ك غ‬ ‫م ُهذهنوُبت ه‬ ‫ك غ‬ ‫غففغر ُلت ه‬ ‫وي ت غ‬ ‫م ُ ت‬ ‫ك غ‬ ‫ماَلت ه‬ ‫ع ت‬ ‫م ُأت غ‬ ‫ك غ‬ ‫ح ُلت ه‬ ‫صلف غ‬ ‫هي غ‬
‫عهد‬‫ماَ ُبت غ‬ ‫ماَ ُ ُأت ن‬ ‫ظي ا‬ ‫ع ف‬ ‫فغوُازا ُ ت‬ ‫فاَتز ُ ت‬ ‫قغد ُ ت‬ ‫ف ت‬ ‫ه ُ ت‬ ‫سوُلت ه‬ ‫وتر ه‬ ‫ه ُ ت‬ ‫ع ُالل ن ت‬ ‫ط ف‬ ‫هي ف‬
‫‪Status Riwayat‬‬
Pengantar khotbah di atas diriwayatkan dari enam sahabat. Mereka adalah: Ibnu
Mas’ud, Abu Musa Al-Asy’ari, Abdullah bin Abbas, Jabir bin Abdillah, Nubaith bin
Syarith, dan Aisyah radhiallahu ‘anhum.

Dalam hal ini, kami hanya menyebutkan riwayat Ibnu Mas’ud.

:ُ ‫عن ُأبي ُعبيدة ُبن ُعبد ُا ُعن ُأبيه ُقاَل‬


‫طبت ت‬
‫ة‬ ‫خ غ‬ ‫سل ن ت‬
‫م ُ ه‬ ‫و ت‬ ‫عتلي ف‬
‫ه ُ ت‬ ‫ا ُ ت‬‫صنلىَّ ُ ه‬ ‫ا ُ ت‬‫ل ُ ف‬ ‫سوُ ه‬ ‫عل ن ت‬
‫متناَ ُتر ه‬ ‫ت‬
‫مهد‬‫ح غ‬‫ن ُاغل ت‬
‫ ُإ ن‬:ُ [ُ ‫رفه‬ ‫و ت‬
‫غغي ف‬ ‫ح ُ ت‬ ‫ي ُال فنل ت‬
‫كاَ ف‬ ‫ة ُ] ُفف غ‬
‫ج ف‬
‫حاَ ت‬ ‫اغل ت‬
‫الخ‬.ِ…‫ه‬ ‫لفل ل ف‬
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu, beliau mengatakan, “Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam mengajari kami khutbatul hajah … –sebagaimana lafal di atas–
….” (H.r. Abu Daud, An-Nasa’i, Al-Hakim, Daud Ath-Thayalisi, Imam Ahmad, dan
Abu Ya ‘la; dinilai sahih oleh Syekh Al-Albani)

Keterangan Umum

Pengantar khotbah di atas disebut sebagai “khutbatul hajah“. Ada yang


mengatakan bahwa yang dimaksud dengan “hajah” pada hadis ini adalah ‘akad
nikah’, karena pada acara inilah, umumnya seseorang membaca khutbatul hajah,
yang umumnya tidak dibaca pada kesempatan yang lain.

Hanya saja, yang zahir, hadis ini bersifat umum untuk semua hajat dan kepentingan,
baik kepentingan akad nikah maupun lainnya. Karena itu, selayaknya seseorang
menggunakan pengantar khotbah ini untuk menyampaikan kepentingannya dan
semua rencana hidupnya. Demikian keterangan dari Imam Muhammad As-Sindi
dalam Hasyiyah (catatan kaki) untuk Sunan Nasa’i, 3:105.

Setelah mengutip pendapat di atas, Syekh Al-Albani memberi komentar,


“Pemaknaan ini (‘hajah’ dimaknai dengan ‘nikah’) adalah pemaknaan yang lemah,
bahkan keliru, karena adanya riwayat yang sahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallampernah menyampaikannya selain
saat akad nikah.” (Khutbatul Hajah, hlm. 31)

Kapan Khotbah ini Diucapkan?

