You are on page 1of 30

PROPOSAL MINI PROJECT

PERAN POJOK BERMAIN DALAM STIMULASI TUMBUH KEMBANG


ANAK SERTA UPAYA MEWUJUDKAN FASILITAS KESEHATAN YANG
BERSIFAT RAMAH ANAK DI PUSKESMAS MALILI

Disusun Oleh:
dr. Ali Imran Zainuddin
dr. Eka Reskiyanti
dr. Chytra Rachmat
dr. Fakhrun Nisa
dr. Lu’luan Thahura H

Pembimbing :
dr. Benny

DOKTER INTERNSHIP
PUSKESMAS MALILI
KABUPATEN LUWU TIMUR
PERIODE JANUARI 2019 – MEI 2019
LEMBAR PENGESAHAN

TOPIK: PERAN POJOK BERMAIN DALAM STIMULASI TUMBUH


KEMBANG ANAK SERTA UPAYA MEWUJUDKAN FASILITAS
KESEHATAN YANG BERSIFAT RAMAH ANAK DI PUSKESMAS
MALILI

Diajukan dalam rangka praktik klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian dari
persyaratan menyelesaikan Program Internsip Dokter Indonesia di Puskesmas Malili
Kabupaten Luwu Timur

Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal April 2019

Mengetahui,

Dokter Pendamping,

dr. Benny

NIP. 19680608 200112 1 003

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pembangunan nasional pada hakikatnya adalah pembangunan manusia
seutuhnya. Upaya pembangunan manusia seutuhnya harus dimulai sedini
mungkin, yaitu sejak manusia itu masih berada dalam kandungan dan
semasa balita (Depkes RI, 2010). Setiap anak adalah individu yang unik,
karena faktor bawaan dan lingkungan yang berbeda, maka pertumbuhan dan
pencapaian kemampuan perkembangannya juga berbeda tetapi tetap akan
menuruti patokan umum. Diperkirakan lebih dari 200 juta anak balita di
negara berkembang gagal mencapai potensi perkembangan optimalnya
karena masalah kemiskinan, malnutrisi, atau lingkungan yang tidak
mendukung, sehingga mempengaruhi perkembangan kognitif, motorik,
emosi, dan sosial anak.
Menurut Soetdjiningsih (2012), perkembangan merupakan periode
penting dalam kehidupan anak khususnya setelah melewati masa
perkembangan sangat pesat pada usia tiga tahun. Usia tiga tahun merupakan
batas telah melewati perkembangan sangat cepat atau sering disebut masa
kritis perkembangan. Setelah masa ini perkembangan akan berlangsung
secara kontinyu, maka perlu dilakukan deteksi dini pertumbuhan dan
perkembangan seorang anak usia tiga tahun agar cepat terdeteksi gangguan
perkembangannya untuk landasan perkembangan selanjutnya. Anak
prasekolah merupakan anak yang berumur 36-72 bulan, pada masa ini anak
akan mempersiapkan untuk sekolah, dimana panca indra dan sistim reseptor
penerima rangsangan serta proses memori harus sudah siap sehingga anak
mampu belajar dengan baik, proses belajar pada masa kini adalah dengan
cara bermain. Ahli neurologi menyatakan bahwa pada saat lahir otak bayi
mengandung 100 sampai 200 milyar neuron yang siap di lakukan
sambungan antar sel. Sekitar 80% kapasitas kecerdasan terjadi ketika usia 4
tahun dan 50% tejadi ketika usia 8 tahun. Apabila pada periode tesebut otak

