You are on page 1of 14

Masyarakat desa yang terkenal dengan masyarakat yang homogen sebenarnya terdapat pelapisan

atau stratifikasi sosial, meskipun pelapisan sosial tersebut berbeda dengan yang terdapat di kota.
Pelapisan sosial merupakan salah satu ciri unik struktur sosial masyarakat Indonesia secara
vertical (Nasikun, 1988:30). Pelapisan sosial yang terdapat pada masyarakat desa khususnya
masyarakat desa di Jawa pada zaman dahulu didasarkan pada kekuasaan tanah atau feodal.
Masyarakat jawa dalam hal ini diartikan sebagai kumpulan individu yang mempunyai sistem
atau aturan dan tujuan yang ingin dicapai yang dibatasi oleh administrasi yang tinggal di Jawa
Tengah, DIY, dan Jawa Timur.

Pada masyarakat desa di Jawa, seseorang yang memiliki lahan atau sawah yang banyak dan luas
akan menduduki kelas sosial yang tinggi. Masyarakat akan menunjukan sikap menghormati dan
menghargai kepada seseorang yang menduduki lapisan atas, yang dalam hal ini adalah tuan
tanah. Kekuasaan feodal tersebut seperti halnya Sultan Hamengkubuwono yang memiliki dan
menguasai tanah di Jogja, sehingga dia menduduki lapisan atas selain dari statusnya sebagai
seorang raja. Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan semakin tingginya pendidikan
yang dimiliki oleh masyarakat desa, sistem pelapisan tidak hanya ditentukan oleh kekuasaan
tanah. Seseorang bisa menduduki lapisan atas seperti para tuan tanah karena ukuran pendidikan
atau pengetahuan, ukuran kehormatan, dan ukuran kekayaan. Keadaan demikian juga terjadi
pada masyarakat di Desa Sitiadi, Kecamatan Puring, Kabupaten Kebumen.

Dari penjelasan tersebut tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui struktur sosial
secara vertical (stratifikasi sosial) yang terdapat pada masyarakat Desa Sitiadi, Kecamatan
Puring, Kabupaten Kebumen. Hal ini menarik untuk dikaji karena pelapisan sosial pada
masyarakat desa Jawa (Sitiadi) yang dulu hanya didasarkan ukuran feodalisme, sekarang sudah
berkembang menjadi lebih kompleks dan karena adanya pelapisan sosial tersebut mengakibatkan
perbedaan cara bersikap masyarakat terhadap seseorang yang menduduki suatu kelas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Masyarakat desa merupakan masyarakat yang memiliki hubungan lebih erat dan lebih
dalam dengan warga masyarakat dan sistem kehidupan yang berkelompok atas dasar sistem
kekeluargaan yang hidup dalam sector agraris. Sector agraris menunjukan bahwa masyarakat
desa di Jawa bermata pencaharian sebagai petani, termasuk pada masyarakat Desa Sitiadi.
Stratifikasi sosial adalah penggolongan atau pembedaan orang-orang dalam suatu sistem sosial
tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarkis menurut dimensi kekuasaan, previlese, dan prestise
(Ibrahim, 2003: 105). Lapisan-lapisan hierarki menunjukan kelas-kelas bertingkat yang
menyebabkan adanya lapisan bawah dan lapisan atas. Kedudukan atau status sosial seseorang
yang tinggi mempengaruhi masyarakat dalam bersikap hormat, menghargai, dan patuh.

Pelapisan sosial yang terdapat pada masyarakat Desa Sitiadi yaitu: Pertama, yaitu golongan
priyayi. Priyayi yang dimaksud bukan yang dikatakan oleh Geertz yaitu seorang keturuna raja
atau pegawai dari kerajaan. Akan tetapi yang termasuk priyayi di Desa Sitiadi adalah guru, PNS,
lurah beserta pamong-pamongnya, Kyai atau pemuka agama (kaum), dan juragan sawah atau
juragan tanah. Masyarakat menempatkan guru dan PNS berada di lapisan atas berdasarkan
ukuran pengetahuan. Dimana masyarakat menganggap bahwa guru dan PNS adalah orang yang
pintar dan memiliki pengetahuan yang tinggi. Guru juga dianggap berjasa dalam mendidik
seseorang sampai sukses sehingga orang-orang selalu menghormati dan menjadikan tokoh
panutan masyarakat dalam hal pendidikan.

Lurah beserta pamong-pamongnya menduduki lapisan atas berdasarkan ukuran kekuasaan.


Masyarakat menghormati, menghargai, dan tunduk kepada lurah karena lurah memiliki
wewenang dan kekuasaan dalam hal memimpin warga desanya. Terlebih jika lurah bersikap
ramah terhadap warganya.