Hadis di atas menunjukkan bahwa pengantar khotbah ini diucapkan ketika ada hajat
dan kebutuhan yang hendak disampaikan. Di antaranya adalah ketika hendak
melakukan akad nikah atau menyampaikan khotbah jumat. Terdapat keterangan
lain, sebagaimana disebutkan dalam riwayat berikut,

‫في‬ ‫ذفه ُ ف‬ ‫ ُ ت‬:ُ ‫حاَق‬


‫ه ف‬ ‫ت ُفل تفبـَي ُفإس ت‬‫ ُهقغل ه‬:ُ ‫عتبة‬ ‫ش غ‬‫ل ُ ه‬ ‫قاَ ت‬ ‫ت‬
‫ل‬
‫ك فل‬
‫فـَي ُ ه‬ ‫ ُ ف‬:‫ل‬ ‫هاَ ُ؟ ُ ت‬
‫قاَ ت‬ ‫ر ت‬ ‫في ُ ت‬
‫غغي ف‬ ‫ح ُأتغو ُ ف‬ ‫ة ُال فنل ت‬
‫كاَ ف‬ ‫خطبت ف‬ ‫ه‬
‫ة‬
‫ج س‬‫حاَ ت‬
‫ت‬
Syu’bah bertanya kepada gurunya, Abu Ishaq, “Apakah ini khusus untuk khotbah
nikah atau boleh dibaca pada kesempatatan lain?” Jawab Abu Ishaq, “Diucapkan
pada setiap acara yang penting.”(Sunan Al-Kubra, karya Al-Baihaqi, no. 13604)

Syu’bah bin Hajjaj adalah salah satu perawi hadis yang menyebutkan
tentang khutbatul hajah.
Cara Baca

‫ ”إن الـححممدْ ل ل ل‬ada beberapa cara baca:


Untuk lafal “‫ل‬

1. Huruf nun pada kata “ ‫ ” إن‬ditasydid dan dal pada kata “ ْ‫ ” الـححممد‬diberi harakat fathah,
‫”إنن الـححممحدْ ل ل ل‬.
sehingga dibaca “‫ل‬

2. Huruf nun pada kata “ ‫ ” إن‬ditasydid dan dal pada kata “ ْ‫ ” الـححممد‬diberi harakat dhammah,
‫”إنن الـححممددْ ل ل ل‬. Hal ini sebagaimana keterangan Mula Ali Qari dalam kitab Mirqah
sehingga dibaca “‫ل‬
Al-Mashabih.

3. Huruf nun pada kata “ ‫ ” إن‬tidak ditasydid dan dal pada kata “ ْ‫ ” الـححممد‬diberi harakat dhammah,
‫”إللن الـححممددْ ل ل ل‬. Ini sebagaimana keterangan Al-Jazari dalam Tashih Al-Mashabih.
sehingga dibaca “‫ل‬

Semua keterangan di atas disarikan dari ‘Aunul Ma’bud Syarh Sunan Abi Daud,
6:108.

Makna “Amma Ba’du”

Kata “ْ‫ ”أحنماَّ حبمعدد‬sering kita dengarkan setiap kali seseorang menyampaikan pengantar
khotbah. Bisa juga diungkapkan dengan: “ْ‫ ”حوحبمعدد‬. Keduanya bermakna sama, yaitu:
“adapun selanjutnya”.

‫صدل اللخحطاَّ ل‬
Kalimat ini disebut “‫ب‬ ‫( ”حف م‬kalimat pemisah). Diriwayatkan dari Abu Musa Al-
Asy’ari radhiallahu ‘anhu bahwa beliau mengatakan, “Orang yang pertama kali
mengucapkan ‘amma ba’du’ adalah Nabi Daud ‘alaihis salam, dan itu adalah fashlal
khitab.” (Al-Awail Ibni Abi Ashim, no. 188; Al-Awail Ath-Thabrani, no. 40)

Allah berfirman,

‫خ ت‬
‫طاَب‬ ‫ل ُاغل ف‬
‫ص ت‬ ‫و ت‬
‫ف غ‬ ‫م ت‬
‫ة ُ ت‬ ‫ك ت‬ ‫وآتتغيتناَهه ُاغل ف‬
‫ح غ‬ ‫ه ُ ت‬ ‫مغل ت‬
‫ك ه‬ ‫شتدغدتناَ ُ ه‬
‫و ت‬
‫ت‬
“Kami kuatkan kerajaannya serta Kami berikan ilmu dan fashlul khitab.” (Q.s. Shad:
20)

Kalimat ini digunakan untuk memisahkan mukadimah dengan isi dan tema khotbah.
Ini merupakan bagian dari perhatian seseorang terhadap ceramah yang
disampaikan. Demikian keterangan Syekh Ibnu Utsaimin dalam Asy-Syarhul
Mumthi’, 1:7.