3
tidak mendapatkan rangsangan maksimal, maka potensi otak anak tidak
akan berkembang secara optimal (Soetdjingsih, 2012).
Stimulus tumbuh kembang anak dapat dilakukan dengan cara
memberikan permainan atau bermain, mengingat dengan bermain anak akan
belajar dari kehidupannya. Ketika anak telah memasuki masa bermain atau
disebut juga sebagai masa toddler, maka anak selalu membutuhkan
kesenangan pada dirinya (Hidayat, 2011). Salah satu stimulus yang dapat
diberikan adalah dengan bermain menggunakan alat permainan edukatif
(APE), yaitu jenis permainan yang mengandung nilai pendidikan yang
berfungsi untuk merangsang daya imajinasi anak dalam proses
perkembangan kongnitif, perkembangan motorik kasar, motorik halus,
kemampuan bicara dan bahas sertakemampuan sosialisasi dan kemandirian
(Soetdjiningsih, 2009).
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan
anak secara optimal. Dalam kondisi sakit atau dirawat di fasilitas kesehatan,
aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan
kondisi anak. Pada saat sakit dan akan berobat ke Puskesmas, anak akan
mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti
marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak
yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada di
lingkungan puskesmas. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan
terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan
melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada
permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan
permainan.
Berdasarkan Bank Data Puskesmas Kemenkes 2017 & KPPPA 2017,
sebanyak 514 kota dan kabupaten di Indonesia, masih terdapat 41% kota
yang belum menginisiasi program Puskesmas Ramah Anak (PRA). Dari
9.740 puskesmas di seluruh Indonesia baru 255 puskesmas yang telah
menginisiasi PRA. Tahap awal dari penyelenggaraan PRA adalah inisiasi
PRA dimana harus memenuhi 8 dari 15 indikator. Kedelapan indikator

4
tersebut seyogyanya memenuhi komponen Pelayanan Ramah Anak yang
meliputi: sumber daya manusia (SDM); sarana prasarana dan lingkungan;
pelayanan; pengelolaan; partisipasi anak; serta pemberdayaan masyarakat.
Salah satu wujud indikator dari inisiasi Puskesmas Ramah Anak adalah
tersedianya pojok bermain yang nyaman namun tetap bernilai edukatif bagi
anak.

1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Meningkatkan peran pojok bermain dalam stimulasi tumbuh kembang anak
serta mewujudkan sarana puskesmas ramah anak.
1.2.2 Tujuan Khusus
- Meningkatkan peran pojok bermain dalam stimulasi tumbuh kembang
anak melalui alat permainan edukatif.
- Menyediakan ruangan yang nyaman bagi anak yang datang berobat
atau dirawat di Puskesmas Malili.
- Meningkatkan pengetahuan ibu tentang Alat Permainan Edukatif.

1.3 Manfaat
- Mengoptimalkan perkembangan anak usia 0 s.d. 5 tahun.
- Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya kelompok
anak usia balita.
- Tersedianya ruangan yang nyaman bagi anak yang berkunjung ke
Puskesmas.
- Melaksanakan mini project yang merupakan salah satu program
internship dokter Indonesia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Bermain

5
Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan
atau mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap
pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan
berpilaku dewasa.
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa
mempergunakan alat yang menghasilkan atau memberikan informasi,
memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak (Anggani
Sudono, 2000).

B. Tujuan Bermain
Tujuan bermain pada anak yaitu memberikan kesenangan maupun
mengembangkan imajinsi anak. Sebagai suatu aktifitas yang memberikan
stimulus dalam kemampuan keterampilan, kognitif, dan afektif sehingga
anak akan selau mengenal dunia, maupun mengembangkan kematangan
fisik, emosional, dan mental sehingga akan membuat anak tumbuh menjadi
anak yang kreatif, cerdas dan penuh inovatif.