Kyai atau pemuka agama di masyarakat desa berada di lapisan atas, karena figurnya yang tidak
kalah penting dengan lurah. Bahkan Kyai di masyarakat Desa Sitiadi dianggap sebagai petinggi
desa. Pelapisam sosial pada Kyai ini lebih di dasarkan pada ukuran kehormatan. Masyarakat
Jawa pada umumnya dan masyarakat Desa Sitiadi pada khususnya sangat menyanjung dan
menghormati Pak Kyai, karena memiliki peranan penting dalam memberikan arahan dan
petunjuk seseorang dalam hal keagamaan ke jalan yang benar. Semua perintah atau ucapan
darinya akan dijadikan taati oleh masyarakat Desa Sitiadi. Oleh karena itu Pak Kyai dijadikan
contoh dan pedoman oleh masyarakat Desa Sitiadi dalam kehidupan beragama. Contoh lurah dan
pak Kyai memiliki memiliki tempat yang spesial oleh warga Desa Sitiadi yaitu saat mengadakan
hajatan pak lurah dan Pak Kyai akan diundang dengan makanan yang lebih diistimewakan dari
warga lainnya.

Pemilik sawah dan lahan yang luas (juragan sawah atau tuan tanah) menduduki lapisan atas
berdasarkan ukuran kekuasaan. Walaupun, sekarang pemilik sawah dan lahan yang luas bukan
satu-satunya orang yang menduduki lapisan atas. Hal tersebut terjadi karena sistem feodalisme
yang terdapat pada masyarakat Jawa khususnya masyarakat Desa Sitiadi mengalami sedikit
pergeseran. Pemilik sawah dan tanah yang luas ini dihormati oleh masyarakat karena mereka
banyak menggarapkan sawahnya kepada orang lain, dengan sistem maro.

Lapisan kedua, atau lapisan menengah yaitu penggarap lahan milik orang lain (juragan sawah),
penyewa sawah untuk digarap, pedagang kecil,dsb Dalam hal ini orang yang menggarap sawah
milik orang lain modalnya bisa berasal dari pemilik sawah ataupun modal sendiri. Hasil panen
yang diperoleh dari maro tersebut akan dibagi rata menjadi dua yaitu untuk pemilik sawah dan
penggarap. Sedangkan sawah yang disewa biasanya sawah milik desa yang harus dibayar
setahun sekali dengan harga yang berbeda-beda tergantung dengan luas sawah yang di sewa.

Lapisan ketiga, atau lapisan paling bawah yaitu buruh tani yang tidak memiliki tanah dan tidak
menyewa tanah. Kebanyakan mereka hidup dengan tingkat ekonomi menengah kebawah. Selain
itu adanya perasaan “nrimo ing pandum” sehingga rasa berserah diri kepada nasib sangatlah
besar pada diri buruh tani. Dalam masyarakat buruh tani ini tidak mendapatkan privilese dari
masyarakat, karena status sosialnya yang rendah.

Jika dikaitkan dengan stratifikasi sosial yang berada di kraton (pelapisan antara raja, bangsawan,
priyayi, ulama, punggawa, petani, pedagang, buruh) dengan stratifikasi sosial yang ada pada
masyarakat Desa Sitiadi (pelapisan antara guru, PNS, lurah, pamong desa, Kyai, Juragan Sawah
atau tuan tanah, penggarap sawah, penyewa sawah, pedagang kecil, dan buruh tani) memiliki
bentuk yang hampir sama, dimana orang yang berada di kelas paling atas dijadikan pedoman
atau panutan hidup oleh anggota masyarakatnya serta adanya rasa menghormati dan menghargai
karena berhubungan dengan status dan perannya dalam masyarakat.

SIMPULAN

Stratifikasi atau pelapisan sosial yang ada di Desa Sitiadi Kecamatan Puring Kabupaten
Kebumen terdiri dari tiga sistem lapisan. Lapisan pertama atau lapisan atas yaitu golongan
Priyayi yang terdiri dari guru, PNS, Lurah, Kyai, dan tuan tanah/juragan sawah. Lapisan kedua
atau lapisan menengah yaitu penggarap sawah dan penyewa sawah, pedagang kecil. Lapisan
ketiga atau lapisan bawah terdiri dari buruh tani. Stratifikasi sosial tersebut memiliki bentuk yang
hampir sama dengan keraton, dimana orang yang menduduki kelas paling atas dijadikan
pedoman atau panutan hidup oleh anggota masyarakatnya serta dihormati dan dihargai. Hal ini
tercermin pada piramida stratifikasi sosial.
Stratifikasi Sosial Masyarakat Desa Ringintelu
Berdasarkan pada pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan di daerah Desa ringintelu.
Ada hal menarik yang dapat ditemukan. Dalam konsep telah disebutkan bahwa ada 4
penggolongan stratifikasi sosial dalam masyarakat. Diantanya adalah:

1. Ukuran kekayaan
2. Ukuran kekuasaan
3. Ukuran kehormatan
4. Ukuran ilmu pengetahuan
Ada hal menarik yang ada di Desa Ringintelu Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi.
Strata sosial masyarakat Desa Ringintelu terbentuk karena adanya beberapa hal, yaitu pada basis
komoditas materialnya, tingkat pengalaman individunya dan pada kehormatannya. Seseorang
akan memperoleh strata sosial atas apabila dia memiliki kehormatan yang baik dimata
masyarakat. Seseorang yang kaya raya akan tetapi tidak memiliki sikap sopan, tidak memiliki
sikap suka berkumpul dengan masyarakat yang ada disekelilingnya tidak akan memperoleh strata
sosial atas dalam masyarakat. Mereka yang kaya namun tidak memiliki sikap hormat tidak akan
dihargai oleh masyarakat dan tidak akan memperoleh strata atas. Artinya untuk memperoleh
strata sosial atas dalam masyarakat Desa Ringintelu tidak cukup hanya dengan memiliki
kekayaan material saja. Tetapi sikap hormat dengan sesama warga desa juga menjadi penentu
untuk memperoleh strata sosial atas.

