Professional Documents
Culture Documents
Geologidan Mineralisasi Daerah Satoko
Geologidan Mineralisasi Daerah Satoko
net/publication/317258879
CITATIONS READS
0 341
3 authors, including:
Ernowo Ernowo
RWTH Aachen University
11 PUBLICATIONS 9 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Ernowo Ernowo on 31 May 2017.
Oleh:
Ernowo, Bambang Nugroho Widhi, Moe'tamar
Pusat Sumber Daya Geologi
Jl. Soekarno-Hatta No. 444 Bandung
SARI
Batuan pembawa mineralisasi daerah Satoko berupa syenodiorit yang telah mengalami
ubahan argilik dengan komposisi didominasi monmorilonit dan haloisit dengan sedikit nontronit.
2
Luas daerah mineralisasi sekitar 0.49 km , dalam bentuk urat-urat kuarsa yang teramati pada
beberapa sumur uji. Urat kuarsa berwarna putih susu dengan struktur banded, vuggy dan dog
teeth terisi pirit sangat halus, oksida besi, hematit dan limonit. Ketebalan urat kuarsa bervariasi
antara 2 – 4 cm dan membentuk zona urat mencapai lebar 40 cm. Analisis kimia dari conto urat
kuarsa menunjukkan nilai tertinggi kandungan unsur logam 6.326 ppm Au, 40 ppm Cu, 5.526
ppm Pb, 379 ppm Zn, 5 ppm Ag, 4.65% Fe, 35 ppm As, 8 ppm Mo dan 7 ppm Sb.
Korelasi yang erat ditunjukkan oleh kemunculan Cu, Pb dan Zn dengan nilai koefisien
diatas 0,8, sedangkan Au menunjukkan korelasi negatif dengan unsur-unsur lain. Analisis
inklusi fluida mengindikasikan mineralisasi terjadi pada kisaran temperatur antara 220°-300°C
dan kedalaman 291,53 – 863,16 m. Kisaran temperatur tersebut merupakan lingkungan tipe
mineralisasi epitermal.
ABSTRACT
The host rock of Satoko mineralization area is argillic altered syenodiorite dominated by
montmorilonite, haloysite and slightly nontronite. The mineralization zone covers an area of
about 0.49 km2, as quartz veins observed in some test pits. Milky white quartz veins have
structures of banded, vuggy and dog teeth and filled by very fine pyrite, iron oxide, hematite and
limonite. The thickness of quartz vein varies between 2-4 cm and form a vein zone up to 40 cm
wide. Chemical analysis (AAS) from a quartz vein samples showed the highest content of some
metals named 6.326 ppm Au, 40 ppm Cu, 5.526 ppm Pb, 379 ppm Zn, 5 ppm Ag, 4.65% Fe, 35
ppm As, 8 ppm Mo and 7 ppm Sb.
A close correlation of Cu, Pb, Zn represented by coefisien value of above 0.8, but none for
Au. Fluid inclusions analysis indicates that the temperature of mineralization formed at 220°-
300°C and depth of 291,53 – 863,16 m. The temperature range is the typical of epithermal
mineralization environment.
PENDAHULUAN
Daerah penelitian terletak di bagian mineralisasi. Sebanyak 34 conto batuan
tengah wilayah Kabupaten Polewali Mandar, terubah dan batuan termineralisasi diambil
secara geografis berada pada koordinat pada parit uji serta sumur uji untuk dilakukan
119o6'32,39” – 119o8'27,18” Bujur Timur dan analisis laboratorium yang meliputi :
3o17'56,15” sampai 3o18'54,08” Lintang - 25 conto untuk analisis Atomic
Selatan (Gambar 1). Penelitian ini dilakukan Absorption Spectometry (AAS) guna
untuk mengetahui keadaan geologi dan mengetahui kandungan unsur Cu, Pb, Zn,
mineralisasi daerah Satoko dengan tujuan Fe, Au, Ag, As, Sb, Mo.
untuk mengetahui lingkungan pembentukan - 6 conto dilakukan analisis Portable
mineral emas. Infrared Mineral Analyzer (PIMA) untuk
Beberapa kegiatan penelitian untuk mengetahui jenis mineral-mineral ubahan.
pencarian mineral telah banyak dilakukan di - 3 conto untuk analisis inklusi fluida
Kabupaten Polewali Mandar diantaranya guna mengetahui suhu dan kedalaman
oleh PT. Altar Makale Mining (1987 – 1989) pembentukan kuarsa dan cebakan bijih.
