You are on page 1of 7

KUALITAS MIKROBIOLOGIS UDARA DI SALAH SATU

PUSAT PERBELANJAAN DI JAKARTA SELATAN


Eko Pudjadi1, Rima Suciyani2, Innes Genia Sahira2,
Megga Ratnasari Pikoli2*
1
Pusat Keselamatan Radiasi dan Metrologi Radiasi (PTKMR) Badan Tenaga Nuklir Nasional
2
Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

*Corresponding author: meggapikoli@uinjkt.ac.id

Abstract

The airborne bacteria and fungi in parking building, playground and food court in Blok M Square,
South Jakarta, were assessed in order to investigate air quality in one of the shopping center in
Jakarta. The air sample was passed through plate count agar and potato dextrose agar using a
single-stage multi-orifice Sampler SKC Biostage Standard. Results showed that average microbial
concen-trations were 200.17, 101.17, 55, 33 CFU bacteria per m3, and 109.54, 37.69, 27.09 CFU
fungi per m3 of air volume in the parking building, the children playground and the food court,
respectively. The most dominating bacteria had characteristicsresembleairborne Bacillus subtilis,
while the most dominating fungi wereidentified as Cryptococcus sp., Aspergillus spp., Penicillium
sp. and Candida sp. The microbial concentrations were different significantly (α=0,05) inall the
three areas. In addition, there were strong relationship and significant influence between the
concentrations of bacteria and fungi to temperature, humidity and light intensity in in all the three
areas based on Pearson correlation analysis. For today, there is no air quality standard
specifically for shopping center, so the data were compared tocommon standards for indoor air
quality. The concentration of bacteria and fungi met the standard regulated by TheMinistry of
Health Republic of IndonesiaNo.1405/MENKES/SK/ XI/2002 about Environmental Requirements
for Office and Industrial., i.e <700 CFU/m3, and acceptable according to World Health
Organization (WHO) with 500 CFU/m3 as a normal condition. In any case, it is advisable to be
aware ofthe spread of airborne bacteria and fungi in shopping centersthat are potentially
pathogenic.

Keywords: airborne microorganisms, bioaerosol, indoor air quality, shopping center

PENDAHULUAN huluan pada bulan Desember 2014 mencatat


Pusat perbelanjaan saat ini tidak hanya bahwa jumlah pengunjung Blok M Square,
dimanfaatkan sebagai tempat transaksi perda- Jakarta Selatan, mencapai 25.000-30.000
gangan, melainkan juga sebagai sarana orang pada hari kerja dan meningkat menjadi
entertainment yang di dalamnya banyak 75.000-80.000 orang pada hari libur di akhir
terdapat aktivitas manusia. Bahkan pem- pekan.
banguan suatu wilayah dapat ditandai salah Udara di ruang publik secara tidak
satunya dengan pembangunan pusat perbe- disadari menjadi konsumsi bersama oleh
lanjaan. Di Jakarta pusat perbelanjaan dari banyak orang.Mikroorganisme bakteri dan
tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut jamur yang tersebar di udara (bioaerosol)
data yang dilansir oleh Cushman dan akan terhirup dan menimbulkan penyakit
Wakefield dan dikutip oleh Tempo.co, Jakarta infeksi apabila mereka bersifat patogenik.
Selatan memiliki pusat perbelanjaan terba- Menurut Yusup et al., (2014), meskipun
nyak (21,8%), dengan pertumbuhan 3,9% per belum dimasukkan ke dalam kriteria polutan,
tahun (Syailendra, 2013). Pusat perbelanjaan bioaerosol merupakan parameter kualitas
di Jakarta merupakan salah satu ruang publik udara yang penting di dalam ruangan karena
yang ramai dikunjungi. Hasil survey penda- menyebabkan resiko kontaminasi di antara
Al-Kauniyah Jurnal Biologi Volume 8 Nomor 2, Oktober 2015 59
Eko Pudjadi dkk Kualitas Mikrobiologis Udara