Anjuran Para Ulama

Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi mengatakan, dalam mukadimah kitab beliau,


Musykilul Atsar, “Saya mulai kitab ini dengan pembukaan ketika menyampaikan
hajat, sebagaimana perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
diriwayatkan dari berbagai jalur, yang akan kami sebutkan –insya Allah– sebagai
berikut. Innal hamda lillah ….” (Musykilul Atsar, 1:3)

Syekh Muhammad Hayat As-Sindi mengatakan, “Selayaknya, seseorang


menggunakan pengantar khotbah ini untuk menyampaikan kepentingannya dan
semua rencana hidupnya….” (Hasyiyah untuk Sunan Nasa’i, 3:105)

Imam Asy-Syafi’i mengatakan, “Khutbatul hajah termasuk hal yang dianjurkan untuk
disampaikan pada awal semua akad, seperti: jual beli, akad nikah, atau yang
lainnya.” (Hasyiyah As-Sindi untuk Sunan Nasa’i, 3:105)

Setelah mengutip perkataan Imam Syafi’i di atas, Syekh Al-Albani memberi


komentar, “Keterangan ulama yang menganjurkan pengucapan khotbah ini dalam
jual beli atau semacamnya adalah pendapat yang lemah, karena inti akad jual beli
dan semacamnya adalah ijab qabul …. Karena para sahabat yang berjumpa dengan
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, hingga manusia zaman sekarang ini pun, sering
melakukan akad tanpa diiringi dengan perkataan tertentu, namun menggunakan
gerakan yang menunjukkan keinginan adanya akad …. (Khutbatul Hajah, hlm. 32)

Syekh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah, seseorang yang


bergelar muhadditsul ‘ashr (ahli hadis abad ini), menulis buku khusus
tentang khutbatul hajah. Beliau berharap, buku ini bisa menjadi motivasi bagi
banyak orang untuk menghidupkan kembali sunah pembukaan khotbah yang
hampir hilang. Di akhir buku Khutbatul Hajah, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-
Albani mengatakan, “Sesungguhnya, tujuan menulis risalah (buku kecil) ini adalah
menyebarkan sunah yang hampir sudah biasa ditinggalkan banyak orang.
Karenanya, aku tujukan kepada seluruh khatib, da’i, mudarris (pengajar), dan yang
lainnya agar betul-betul menghafalnya, menggunakannya untuk membuka khotbah-
khotbah dan ceramah mereka. Semoga Allah mewujudkan keinginan mereka
dengan sebab khutbatul hajah.” (Khutbatul Hajah, hlm. 33)

Mukadimah Lainnya untuk Khotbah

Selain khutbatul hajah di atas, masih banyak bentuk mukadimah khotbah lainnya.
Hanya saja, mukadimah tersebut tidak berlandaskan dalil, dan hanya merupakan
kreasi dari para da’i serta penceramah ketika hendak menyampaikan khotbahnya.

Bagi Anda yang hendak menggunakan pengantar khotbah yang tidak ada dalilnya,
hendaknya tidak menggunakan pengantar khotbah yang berlebihan, dipaksa-
paksakan agar bersajak, dan mengandung pujian yang berlebihan kepada
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena itu, untuk lebih aman, sebaiknya kita
gunakan pengantar khotbah yang pernah disampaikan oleh para ulama dalam buku-
buku mereka. Berikut ini beberapa pengantar khotbah yang sering digunakan oleh
da’i.

