You are on page 1of 11

Perbandingan Metode Plasma dan Pad-Dry-Cure

dengan Resin Laguard 700 dan Ekstraksi Bayam


pada Kain kapas terhadap Hasil Pengujian Tahan
Api

M. Wahyudi, Aneistasia Meithree, M. Fadlylah R, Arif Nursyabani

1
Laboratorium Mekatronika Tekstil, Politeknik STTT Bandung, Jl. Jakarta no.31 Bandung
40272, Indonesia
2
Laboratorium Penyempurnaan Tekstil, Politeknik STTT Bandung, Jl. Jakarta no.31 Bandung
40272, Indonesia  Times New Roman 12pt, italic
3
Laboratorium Pengujian dan Evaluasi Kimia Tekstil, Politeknik STTT Bandung, Jl. Jakarta
no.31 Bandung 40272, Indonesia

* Corresponding author. E-mail: nanang_dwiardi@upi.edu (Nanang Dwi Ardi),


Telp: +62-22-2004548, Fax: +62-22-2004548

ABSTRAK
Pada hasil pengujian tahan api dengan perbandingan metode, yaitu
metode plasma negatif, pad-dry-cure menggunakan resin tahan api
Leguard 700, dan perendaman ekstraksi bayam sebagai zat tahan
api. Kain yang digunakann yaitu kain kapas. Digunakan variasi
waktu 4 menit dan 8 menit pada alat uji plasma dan metode pad-
dry-cure. Pada hasil uji tahan api cara vertikal terhadap kain
ekstrak bayam didapatkan bahwa kain yang menggunakan plasma
dengan waktu 8 menit panjang arang 13 cm dan kain yang
menggunakan plasma 4 menit panjang arang 14 cm dan kain yang
menggunakan metode pad-dry-cure mempunyai panjang arang
14,5 cm dan pada penggunaan resin tahan api Leguard 700
metode plasma 8 menit dan 4 menit serta pad-dry-cure
mempunyai panjang arang 0 cm.
Kata Kunci : Metode Plasma Negatif, Metode Pad-dry-cure, Resin
Tahan Api, Ekstraksi Bayam, Kain Kapas , Pengujian uji tahan api cara vertikal

ABSTRACT

The abstract should be clear, concise, and descriptive. This


abstract should provide a brief introduction to the problem,
purpose, followed by a statement of the methodology and a
brief summary of the research results. The abstract should end
with a comment about the importance of the result or a brief
conclusion. Abstract should be no more than 300 words in two
versions, Indonesian and English.

Keywords : Strong Geomagnetic Storms; Very Strong


Geomagnetic Storms; CME; Flares; Dst Index; The Wide
of Active Region

1. Pendahuluan Plasma Pijar Korona 
Dalam dunia tekstil penggunaan alat plasma Lucutan   korona   termasuk   lucutan   mandiri
untuk teratmen awal kain sebelum di proses (self­sustained) yang merupakan suatu kasus
masih jarang dilakukan oleh industry yang khusus.   Lucutan   korona   terbentuk   pada
berada di Indonesia. Penelitian in ditunjukan medan   listrik   tak   seragam   (non   uniform)
untuk mengetahui efek plasma dan pad­dry­ yang   kuat   antar   elektroda.   Lucutan   korona
cure pada   kain kapas 100 % tahan api dan dipertahankan   pada   kuat   medan   tertentu,
membandingkan   hasil   yang   dikerjakan sehingga kuat medan tersebut belum cukup
dengan resin dan ekstrak bayam . kuat untuk terjadi lucutan arc. Medan listrik
tidak   seragam   dapat   dibentuk   dengan elektron yang bergerak dari katoda menuju

membuat   konfigurasi   geometri   elektroda anoda   akan   dapat   mengionisasi   atom­atom

yang   berbeda   misal:titik­bidang   ,   kawat­ atau molekul gas diantara elektroda. Ionisasi

bidang dan pisau silinder. terjadi   di   sekitar   elektroda   titik,   karena

Dalam   lucutan   korona   sering   juga   disebut pengaruh medan listrik ion­ion hasil ionisasi

plasma   lucutan   pijar   korona,   antara   dua akan 

elektroda terdapat dua daerah yaitu: daerah mengalir   atau   bergerak   menuju   katoda

ionisasi (ionization region) dan daerah aliran melalui   daerah   aliran   (drift   region).   Aliran