manusia. Oleh karena itu, kualitas udara di Waktu terebut merupakanwaktu dengan
pusat perbelanjaan merupakan salah satu pengunjung terpadat di Blok M Square
faktor penting yang menarik untuk dicermati. berdasarkan hasil survey pendahuluan. Pen-
Penelitian ini memeriksa kualitas udara jeratan mikroorganismedilakukan selama 5
di pusat perbelanjaan dengan mengambil menit, mengikuti metode NationalInstitute of
sampel di Blok M Square sebagai contoh Accupational Safety and Health (NIOSH)
dengan pengunjung yang melimpah. Pengam- tentang Manual Analytic Method. Pada saat
bilan sampel udara dilakukan di tempat- sampling udara dilakukan pengukuran faktor-
tempat yang diduga menjadi lingkungan yang faktor fisik berupa suhu, kelembaban dan
baik untuk pertumbuhan bakteri dan jamur, intensitas cahaya.
yaitu gedung parkir, arena bermain anak dan Analisis Data
food court. Penelitian ini bertujuan untuk Pemeriksaan bakteri dan jamur dihitung
mengetahui perbedaan konsentrasi bakteri dan dengan rumus: konsentrasi bakteri atau jamur
jamur udara pada ketiga tempat tersebut di dalam satuan CFU/m3=jumlah koloni bakteri
dalam pusat perbelanjaan Blok M Square, atau jamur per m3 volume udara, sedangkan
disertai hubungan antara nilaifaktor-faktor volume udara dalam ruangan dalam satuan
lingkunganudara (suhu, kelembaban dan m3=lama pengambilan sampel dalam menit
intensitas cahaya) dengan konsentrasi bakteri dikali 0,0283 m3 per menit (NIOSH 1997).
dan jamur udara. Distribusi data konsentrasi bakteri dan jamur
diperiksa dengan uji normalitas. Kemudian
MATERIAL DAN METODE konsentrasi bakteri dan jamur dianalisis
Waktu dan tempat apakah terdapat perbedaan di antara gedung
Penelitian dilakukan pada bulan parkir, arena bermain anak dan food court.
Desember 2014. Sampling udara dilakukan Sementaraitu, keeratanhubunganantarafaktor-
pada tiga area, yaitu gedung parkir, arena faktorfisikudara (suhu, kelembaban dan inten-
bermain anak dan food court di pusat perbe- sitas cahaya) dengan konsentrasi bakteri dan
lanjaan Blok M Square, Jakarta Selatan. jamur diperiksa denganujikorelasi Pearson.
Pemeriksaan konsentrasi bakteri dan jamur Seluruh uji statistika dilakukan dengan
dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi tingkat kepercayaan 95% (α=0,05). Peme-
Pusat Laboratorium Terpadu (PLT) Univer- riksaan mikroorganisme dilanjutkan dengan
sitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah pengamatan morfologi koloni dan sel, terma-
Jakarta. suk pewarnaan Gram dan endospora untuk
Bahan dan alat bakteri, kemudian melakukan pendu-gaan
Plate count agar digunakan untuk identitasnya berdasarkan referensi mikro-
menumbuhkan bakteri, sedangkan potato organisme udara. Persebaran tiap koloni yang
dextrose agar digunakan untuk menumbuh- berbeda dalam tiap area dihitung dari kemun-
kan jamur. Alat untuk menjerat mikroorga- culan koloni itu per total macam koloni dikali
nisme adalah Single-stage Multi-Orifice Sam- 100%.
pler SKC Biostage Standardyang dilengkapi
dengan pompa vakum berkapasitas hisap 28,3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Lmenit-1 dan tripod setinggi 1,5 m. Alat-alat Konsentrasi bakteri dan jamur udara
laboratorium yang digunakan adalah inku- Konsentrasi dan jumlah macam bakteri
bator, autoklaf, mikroskop, mikropipet, wea- dan jamur di udara diBlok M Square menun-
thermeter, luxmeter, dan alat-alat gelas untuk jukkan perbedaan di antara ketiga area (Tabel
kultivasi mikroorganisme. 1). Hasil analisis variansi (α=0,05) menun-
Pengambilan sampel jukkan bahwa konsentrasi bakteri dan jamur
Pada setiap area, sampling dilakukan pada gedung parkir lebih tinggi secara signi-
secara acakdi dua titik, dan dilakukan tiga kali fikan dibandingkan dengan konsentrasi
pengulangan pada hari yang berbeda di jam bakteri dan jamur pada arena bermain anak
yang sama, yaitu dalam kisaran pk.11-13. dan food court. Demikian pula pada jumlah