Di Desa Ringintelu, seseorang bisa memperoleh strata sosial tingkat atas apabila dia memiliki
sikap hormat kepada masyarakat. Seseorang akan memperoleh strata atas bila mereka memiliki
banyak pengalaman dibidang apapun. Seseorang akan memperoleh strata atas bila
pengalamannya banyak. Seseorang yang memiliki banyak pengalaman akan sangat dihormati
karena mereka-mereka biasanya akan ditanyai seputar pengalamannya oleh warga sekitar.
Misalnya saja pengalaman ketika merantau, kuliah, atau pernah menjadi pejabat di daerah lain.
Tingkat pengalaman seseorang juga menjadi penentu seseorang memperoleh strata atas dalam
Desa Ringintelu. Karena seseorang yang banyak pengalaman biasanya memiliki sikap kritis dan
kreatif terhadap suatu hal. Ini yang menjadikan mereka sangat dihormati dan dihargai dalam
masyarakat. Akan tetapi yang menjadi catatan penting bagi setiap warga Desa Ringintelu agar
memperoleh strata atas dalam masyarakat adalah sikap hormat kepada sesama. Seseorang yang
kaya raya, ataupun memiliki banyak pengalaman tetap tidak bisa memperoleh strata sosial atas
apabila mereka tidak memiliki sikap hormat kepada orang lain. Intinya adalah sikap homat itu
yang menjadi penentu utama, disamping harus memiliki kekayaan material dan banyak
pengalaman untuk memperoleh strata sosial atas. Namun tidak menutup kemungkinan bagi
mereka yang tidak memiliki ukuran kekayaan material yang banyak tidak bisa memperoleh strata
sosial atas. Misalnya saja Kyai, meskipun Kyai tidak memiliki jumlah kekayaan material yang
banyak akan tetapi mereka tetap memperoleh strata sosial atas karena ilmu agama yang dimiliiki
serta sikap hormat mereka dihadapan warga yang ada di desa.

Komoditas yang Dominan di Desa Ringintelu


Saat ini yang menjadi komoditas dominan dalam masyarakat di Desa Ringintelu adalah
basis material. Kebanyakan orang yang ada di Desa Ringintelu berbondong-bondong un tuk
bekerja dan mencari uang. Artinya basis material menjadi hal yang dominan dicari oleh
masyarakat Desa Ringintelu. Kebanyakan orang di Desa Ringintelu giat bekerja untuk mencari
uang. Biasanya mereka bekerja dan mendapatkan uang untuk membeli perabot rumah tangga,
tanah, sepeda motor, dan memperbaiki rumah mereka. Kebanyakan dari warga Desa Ringintelu
bangga akan basis material yang dimilikinya. Sehingga tidak jarang mereka terus bekerja untuk
memperoleh kekayaan material.
Pertanyaan selanjutnya adalah dimanakah komoditas non-materialnya misalnya seperti menjadi
tokoh masyarakat atau menjadi pemuka agama. Sebagian besar dari warga Desa Ringintelu tidak
memiliki keinginan untuk mengakses kearah yang non-material misalnya untuk menjadi pemuka
agama. Menjadi pemuka agama biasanya hanya berlaku bagi mereka yang memang anaknya
pemuka agama atau anaknya Kyai. Warga desa sudah mulai menggunakan pemikiran rasional
mereka sehingga sikap individual seperti orang kota sudah mulai menghinggapi warga desa yang
ada di Desa Ringintelu. Namun demikian, kegiatan seperti membantu tetangga yang sedang
hajatan, membangun rumah atau kerja bakti bersih desa masih tetap ada di desa Ringintelu.
Artinya, ciri khas warga desa yang kegotong royongan di Desa Ringintelu ini masih terjaga
meskipun pemikiran mereka sudah bergerak kearah pemikiran orang kota.

