You are on page 1of 8

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN

PENCEGAHAN INFEKSI MENULAR SEKSUA.L PADA PEKERJA


SEKS KOMERSIAL DI LOKALISASI TELEJU PEKANBARU

ABSTRACT

Predicted that J from 3 people in the world have been got IMS. From that amount, 3 millions more are happen
in South East Asia, including Indonesia. Riau is got J I" ranking in HIV-AIDS CGSf!. Data on year 2008 founded 200 case
of HJV-AJDS in Pekanbaru. In localization, only a few prostitute with IMS complaint that want to check their health to
medical officer. The purpose of this research is to find out which kind of Factors that Related with Prevention Acts of
Sexual Transmitted infection on a Prostitutes (PSK) in Teleju Localization, Pekanbaru City 2009. The methods of this
reseach is used analytic with crossectional study design. The Research population is All of prostitute in. Related with
Prevention Acts of Sexual TransmittedInfection on a Prostitutes (PSK) tn Teleju Localization, Pekanbaru City that
amount to 500 people and 60 people are sample that take with Simple Random Sampling. The results of this research
founded that 60% Prostitute (PSKJ not doing prevention action as well, 433% PS. are low education about IMS. 46. 7%
PSK still have negative attitude to IMS, 46. 7% are new worker as prostitute in Teleju Localization. From bivariat
analysis founded there is a significant relation between prevention action with knowledge level (p=0,003), attitude
(p=0,022) and work duration as a prostitute (p=0,036), and not founded a relation between prevention action with
education level of prostitute (p=O. 436). Suggested to medical officer dan Self Reliance Foundation (LSM) that are
related to give a knowledge about IMS to prostitute and ask to the procures and prostitute to oblige a condom utilizing
to all customers in every house to press a IMS distribution in Teleju localization. To other r:esearcher than can take a
knowledge from this research and could be completed a lack of this research.
Reference : 31 (200 l-2009)
Keywords : Sexually Transmitted Infection (IMS), Prostitute

Pendahuiuan IMS dapat bersifat asymptomatic (tidak memiliki


Infeksi Menular Seksual (IMS) disebutjuga venereal
gejala) baik pada pria atau wanita. Beberapa IMS baru
(dart kata venus, yairu Dewi Cinta dari Romawi kuno ), menunjukkan tanda-tanda dan gejala berrninggu-rninggu,
didefinisikan sebagai salah satu akibat yang ditirnbulkan berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun setelah terinfeksi..
karena aktivitas seksual yang tidak sehat sehingga Walaupun seseorang tidak menunjukkan gejala-gejala
rnenyebabkan munculnya penyakit menular. l
terinfeksi IMS, dan tidak mengetahui bahwa mereka terkena
Kelainan yangtimbul akibat penyakit kelarnin ini tidaf IMS, mereka.tetap bisa menulari orang lain.'
terbatas hanya pada daerah genital saja, tetapi dapat jugs
Beberapa IMS yang menimbulkan gangguan terse but
pada daerah-daerah ekstra genital.' Gejalanya dapat iugn antara lain klamidia, gonore, sifilis, herpes genitalis,
menyerang rnata, mulut, saluran pencernaan, had, otak, dan trikhomona . dan bakierial vagina/is (BV), AIDS (Acquired
organ tubuh lainnya.v' Immuno Deficiency Syndrome), HIV (Human Immunodeficiency
Perilaku yang dapat mempermudah penularan Hvf:: Virus), Trikomoniasis, IRS (Infeksi Saluran Reproduksi),
adalah dengan berhubungan seks yang tidak aman dengan Gangguan Fungsi Seksual, Perasaan tak berharga, Perasaan
malu, bersalah, berdosa.
penderita IMS (tanpa menggunakan pelindung/kondon.),
ganti-ganti pasangan seks, pe lacuran, melakuka.,
bubungan seks secara anal, karena hubungan ini mud Aki bat buruk pada organ genitalia yang paling sering
menimbulkan Iuka yang mempermudah masuknya kum, n adalah Penyakit Radang Panggul (PR.P) sedang
atau virus penyeoab IMS. 5 dalan keharni lan
rnenimbulkan berbagai darnpak buruk terhadap janin. 6
r '

,. Puskesmas Teluju Pekanbaru


"'• Program Stud'! llmu Kesehatan Masyarakar Fakulta.
Kedokteran Universitas Andaias
*** Politeknik Kesehatan DEPKES RI Padang

5
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2009- Maret 2010, Vol. 4, No I