C. Fungsi Bermain
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-
motorik, perkembangan intelektual, perkembangan sosial, perkembangan
kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral, dan
bermain sebagai terapi.
1) Perkembangan Sensoris – Motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik
merupakan komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif
sangat penting untuk perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat permainan
yang digunakan untuk bayi yang mengembangkan kemampuan sensoris-
motorik dan alat permainan untuk anak usia toddler dan prasekolah yang
banyak membantu perkembangan aktivitas motorik baik kasar maupun
halus.
2) Perkembangan Intelektual

6
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi
terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama
mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada saat
bermain pula anak akan melatih diri untuk memecahkan masalah. Pada saat
anak bermain mobil-mobilan, kemudian bannya terlepas dan anak dapat
memperbaikinya maka ia telah belajar memecahkan masalahnya melalui
eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai kemampuan ini, anak
menggunakan daya pikir dan imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin
sering anak melakukan eksplorasi seperti ini akan semakin terlatih
kemampuan intelektualnya.
3) Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan
menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk
mengembangkan hubungan sosial dan belajar memecahkan masalah dari
hubungan tersebut. Pada saat melakukan aktivitas bermain, anak belajar
berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan bicara, dan belajar
tentang nilai sosial yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi terutama
pada anak usia sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak usia toddler
dan prasekolah adalah tahapan awal bagi anak untuk meluaskan aktivitas
sosialnya dilingkungan keluarga.
4) Perkembangan Kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan
mewujudkannya kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang
dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba
untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar dan
memasang satu alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk
semakin berkembang.
5) Perkembangan Kesadaran Diri
Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam
mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya

7
dan membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya
dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya
terhadap orang lain. Misalnya, jika anak mengambil mainan temannya
sehingga temannya menangis, anak akan belajar mengembangkan diri
bahwa perilakunya menyakiti teman. Dalam hal ini penting peran orang tua
untuk menanamkan nilai moral dan etika, terutama dalam kaitannya dengan
kemampuan untuk memahami dampak positif dan negatif dari perilakunya
terhadap orang lain.
6) Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama
dari orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan
mendapatkan kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga
dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan
aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya. Melalui kegiatan
bermain anak juga akan belajar nilai moral dan etika, belajar membedakan
mana yang benar dan mana yang salah, serta belajar bertanggung-jawab atas
segala tindakan yang telah dilakukannya. Misalnya, merebut mainan teman
merupakan perbuatan yang tidak baik dan membereskan alat permainan
sesudah bermain adalah membelajarkan anak untuk bertanggung-jawab
terhadap tindakan serta barang yang dimilikinya. Sesuai dengan kemampuan
kognitifnya, bagi anak usia toddler dan prasekolah, permainan adalah media
yang efektif untuk mengembangkan nilai moral dibandingkan dengan
memberikan nasihat. Oleh karena itu, penting peran orang tua untuk
mengawasi anak saat anak melakukan aktivitas bermain dan mengajarkan
nilai moral, seperti baik/buruk atau benar/salah.

D. Kategori Bermain
Bermain harus seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara
bermain aktif dan pasif yang biasanya disebut hiburan. Dalam bermain aktif
kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri,
sedangkan bermain pasif kesenangan didapatkan dari orang lain.

8
1) Bermain aktif
- Bermain mengamati/menyelidiki (exploratory play)
Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat
permainan tersebut. Anak memperhatikan alat permainan,
mengocok-ngocok apakah ada bunyi, mencuim, meraba,
menekan, dan kadang-kadang berusaha membongkar.
- Bermain konstruksi (construction play)
Pada anak umur 3 tahun, misalnya dengan menyusun balok-balok
menjadi rumah-rumahan, dan lain-lain.
- Bermain drama (dramatic play)
Misalnya main sandiwara boneka, bermain rumah-rumahan
dengan saudara-saudaranya atau dengan teman-temannya.
- Bermain bola, tali, dan sebagainya.
2) Bermain pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan
mendengar. Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah
bermain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan
dan keletihannya.
Contohnya:
- Melihat gambar-gambar di buku-buku atau majalah anak
- Mendengarkan cerita atau musik
- Menonton televisi

E. Hal-hal yang Harus Diperhatikan


1) Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
2) Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
3) Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil.
4) Jangan memaksa anak bermain bila anak sedang tidak ingin bermain.
5) Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau terlalu sedikit.