melaksanakan penyelidikan mineral logam
di wilayah Polewali dan Toraja, PT. Kalosi GEOLOGI
Minerals (1987-1994) yang melakukan Kabupaten Polewali Mandar
eksplorasi cebakan sulfida masif (massive merupakan bagian dari mandala geologi
sulphide ) dan yang terkait dengan Sulawesi Barat Bagian Tengah berada pada
mineralisasi emas di Satoko dilakukan oleh busur magmatik barat di ujung timur Paparan
PT. North Mining Toraja dari tahun 1997 Sunda.(Van Leeuwen & Pieters, 2011)
sampai tahun 2001 dengan hasil (Gambar 2).
ditemukannya mineralisasi tipe epitermal Mandala Sulawesi Barat Bagian Tengah
pada batuan syenodiorit. merupakan daerah yang memiliki topografi
Dalam penelitian ini dilakukan paling terjal, terdiri dari beberapa
penyelidikan lapangan untuk pemetaan punggungan dengan ketinggian antara
geologi dan mengidentifikasi indikasi 2.000 – 3.495 m diatas permukaan air laut.
I
KAB. MMt1ASA
. PINRANG
# Mapili
o 20
,
120' E 124 E ~
Sangihe
oo f:!
"'l:"
<b
----., Celebes Sea .-;::
100km Of!>
~
-0
__.Banggai
It- --·······
....
SUla
....... • a _';
...... _
.. _--- .. _ .. --_ ...... #'
PROVINCES
Northern Sulawesi
_" s Western Sulawesi
B
Q n • Butan
L Eastern Sulawesi
Banggai - Sula
.« --:. ~
t_O~)
-TlV"o""'-- - - 300
TRM_O~
TPM_01. TPM_OJPM_07
,-TPM_05
r
TPM_01
_
TPM02
175 II-TPM_06
Syeno-diorit
Tuf
Batupasir
• TRM Kedudukan urat kuarsa
_06 Sumur uji
• TPM_01 Sumur uji
Sungai
125 Kontur dan ketinggian
50 Kelurusan sesar
Tabel 1.
Kandungan mineral ubahan hasil analisis PIMA
bagian dari satuan batuan terobosan Granit ditunjukkan dari hasil analisis PIMA dengan
Mamasa. Priadi dkk. (1994) melakukan munculnya mineral-mineral ubahan yang
penentuan umur dengan metode 40K-40Ar didominasi oleh monmorilonit, halosit dan
pada biotit menunjukkan umur 11,91± 0.26 sedikit nontronit (Tabel 1, Gambar 4), pada
Ma (Miosen Tengah). beberapa tempat dijumpai juga klorit.
Zona mineralisasi Satoko meliputi area
ALTERASI DAN MINERALISASI seluas ± 0,49 km2. Mineralisasi teramati
Batuan syenodiorit merupakan batuan pada beberapa sumur uji dalam bentuk urat-
induk yang seluruhnya telah mengalami urat kuarsa (Gambar 5). Urat kuarsa
ubahan argilik, sehingga tidak diketemukan berwarna putih susu, memiliki struktur
conto batuan yang segar. Hal tersebut banded, vuggy dan dog teeth yang pada
OOOOOHp.
I ~
000011 :tP~06A_1 r
,~
"m Wavelengthin om
Wavelength In
50'1;t\ill!oY"'1t- 50' Monlmor lan,'•• SRSS;81.SNR"'2511~.5,
H2080,571
52'\1.MonlmoflIan,Ie' "8 H.I'IoYll to'l SRS$;11:l,SNR=21U<l,8,
H20..0,561
Wavelength in
"m ""
Wayelength in nm
000008:tpr
I 000001 :t,LSA_3'
,~ ,~
Wavelength In Wavelength in om
beberapa bagian terisi pirit sangat halus, dari beberapa unsur logam yaitu 6,326 ppm
oksida besi, hematit dan limonit pada Au, 40 ppm Cu, 5.526 ppm Pb, 379 ppm Zn,
rongga-rongganya. Urat sudah mengalami 5 ppm Ag, 4,65% Fe, 35 ppm As, 8 ppm Mo
retak-retak karena sifat getas (brittle) dan dan 7 ppm Sb. (Tabel 2).
mengalami pelapukan dengan ketebalan Analisis inklusi fluida terhadap conto
bervariasi antara 2 - 4 cm dan membentuk TPM_04A, TPM_5D dan TPM_6A, yang
zona urat mencapai lebar 40 cm. kesemuanya berupa batuan ubahan
Analisis kimia metode AAS dari tersilisifikasi tersusun oleh kuarsa
beberapa conto urat kuarsa yang diambil dari mengandung detritus butiran sangat halus
sumur uji menunjukkan kandungan tertinggi dan serabut-serabut mineral ubahan dan
Gambar 5. Foto urat kuarsa memotong batuan syenodiorit pada sumur uji TPM 01
Tabel 2.