(drift   region).   Daerah   ionisasi   terletak ion­ion ini akan menimbulkan arus ion yang

disekitar   elektroda   aktif   sedangkan   daerah disebut   arus   saturasi   unipolar.   Daerah

aliran   merupakan   daerah   selain   daerah ionisasi   dan   daerah   aliran   plasma   lucutan

ionisasi   yang   berada   di   antara   kedua pijar   korona   ditunjukan   pada   gambar   1.6.

elektroda.   Elektroda   aktif   adalah   elektroda Untuk   konfigurasi   elektroda   hiperbolik­

yang   mempunyai   intensitas   medan   listrik bidang   (hiperbolid­plane)   yang   merupakan

yang   tinggi.   Untuk   konfigurasi   elektroda pendekatan   untuk   konfigurasi   titik­bidang

titik­ bidang (point­to­plane) plasma lucutan (point­to­plane)   arus   saturasi   unipolar

pijar   korona   terjadi   pada   elektroda   aktif diberikan persamaan:

yaitu   pada   elektroda   titik   (point).   Plasma

lucutan pijar korona yang terjadi dapat

disebut   korona   positif   atau   korona  negatif.


Dengan   Is   adalah   arus   saturasi   unipolar
Jenis   lucutan   korona   ini   oleh   polaritas
ion,V   adalah   tegangan   korona,  μ  adalah
tegangan   yang   diberikan   pada   elektroda
mobilitas ion unipolar, εo permitivitas
aktif.
ruang   hampa   dan   d   adalah   jarak   antar
Plasma   lucutan   pijar   korona   positif   dapat
elektroda. Arus ion­ion pada korona positif
dibentuk   dengan   memberikan   polaritas
adalah ion yang bermuatan positif .
positif pada elektroda titik (point). Elektron­
Plasma   lucutan   pijar   korona   negatif   dapat yang   diorientasikan   dan   diikat   satu

dibentuk   dengan   memberi   polaritas dengan   lainnya   melalui   ikatan   atau

negatifpada   elektroda   titik.   Hal   yang gaya   hidrogen   danvan   der   Waals.

membedakan   dengan  korona   positif  adalah Orientasi   rantai   molekul   seluosa

ion   yang   mengalir   melalui   daerah   aliran tersebut   tidak   semuanya   sempurna,

merupakan ion­ion yang bermuatan negatif. karena   dipisahkan   oleh   bagian­

Ion­ion bermuatan negatif terbentuk karena bagian disorientasi secara berselang­

di   dalam   udara   terdapat   molekul seling.   Sesunan   rantai   molekul

elektronegatif   (O2)   yang   mempunyai   sifat selulosa   yang   teririentasi   teratur

sangat   mudah   menangkap   elektron. disebut   kristalin,   sedangkan   yang

tidak   teratur   (disorientasi)   disebut

amorf.   Dari   difraksi   sinar   X

diketahui bahwa selulosa terdiri dari

75   %   bagian   kristalin   dan   sisanya

bagian   amorf.   Bagian   amorf

mempunyai   daya   serap   yang   lebih

besar   dan   kekuatan   yang   lebih

rendah   dibandingkan   dengan

kristalin.

Pada   bagian   kristalin   letak   dan

jarak   antara   molekul­molekul

selulosa   tersusun  sangat  teratur  dan

sejajr   satu   sama   lain.   Pada   bagian

amorf   letak   dan   jarak   antara


Struktur Fisika Serat Kapas
molekul­molekul   selulosa   tidak
Serat   kapas   tersusun   dari   suatu
teratur   (ada   jarak   antara   masing­
rantai   panjang   anhidrida   glukosa
masing molekul selulosa yang besar

dan   kecil   ).   Pada   jarak   yang   besar

inilah   molekul­molekul   air   dapat

masuk   sehingga   volume   seat   akan

bertambah.   Bentuk   kristalin   dan

amorf serat kapas dapat dilihat pada

Gambar 3.
Mineral

Gambar 1Struktur Selulosa dengan


Rantai Panjang Membentuk Bagian
Kristalin dan Amorf
Sumber: Maya Komalasari, Serat Tekstil
1, Sekolah tinggi Teknologi Tekstil,
Vitamin
Bandung.