Pada dasarnya besarnya rnasalah IMS yang Di Pekanbaru, melalui hasil pemeriksaan IMS ruti
sebenarnya di Indonesia sukar diketahui karena sekitar 30- setiap satu kali sebuJan yang dilakukan oleh Puskesmas di
50 persen penderita IMS tidak berobat dan sekitar 50-70 daerah lokalisasi Teleju yang merupakan wilayah kerja
persen penderita IMS tidak berobat ke sarana kesehatan. Puskesmas Rejosari didapatkan bahwa sebagian hampir
Disamping sekitar 70 persen wanita dan sekitar 30 persen seluruh Wanita Pekerja Seks (WPS) yang bersedia
pria terinfeksi Chlamydia dan 80 persen wanita dan 10 memeriksakan dirinya dari sekitar 500 orang pekerja
persen pria yang terinfeksi Gonorrhoea tidak menunjukan menderita lM . Seperti saat pemenksaan 1M8 yang
gejaia. Hasi! sero survei dari tabun 1993 hingga I 997 dilakukan pada bulan Mei 2008 (lampiranl) didapat bahwz
menunjukan bahwa pada kelompok perilaku risiko tinggt dari Ti orang yang datang, hanya sekitar 54 orang
yaitu wanita penjaja seks di daerah lokalisasi pelacuran. diantaranya yang bersedia diperiksa lengkap dan dari
media prevalensi." perneriksaan tersebut didapat hasil seluru.hnya positif
Surveilans sen tine i pada tahun 2000 memperl ihatkan IMS.13
peningkatan prevalensi Human Immunodeficiency Viruses Dalam suatu penelitian yang dilakukan Rosell·
CHIV) yang rneJampaui 5% pada wanita penjaja seks (WPS) Evianty Silalahi tahun 2008 di daerah Lokalisasi Teleju
di Indonesia, Di lain pihak, prevalensi Infeksi Menu ar Pekanbaru, ada beberapa faktor yang mempengaruhi
Seksual (lMS) dan I nfeksi Saluran Reproduksi (ISR) yang tindakan PSK dalam menggunakan kondom, yaitu faktor
diketahui mempermudah penularan HJV-pada WPS belurn predisposisi, pendukung dan penguat, Hasil penelitian
diamati secara srsternau . Dari pengukuran sporadik menunjukkan bahwa 17,7% PSK menggunakan kondom
diketahui bahwa prevalensi infeksi gonore dan k umidia pada saat berhubungan seks. Has rl uj i chi-square
di berbagai lokasi WPS di Indonesia sangat tinggi, yairu menunjukkan bahwa terdapat 5 variabel yang berhubungan
berxisar antara 20% - 40%. Prevalensi sift/is di beberapa secara signifikan, yakni variabel pengetahuan, sikap,
lokasi antara tahun l 994 sarnpai 2004 dilaporkan-berkisar tersedia kondorn, dukungan perugas kesehatan, dukungan
anrara O dan 22,2'%: LSM.11
Melalui suatu nenelitian mengenai IMS yang li Berdasarkan penj elasan tersebut pene I iti in gin
lakukan oleh Sri Pingit Wulandari tahun 2008 di daerah meneliti lebih lanjut mengenai faktor-taktor apa saja yang
lokalisasi di Surabaya diketahui jenis IMS yang anyak berhubungan dengan tindakat, pencegahan Iofeksi
diderita oleh. Pekerja Seks Kornersial (.PSK antara lain Menu!ar Seksual pada Wanita Pekerja Seks Komersi:il
Bakierial Vaginosis, Trichomonas Vagina/is, cervisitis. karena merupakan kelompok ristko tinggi terkena JMS. Dan