Al-Kauniyah Jurnal Biologi Volume 8 Nomor 2, Oktober 2015 60


Eko Pudjadi dkk Kualitas Mikrobiologis Udara

Tabel 1. Konsentrasi dan jumlah macam bakteri dan jamur udara diBlok M Square

Konsentrasi rata-rata Jumlah macam koloni


Area (CFU/m3)
Bakteri Jamur Bakteri Jamur
Gedung parkir 200,17 109,54 14 12
Arena bermain anak 101,17 37,69 11 6
Food court 53,33 27,09 10 8

Gambar 1. Persebaran mikroorganisme udara di ketiga arena di Blok M Square. A) Persebaran


bakteri; B) Persebaran jamur

Al-Kauniyah Jurnal Biologi Volume 8 Nomor 2, Oktober 2015 61


Eko Pudjadi dkk Kualitas Mikrobiologis Udara

macam koloni berdasarkan morfologinya, kan bahwa terdapat korelasi linier yang kuat
pada udara gedung parkir paling tinggi (R= 0,615) di antara suhu, kelembaban dan
dibandingkan dengan kedua area lainnya. intensitas cahaya, terhadap konsentrasi bak-
Persebaran bakteri dan jamur udara teri. Kontribusi faktor-faktor fisik tersebut
Dengan asumsi bahwa morfologi koloni terhadap konsentrasi bakteri adalah sebesar
yang berbeda merupakan jenis bakteri yang 37,8% (R2= 0,378); sedangkan 62,2% dipe-
berbeda yang tumbuh pada medium yang ngaruhi oleh faktor lain. Sementara itu,
sama (plate count agar), persebaran jenis korelasi faktor-faktor fisik terhadap konsen-
bakteri udara di ketiga area di Blok M Square trasi jamur lebih kuat (R= 0,748), dengan
ditampilkan pada Gambar 1A. Bakteri udara kontribusi faktor fisik terhadap konsentrasi
yang mendominasi ketiga area di Blok M jamur sebesar 55,9%; sedangkan 44,1%
Square, terutama di gedung parkir, adalah dipengaruhi oleh faktor lain.
yang memiliki ciri streptobasil (B.1), diikuti Pada penelitian ini kondisi ruangan saat
oleh monokokus (B.4 dan B.6). Beberapa pengambilan datadiamati pula, yang dinilai
jamur mendominasi ketiga area di dalam Blok secara kualitatif (Tabel 3). Hanya gedung
M Square, seperti Cryptococcus sp., Asper- parkir yang tidak dilengkapi pengatur suhu
gillus spp., Penicillium sp.dan Candida sp. ruang, dengan kondisi dinding dan lantai yang
(Gambar 1B). Seperti halnya bakteri, gedung kotor dan basah.
parkir adalah lokasi yang paling banyak Hasil pemeriksaan kualitas mikrobio-
ditemukan jamur. logis udara gedung parkir, arena bermain anak
Hubungan konsentrasi bakteri dan jamur dan food courtdi Blok M Square dan
dengan fakor-faktor fisik udara analisisnya menunjukkan bahwa konsentrasi
Faktor-faktor fisik udara yang diukur bakteri dan jamur udara (Tabel 1) di pusat
berupa suhu, kelembaban dan intensitas caha- perbelanjaan dipengaruhi oleh area di
ya memiliki perbedaan di antara ketiga area di dalamnya. Hal ini dipengaruhi oleh perbedaan
dalam Blok M Square (Tabel 2). Hasil faktor-faktor fisik udara (Tabel 2) dan kondisi
analisis korelasi Pearson (α=0,05) menunjuk- ruangannya (Tabel 3).