F. Bentuk-bentuk Permainan Menurut Usia


Bentuk permainan berdasarkan kelompok usia sebagai berikut :
1. Usia 0 – 12 bulan
Tujuannya adalah :
 Menstimulasi reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya
mengisap dan menggenggam.
 Menstimulasi koordinasi sistem indera (mata, telinga, peraba).
 Menstimulasi dalam mengenal sumber asal suara.

9
 Menstimulasi keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.
Alat permainan yang dianjurkan :
 Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang.
 Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.
 Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.
 Alat permainan yang dapat digoyangkan dan menghasilkan suara.

2. Usia 13 – 24 bulan
Tujuannya adalah :
 Mencari sumber suara atau mengikuti sumber suara.
 Memperkenalkan sumber suara.
 Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.
 Meningkatkan daya imajinasi anak.
 Memperkenalkan anak kegiatan sehari-hari dalam bentuk kegiatan yang
menarik.
Alat permainan yang dianjurkan:
 Genderang, bola dengan giring-giring di dalamnya.
 Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.
 Alat permainan yang terdiri dari : alat rumah tangga (misal : cangkir
yang tidak mudah pecah, sendok botol plastik, ember, waskom), balok-
balok besar, kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas untuk dicoret-
coret, krayon atau pensil berwarna.

3. Usia 25 – 36 bulan
Tujuannya adalah ;
 Menyalurkan emosi atau perasaan anak
 Mengembangkan keterampilan berbahasa
 Menstimulasi motorik halus dan kasar
 Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal
dan membedakan warna)
 Meningkatkan daya imajinansi
 Mengembangkan kemampuan membedakan permukaan dan warna
benda
Alat permainan yang dianjurkan :
 Alat-alat untuk menggambar
 Lilin yang dapat dibentuk
 Pasel (puzzel) sederhana
 Manik-manik ukuran besar

10
 Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda
 Bola

4. Usia 32 – 72 bulan
Tujuannya adalah :
 Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan
 Mengembangkan kemampuan berbahasa
 Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi
 Merangsang daya imajinansi dengan berbagai cara bermain sandiwara
 Membedakan benda dari warna dan permukaan
 Menumbuhkan sportivitas
 Mengembangkan kepercayaan diri
 Mengembangkan kreativitas
 Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari).
 Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan
kasar.
 Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang di luar
rumahnya.
 Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal :
pengertian mengenai terapung dan tenggelam.
 Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.

Alat permainan yang dianjurkan :


 Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-
anak, alat gambar dan tulis, kertas untuk belajar melipat, dan lain-lain.
 Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, maupun orang lain di
luar rumah.

G. Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain


1) Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi/keterbatasan
2) Status kesehatan, anak yang sakit perkembangan psikomotor kognitif
terganggu
3) Jenis kelamin
4) Lingkungan (lokasi, negara, kultur)
5) Alat permainan
6) Intelegensia dan status sosial ekonomi

H. Tahap Perkembangan Bermain

11
1) Tahap eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain.
2) Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan.
3) Tahap bermain sungguhan
Anak sudah ikut dalam permainan.
4) Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan
berikutnya.

12
BAB III
PELAKSANAAN

A. Metode
Program ini akan dilaksanakan dengan membentuk sebuah wadah
yang disebut “Pojok Bermain Anak” yang akan dilengkapi alat permainan
edukatif. Selanjutnya akan dilakukan penilaian dan intervensi secara
langsung pada anak dengan menggunakan beberapa instrumen pendukung
yang telah ditentukan.

B. Instrumen Program
Dalam pelaksanaan program ini, ada beberapa instrumen pendukung
yang digunakan, yaitu :
1. Alat permainan edukatif sesuai dengan kelompok umur yang aman
bagi anak-anak.
2. Daftar tilik tahap perkembangan anak dari Kemenkes RI Tahun 2010
berdasarkan kelopok umur tertentu.
3. Kuesioner tingkat pengetahuan ibu tentang APE (Alat Permainan
Edukatif).