dan candidiasis. Terdapat 3 faktor penyebab LMS yaitu peneliti mengambil tempat cjj wliayah kerja Puskesrnas
brbit penyakit, host 1 induk semang dan lingkungan 9 Rejosari dikarenakan merupakan daerah lokaiisasi ·yang,.
Di Indonesia, Accured lmmuno Deficiency Syndrome. merupakan pusat kegiatan para Wanita Pekerja Se -s
(AIDS) untuk pertarna kali dilaporkan pada tahun 1987. Komersial daiam rnenjajakan seks kepada para
Harnpir sernua propinsi dr fndonesia meiaporkan adanya pelanggann ,a.
HlV/AIDS dan paling sedikitterdapattiga kantong epidemi Tttjuan dari Penelitian Mengetahui distribl1si frekuensi
cimana prevalensi HTV/ AIDS sangat tmggi, yakn I di rindakan pencegahan Infeksi Menular 3eksual, distribusi·
Propinsi Papua (Kabupaten Merauke), DKl Jakarta dan frekuensi pengetahuan, distribusi frekuensi sika , distribusi
Propinsi Riau.' frekuensi tingkat pendidikan,distribusi frekuens1
Riau sebagai daerah berkernbang tida lepas dad Lama bcke1ja sebaga, Pekerja Seks KornersiaJ pada wanita
ancama:n perkembangan penyakit menuJar seksuai. Bahkan pekerja seks komersial dan Mengetahui hubungan
berdasarkan data dan Kormsi Penanggulangan ATD,:; pengetahuau,sikap,tingkat pendidikandail Lama bekerJa
Provinsi Riau yang dikutrp oleh BKKBN, perturnbuhan sebagai PekerJa seks Komersial dengan Tindakan
kasus 1-llV/AlD.:, di Riau sangat ringg: se iriug penceganan Infeksi Menuiar seksual pada wamta pekerja
perkembangan pemoangunan daerah. Data serama 2008 di seks kornersiai 01 daerah Jokalisasi Tele_iu Kota Pekanbar
Pekanbaru ditemukau sedikitnya200 kasus HIV I AIDS. Dar. Tahun 2QOCJ
iru angka terbesar dibanding kabupaten/kota Iainnya u1
Riau. Kasus ini ditemukan di beberapa tempat yang dim lai Metodt
rawan sebagai tempat penyebaran. Bahkan korbann a oun Penelitian 1111 mcnggunakan disain Cross Section.~,
dari berbagai kalangan, rnulai dari kaum ibu rumah tangga stm _ ya1tu penelit1 mengukur variable independen da.,1 vai
karyawan serta dari kalangan rnahasiswa/pelajar." iable depenclen diambil secara bersamaai1 yang
KasusHlV/AlDS di Frovinsi Riau merupakan urutan dilakuKau sewakw-waKtu atau periode waktu
ke-LI di Indonesia. Kora Pekanbaru menernpati urutan ke- te1tenmPenelitian dilakukan pada bulan Januari-Juni tah11-,
J dalam jumlah kasus di tingkat Provinsi Riau. Kelornpo. 2009 .. Lokasi Penelitian berternpat di daerah Lokahsasi
terbesar penderitanya adalah Pekerj a Seks Komersial (PS K). Teleju Wilayah Kota Pekanbaru.
Untuk mencegah penularan HIV I AIDS yang sumbern :ci -Popu!asi dalam penelitian ini adalah total populas1
dari PSK adalah menggunakan kondorn saat berhubungan yaitu wanita pekerja seks kQmersial (PSK) di daerah
seks dengan pelanggar:. ii lokalisasi Teleju Kota Pekanbaru Tahun 2009 yang