Tabel 2. Hasil pengukuran faktor-faktor fisik udara di ketiga area dalam Blok M Square
Area Suhu (0C) Kelembaban (%) Intensitas Cahaya (Lux)
Gedung parkir 28,2–29,2 70,1-81,5 10-25
Arena bermain anak 24,6-26,1 69-76,5 120-169
Food court 24,8-26,5 69-74,8 55-95

Tabel 3. Hasil observasi kondisi ruangan saat pengambilan data


Arena Bermain
Hal yang diamati Gedung Parkir Food court
Anak
Luas ruangan ( 4275 1410 4170
Air conditione Jenis AC Exhaust Fan* Sentral Sentral
(AC) Kondisi Menyala Menyala Menyala
Jenis Dinding Tembok Tembok Tembok
Dinding
Kondisi Kotor Bersih Bersih
Jenis Lantai Beton Keramik Keramik
Lantai
Kondisi Kotor, Basah Bersih, Kering Bersih, Kering
Sumber Cahaya Neon Neon Neon
Pencahayaan Kondisi Menyala Menyala Menyala
Jumlah neon 565 513 226
Keterangan: *Tidak Ada Pendingin Ruangan (AC)

Al-Kauniyah Jurnal Biologi Volume 8 Nomor 2, Oktober 2015 62


Sinta Ramadhania dkk Fitoplankton Sebagai Bioindikator

Belum terdapat standar khusus untuk Lebih tingginya konsentrasi dan jumlah
kualitas udara di pusat perbelanjaan, sehingga macam bakteri dan jamur pada gedung parkir
pembandingan konsentrasi mikroorganisme dapat disebabkan oleh kondisi area yang lebih
mengacu pada standar kualitas udara dalam dinamis oleh adanya kendaraan yang masuk
ruangan secara umum. Pemerintah Indonesia dan keluar. Selain itu, sifat mobilitas kenda-
telah mengatur persyaratan kualitas udara raan bermotor di area gedung parkir lebih
dalam ruangan dalam Keputusan Menteri tinggi daripada mobilitas manusia di dalam
Kesehatan No. 1405 Tahun 2002 Tentang area lain (arena bermain anak dan food court).
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Mobilitas yang tinggi masuk dan keluar suatu
Perkantoran dan Industri. Dalam keputusan area dapat menyebabkan terbawa masuknya
tersebut telah ditetapkan bahwa standar untuk polutan, termasuk mikroorganisme, dari luar
total mikroba (bakteri, jamur dan spora jamur) ke dalam area yang terbawa oleh kendaraan.
adalah kurang dari 700 CFU/m3 dan bebas Hasil laporan Bartlett et al., (2003) menun-
mikroba patogen. Dengan demikian, konsen- jukkan bahwa konsentrasi mikroorga-nisme di
trasi bakteri dan jamur udara di ketiga area udara outdoor lebih tinggi 5-10 kali lipat
dalam Blok M Square yang ≤200 CFU/m3 daripada udara indoor. Hal ini sejalan dengan
menunjukkan bahwa kualitas udara masih hasil penelitian Li et al. (2001) yang menyim-
memenuhi standar Pemerintah Indonesia. pulkan bahwa pusat perbelanjaan yang dileng-
Menurut Fabian et al., (2005), literatur dan kapi dengan fasilitas gedung parkir, dengan