Mukadimah Singkat

Mukadimah 1:

‫ي ُلتغوُتل‬
‫د ت‬ ‫كنناَ ُلفتنغهتت ف‬‫ماَ ُ ه‬ ‫و ت‬‫هتذا ُ ت‬ ‫هتداتناَ ُلف ت‬‫ذي ُ ت‬ ‫ه ُال ن ف‬
‫مهد ُلفل ن ف‬‫ح غ‬‫اغل ت‬
‫ق‬
‫ح لف‬ ‫ل ُتربف لتناَ ُفباَغل ت‬‫س ه‬ ‫ت ُهر ه‬ ‫جاَتء غ‬ ‫قغد ُ ت‬‫ه ُلت ت‬ ‫هتداتناَ ُالل ن ه‬‫ن ُ ت‬ ‫أت غ‬
‫م‬‫كغنهت غ‬‫ماَ ُ ه‬
‫هاَ ُبف ت‬ ‫موُ ت‬ ‫ة ُهأوفرغثهت ه‬ ‫جنن ه‬‫م ُاغل ت‬‫ك ه‬ ‫وهنوُهدوا ُأت غ‬
‫ن ُتفغل ه‬ ‫ت‬
‫ن‬‫مهلوُ ت‬‫ع ت‬ ‫تت غ‬
Artinya:
Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini; dan kami
sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk jikalau Allah tidak memberi petunjuk
kepada kami. Sesungguhnya, telah datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa
kebenaran. Diserukan kepada mereka, “ltulah surga yang diwariskan kepadamu,
disebabkan amalan yang dahulu kamu kerjakan.”

Keterangan:
Mukaddimah ini merupakan surat al-A’raf, ayat 43. Pujian disampaikan oleh
penghuni surga, ketika mereka telah melihat kenikmatan yang Allah berikan kepada
mereka.

Mukadimah 2:
‫في‬
‫ماَ ُ ف‬
‫و ت‬‫ت ُ ت‬
‫وا ف‬ ‫ماَ ت‬
‫س ت‬ ‫في ُال ن‬ ‫ماَ ُ ف‬ ‫ذي ُلت ه‬
‫ه ُ ت‬ ‫ه ُال ن ف‬
‫مهد ُلفل ن ف‬ ‫اغل ت‬
‫ح غ‬
‫م‬
‫كي ه‬ ‫ح ف‬‫وُ ُاغل ت‬
‫ه ت‬
‫و ه‬ ‫في ُاغل ف‬
‫خترفة ُ ت‬ ‫مهد ُ ف‬ ‫ه ُاغل ت‬
‫ح غ‬ ‫ول ت ه‬ ‫اغل تغر ف‬
‫ض ُ ت‬
‫خفبيهر‬‫اغل ت‬
Artinya:
Segala puji bagi Allah yang memiliki segala perbendaharaan langit dan bumi, serta
bagi-Nya (pula) segala puji di akhirat. Dan Dialah yang Mahabijaksana lagi Maha
Mengetahui.

Keterangan:
Mukadimah ini ada di surat Saba, ayat pertama.

Mukadimah 3:

‫ن ُتربنتناَ ُلت ت‬
‫غهفوُرر‬ ‫عنناَ ُاغل ت‬
‫حتز ت‬
‫ن ُإف ن‬ ‫ب ُ ت‬ ‫ذي ُأتغذ ت‬
‫ه ت‬ ‫ه ُال ن ف‬
‫مهد ُلفل ن ف‬
‫ح غ‬ ‫اغل ت‬
‫كوُرر‬‫ش ه‬ ‫ت‬
Artinya:
Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami.
Sesungguhnya, Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.

Keterangan:
Mukadimah ini merupakan surat Fathir, ayat 34.

Mukadimah 4:
‫ولت غ‬
‫م‬ ‫ب ُ ت‬ ‫دفه ُاغل ف‬
‫كتتاَ ت‬ ‫عتلىَّ ُ ت‬
‫عغب ف‬ ‫ذي ُأتغنتز ت‬
‫ل ُ ت‬ ‫ه ُال ن ف‬
‫مهد ُلفل ن ف‬‫ح غ‬ ‫اغل ت‬
َ‫جا‬
‫وُ ا‬
‫ع ت‬ ‫ل ُلت ه‬
‫ه ُ ف‬ ‫ع غ‬ ‫ج ت‬ ‫يت غ‬
Artinya:
Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Al-Kitab (Alquran) kepada hamba-
Nya, dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya.