6
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2009 - Maret 2010, Vol. 4, No. 1

berjumlah 500 orang. Dalan penelitian ini peneliti Basil dan Pembahasan
menggunakan teknik pengambilan sampel secara Sampel
Acak Sederhana (SimpleRandomsampling), jumiah sampe Tabel l. Analisis Univariat Variabel Independen dan
yang digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 60 Tindakan Pencegahan Infeksi Menular Seksual
orangDalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik Pada Wanita Pekerja Seks Komersial di Wilayah
pengambilan sampe secara Sarnpel Acak Sederhana Kerja Puskesmas Rejosari Pekanbaru Tahun 2009
(Simple Random sampling) yaitu dengan mengambil
jumlah responden berdasarkan rurnus:" Variabel Frekuens Persentas
Berdasarkan rurnus di atas jumlah sampe! yang e(%)
dipergunakan pada penelitian ini adalah Tindakan
Jadi.jurnlah sampel yang digunakan pada penelitian pencegahan
ini adalah sebanyak 60 orang, IMS
Cara penarikan sarnpel adalah sesuai dengan teknik TidakBaik 35 58,3
yang digunakan yaitu Simple random sampling dengan Baik 25 41,4
eara mengambiJ nomor secara acak dari nomor urutan pada
saat daftar perneriksaan IMS di Klinik IMS pada bulan Mei Tingkat
2008 sebanyak sampei yang dibutuhkan. Dari 12 I orang Pengetahua
yang tercatat pada daftar tersebut, dilakukan undian untuk n
mernilih nomor urut genap dan ganjil, Dari pengundian Renda}: 29 48,3
tersebut didapatkan responden aitu yang tercatat dalam
Tinggi 3 41,4
urutan nomor genap yaitu 2, 4, 6, dan seterusnya hingga
Sikap
tercapaijumlan responden 60 orang.
Negatif 26 43,3
Pengurnpulan, Data primer daiam penel itian ir1i adalah Positif 34 56,7
data teotang fakror-fa ctor yang berhubungan dengan
Tindakan Pencegahan Infeksi Menu lar Seksual pada Tingkat
Wan ita Pekerj a Seks Komers ial ya itu ti ngkat peril ax u yang Pendidikan
termasuk di dalamnya tingkat pengetahuan dan sikap, Rendah 53 8&,3
tingkat pendidikan dan lama bekerja sebagai Wanita Pekerja Tinggi 7 U,7
Seks yang akan diukur oleh Peneliri. Data sekunder dalam
penelitian ini adalah data mengenai data tentang Wanita Lama
pekerja seks yang memeriksakan kesehatannya di klinik Bekerja
reproduksi di daerah lokalisasi Teleju yang diperoleh dari Barn 30 50,0
klinik kesehatan reproduksi melalui .Yayasar Utama Lama 30 50,0
Pekanbaru,
Teknik pengumpulan data pada peneUtianJn,t adalah
Tindakan pencegaban IMS adalah dengan
dengan memberikan Angket kepada responden dengan cam
menggunakan kondom, rnelalui penelitian yang dilakukan
mendatangi responden atau secara Door to door ~t~uai>
oleh Dr Syaiful Jazan Depkes-Rl di Palembang tahun 2003,
dengan namer urut yang didapat dari teknik pengarrt!:Jilm'r''
konsistensi pernakaian kondom sangat rnemprihatinkan
sarnpel secara acak, Analisa Data Analisa Univariat Clan
banwa hanya 4% WPS lokalisasi, 0% WPS jalanan, dan
Analisa Bivariat,
2% WPS ternpat hiburan yang selalu mernakai kondom.
Perilaku hanya sekali-sekali memakai kondom pada 48%
WPS lokalisasi, 27% WPS jalanan, dan 90% WPS tempat
hiburan. Yang paling periu untrue diperharixan adalah 49%
WPS lokalisasi, 73%. WPS jalanan .. dan 7% WPS tempat
hiouran ticakpernah memakai kondorn sama sekali, perilaku
yang paling berisiko untuk penularan lMS-HJV. 3:

7
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2009 - Maret 20 I 0, Vol. 4, No. l

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tindakan Pencegahan IMS

Frekuensi
Persentase
Variabel Menjawab Ya
(%)
n=60
1. Apakah saat berhubungan seks menggunakan 3 5,0
kondom?
2. Apakah pemah menolak berhubungan seks 5 8,3
pada pelanggan yang tidak bersedia
menggunakan kondom?
3. Apakah anda menggunakan kondom bila 2 3,3
berhubungan dengan pelanggan di luar
Iokalisasi?
4. Apakah anda rutin memeriksakan kesehatan 16 26,7
anda ke klinik kesehatan?
5. Apakah anda menggunakan narkoba 0 0,0
(suntik)?
6. Apakah pernah melakukan oral seks saat 1,
melayani pelanggan?
7. Apakah pernah melakukan anal seks saat 5,0
melayani peianggan tanpa menggunakan
kondom?
8. Apakah pemah melakukan hubungan seks s.o
dengan pelanggan yang anda tahu sedang
menderita panyakit kelarnin tanpa
menggunakan kondom?
Kondom merupakan alat kontrasepsi yang sangat rienggunakankondorn, dan yang memprihatinkan 16,67%
efektif untuk mencegah IMS. Dari basil penelitian yang ~iantaranya mengaku tidak pemah menggunakan kondorn.
dilakukan oleh Syaiful Jazan dan tim yang merupakan Diantara beberana mucikari juga ada yang melarang
SubdirektoratATDS dan PMS Depkes-Rl di Tanjung Pinang pekerjan a menggunakan kondom saat melayani tamu
tahun 2003 didapat bahwa dari data yang dikurnpulkan pada karena takut pelanggannya tidak suka dan mencari PSK
' ,; h .. ..;
tujuh lokasi penelitian menunjukkan bahwa dari 60%' [a in yang berseds a ticak ruenggenakan kondom.
Wanita Pekerja Seks (WPS) yang menggunakan kondom Seharusnya tenaga kesenatan dan LSM dapat menjelaskan
tidal· menderita.!MS apapun." bahwa menggunakan kondorn sangat penting agar tidak
Dari jawaban responden pada pertanyaan menzenai ~erkena IM~.
pemakaian kondom, hanya sekitar 3 orang (5%) yang seialu