C. Sasaran
Sasaran dalam pelaksanaan program ini mencakup :
1. Balita yang termasuk dalam kelompok MTBS dengan cakupan
kategori usia 0 – 12 bulan, usia 13 – 24 bulan, usia 25 – 36 bulan, dan
usia 32 – 72 bulan.
2. Orang tua balita yang berkunjung ke poli MTBS Puskesmas Malili.
3. Petugas kesehatan, khususnya pengelola poliklinik MTBS Puskesmas
Malili.

13
D. Target
Target yang ingin dicapai dari adanya program ini adalah sebagai berikut :
1. Adanya peningkatan tahap perkembangan baik secara motorik,
sensorik dan kognitif pada balita.
2. Adanya peningkatan pengetahuan orang tua tentang APE yang sesuai
dengan kelompok umur balita untuk stimulasi perkembangan anak.

E. Kerangka Pelaksanaan
Alur pelaksanaan program ini secara garis besar adalah sebagai berikut :
1. Pemilihan sampel menurut kategori kelompok umur.
2. Skrining awal sampel yang telah ditentukan, dengan menggunakan
daftar tilik Tahap Perkembangan Anak Kemenkes RI Tahun 2010
sesuai kelompok umur.
3. Intervensi sampel dengan instrumen APE sebanyak 3 kali pertemuan.
4. Evaluasi hasil intervensi dengan daftar tilik yang sebelumnya
digunakan sebelum dilakukan intervensi.
5. Plotting hasil evaluasi dalam bentuk grafik.

F. Lokasi
Ruang tunggu poli MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sehat) Puskesmas
Malil, Jalan Dr. Sam Ratulangi, Kabupaten Luwu Timur.

G. Jadwal Pelaksanaan
Pojok bermain anak Puskesmas Malili akan mulai dioptimalkan pada bulan
Januari 2019.

H. Biaya
Mengoptimalkan dana yang tersedia.

14
Plan site :

BAB IV

15
PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pojok Bemain Anak Puskesmas Malili.
Penelitian ini dilakukan tanggal 03 Januari 2019 sampai tanggal 09 Januari
2019. Sampel dalam penelitian ini adalah anak usia 6 – 60 bulan yang
datang berkunjung ke poliklinik MTBS Puskesmas Malili sejumlah 15 anak
sesuai dengan kelmpok kategori usia yang telah ditentukan.

Tahap Perkembangan Anak Usia Balita


Berdasarkan hasil pengamatan dan screening pada sampel yang telah
ditentukan selama kurang lebih satu minggu, maka didapatkan data sebagai
berikut :

Tabel 1. Aspek perkembangan anak usia balita sebelum dan sesudah


diberikan perlakuan stimulasi APE di Puskesmas Malili Tahun 2018
Tahap Perkembangan Anak
Kelompok Sebelum Sesudah
No Nama JK Umur
Umur Intervensi Intervensi
(%) (%)
1 An. S P 8 bln 54,54 72,72
2 Umur 6 – 9 An. F L 6 bln 54,4 72,72
3 An. A L 9 bln 63,63 72,72
4 An. W P 10 bln 50 58
5 Umur 9 – 12 An. R L 12 bln 66,66 75
6 An. A P 12 bln 58,33 66,57
7 An. S L 20 bln 55,57 66,67
8 Umur 18 – 24 An. D L 24 bln 55,57 77,77
9 An. N P 22 bln 55,55 77,77
10 An. A P 34 bln 44,44 55,56
11 Umur 25 – 36 An. M L 28 bln 55,55 66,67
12 An. R P 32 bln 44,44 77,77
13 An. T L 48 bln 58,82 70,58
14 Umur 48 – 60 An. P L 52 bln 52,94 64,77
15 An. D P 58 bln 76,44 88