Pengaruh Komoditas yang Dominan Terhadap Masyarakat Desa Ringintelu


Ada pengaruh yang cukup signifikan atas pemikiran warga desa yang mulai rasional.
Komoditas material yang dominan di dalam masyarakat desa ringintelu telah membawa mereka
kearah pemikiran rasional. Jika dahulu orang gotong royong dan kerja bakti dilakukan sangat
giat untuk kepentingan bersama. Sekarang orang sudah mulai memikirkan diri sendiri dari pada
berpikir untuk kepentingan umum. Artinya, komoditas material yang dominan tersebut telah
mengubah mindset masyarakat Desa Ringintelu untuk lebih memiliki sikap individualis. Mereka
lebih suka bekerja mencari uang dari pada kerja bakti untuk kepentingan bersama. Lebih
mengutamakan kepentingan pribadi dari pada kepentingan bersama. Adapun mereka mau
melakukan kerja bakti bila mereka didatangi langsung oleh Bapak RT. Artinya ada degradasi
tersendiri akan kesadaran mereka untuk hidup lebih mementingkan kepentingan bersama.
Pola gaya hidup masyarakat Desa Ringintelu yang sudah bergerak ke pola gaya hidup orang kota
bisa dilihat dari model rumah mereka. Terlihat bila model rumah-rumah mereka sekarang diberi
benteng. Artinya ketika rumah-rumah mereka sudah diberi benteng akan membuat pola hidup
mereka menjadi individualis. Mereka akan menjadi jarang bermain kerumah tetangga. Orang
juga cenderung menjadi sungkan bila mau bermain kerumah tetangganya yang diberi benteng.
Akibat dari pengaruh komoditas material ini juga membuat pemikiran warga Desa Ringintelu
menjadi lebih pragmatis dan materialis. Masyarakat Desa Ringintelu akan terlihat bangga bila
mereka telah berhasil mengumpulkan kekayaan lebih banyak daripada orang-orang yang ada
disekitarnya. Dapat dikatakan bahwa hadirnya dominasi komoditas material ini memiliki dampak
yang kurang baik bagi masyarakat Desa Ringintelu.
Perbedaan Desa Ringintelu dengan Desa Lain Disekitarnya
Ada perbedaan yang menarik antara Desa Ringintelu dengan Desa lain yang ada
disekitarnya. Jika dilihat dari komoditas pertaniannya, antara Desa Ringintelu dengan dengan
desa-desa lain yang ada disekitarnya hampir tidak ada perbedaannya. Karena daerah yang ada di
Desa Ringintelu dengan daerah yang lainnya memang berbasis pertanian, terutama padi. Namun
jika dilihat dari sektor perkonomiannya, Desa ringintelu masih kalah bersaing dengan Desa
Kebondalem yang terletak disebela utaranya. Di dalam desa Kebondalem terdapat Pasar senen
yang ramai dikunjungi orang, sehingga sektor ekonominya lebih maju. Jika dilihat dari aspek
sosialnya, antara Desa Ringintelu dengan Desa yang ada disekitarnya terlihat ada perbedaan. Di
sebelah Barat Desa Ringintelu ada Desa Barurejo. Desa Barurejo terlihat lebih materialis
daripada desa Ringintelu. Desa Barurejo kental dengan hubungan patron klien antara tuan tanah
dan buruh tani. Meskipun di Desa Ringintelu juga ada hubungan Patron klien antara pemilik
tanah dengan buruh tani, namun jumlahnya lebih sedikit.
Di desa Ringintelu cukup terkenal dengan penghasil gula merah. Di Desa Ringintelu ada
perusahaan gula merah yang cukup besar. Banyak dari masyarakat Desa Ringintelu yang
berprofesi sebagai petani nira/pembuat gula merah. Gula merah yang dihasilkan oleh warga Desa
ringintelu selanjutnya di jual ke pengusaha besar gula merah yang selanjutnya nanti di jual lagi
ke berbagai daerah diluar Banyuwangi. Dalam hal ini, hubungan patron klien antara pengusaha
gula merah dengan para pembuat gula merah sangat kuat. Hubungan patron klien
antara pengusaha gula merah dengan para pembuat gula merah ini hanya terjadi di Desa
ringintelu dan tidak terjadi di desa-desa lain di sekitar desa ringintelu. Hubungan patron klien
yang terjadi desa ringintelu antara pengusaha gula merah dengan para pembuat gula merah ini
telah menciptakan stratifikasi sosial. Dimana pengusaha gula merah memperoleh strata atas
karena pengusaha ini sangat dihormati oleh warga. Karena banyak dari warga desa yang menjual
gula merahnya ke pengusaha tersebut akan memperoleh hadiah saat menjelang hari raya idul fitri
dari pengusaha tersebut.

KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bila stratifikasi sosial yang terbentuk di Desa ringintelu bukan atas
dasar tingkat kepemilikan material. Meskipun pada kenyataannya kebanyakan dari warga Desa
Ringintelu sendiri sangat giat untuk mengumpulkan kebutuhan material, misalnya saja giat
bekerja untuk mendapatkan uang dan hasilnya untuk membeli perabot rumah tangga, tanah dan
sebagainya. Akan tetapi ketika mereka telah memiliki kekayaan material yang banyak tidak akan
menjamin mereka untuk bisa menduduki posisi strata atas dalam masyarakat. Akan tetapi yang
menjadi penentu strata sosialnya adalah sikap hormat sikap bijaksananya.
Seseorang yang kaya namun tidak memiliki sikap hormat tidak akan memperoleh status sosial
atas dalam desa Ringintelu, mereka yang kaya namun tidak memiliki sikap hormat tidak akan
dihargai dalam masyarakat. Jadi status sosial dalam masyarakat Desa Ringintelu itu tercipta
karena sikap hormat individu terhadap orang lain dalam masyarakat. Tidak peduli mereka kaya
atau miskin, strata atas akan diduduki mereka yang hormat dan bijaksana terhadap sesama dalam
masyarakat. Mereka yang hormat dan bijak akan tetap dihormati dan dihargai dalam masyarakat
Desa Ringintelu.

DAFTAR PUSTAKA
Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Rahardjo. 1999. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Yogyakarta. Gadjah Mada
University Press.