Keterangan:
Mukadimah ini ada di surat Al-Kahfi, ayat pertama.

Mukadimah 5:

‫واغل تغر ت‬
‫ض‬ ‫ت ُ ت‬
‫وا ف‬‫ماَ ت‬ ‫س ت‬‫ق ُال ن‬ ‫خلت ت‬ ‫ذي ُ ت‬ ‫ه ُال ن ف‬
‫مهد ُلفل ن ف‬
‫ح غ‬ ‫اغل ت‬
‫م‬
‫ه غ‬ ‫ك ت‬
‫فهروا ُبفتربف ل ف‬ ‫ن ُ ت‬
‫ذي ت‬‫م ُال ن ف‬
‫ت ُتوالينوُتر ُهث ن‬
‫ماَ ف‬‫ل ُالظ يهل ت‬ ‫ع ت‬‫ج ت‬ ‫و ت‬ ‫ت‬
‫ن‬‫دهلوُ ت‬‫ع ف‬ ‫يت غ‬
Artinya:
Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi serta mengadakan
gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu)
dengan Tuhan mereka.

Keterangan:
Mukadimah ini ada di ayat pertama, surat Al-An’am.

Mukadimah 6:
َّ‫عتلى‬
‫ن ُ ت‬‫عغي ه‬ ‫ستت ف‬‫ه ُنت غ‬‫وب ف ف‬
‫ُ ُ ت‬،‫ن‬
‫مي ت‬ ‫عاَلت ف‬‫ب ُاغل ت‬ ‫ه ُتر ل ف‬ ‫مهد ُلفل ن ف‬ ‫ح غ‬‫اغل ت‬
َّ‫ى‬
‫عل ت‬ ‫م ُ ت‬‫سل ت ه‬ ‫صل تهة ُتوال ن‬ ‫ُ ُتوال ن‬،‫ن‬ ‫دي ف‬ ‫دغنتياَ ُتوال فل‬ ‫موُفر ُال ي‬ ‫هأ ه‬
‫ه‬
‫حفب ف‬ ‫ص غ‬ ‫و ت‬‫ه ُ ت‬
‫ىَّ ُآلف ف‬
‫عل ت‬ ‫و ت‬
‫ن ُ ت‬‫سفلي ت‬ ‫مغر ت‬ ‫ف ُالـَ ه‬ ‫شتر ف‬ ‫أت غ‬
‫عهد‬ ‫ماَ ُبت غ‬ ‫ُ ُأت ن‬،‫ن‬
‫عي ت‬ ‫مـَ ف‬ ‫أت غ‬
‫جـَ ت‬
Artinya:
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Dengan-Nya kita meminta pertolongan
dalam segala urusan dunia dan akhirat. Salawat dan salam tercurah untuk seorang
utusan yang paling mulia, keluarganya, dan semua sahabatnya …. Amma ba’du ….

Mukadimah 7:

‫ل ُل‬
‫سغوُ ف‬‫ىَّ ُتر ه‬‫عل ت‬ ‫م ُ ت‬ ‫سل ت ه‬ ‫صل تهة ُتوال ن‬‫ل ُتوال ن‬‫مهد ُ ف‬ ‫اغل ت‬
‫ح غ‬
‫عهد‬ ‫ُ ُأت ن‬،‫وال تهه‬
‫ماَ ُبت غ‬ ‫ن ُ ت‬
‫م غ‬
‫و ت‬
‫ه ُ ت‬
‫حفب ف‬
‫ص غ‬‫و ت‬
‫ه ُ ت‬
‫ىَّ ُآلف ف‬
‫عل ت‬ ‫و ت‬
‫ت‬
Artinya:
Segala puji bagi Allah. Salawat dan salam tercurah untuk Rasulullah, para
keluarganya, sahabatnya, dan orang-orang yang tunduk lagi taat kepada beliau.
Amma ba’du ….