Kandungan Bayam
Kandungan zat nutrisi pada
tanaman bayam dalam per 100
gram porsi bayam adalah :

Proses penyempurnaan tahan api
Diantara   zat   –   zat   untuk Bahan – bahan tahan api asam

penyempurnaan tahan api yang larut yang tellah berhasil digunakan antara

dalam air adalah: lain   adalah   asam   sulfat   dan   asam

a. Borax (Na2B4O7.10H2O) fosfat   (Bp   634,   690).   Pada


b. Alumunium   sulfat
prinsipnya   kain   direndam   peras
(Al2[SO4]3.18H2O).
dalam   larutan   asam   lalu
c. Campuran borax/asm borat 7 : 3
d. Campuran   borax/diamonium­ dipanasawetkan.   Penambahan

hidrogen­fosfat 1 : 1 sianamida   diperlukan   untuk

melindungi   kain   dari   kemungkinan


Zat – zat tersebut meleleh pada
kerusakan   akibat   asam   pada
suhu  relatif  rendah   dan  membentuk
pengeringan dan pemanasawetan.
busa pelindung api pada serat. Zat –
Pengerjaan   dengan   asam   fosfat
zat tersebut efektif untuk mencegah
disamping   memberikan   sifat
nyala   api   walaupun   bersifat
ketahanan   nyala   bara   api,   ternyata
sementara   (tidak   permanen).   Asam
juga   memberikan   sifat   tahan   kusut
borat dan asam fosfat atau garamnya
pada   kain   dan   mengurangi   imbibisi
dapat   menghambat   nyala   bara   api
airnya.
(afterglow) karena dapat melepaskan
Pada   kira   –   kira   1947   aminasi
asam pada suhu tinggi.
kapas   memakai   asam   2­
Proses   penyempurnaan   tahan
aminoetilsulfat   dan   soda   kostik
api dengan bahan – bahan anorganik
menghasilkan   kapas   dengan   sifat
tidak larut adalah proses perkin yang
celup yang berbeda dan dapat dibuat
didasarkan pada dekomposisi ganda
tahan   api   secara   permanen   melalui
natrium   stanat   dan   amonium   sulfat
reaksi dengan tetrakis (hidroksimetil)
sehingga   menghasilkan   stani   oksida
fosforium   klorida   (HOCH2)4PCl
dan   menyebabkan   kerusakan   kain

kapas dan kurang tahan cuci.
yang   dikenal   dengan   singkatan  Plasma Negatif

THPC.  Kompor
 Alat Uji Vertikal

Sel­OH + NH2­(CH2)2­OSO2­OH +
2.1.2 Bahan yang Digunakan
NaOH         Sel­O­(CH2)2­NH2 +
Bahan yang digunakan adalah
Na2SO4 + H2O Kain kapas yang sudah melalui
Asam 2­aminoetilsulfat proses plasma dan kain kapas
biasa

Sel­O­(CH2)2­NH2 +
2.1.3 Zat yang Dipakai
(HOCH2)4PCl

Sel—(CH2)2­N­CH2­P­CH2­N­  Legaurd 700


(CH2)2­O­Sel  Air
THPC   dapat   berkondensasi  Bayam

dan berpolimerisasi dengan sejumlah  Na2CO3

senyawa yang mengandung nitrogen I. 2.2 Diagram Alir

dan   dapat   bereaksi   dengan persiapan

formaldehida   dan   menghasilkan


Padding (WPU 80 %)
bahan polimer yang tidak terbakar.