[1] Lihat dalam buku Sosiologi Suatu Pegantar karangan Soerjono Soekanto hal. 197
[2] Lihat dalam buku Pengantar sosilogi pedesaan dan pertanian karangan rahardjo hal. 117
[3] Dalam buku Sosiologi Suatu Pegantar karangan Soerjono Soekanto hal.237-238

PELAPISAN SOSIAL MASYARAKAT PEDESAAN


(DESA SINDANG KASIH)

BABI
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Setiap masyarakat senantiasa mempunyai penghargaan tertentu terhadap hal-hal tertentu dalam
masyarakat yang bersangkutan. Penghargaan yang tinggi terhadap hal-hal tertentu, akan
menempatkan hal tersebut pada kedudukan yang lebih tinggi dari hal-hal lainnya. Misalnya jika
masyarakat menghargai kekayaan material daripada kehormatan maka mereka yang memiliki
kekayaan tinggi akan menempati kedudukan yang tinggi dibandingkan pihak-pihak lainnya.
Gejala tersebut akan menimbulkan lapisan masyarakat yang merupakan pembedaan posisi
seseorang atau suatu kelompok dalam kedudukan berbeda-beda secara vertikal.
Sebagaimana filosof Aristoteles (Soekanto, 2003:227) mengatakan bahwa zaman dahulu di
dalam negara terdapat tiga unsur yaitu mereka yang kaya sekali, yang melarat dan yang berada di
tengah-tengah. Membuktikan bahwa zaman itu dan sebelumnya orang telah mengakui adanya
lapisan masyarakat yang mempunyai kedudukan bertingkat-tingkat dari bawah ke atas. Barang
siapa yang mempunyai sesuatu yang berharga dalam jumlah yang banyak, dianggap masyarakat
berkedudukan dalam lapisan atas. Mereka yang hanya sedikit sekali atau tidak memiliki sesuatu
berharga dalam pandangan masyarakat mempunyai kedudukan yang rendah.
Sistem lapisan dalam masyarakat dalam sosiologi dikenal dengan sebutan stratifikasi sosial
(social stratification). Ini merupakan pembedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas secara
bertingkat. Kelas sosial tersebut dibagi dalam tiga kelas yaitu kelas atas (upper class), kelas
menengah (middle class) dan kelas bawah (lower class).
Adanya lapisan masyarakat sangat berperan penting dalam aktivitas sosial individu atau
kelompok dalam suatu organisasi sosial. Tanpa lapisan sosial dalam masyarakat maka
masyarakat itu akan menarik untuk dilihat, dikenal, dan dipelajari.
Lapisan masyarakat sudah ada sejak dulu, dimulai sejak manusia itu mengenal adanya kehidupan
bersama dalam suatu organisasi sosial. Lapisan masyarakat mula-mula didasarkan pada
perbedaan seks, perbedaan antara yang pemimpin dan yang dipimpin, golongan budak dan bukan
budak, pembagian kerja bahkan pada pembedaan kekayaan. Semakin maju dan rumit teknologi
suatu masyarakat, maka semakin kompleks sistem lapisan masyarakat.
Bentuk-bentuk kongkrit lapisan masyarkat berbeda-beda dan sangat banyak. Namun secara
prinsipil bentuk-bentuk lapisan sosial tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelas yaitu
ekonomi, politis, dan didasarkan pada jabatan-jabatan tertentu dalam masyarakat. Ketiga bentuk
pokok tadi memiliki keterkaitan yang erat satu sama lainnya, dimana ketiganya saling
mempengaruhi.
Secara teoritis, semua manusia dapat dianggap sederajat, namun dalam realitanya hal tersebut
tidak demikian adanya. Pembedaan atas lapisan merupakan gejala universal yang merupakan
bagian sistem sosial setiap masyarakat. Sistem lapisan dengan sengaja dibentuk dan disusun
untuk mengejar suatu tujuan bersama. Sehingga suatu organisasi masyarakat tidak akan pernah
lepas dari terbentuknya lapisan sosial dalam masyarakat tersebut.
Terkait dengan uraian di atas maka untuk lebih memperdalam pengetahuan kita maka di dalam
makalah ini penulis akan mencoba menguraikan bentuk lapisan masyarakat yang terdapat di desa
sindang kasih.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan stratifikasi ?
2. Bagaimana bentuk Stratifikasi masyarakat desa sindang kasih?
3. Apa ukuran stratifikasi masyarakat desa sindang kasih?
4. Bagaimana penyelesaian konflik masyarakat desa sindang kasih?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian startifikasi.
2. Untuk mengetahui bentuk stratifikasi masyarakat desa sindang kasih.
3. Untuk mengetahui ukuran statifikasi masyarakat desa sindang kasih.
4. Untuk mengetahui penyelesaian konflik dalam masyarakat desa sindang kasih.