Hasil analisis kimia unsur (AAS)
Unsur
No. Conto
Cu Pb Zn Ag Fe Au As ~Io Sb
TP:\I01A 40 5526 379 3 2,98 0,017 5 2 7
TP:\I01B 20 2238 118 2 2,22 0,019 10 -I 2
TP:\I02A 19 -135 78 2,12 0,036 5 <2 -I
TP:\I02B 11 166 28 2 1,36 0,06-1 5 <2 <2
TP:\I03.-\ 10 67 6 2 1,35 2,653 <2.5 2 3
TPM 03B 18 152 11 < 0.5 1,21 1,601 5 2 2
TP:\I03C 11 -1-1 18 1 1,89 5,01-1 5 2 <2
TPM 03D 22 110 25 2 -1,65 2,113 5 8 <2
TPM 03E 7 20 9 < 0.5 1,56 1,3-18 < 2.5 2 2
TP:\IO-IA 15 53 31 < 0.5 2,05 1,-105 < 2.5 -I <2
TP:\I {}-IB 7 38 17 <0.5 1,1-1 2,558 <2.5 2 <2
TP:\IO-IC 9 21 20 < 0.5 1,57 1,368 < 2.5 3 2
TPM O-ID 6 -I 8 < 0.5 1,26 0,532 < 2.5 2 4
TP:\IO-IE 9 7 11 < 0.5 1,17 0,378 < 2.5 2 <2
TP:\f O-IF 10 9 13 < 0.5 1,-19 1,37-1 <2.5 2 <2
TP:\I05A 11 32 17 < 0.5 1,6 0,986 5 5 <2
TP:\f05B 6 5 7 < 0.5 1,19 2,092 5 <2 <2
TPl'.IOSC 13 10 15 < 0.5 1,24 1,603 < 2.5 <2 5
TPM05D 12 78 19 < 0.5 1,-13 3,097 5 2 <2
TP:\I05E 12 11 13 1 1,31 6,326 5 3 <2
TP:\f 05F 15 83 60 1 2,+-1 0,85-1 35 2 3
TP:\I06A 9 135 15 < 0.5 1,-17 0,036 35 2 2
TP:\106B 12 77 22 < 0.5 1,26 0,016 30 2 <2
TPl'.107 20 112 -19 5 2,-13 0,163 9 2 2
TP:\f 08 7 -19 16 < 0.5 1,-19 0,058 5 <2 <2
satuan unsur dalam ppm, kecuali Fe dalam %
Tabel 4.
Hubungan antar unsur
Unsur Cu Pb Zn Ag Fe Au As Mo Sb
Cu 1
Pb 0.82 1
Zn 0.87 0.98 1
unsur menunjukkan kaitan yang erat antara kisaran suhu 220°C-300°C. Kisaran
kadar Cu, Pb, Zn dengan nilai koefisien temperatur ini masih merupakan kisaran
korelasi diatas 0,8. Sementara kadar unsur yang wajar untuk pembentukan mineralisasi
Au tidak memiliki hubungan dengan kadar di lingkungan epitermal. Namun dari sisi lain
unsur lain, bahkan menunjukkan nilai nilai salinitasnya memiliki nilai agak tinggi
hubungan yang negatif (Tabel 4). dibanding dengan kebanyakan endapan
Analisis inklusi fluida menunjukkan epitermal di tempat lain, seperti di Cineam,
pembentukan mineralisasi masih berada di Tasikmalaya (Nugroho Widhi,1998) yang
DAFTAR PUSTAKA
........., 2001, Laporan Pelepasan Keseluruhan, PT. North Mining Toraja (Tidak dipublikasikan).
Djuri, Sudjatmiko, Bachri S & Sukido, 1998, Peta Geologi Lembar Majene dan bagian Barat
Lembar Palopo, Sulawesi, Edisi kedua dalam skala 1 : 250.000, Pusat Survey Geologi
Hass,J.L., 1971. The effects of salinity on the maximum thermal gradient of a hydrothermal
system at hydrostatic pressure. Economic Geology, 66 h. 940-946.
Nugroho Widhi B, 1998, Epithermal gold mineralization in the Cineam Area, Thesis, Hokaido
University, Japan.
Priadi,B., H. Bellon, R.C. Maury, M. Polve, R. Soeriaatmadja & J.C. Philippet, 1994. Magmatic
evolution in Sulawesi in the light of new 40K-40Ar age data. Proceedings 23rd Annual
Converence IAGI, Jakarta, p.355-369.
Van Leeuwen,T.M dan Pieters,P.E, 2011. Mineral Deposits of Sulawesi. Proceedings of The
Sulawesi Mineral Resources , MGEI, p. 1-130.