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Terhadap Tindakan


Pencegahan IMS
Frekuensi Menjawab
Persentase
Variabel Ya
n =60 (%)
I. Menurut anda apakah yang dimaksud 7 l l,7
dengan Penyakit Menular Seksual?
2. Menurut anda apa penyebab PMS? 30 50,0
3. Salah satu Jenis PMS yang anda 32 53,3
ketahui?
4. Salah satu PMS yang disebabkan oleh s~ :... 53,3
virus?
5. Apakah gejaJa umum orang terkena 28 46,7
PMS?
6. Bagaimana mengetahui seorang wanita 24 40,0
terkena PMS?
7. Yang merupakan hubungan seks yang 48 80,0
dapat menghindari dari tertular PMS
adalah?
8. Cara mencegah agar tidak tertular PMS 33 55,0
9. Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke 40 66,7
tenaga kesehatan?
IO. Bagaimana cara mengobati bila terkena 29 48,3
PMS?
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2009 - Maret 2010, Vol. 4, No. I

Hasil penelitian ini menggambaran kurangnya yang memasukk:an tingkat pengetahuan sebagai salah satu
kesadaran para pekerja dalam upaya memproteksi air· faktor predisposisi yang mempengaruhi terhadap
mereka untuk terhindar dari penularan penyakit. Padahal pemakaian kondom yang merupakan tindakan pencegahan
selama ini pemerintah dan kalangan Lembaga Swadaya IMS yang dilakukan oleh WPS yang bekerja di tempat
Masyarakat (LSM) telah berupaya mengantisipasi tersebut."
meningkatnya angka kasus penderita IMS dengan ca , Rogers dalam Notoatmodjo (1993) menyatakan bahwa
menyediakan kondom dan pemenksaan rutm
kesehatan pengetahuan mernpa an domain yang sangat penting dari
setiap bulannya tanpa pungutan biaya apapun. Namun perilaku. Terjadi beberapa proses berurutan sehingga dapat
ternyata hal tersebut belum mendapatkan hasil yang terciptanya suatu perilaku baru sesuai dengan
maksim . pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap
Gambaran Tingkat Pengetabuan Dari hasil stimulus."
pengumpulan data didapat bahwa hampir separuh PSK Dari teori tersebut jika dihubungkan dengan hasil
rnasih memiliki tingkat pengetahuan yang rendah (48,3% ). penelitian yang dilakukan terlihat bahwa pengetahuan
Terlibat bahwa masih rendahnya pengetahuan dan memiliki hubungan yang berrnakna bagi tindakan
minimnya inforrnasi yang diperoleh PSK mengenai IMS. pencegahan IMS. Dari analisis bivariat terlihat bahwa jika
Terlihat dari jawaban responden pada pertanyaan semakin tinggi tingkar pengetahuannya maka semakin baik
mengenai lMS pada soal nornor satu mengenai pengertian pula tindakan pencegahan yang dilakukannya. Narnun dari
IMS, hanya 7 orang responden (l l,7%) yang menjawab analisis univariat masih banyak ditemukannya PSK dengan
benar. Kemudian pada pertanyaan mengenai bagaunana trngkat engetahuan yang masih rendah mengenai IMS.
ciri-ciri seorang wanita yang terkena IMS, han a24 orang Hubungan Sikap Dengan Tindakan Penccgahan IMS
(40%) yang bisa menjawa dengan benar, Setelah melaknkan pengumpulan data, menunjukkan
Gambaran Sikap Dari basil pengumpulan da a adanya hubungan sikap dengan tindakan pencegahan IMS.
diketahui bahwa sekitar 29 orang (43,3%) merniliki sika Responden yang merniliki sikap negatifmemiliki tindakan
negatif Hal ini juga disebabkan oleh masih kurangnya pencegahan udak baik pula yaitu 76,9%. Terdapat
pengetabuan dan sikap yang salah dalam melakuka ! hubunga yang bermakna, berarti sikap turut
tindakan pencegahan IMS. Terlihat juga dari jawaba 1 mempengaruhi upaya pencegahan rMS.
responden pada angket yang berisi pcmyataan si ap yang Pada umumn -a reponden mengetahui sikap yang
seluruhnya menganggap dengan suntik antibiotik dapat benar merniliki tindakan pencegahan IMS yang baik,
mencegah tertular IMS. Kemudian pernyataan mengenai Sehingga sikap merupakan salah satu faktor yang