BAB II
METODE PENELITIAN
A. Teknik Pengumpulan Data

Data pengamatan penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode penelitian lapangan
(field research) yakni upaya mengumpulkan data berkaitan dengan permasalahan dalam
penelitian dengan turun lapangan dengan mrnggunakan teknik sebagai berikut:
1. Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan langsung dilapangan pengamatan di lakukan
berkenaan dengan stratifikasi yang dilakukan masyarakat desa sindang kasih.
2. Wawancara (interview)
Penelitian mempunyai tujuan yang eksplisit maka pembicaraan selayaknya mempunyai tujuan
yang eksplisit maka, pembicaraan selayaknya mempunyai carah maka dengan demikian di
pergunakanlah pedoman wawancara. wawancara di lakukan terhadap informan mengenai
berbagai hal yang relevan dengan penelitian ini. Antara lain :
Bentuk dan ukuran stratifikasi pada masyarakat desa sindang kasih.
B. Analisis data
Data yang terkumpul berupa hasil pengamatan dan wawancara peneliti yakni mengenai
stratifikasi pada masyarakat desa sindang kasih. Berdasarkan data-data yang berhasil
dikumpulkan peneliti kemudian di interpretasi dan di analisis. Analisis data dilakukan dengan
cara menyusun data, menggolongkan data menurut bagian-bagiannya, kemudian dikaitkan
dengan konsep teori yang ada serta di interpretasikan hingga penelitian ini menggambarkan
kenyataan yang sebenarnya atau dersifat deskriptif kualitatif yang di arahkan untuk menjawab
permasalahan penelitian.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 PENGERTIAN STRATIFIKASI SOSIAL
Stratifikasi sosial adalah konigurasi atau pemilihan struktur sosial menggunakan parameter
graduated/berjenjang. Sehingga dalam masyarakat terdapat kelas-kelas sosial. kriteria yang
digunakan dapat berupa kriteria sosial, ekonomi, politik. kriteria sosial meliputi: pendidikan,
profesi, dan keturunan atau keanggotaan dalam kasta dan kebangsawanan. Criteria ekonomi
meliputi pendapatan/pengahsilan dan kekayaan. Criteria politik meliputi kekuasaan. Adanya
perbedaan stratifikasi mengakibatkan terbentuknya system pranata sosial masyarakat akan
berpengaruh secara langsung ataupun tidak langsung terhadap masyarakat.
Stratifikasi sosial juga merupakan suatu konsep dalam sosiologi yang melihat bagaimana
anggota masyarakat dibedakan berdasarkan status yang dimilikinya. Stratifikasi berasal dari kata
stratum yang berarti strata atau lapisan dalam bentuk jamak. Sebagaimana Pitirin A. Sorokin
mendefinisikan stratifikasi sebagai pembedaan penduduk atau anggota masyarakat ke dalam
kelas-kelas secara hierarkis. Sedangkan menurut Bruce J. Cohen sistem stratifikasi akan
menempatkan setiap individu pada kelas sosial yang sesuai berdasarkan kualitas yang dimiliki.
Sementara Max Weber mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang
yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki menurut
dimensi kekuasaan, previllege dan prestise.
Paul B. Horton dan Chester L. Hunt mengatakan bahwa terbentuknya stratifikasi dan kelas sosial
di dalammnya sesungguhnya tidak hanya berkaitan dengan uang. Stratifikasi sosial adalah strata
atau pelapisan orang-orang yang berkedudukan sama dalam rangkaian kesatuan status sosial.
Namun lebih penting dari itu, mereka memiliki sikap, nilai-nilai dan gaya hidup yang sama.
Semakin rendah kedudukan seseorang di dalam pelapisan sosial, biasanya semakin sedikit pula
perkumpulan dan kedudukan sosialnya. Sebab asasi mengapa ada pelapisan sosial dalam
masyarakat bukan saja karena ada perbedaan, tetapi karena kemampuan manusia menilai
perbedaan itu dengan menerapkan berbagai kriteria. Artinya menganggap ada sesuatu yang
dihargai, maka sesuatu itu (dihargai) menjadi bibit yang menumpuhkan adanya system berlapis-
lapis dalam masyarakat.
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi (Jakarta: Kencana, 2011), Sesuatu yang
dihargai dapat berupa uang atau benda-benda bernilai ekonomis, kekuasaan, ilmu pengetahuan,
kesalehan dalam agama atau keturunan keluarga yang terhormat. Tingkat kemampuan memiliki
sesuatu yang dihargai tersebut akan melahirkan lapisan sosial yang mempunyai kedudukan atas
dan rendah. Proses terjadinya sistem lapisan-lapisan dalam masyarakat dapat terjadi dengan
sendirinya, atau sengaja disusun untuk mengejar tujuan bersama.
Proses pelapisan sosial dalam masyarakat dengan sendirinya berangkat dari kondisi perbedaan
kemampuan antar individu-individu atau anatar kelompok sosial, contohnya sekelompok orang
yang memiliki kemampuan lebih dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, tentunya akan
menempati strata sosial yang lebih tinggi dari pada kelompok yang memiliki sedikit kemampuan.
Adapun proses pelapisan sosial yang disengaja disusun biasanya mengacu kepada pembagian
kekuasaan dan wewenang yang resmi dalam organisasi formal. Agar dalam masyarakat manusia
hidup dengan teratur, maka kekuasaan dan wewenang yang ada harus dibagi-bagi dalam suatu
organisasi. Sifat dari sistem berlapis-lapis dalam masyarakat ada yang tertutup dan ada yang
terbuka. Yang bersifat tertutup tidak mungkin pindahnya seorang dan lapisan ke lapisan lain,
baik gerak pindahnya ke atas maupun ke bawah.
Keanggotaan lapisan tertutup diperoleh dari kelahiran, sistem ini dapat dilihat pada masyarakat
yang berkasta, dalam masyarakat yang feodal atau pada masyarakat yang sistem pelapisannya
ditentukan oleh perbedaan rasial. Pada masyarakat yang lapisannya bersifat terbuka, setiap
anggota mempunyai kesempatan berusaha dengan kecakapannya sendiri untuk naik lapisan
sosial atau jika tidak beruntung dapat terjatuh kelapisan bawahnya.
3.2 HUBUNGAN ANTAR MASYARAKAT KELAS ATAS DAN KELAS BAWAH DI DESA
SINDANG KASIH (BENTUK STRATIFIKASI)
Berbicara mengenai stratifikasi khususnya di desa sindang kasih, mengenai bagaimana hubungan
antar masyarakat kelas atas dan kelas bawah. Dari beberapa pertanyaan yang kami berikan
kepada beberapa orang informan, memiliki jawaban yang hamper serupa.
Di dalam kehidupan bermasyarakat di desa sindang kasih, tidak ada hubungan yang bersiafat
membeda-bedakan antara masyarakat kelas atas (upper class), masyarakat menengah (middle
class), dan masyarakat kelas bawah (lower class). Di dalam kehidupanya setiap anggota
masyarakat memiliki hubungan kekerabatan yang baik, dalam hal ini hubungan antar kelas di
desa sindang kasih masih bersifat terbuka dan menjujung tinggi persamaan. Bagi mereka tidak
ada perbedaan masyarakat biasa dan yang memiliki jabatan, semua disama ratakan, bahka
biasanya bahkan biasanya masyarakat kelas atas menyumbang untuk masyarakat kelas bawah
agar bagaimana masyarakat kelas baah bisa hidup layak. Namun disamping itu terkadang masih
ada sebagian kecil dari masyarakat kelas bawah memiliki perasaaan iri, namun itu hanya
sebagian kecil saja. Setiap masyrakat memiliki persatuan yang kuat, tidak ada masyarakat yang
menutup diri dari pergaulan. Oleh karena itu, setiap seminggu sekali diadakan rapat agar semua
masyarakat bisa berbaur tanpa ada perbedaan dan tidak memandang bulu.
Dari penjelasan diatas dapat dikatan bahwa hubungan antar masyarakat masih bersifat terbuka,
antara kelas atas dan kelas bawah tidak ada yang saling menutup diri, dalam artian antara kelas
atas dan bawah memiliki komunikasi yang intens dan setiap masyarakat dapat melakukan
mobilitas sesuai kemampuan mereka tanpa ada pembatasan hak. Dengan demikian bentuk
stratifikasi di desa sindang kasih bersifat terbuka.
3.3 UKURAN STRATIFIKASI PADA MASYARAKAT DESA SINDANG KASIH
Pada umunya ukuran stratifikasi dapat didasarkan pada empat kategori yaitu:
1. Ukuran kekayaan
Barang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan
tersebut pada masyarakat desa dapat dilihat dari bentuk rumah yang bersangkutan, pakaian yang
digunakan sehari-hari, dan kepemilikan terhadap tanah.