Predrying (1100C, 2’)

2. Metodelogi Percobaan
Curing (150 C, 5')
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat
 Ember plastik
Pengujian
 Mesin stenter
 Mesin padder
 Pengaduk
Pengujian Tahan Api dengan Bayam :
2.3 Percobaan -Ekstrak bayam selama 1 jam
2.3.1 Penyempurnaan Tahan Api -Pisahkan air ekstrak bayam dengan
ampasnya
- Larutan penyempurnaan dibuat sesuai
-Rendam kain kapas dengan ekstrak air
dengan perhitungan resep
bayam sambil di panaskan selama 1 jam
Menghitung resep larutan sebanyak 300
-masukan kain hasil rendaman ke mesin
ml.
stenter
- Bahan dimasukan kedalam larutan
-lakukan evaluasi
penyempurnaan, kemudian dibenam
peras dengan WPU 80%.
3. Data Pengamatan dan Pembahasan
- Kemudian dilakukan predrying pada
a. Resin metode Pad-dry-cure
suhu 1100 C selama 2 menit.
- Kemudian dilakukan pemanas awetan Resin Waktu Nyala Panjang
pada bahan pada suhu 150 0C selama 5 Nyala Bara Arang
Tanpa 26,27’’ 21,27”’’ 0 cm
menit.
Plasma
- Kemudian bahan dievaluasi, yaitu uji Plasma 27,57” 22,10” 0 cm
bakar sebelum pencucian dan sesedah 4 menit
Plasma 26,10” 23,30” 0 cm
pencucian.
8 menit
Catatan : untuk blanko tidak dilakukan
proses resin, hanya dipadding
dengan air. Urutan proses b. Resin impregnasi 1 jam

selanjutnya sama dengan kain Resin Waktu Nyala Panjang


contoh uji. Nyala Bara Arang
Tanpa 19,20” 0’’ 0 cm
Plasma
2.3.2 Pengujian Plasma:
Plasma 22,11’’ 0’’ 0 cm
-Pasangkan kain pada Alat Plasma 4 menit
-Nyalakan Alat Plasma tersebut Plasma 18,07” 0” 0 cm

-Lalu Kain harus di putar agar terkena sinar 8 menit

plasma selama 4 - 8 menit sesuai


variasi c. Ekstraksi impregnasi 1 jam
-Lalu mesin di matikan dan kain di cabut
Ekstrak Waktu Nyala Panjang resin/zat tersebut akan dapat masuk dan
Bayam Nyala Bara Arang berikatan dengan serat. Dimana pada
Tanpa 12’’ 83” 13cm
permukaan kain, resin atau zat tersebut akan
Plasma
Plasma 0,7’’ 95’’ 14,5cm berpolimerisasi membentuk suatu lapisan
4 menit film dan mengikat zat-zat yang mudah
Plasma 10.02” 81” 13,5cm
menguap selama terjadi pembakaran.
8 menit
Berdasarkan kain yang dicelup dengan

Hasil pengujian untuk kain kapas terhadap suasana pH 10 memiliki sifat tahan api yang

tahan api dengan menggunakan beberapa baik terhadap kain kapas. Hal ini dapat

metode yang berbeda. Proses disebabkan karena kain selulosa rusak pada

penyempurnaan tahan api bertujuan untuk suasana asam, maka dilakukan penambahan

memperbaiki sifat tahan api pada bahan Na2CO3 agar menjadi suasana alkali selain

tekstil terhadap suatu pembakaran terdapat itu, larutan ekstrak bayam berubah warna

kain yang diperlakukan dengan metode uji saat proses impregnasi suasana asam

menggunakan plasma yang akan membuat menjadi hijau kecoklatan. Hal ini dapat

pori-pori pada kain dengan menggunakan berpengaruh pada suhu yang lebih tinggi dan

tembakan plasma negative pada alat uji menyebabkan pori-pori serat selulosa

plasma. Pada alat tersebut digunakan arus membuka sehingga kandungan pada ekstrak

sebesar 40 A dan tegangan sebesar 2,4 A dan bayam dengan mudah untuk masuk ke

menggunakan variasi waktu untuk putaran dalam serat.