Mukadimah 8:
َّ‫ى‬
‫عل ت‬ ‫سل ت ه‬
‫م ُ ت‬ ‫وال ن‬‫صل تهة ُ ت‬‫وال ن‬ ‫ن ُ ت‬
‫مغي ت‬‫عاَلت ف‬
‫ب ُاغل ت‬‫ل ُتر ل ف‬ ‫مهد ُ ف‬ ‫ح غ‬‫اغل ت‬
‫ه‬
‫حفب ف‬
‫ص غ‬‫و ت‬ ‫ه ُ ت‬
‫ىَّ ُآلف ف‬
‫عل ت‬ ‫و ت‬‫ن ُ ت‬
‫سفلي ت‬ ‫مغر ت‬ ‫ف ُالـَ ه‬
‫شتر ف‬ ‫أت غ‬
‫عهد‬‫ماَ ُبت غ‬ ‫ُ ُأت ن‬،‫ن‬
‫عي ت‬ ‫مـَ ف‬ ‫أت غ‬
‫جـَ ت‬
Artinya:
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Salawat dan salam tercurah untuk
seorang utusan yang paling mulia, keluarganya, dan semua sahabatnya …. Amma
ba’du ….

Mukadimah 9:

‫ف ُال تغنفبتياَفء‬
‫شتر ف‬ ‫ىَّ ُأت غ‬
‫عل ت‬ ‫م ُ ت‬ ‫سل ت ه‬ ‫صل تهة ُتوال ن‬ ‫ل ُتوال ن‬ ‫مهد ُ ف‬ ‫اغل ت‬
‫ح غ‬
‫م‬‫عهه غ‬‫ن ُتتبف ت‬
‫م غ‬‫و ت‬
‫ه ُ ت‬
‫حاَبف ف‬‫ص ت‬‫وأ ت ت‬ ‫ه ُ ت‬
‫ىَّ ُآلف ف‬
‫عل ت‬ ‫و ت‬‫ن ُ ت‬
‫سفلي ت‬ ‫مغر ت‬
‫والـَ ه‬ ‫ت‬
‫عهد‬ ‫ُ ُأت ن‬،‫ن‬
‫ماَ ُبت غ‬ ‫دي ف‬ ‫ن ُافتلىَّ ُتيوُ ف‬
‫م ُال فل‬ ‫ساَ س‬
‫ح ت‬ ‫بففإ غ‬
Artinya:
Segala puji bagi Allah. Salawat dan salam semoga tercurah untuk seorang nabi dan
rasul yang paling mulia, keluarganya, sahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti
mereka dengan baik sampai hari kiamat. Amma ba’du ….

Mukadimah 10:
‫ىَّ‬
‫عل ت‬ ‫م ُ ت‬‫سل ت ه‬ ‫صل تهة ُتوال ن‬ ‫فىَّ‪ُ ُ،‬توال ن‬ ‫ك ت‬
‫و ت‬ ‫ل ُ ت‬‫مهد ُ ف‬ ‫اغل ت‬
‫ح غ‬
‫ن‬
‫م ف‬
‫و ت‬
‫ه ُ ت‬
‫حفب ف‬ ‫ص غ‬
‫و ت‬ ‫ه ُ ت‬
‫ىَّ ُآلف ف‬
‫عل ت‬ ‫و ت‬ ‫صط ت ت‬
‫فىَّ‪ ُ ُ،‬ت‬ ‫م غ‬ ‫ه ُاغلـَ ه‬ ‫سوُلف ف‬ ‫تر ه‬
‫عهد‬
‫ماَ ُبت غ‬‫هتتتدىَ‪ُ ُ،‬أت ن‬ ‫ا غ‬
‫‪Artinya:‬‬
‫‪Segala puji hanya bagi Allah, dan cukup Dia. Salawat dan salam tercurah untuk‬‬
‫‪seorang utusan-Nya yang terpilih, keluarganya, sahabatnya, dan setiap orang yang‬‬
‫‪menempuh jalan hidayah. Amma ba’du ….‬‬