2. Ukuran kekuasaan
Barang siapa yang memiliki kekuasaan atau mempunyai wewenang terbesar maka akan
menempati lapisan teratas. Pada masyarakat desa posisi ini biasanya ditempati oleh para aparatur
desa seperti kepala desa dan tokoh-tokoh masyarakat.
3. Ukuran kehormatan
Orang yang paling disenggani dan dihormati menempati tempat teratas. Ukuran semacam ini
banyak dijumpai pada masyarakat desa. Biasanya mereka adalah golongan tua dan mereka yang
pernah berjasa.
4. Ukuran ilmu pengetahuan dan pendidikan
Pendidikan sebagai ukuran dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Pada
masyarakat desa biasanya posisi ini ditempati oleh mereka yang punya pendidikan tinggi, seperti
mereka yang memiliki gelar kesarjanaan atau diatasnya.
Pada masyarakat desa sindang kasih menempatkan mereka yang memiliki pendidikan tinggi
menempati posisi teratas, termasuk juga mereka yang memiliki pengetahuan tentang agama.
Dengan melihat hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa mereka yang berpendidikan tinggi dan
memahami ilmu agama akan ditempatkan lebih tinggi dan terhormat didallam masyarakat.
Meskipun demikian akan tetapi dalam didalam kehidupan bermasyarakat tidak terlalu
mengagungkan hal tersebut, karena mereka menganggap adanya perbedaan bukan alasan untuk
membeda-bedakan antar sesama anggota masyarakat.
3.4 KONFLIK DAN PENYELESAIAN KONFLIK PADA MSAYARAKAT DESA SINDANG
KASIH
Perasaan memegang peranan penting dalam mempertajam perbedaan-perbedaan sedemikian rupa
sehingga masing masing pihak berusaha untuk saling menghancurkan atau biasa disebut konflik.
Konflik tidak terbatas hanya pada tataran perikaian atau pertentangan yang disertai ancaman atau
kekerasan. Akan tetapi konflik juga dapat juga bersifat tidak terlihat tetapi dapat dirasakan
seperti adanya diskriminasi dan ketidak adilan.
Salah satu dampak dari adanya stratifikasi adalah terjadinyaa konflik. Jika kesenjangan karena
perbedaan tersebut begitu tajam dan tidak menutup kemungkinan terjadi konflik sosial antara
kelas sosial yang satu dengan kelas sosial yang lain. Disetiap masyarakat pasti akan terjadi yang
namanya konflik, begitu pula di desa sindang kasih tidak terlepas dari hal itu. Bentuk konflik
yang tejadi seperti:
a. Diskriminasi terhadap kelas bawah.
Sebagian masyarakat mengungkapkan biasnya konflik terjadi dari adanya ketidak adilan yang
diberikan oleh aparatur desa terhadap masyarakat kecil, seperti dala pemberian bantuan. Dimana
terjadi pilih kasih, bantua tersebut diberikan tidak ama rata, dan biasanya oaring yang mampu
mendapatkan bantuan sementara yang tidak mampu tidak mendapat bantuan.
b. Terjadi ketidak adilan yang diberikan oleh aparatur desa.
Dari ungkapan beberapa masyarakat , sebagian besar ketidak adilan ini ditimbulkan dari tidak
meratanya pembagia atau pemerian bantuan. Ketidak adilan ini biasa terjadi dalam pemberian
bantuan seperti bantuan dana PNPM, salah seorang masyarakat mengungkan bantuan yang tidak
merata disebabkan karena biasanya aparat desa lebih mengutamakan keluarga dekat.
Selain itu masih ada beberapa konflik yang kadang terjadi, entah itu terbuka ataupun tertutup,
seprti konflik yang diungkapkan (ibu sufitri: 35 tahun, ibu rumah tangga). Seseorang mencuri
ayam , tapi karena pelaku adalah keluarga bapak kepala desa sehingga pelaku tidak dipenjara,
tetapi diatasi secara kekeluargaan, sampai-sampai anak-anak muda karangtaruna demo.
Dari ketidak adilan ini menimbulkan konflik baik itu konflik terbuka ataupun konflik tertutup.