16
Gambar 1. Grafik rata-rata peningkatan tahap perkembangan anak

Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa aspek perkembangan


anak usia balita sebelum diberikan stimulasi alat permainan edukatif
didapatkan nilai rata-rata terendah dari semua kategori usia adalah 48.14%
dan nilai rata-rata tertinggi adalah 62,72%. Aspek perkembangan anak usia
balita sesudah diberikan stimulasi alat permainan edukatif didapatkan nilai
rata-rata terendah dari semua kategori usia adalah 66,41% dan nilai rata-
rata tertinggi adalah 74,42%.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan
aspek perkembangan anak usia balita sebelum dan setelah diberikan
stimulasi alat permainan edukatif. Terjadinya perubahan perkembangan
tersebut karena stimulasi alat permainan edukatif sangat efektif untuk
merangsang perkembangan anak, karena pada umumnya anak seusia
tersebut masih dalam tahapan bermain. Meskipun pada beberapa sampel
tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan oleh karena beberapa faktor
seperti, keadaan fisik anak yang kurang sehat pada saat intervensi, keadaan
emosional anak yang mudah berubah, terbatasnya waktu untuk melakukan
intervensi pada anak, dan pola asuh orang tua saat anak kembali ke rumah.

17
Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Alat Permainan Edukatif
Berdasarkan hasil pengamatan sampel yang telah ditentukan selama
kurang lebih satu minggu, maka didapatkan data sebagai berikut :

Tabel 2. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang APE


No Nama Usia Pendidikan Pengetahuan tentang APE
1 Ny. RW 39 thn SMP Tidak tahu
2 Ny. MN 40 thn SMP Tahu tapi tidak paham
3 Ny. HS 34 thn S1 Tahu
4 Ny. IR 35 thn SMP Tahu tapi tidak paham
5 Ny. LN 37 thn SMA Tidak tahu
6 Ny. DV 31 thn D-IV Tahu
7 Ny. SN 41 thn SMP Tidak tahu
8 Ny. RH 24 thn SMA Tahu tapi tidak paham
9 Ny. DR 27 thn SMA Tahu tapi tidak paham
10 Ny. WT 33 thn SMA Tidak tahu

Gambar 2. Diagram Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang APE

Berdasarkan tabel dan diagram di atas diketahui bahwa tingkat


pengetahuan Ibu mengenai Alat Permainan Edukatif masih rendah.

18
Didapatkan sekitar 40% koresponden tidak tahu pasti mengenai APE, 40%
lainnya tahu tapi tidak memiliki pemahaman yang penuh perihal tujuan dan
fungsi dari APE. Sedangkan hanya 20 % dari total koresponden yang tahu
persis mengenai APE.
Dalam tabel di atas juga mengilustrasikan bahwa terdapat hubungan
walaupun tidak signifikan perihal tingkat pengetahuan Ibu dengan level
pendidikan yang dimiliki. Dapat terlihat, bahwa level pendidikan SD –
SMA masih banyak koresponden yang tidak tahu atau tahu namun belum
paham tujuan dan fungsi APE. Sedangkan level pendidikan di atas SMA
sudah mengetahui persis informasi dari APE itu sendiri.

BAB V
PENUTUP

19
A. Kesimpulan
- Terdapat peningkatan tahap perkembangan yang signifikan pada nak
usia balita sebelum dan sesudah dilakukan stimulasi secara bertahap
dengan menggunakan Alat Permainan Edukatif.
- Tingkat pengetahuan ibu terhadap informasi APE masih sangat rendah.
Hal ini dapat dilihat dari ilustrasi tabel dan diagram yang telah
disajikan di atas.

B. Saran
- Bagi orang tua yang memiliki anak usia balita agar dapat memantau
aspek perkembangan dan dapat menstimulasi anak secara dini dengan
bermain atau memberikan permainan edukatif pada anaknya agar tidak
terjadi keterlambatan dalam perkembangan.
- Bagi tenaga kesehatan khususnya pengelola poliklinik MTBS dan
Posyandu agar dapat mendeteksi secara dini keterlambatan yang
dialami oleh anak usia balita tersebut agar dapat segera ditangani oleh
tenaga kesehatan yang terdekat.
- Diharapkan adanya pemeliharaan sarana pojok bermain anak di
Puskesmas Malili agar tetap tercipta ruangan yang bersifat ramah anak.