regulasi standar mengenai bioaerosol di dalam kendaraan yang parkir, masuk dan keluar
ruangan masih terbatas dan belum disepakati. menyebabkan konsentrasi bakteri yang tinggi.
Sebagai contoh, American Conference of Bakteri yang memiliki persebaran ter-
Governmental Industrial Hygienists (ACGIH) tinggi pada gedung parkir (23%), arena ber-
menetapkan batas <100 CFU/m3 untuk bakteri main anak (17,14%) dan food court (16,7%)
dan jamur; Health and Welfare Departmentin di Blok M Square adalah bakteri B1 dengan
Canada menetapkan 150 CFU/m3dengan karakteristik Gram positif, susunan strepto-
banyak spesies adalah kondisi normal, basil, dan memiliki endospora. Ciri-ciri bak-
sedangkan 50 CFU/m3 pada satu spesies fungi teri udara tersebut menyerupai Bacillus sub-
dikatakan butuh investigasi segera. World tilis, berdasarkan buku Foundation in Micro-
Health Organization (WHO) menetapkan 500 biology (Talaro & Talaro, 1996) dan buku
CFU/m3 merupakan kondisi yang dapat Bergey's Manual of Determinative Bacterio-
diterima (Heseltine & Rosen, 2009). Dengan logy (Holt & Bergey, 1994).Bacillus subtilis
demikian, konsentrasi bakteri dan jamur udara mampu membentuk endospora dorman yang
di ketiga area dalam Blok M Square meru- sangat tahan terhadap kondisi lingkungan
pakan kondisi yang dapat diterima menurut yang tidak menguntungkan, yang mudah dise-
WHO, tetapi tidak memenuhi standar menurut barkan oleh angin untuk bermigrasi dalam
ACGIH dan Canada. jarak yang jauh (Earl et al., 2008). Selain itu,
Konsentrasi bakteri udara pada ketiga hal yang menjadi perhatian adalah beberapa
area di Blok M Square lebih rendah bakteri menunjukkan karakteristik seperti
dibandingkan dengan hasil penelitian yang patogen asal udara. Misalnya, bakteri B.3
dilakukan oleh Li et al., (2001) yang menye- dengan karakteristik diplokokus Gram positif
butkan konsentrasi bakteri udara di dalam berpotensi sebagai Haemophilus dan Neis-
beberapa pusat perbelanjaan di Hong Kong seria meningitides; bakteri B.13 memiliki
melebihi 1000 CFU/m3. Selain itu, konsen- karakteristik diplokokus Gram negatif, yang
trasi jamur udara pada ketiga area di Blok M berpotensi sebagai Diplococcus pneumoniae.
Square lebih rendah dibandingkan dengan Ketiga patogen tersebut dapat menyebabkan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Nunes et infeksi pada selaput yang menyelimuti otak
al., (2005) di beberapa pusat perbelanjaan di dan sumsum tulang belakang (meningitis),
Rio de Janeiro, Brazil, yaitu 300-1000 infeksi darah dan infeksi berat lainnya pada
CFU/m3. dewasa dan anak-anak (Hart & Rogers, 1993).