CARA MENGATASI KONFLIK


Secara umum apabila terjadi konflik didalam masyarakat, biasanya masyarakat menempuh dua
jalan atau cara agar bisa menyelesaikan konflik tersebut, seperti upaya musyawarah dan
menempuh jalur hukum . biasanya pada masyarakat desa sindang kasih lebih mengedepankan
rasa kemanusian ketika menghadapi konflik, yaitu melakukan musyawarah dalam upaya
penyelesaian konflik. Karena mereka mengaggap tidak ada masalah yang tidak dapat
diselesaikan.
Upaya musyawarah biasanya melibatkan mereka para aparatur desa seperti kepela desa sebagai
penegah dari mereka yang bertikai. Dan jikalau konflik tidak dapat terselesaikan maka mereka
biasanya langsung menempuh jalur hukum agar bisa menyelesaikan dan meredam konflik yang
terjadi. Tetapi meskipun begitu upaya musyawarah selalu menjadi cara yang dominan jika
dibandingkan dengan menempuh jalur hukum.

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Stratifikasi sosial merupakan konfigurasi atau pemilihan struktur sosial menggunakan parameter
graduated/berjenjang. Sehingga dalam masyarakat terdapat kelas-kelas sosial. di desa sindang
kasih antara masyarakat kelas atas dan kelas bawah memiliki hubungan kekerabatan yang baik .
bagaimana masyarakat dapat dihargai dan dihormati, setiap masyarakat memiliki pandangan dari
segi pendidikan dan keilmuan tentang agama.
B. SARAN
Diharapkan bagi para pembaca agar dapat memberikan kritikan dan saran yang bersifat
membangun, agar penulisan laporan ini lebih baik kedepanya.

DAFTAR PUSTAKA
Setiadi, Elly M dan Kolip Usman.2011.Pengantar Sosiologi.Jakarta; Kencana.
Suharto.1986.Stratifikasi Sosial.Yogyakarta; Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga.
Soerjono soekanto, budi sulistyowati. Sosiologi suatu pengantar.2012.
Daftar data informan
• Nama : ibu Heriah
Umur : 40 thn
Pekerjaan : ibu rumah tangga
• Nama : ibu siti
Umur : 35 thn
pekerjaan : ibu rumah tangga
• Nama : ibu oneng
Umur : 48 thn
Pekerjaan : ibu rumah tangga
• Nama : bpk. Akub sulaeman
Umur : 45 thn
Pekerjaan : hansip dan ketua rt
• Nama : ib sufitri
Umur : 28 thn
Pekerjaan : ibu rumah tangga
• Nama : bpk. Ewo
Umur : 58 thn
Pekerjaan : petani
• Nama : ibu nurlinda
Umur : 23 thn
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Tugas inggris

President Trump has announced that the US now recognises Jerusalem as Israel's capital. Mr
Trump described the move as "a long overdue step" to advance the Middle East peace process. The
president said the US would support a two-state solution, if approved by both the Israelis and the
Palestinians. Ahead of the decision, a spokesman for Palestinian President Mahmoud Abbas
warned it would have "dangerous consequences" for the region.

You might also like