DOKUMENTASI KEGIATAN

20
LAMPIRAN 1

21
DAFTAR TILIK TAHAP PERKEMBANGAN BALITA SESUAI
KATEGORI USIA MENURUT KEMENKES RI TAHUN 2010

Umur 6-9 bulan

NO INDIKATOR YA TIDAK
1 Duduk sikap tripoid-sendiri. 1. 2.
Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian
2
berat badan.
3 Merangkak meraih mainan atau mendekati seseorang.
4 Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya.
Memungut dua benda, masing-masing tangan pegang
5
satu benda pada saat yang bersamaan.
6 Memungut benda sebesar kacang dengan cara meraup.
7 Bersuara tanpa arti, mamama, bababa, dadada, tatata.
8 Mencari mainan/benda yang dijatuhkan.
9 Bermain tepuk tangan/ciluk ba.
10 Bergembira dengan melempar benda.
11 Makan kue sendiri.

Umur 9-12 bulan

NO INDIKATOR YA TIDAK
1 Mengangkat badannya ke posisi berdiri. 1. 2.
Belajar berdiri selama 30 detik atau berpegangan
2
dikursi.
3 Dapat berjalan dengan dituntun.
Mengulurkan lengan/badan untuk meraih mainan yang
4
diinginkan.
5 Menggenggam erat pensil.
6 Memasukkan benda ke mulut.
7 Mengulang/menirukan bunyi yang didengar.
8 Menyebut 2-3 suku kata yang sama tanpa arti.
Mengeksplorasi sekitar, ingin tahu, ingin menyentuh
9
apa saja.
10 Bereaksi terhadap suara yang perlahan atau bisikan.
11 Senang diajak bermain "ciluk ba".
Mengenal anggota keluarga, takut pada orang yang
12
belum dikenal

Umur 18-24 bulan

NO INDIKATOR YA TIDAK

22
1 Berdiri sendiri tanpa berpegangan selama 30 detik.
2 Berjalan tanpa terhuyung-huyung.
3 Bertepuk tangan, melambai-lambai.
4 Menumpuk 4 buah kubus.
5 Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk.
6 Menggelindingkan bola ke arah sasaran.
7 Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti.
8 Membantu/menirukan pekerjaan rumah tangga.
9 Memegang cangkir sendiri, belajar makan dan minum
sendiri.

Umur 25-36 bulan

NO INDIKATOR YA TIDAK
1 Naik tangga sendiri.
2 Dapat bermain dan menendang bola kecil.
3 Mencoret-coret kertas.
4 Bicara dengan baik, menggunakan 2 kata.
5 Dapat menunjuk satu atau lebih bagian tubuhnya ketika

23
diminta.
6 Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar
nama dua benda atau lebih.
7 Membantu memungut mainannya sendiri atau
membantu mengangkat piring jika diminta.
8 Makan sendiri tanpa banyak tumpah.
9 Melepas pakaiannya sendiri.

Umur 48-60

NO INDIKATOR YA TIDAK
1 Berdiri satu kaki 6 detik.
2 Melompat-lompat satu kaki. Menari.
3 Menggambar tanda silang.
4 Menggambar lingkaran.
5 Menggambar orang denngan tiga bagian tubuh.
6 Mengancingkan baju atau pakaian boneka.
7 Menyebut nama lengkap tanpa dibantu.
8 Senang menyebut kata-kata baru.
9 Senang bertanya tentang sesuatu.
10 Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar.
11 Bicaranya mudah dimengerti.
12 Bisa membandingkan/membedakan sesuatu dari
ukuran dan bentuknya.
13 Menyebut angka, menghitung jari.
14 Menyebut nama-nama hari.
15 Berpakaian sendiri tanpa dibantu.
16 Menggosok gigi tanpa dibantu.
17 Bereaksi tenang dan tidak rewel ketika ditinggal ibu.