‫‪Mukadimah 11:‬‬

‫ن‬‫م ت‬ ‫فغتتراة ُ ف‬ ‫ن ُ ت‬ ‫ماَ س‬ ‫ل ُتز ت‬ ‫ك فل‬ ‫في ُ ه‬ ‫ل ُ ف‬ ‫ع ت‬ ‫ج ت‬ ‫ذي ُ ت‬ ‫ل ُال ن ف‬ ‫مهد ُ ف‬ ‫ح غ‬‫اغل ت‬
‫ل‬‫ض ن‬ ‫ن ُ ت‬ ‫م غ‬ ‫ن ُ ت‬ ‫عوُ ت‬ ‫م ُيتغد ه‬ ‫عغل ف‬ ‫ل ُاغل ف‬ ‫ه ف‬ ‫ن ُأت غ‬ ‫م غ‬ ‫قاَتياَ ُ ف‬ ‫ل ُبت ت‬ ‫س ف‬ ‫الير ه‬
‫ن‬‫حتيوُ ت‬ ‫ذىَ‪ُ ُ،‬هيـَ غ‬ ‫عتلىَّ ُاغل ت ت‬ ‫م ُ ت‬ ‫مغنهه غ‬ ‫ن ُ ف‬ ‫صفبهرو ت‬ ‫وي ت غ‬ ‫إفتلىَّ ُاغلههتدىَ ُ ت‬
‫ل‬
‫ه ت‬ ‫ا ُأت غ‬ ‫ن ُبفهنوُفر ُ ف‬ ‫صلهرو ت‬ ‫وهيبت ف‬ ‫مغوُتتىَّ ُ ت‬ ‫ا ُالـَ ت‬ ‫ب ُ ف‬ ‫بفكفتتاَ ف‬
‫م‬
‫ك غ‬ ‫و ت‬ ‫حيتغوُهه ُ ت‬ ‫قغد ُأت غ‬ ‫س ُ ت‬ ‫ل ُ ف فلغبفلغي ت‬ ‫قفتغي س‬ ‫ن ُ ت‬ ‫م غ‬ ‫م ُ ف‬ ‫ك غ‬ ‫ف ت‬ ‫مىَّ‪ ُ ُ،‬ت‬ ‫ع ت‬ ‫اغل ت‬
‫عتلىَّ‬ ‫هم ُ ت‬ ‫ر ه‬ ‫ن ُأتثت ف‬ ‫س ت‬ ‫ح ت‬ ‫ماَ ُأت غ‬ ‫ف ت‬ ‫هتدغوهه ُ ت‬ ‫قغد ُ ت‬ ‫ه ُ ت‬ ‫ل ُتتاَئف س‬ ‫ضاَ س ل‬ ‫ن ُ ت‬ ‫م غ‬ ‫ف‬
‫ن ُكفتتاَبف‬ ‫ع غ‬ ‫ن ُ ت‬ ‫فغوُ ت‬ ‫م‪ُ .‬هيغن ت‬ ‫ه غ‬ ‫علتغي ف‬ ‫س ُ ت‬ ‫ر ُالنناَ ف‬ ‫ح ُأتثت ف‬ ‫وأتغقبت ت‬ ‫س ُ ت‬
‫النناَ ف‬
‫ل‬
‫وغي ت‬‫وتتغأ ف‬ ‫ن ُ ت‬ ‫طفلي ت‬ ‫مغب ف‬ ‫ل ُالـَ ه‬ ‫حاَ ت‬ ‫واغنتف ت‬ ‫ن ُ ت‬ ‫غاَفللي ت‬ ‫ف ُال ت‬ ‫ري ت‬ ‫ح ف‬‫ا ُتتـَ غ‬ ‫ف‬
‫طلتهقوُا‬ ‫وأ ت غ‬ ‫ة ُ ت‬ ‫ع ف‬ ‫ة ُالفبغد ت‬ ‫وُين ت‬ ‫قهدوا ُهأهل ف‬ ‫ع ت‬ ‫ن ُ ت‬ ‫ذغي ت‬ ‫ن ُال ن ف‬ ‫هفلي ت‬ ‫جاَ ف‬ ‫ال ت‬
‫في ُالكفتتاَبف‬ ‫ن ُ ف‬ ‫ختتلفهفوُ ت‬ ‫م غ‬ ‫م ُ ت‬ ‫فهه غ‬ ‫ة ُ ت‬ ‫ل ُالففغتتن ف‬ ‫قاَ ت‬ ‫ع ت‬ ‫ف‬
‫ة ُالكفتتاَبف‬ ‫ق ف‬ ‫فاَتر ت‬ ‫م ت‬ ‫عتلىَّ ُ ه‬ ‫ن ُ ت‬ ‫عوُ ت‬ ‫م ه‬ ‫ج ف‬ ‫م غ‬ ‫ب ُ ه‬‫ن ُلفغلكفتتاَ ف‬ ‫خاَلفهفوُ ت‬ ‫م ت‬ ‫ه‬
‫ر‬ ‫ا ُبف ت‬
‫غغي ف‬ ‫ب ُ ف‬ ‫كتتاَ ف‬ ‫في ُ ف‬ ‫و ف‬ ‫ا ُ ت‬ ‫في ُ ف‬ ‫و ف‬‫ا ُ ت‬‫عتلىَّ ُ ف‬ ‫ن ُ ت‬ ‫يتهقوُهلوُ ت‬
‫ن‬‫عوُ ت‬‫د ه‬‫خ ف‬
‫وهيـَ غ‬ ‫كتل ف‬
‫م ُ ت‬ ‫ن ُال ت‬ ‫م ت‬ ‫ه ُ ف‬‫شاَبف ف‬ ‫متت ت‬ ‫موُ ت‬
‫ن ُفباَلـَ ه‬ ‫كل ن ه‬ ‫عغل س‬
‫م ُيتتت ت‬ ‫ف‬
‫ل‬‫عوُهذ ُفباَ ف‬ ‫م ُ ت‬
‫فتن ه‬ ‫علتغي ف‬
‫ه غ‬ ‫ن ُ ت‬ ‫شفبههوُ ت‬ ‫ماَ ُهي غ‬