Al-Kauniyah Jurnal Biologi Volume 8 Nomor 2, Oktober 2015 63


Sinta Ramadhania dkk Fitoplankton Sebagai Bioindikator

Menurut Gόrny & Dutkiewicz (2002), meski- nya konsentrasi bakteri dan jamur di udara
pun konsentrasi mikroorganisme di bawah gedung parkir. Hal lain yang perlu diper-
ambang batas yang ditetapkan, adanya mikro- hatikan adalah suhu udara di dalam gedung
organisme patogen di udara harus diwaspadai parkir. Hasil penelitian Naddafi et al., (2011)
karena akan menyebabkan masalah kesehatan. menyebutkan bahwa ruangan dengan suhu 25-
Dari total 18 jenis jamur yang ditemu- 38°C memiliki konsentrasi bakteri patogen
kan pada seluruh sampel udara, 12 jenis jamur lebih tinggi dibandingkan dengan ruangan
berpotensi sebagai patogen ditemukan di dengan suhu <25°C, karena mendekati suhu
gedung parkir, yaitu Rhizopus sp., Aspergillus tubuh manusia. Oleh karena itu, diperlukan
fumigatus, A.niger, Aspergillus sp.1, Asper- sistem ventilasi dan pengatur suhu udara yang
gillus sp.2, Aspergillus sp.3, Penicillium sp., baik di dalam gedung parkir.
Fusarium sp.1, Neurospora crassa, Can-dida Dalam penelitian ini, selain suhu, ke-
sp., Cryptococcus sp dan Mucor sp.. Hal ini lembaban udara dan intensitas cahaya, yang
berarti gas buangan kendaraan bermotor diduga dapat mempengaruhi konsentrasi bak-
dalam gedung parkir tidak menghambat kebe- teri dan jamur udara ketiga area di Blok M
radaan jamur-jamur tersebut. Beberapa jenis Square adalah kondisi ruangan seperti yang
jamur di area food court ditemukan dengan digambarkan secara kualitatif pada Tabel 3.
persentasi yang tinggi dibandingkan di area Lebih tingginya konsentrasi mikroorganisme
lain, yaitu Rhizopus sp. (17,39%), Penicillium dalam udara gedung parkir dibandingkan
sp. (17,39%), dan Candida sp. (21,74%). Hal dengan kedua area lainnya disebabkan oleh
tersebut diduga disebabkan karena pada area kondisi dinding dan lantai yang lebih kotor
food court terdapat berbagai bahan-bahan dan lembab, serta pencemaran dari luar
organik, seperti asam-asam lemak, yang ruangan yang terbawa oleh kendaraan dan
bertebaran di udara oleh aktivitas memasak. manusia karena exhaust fan yang tidak
Contoh bahan-bahan organik vola-til yang memadai. Hal ini sejalan dengan pendapat
beraosisasi kuat dengan konsentrasi bakteri Burge (2001), bahwa sistem ventilasi ruangan
dan jamur di udara adalah alkohol dan keton dan manajemen polutan di dalam ruangan
(Fabian et al., 2005). Menurut Yusup et al., dapat mempengaruhi konsen-trasi bakteri dan
(2014), mikroorganisme udara di restoran jamur udara. Occupational Safety dan Health
terbawa oleh particulate matter dan dapat Administration (2015) menyata-kan bahwa
meningkatkan resiko kontaminasi makanan penyebab konsentrasi bakteri dan jamur yang
dan berasal dari pengunjung dan limbah tinggi di dalam ruangan gedung komersil
organik. adalah tumpahan air, pengendalian kelembab-
Terdapat beberapa faktor yang mempe- an yang kurang baik, serta rembesan air mela-
ngaruhi konsentrasi bakteri dan jamur di lui dinding dan tembok.
udara seperti suhu, kelembaban udara dan
intensitas cahaya di dalam ruangan. Tinggi KESIMPULAN
atau rendahnya nilai faktor fisik udara diduga Konsentrasi bakteri dan jamur udara
dipengaruhi oleh kondisi ruangan pada saat pada gedung parkir lebih tinggi dibandingkan
pengamatan. Berdasarkan analisis uji regresi dengan arena bermain anak dan food court di
linear berganda dan uji korelasi (R), diketahui dalam Blok M Square. Pada ketiga area sam-
terdapat hubungan yang nyata antara faktor pling, konsentrasi bakteri dan jamur masih
fisik udara (suhu, kelembaban dan intensitas memenuhi standar <700 cfu/m3 udara, yang
cahaya) terhadap konsentrasi bakteri dan ditetapkan dalam Kepmenkes RI No. 1405/
jamur udara di dalam pusat perbelanjaan Blok MENKES/SK/XI/2002. Terdapat korelasi
M Square. Perbedaan sangat jauh tampak yang kuat dan pengaruh yang cukup berarti
pada intensitas cahaya yang rendah di dalam antara konsentrasi bakteri dan jamur terhadap
gedung parkir, dibandingkan kedua area suhu, kelembaban dan intensitas cahaya udara
lainnya. Intensitas cahaya yang rendah ini di gedung parkir, arena bermain anak dan
merupakan faktor yang menyebabkan tinggi- food court Blok M Square. Perlu diwaspadai