Berdasarkan data pengamatan untuk
selama 4 menit dan 8 menit. Perlakuan pada
ekstrak bayam yang telah dilakukan dengan
kain tersebut ditujukan untuk metode pad-
metode plasma selama 4 menit dan
dry-cure menggunakan resin tahan api dan
dimpregnasi selama 1jam dengan waktu
proses impregnasi menggunakan resin yang
nyala api selama 0,7detik sengan waktu bara
dimpregnasi selama 1 am dan impregnasi
95 detik. Hal ini dapat disebabkan oleh
ekstrak bayam tahan api selama 1 jam
kandungan garam mineral pada ekstrak
dalam suhu 100˚C. Pada proses ini, kain
bayam yang masuk lebih banyak sehingga
akan diimpregnasi oleh suatu resin atau zat
ketahanan api juga semakin baik. Adanya
anti api. Kemudian dengan adanya suatu
garam mineral dapat memperlambat
pengeringan awal dan pemanas awetan maka
dekomposisi termal selulosa karena dapat
membantu memproduksi lebih banyak arang secara penuh. hasil yang tidak
dan gas yang tidak mudah terbakar seperti dipublikasikan dan komunikasi
CO2 dan H2O. Gas ini dapat mengencerkan pribadi tidak dianjurkan dalam
gas yang mudah terbakar seperti daftar referensi, namun dapat
levoglokosan dan piroglukosan yang disebutkan dalam teks. Jika
diproduksi saat pirolisis selulosa pada proses referensi ini termasuk dalam
pembakaran. daftar referensi mereka harus

5. Referensi ← 12pt, Times bold mengikuti gaya acuan standar

Hindari kutipan berlebihan jurnal dan harus mencakup

publikasi dari daerah yang sama. substitusi dari tanggal

Periksa setiap referensi terhadap penerbitan dengan baik "hasil

sumber asli (nama penulis, yang tidak dipublikasikan" atau

volume, masalah, tahun, DOI "komunikasi pribadi".

Number). Silakan gunakan


Aplikasi Referensi Manajer
seperti EndNote, Mendeley, 1. Engelmore, R., Morgan, A. eds.
Zotero, dll atau gunakan artikel (1986). Blackboard Systems.
lain yang diterbitkan dalam Reading, Mass.: Addison- Wesley. ←
jurnal yang sama sebagai model. Book
Semua publikasi yang dikutip 2. Robinson, A.L. (1980). New Ways to
dalam teks harus dimasukkan Make Microcircuits Smaller.
sebagai daftar referensi. Science, 208: 1019-1026. ← Journal
Referensi nomor berurutan 3. Bhavsar, D.S., Saraf, K.B. (2002).
seperti yang muncul dalam teks. Morphology of PbI2 Crystals Grown
Nomor referensi ditunjukkan by Gel Method. Crystal Research
dalam tanda kurung. Pastikan and Technology, 37: 51–55
bahwa setiap referensi yang ←Journal
dikutip dalam teks juga hadir 4. Hasling, D.W., Clancey, W.J.,
dalam daftar referensi (dan Rennels, G.R. (1983). Strategic
sebaliknya). Referensi dikutip Explanations in Consultation. The
dalam abstrak harus diberikan
International Journal of Man- for Parallel Problem Solving,
Machine Studies, 20(1): 3-19. Technical Report, KSL-86-19, Dept.
←Journal of Computer Science, Stanford Univ.
5. Clancey, W.J. (1983). ←Report
Communication, Simulation, and In- 7. Clancey, W.J. (1979). Transfer of
telligent Agents: Implications of Rule-Based Expertise through a
Personal Intelligent Machines for Tutorial Dialogue. PhD Dissertation,
Medical Education. In Proceedings Department of Computer Science,
of the Eighth International Joint Stanford University. ←Thesis
Conference on Artificial Intelligence, 8. Ivey, K.C. (2 September 1996).
556-560. Menlo Park, Calif.: Citing Internet sources URL
International Joint Conferences on http://www.eei-
Artificial Intelligence, Inc. alex.com/eye/utw/96aug.html.
←Conferences ←Website
6. Rice, J. (1986). Poligon: A System

You might also like