‫س ُبف ت‬‫ل ُالنناَ ف‬ ‫هاَ ت‬ ‫ج ن‬
‫ه‬
‫عهد‬ ‫ُ ُأت ن‬،‫ن‬
‫ماَ ُبت غ‬ ‫ضفللي ت‬ ‫م ف‬‫ن ُاغل ه‬‫ن ُففتت ف‬ ‫م غ‬ ‫ف‬
Artinya:
Segala puji itu hanya menjadi hak Allah. Dialah Dzat yang memunculkan para ulama
yang masih saja tersisa di setiap zaman yang mengalami kekosongan rasul. Para
ulama tersebut mendakwahi orang yang tersesat kepada hidayah, dan mereka
bersabar atas berbagai gangguan. Dengan kitab Allah, mereka hidupkan orang-
orang yang hatinya sudah mati. Mereka perlihatkan cahaya Allah kepada orang
yang buta mata hatinya. Betapa banyak korban iblis yang berhasil mereka
selamatkan. Betapa banyak orang yang tersesat dan bingung berhasil mereka
tunjuki jalan yang benar. Betapa bagus pengaruh mereka di tengah-tengah manusia
dan betapa jelek balasan manusia terhadap mereka. Para ulamalah yang
mengingkari penyelewengan makna Alquran yang dilakukan oleh orang-orang yang
berlebih-lebihan serta pemalsuan yang dibuat oleh para pembela kebatilan. Yaitu,
orang-orang yang memasang tali bid’ah dan mengencangkan ikatan fitnah. Mereka
memperdebatkan kitabullah, menyelisihi Alquran, dan sepakat untuk keluar dari
aturan Alquran. Mereka berbicara atas nama Allah, tentang Allah, dan tentang
kitabullah, tanpa dalil. Mereka membicarakan tentang hal yang rancu dan menipu
manusia-manusia bodoh dengan kerancuan berpikir yang mereka sebarkan. Kami
berlindung kepada Allah dari ujian karena orang-orang yang sesat. Amma ba’du ….
Keterangan:
Mukadimah di atas merupakan mukadimah yang disampaikan oleh Imam Ahmad
dalam kitabnya, Ar-Radd ‘ala Al-Jahmiyah wa Az-Zanadiqah. Banyak ulama yang
mengutip pengantar beliau untuk dijadikan pembukaan khotbah atau pun ceramah
yang bertajuk “Kesesatan dan Jalan Menyimpang”.

You might also like