Al-Kauniyah Jurnal Biologi Volume 8 Nomor 2, Oktober 2015 64


Sinta Ramadhania dkk Fitoplankton Sebagai Bioindikator

penyebaran bakteri dan jamur yang berpotensi Li, W. M., Lee, S. C, & Chan, L. Y. (2001).
patogenik di udara dalam pusat perbelanjaan. Indoor air quality at nine shopping
malls in Hong Kong. Sci Total Environ
UCAPAN TERIMAKASIH 273(1), 27-40. doi: 10.1016/s0048-
Penulis mengucapkan terima kasih 9697(00)00833-0
kepada pengelola Blok M Square yang telah Naddafi, K., Jabbari, H., Hoseini, M.,
memberikan izin untuk melakukan penelitian Nabizadeh, R., Rahbar, M., &
dan pengambilan sampel udara. Younesian, M. (2011). Investigation of
indoor and outdoor air bactrial density
DAFTAR PUSTAKA in Tehran subway system. Iranian
Bartlett, K. H., Lee, K. S., Stephens, G., Journal of Environ-mental Health
Black, W., Brauer, M., & Copes, R. Science & Engineering 8(4), 383-388.
(2003). Report on Evaluating Indoor air National Institute of Occupational Safety and
quality: Test standards for bioaerosols. Health (NIOSH). (1997). (akses 2
99FS-64. University of British Oktober 2014). NIOSH Fact: Indoor
Columbia. Environment Quality (IEQ). Diakses
Burge, H. A. (2001). Indoor Air Quality dari http://www.cdc.gov/niosh/topics.
Hand-book. McGraw-Hill Book Com- indoorenv
pany. New York. Nunes, Z. G., Martins, A. S., Altoe, A. L. F.,
Earl, A. M., Losick, R., & Kolter, R. (2008). Nishikawa, M. M., Leite, M. O.,
Ecology and genomics of Bacillus Aguiar, P. F., & Fracalanzza, S. E. L.
subtilis. Trends Microbiol 16(6), 269- (2005). Indoor air microbiological
275. doi: 10.1016/j.tim.2008.03.004. evaluation of offices, hospitals,
Fabian, M. P., Miller, S. L., Reponen, T., & industries, and shopping centers. Mem
Hernandez, M. T. (2005). Ambient InstOswaldo Cruz 100(4), 351-357.doi:
bioaerosol indices for indoor air quality 10.1590/s0074-0276200 5000400003.
assess-ments of flood reclamation. J Occupational Safety & Health Adminis-
Aerosol Sci 36(5): 763-783. doi: 10. tration (OSHA). (2015). Indoor Air
1016/j. jaerosci.2004.11.018. Qua-lity in Commercial and Insti-
Gόrny, R. L., & Dutkiewicz, J. (2002). tutional Buildings. Maroon Ebooks.
Bacterial and fungal aerosols in indoor Syailendra. (2013). Data Pertumbuhan Mal di
environment in Central and Eastern Kawasan Jakarta. (22 November 2015).
European coun-tries. Ann Agric Environ Diakses dari http://metro.tempo.
Med 9: 17-23. co/read/news/2013/09/18/083514312/da
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1405/ ta-pertumbuhan-mal-di-kawasan-jakarta
MENKES/SK/XI/2002. Persyaratan Talaro, K.P., Talaro, A. (1996). Foundations
Kesehatan Lingkungan Kerja Perkan- in Microbiology Second Edition.Wm.C.
toran dan Industri. (10 Oktober 2014). Brown Publisher. New York.
Di akses dari http://www. Dep-kes.go.id Yusup, Y., Ahmad, M. I., & Ismail, N.
Heseltine, E, & Rosen J. (Eds.). (2009). WHO (2014). Indoor air quality of typical
guidelines for indoor air quality: Malaysian open-air restaurants.
dampness and mould. WHO Regional Environment and Pollution, 3(4), 10-
Office Europe. 23.doi:10.5539/ep.v3n4p10.
Holt, J. C., & Bergey, D. H. (1994). Bergey's
Manual of Determinative Bacteriology,
9th ed. Williams & Wilkins. Baltimore.

Al-Kauniyah Jurnal Biologi Volume 8 Nomor 2, Oktober 2015 65

You might also like