24
LAMPIRAN 2

KUESIONER PENGETAHUAN IBU TENTANG ALAT PERMAINAN


EDUKATIF
Berilah tanda silang (x) pada huruf A, B , C, dan D pada jawaban yang anda
anggap sesuai !
1. Menurut Ibu, tujuan bermain bagi anak usia dini adalah ...

a. Agar dapat merangsang perkembangan otak dan fisik secara optimal

b. Agar anak tidak menggangu aktivitas orang tua

c. Agar tidak berlari-lari di jalan

d. Agar anak menjadi anak pendiam


2. Kriteria alat permainan menurut ibu adalah ...

a. Alat permainan yang harganya mahal

b. Alat permainan yang berbentuk indah dan menarik

c. Alat permainan yang mendidik dan sesuai dengan tingkat

25
perkembangan nya

d. Alat permainan yang sesuai dengan perkembangan jaman

3. Apakah ibu mengetahui alat permainan edukatif ?

a. Tidak pernah tahu

b. Pernah dengar

c. Tahu tapi belum paham

d. Tahu dan paham

4. Menurut ibu, apakah alat permainan untuk anak sebaiknya ...

a. Ditetukan oleh orang tua

b. Ditentukan / dipilih oleh anak

c. Disesuaikan dengan kebutuhan usia anak

d. Tidak tahu jawabannya

5. Dalam membeli permainan untuk anak selama ini, mana yang paling
sering ibu lakukan ...
a. Menuruti permintaan anak

b. Menuruti permintaan anak tapi melihat harganya

c. Menasehati anak agar permainan yang benar-benar diperlukan

d. Tidak tahu

6. Menurut ibu, pengertian alat permainan edukatif adalah ...

a. Alat permainan yang mengoptimalkan


perkembangan dengan usia dan tingkat
perkembangannya
b. Alat permainan yang dapat memuaskan hati anak

c. Alat permainan yang bagus dan maha harganya

d. Alat permainan yang banyak dijual di Toko permainan

26
7. Syarat-syarat alat permainan edukatif menurut ibu adalah ...

a. Dapat mengembangkan imajinasi anak

b. Aman, ukuran dan berat sesuai dengan usia anak

c. Warna menyolok, tidak beracun dan tidak mudah rusak

d. Jawaban A, B, C benar semua

8. Jenis atau bentuk alat permainan edukatif adalah ...

a. Mobil yang pakai remote

b. Video game

c. Puzzle, balok-balok kecil, bola

d. Robot yang pakai remote


9. Fungsi dari alat permainan edukatif yang ibu ketahui misalnya dapat
mengembangkan aspek ...
a. Kemampuan berpikir / logika

b. Kognitif dan motorik saja

c. Bahasa, kreativitas, dan kemampuan bersosialisasi

d. Kognitif, bahasa, kreativitas, motorik, dan sosialisasi

10. Menurut ibu, apa harapannya bila anak sejak awal dikenalkan apa APE ?

a. Anak tambah pintar/ cerdas

b. Anak lebih kreatif

c. Anak tambah cerdas dan kreatif

d. Tidak ada harapan karena hanya mainan

11. Apa yang ibu lakukan saat anak bermain APE ?

a. Mendampingi, memperhatikan, kegiatan anak dan bertanya apa


yang dilakukan
b. Bertanya main apa lalu dibicarakan

27
c. Hanya dilihat saja

d. Dibiarkan saja

28
LAMPIRAN 3
PERSETUJUAN KORESPONDEN

L EMBAR PERSETUJUAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :

Setelah mendapatkan penjelasan dari pelaksana program yang berjudul “PERAN


POJOK BERMAIN DALAM MENINGKATKAN STIMULASI TUMBUH
KEMBANG ANAK SERTA UPAYA MEWUJUDKAN FASILITAS
KESEHATAN YANG BERSIFAT RAMAH ANAK DI PUSKESMAS
MALILI” dan saya telah memahaminya, maka dengan ini saya secara suka rela
dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam program tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

…………………….., Januari 2019

__________________________

LAMPIRAN 4

29
ALAT PERMAINAN EDUKATIF

30

You might also like