oral seks yang tidak menularkan lMS, penggunaan alat rnernpengaruhi terbentuknya suatu perilakn yang positif.
suntik yang tidak menularkan penyakit apanun serra Menurutteori yang cnkemukakan oleh Notoatmodjo (200~)
mencuci vagina sebelum dan sesudah berhubungan dapat sikap merupakan domain terbentuknya perilaku."
mencegah lMS. Masmg-rnasing hanya I orang l,7%) yang Dari analisis bivariat dalam penelitian ini sesuai
menjawab dengan tegas dan benar. oengan teori tersebut. Terlihat adanya hubungan antara
Gambaran Tingkat Pendidrkan Berdasarkan hasil sikap dengan tindakan pencegahan IMS, semakin positif
pengumpulan data yang dilakukan dengan mengguna tan sikan PSK maka semakin baik ~ula tindakan pencegahan
angket diketahui bahwa lebih dari separuh responden IMS yan° dilakukannya. Sebaliknya dengan sikap negatif
(88,3%) memiliki tingkat pendidikan yang rendah yai maka semakin tidak baik pula tindakan pencegahan yang
maksimai hanya menamatkan SMP. Bahkan beberapa orang d1!ak.,1kannya
diantaran -a ada yang t idak nernah seko lah maupun Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Tindal<an
berhasil menamatkan sekolah dasar. lni dapatmencenuu · u Pencegahan IMS Setelah menganalisa data didapati bah a
bagaimana cara resoonden rnendapatkan info mas; tidak a anya hubungan antara tingkat pendidfkan dengan
mengenai lMS. tindakan pencegahan IMS. Artinya tingkat pendLdikan tidak
ambaran Larnanya Bekerja Setelah melaku an memberikan pengaruh terhadap tindakan pencegahan IMS
pengumpulan data dapat diketahui bahwa separuh Sama seperti hasi: ang ditunjukkan dari SSE' tahun
responden barn bekerja sebagai PSK dengan median 8,5 200_ yang ditakukan di usa enggara Timur oleh Badan
bu Ian. Waktu paling baru ialah I bulan dan yang tenama Pusat Statjstik(BPS), dugaan semu1a WPS tldak langsu ..g
mencapai 9o bulan atau 8 tahun. Hal int danar juga (diiuar loka 1sasi) yang relatif Jebih bcrpendidikan, cm 1
mempengaruhi PSK dalam menjaga dirinya agar terhindar pe1anggannya dari kelompok yang lebih pedu i pada
dari CMS. penlaku seks yan0 ama.i, justr · jauh lebih rendah
Hasil Bivanat Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan r,ersen· ase enggunaan kondomnya. Persentase WF :S
Tindakan Pencegahan !MS Hasil peneiitran menuniukkan /angs1mg 'bekeija di lokaiisasi) yang alm mencegah mv
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat oakat kondom tapi tida mema..ainya oada hubungan seks
pengetahuan dengan tindakan pencegahan I MS. terakhir hanya '/. I persen, yang erai•ti 77 ,i perse.
Seperti halnya penelitian pada lokasi yang sama pada menggunakan kondom pada seks terakhir dan , 7 pecse 1
tahun 2008 yang dilakukan oleh Roselly Evianty Silalahi responden tidak ingat. Serne.ntarn itu WP::. tida langsung

9
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2009 - Maret 2010, Vol. 4, No. 1

hanya 52,8 persen saja yang menggunakan kondom pada bahwa asumsi tersebut tidak seluruhnya benar. Tidak
seks terakhir.23 tergambar pola yang mendukung asumsi tersebut. WPS
Asumsinya adalah semakin tinggi pendidikan, langsung yang tamat SD dan merasa berisiko sebesar 62,5
semakin mengerti seseorang bahwa ia melakukan pekerjaan persen, justru lebih tinggi persentasenya dibanding yang
yang berisiko. Hasil SSP di Kota Kupang menunjukkan tamat SLTP sebesar 52,3 persen.23

Tabet 4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap Terhadap Tindakan Pencegahan IMS


Frekuensi Skor
Persentase
Variabel Terbesar 3
(%)
n = 60
1. Hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan tidak 5 8,3.
menyebabkan IMS
2. Hubungan seksual tanpa menggunakan kondom tidak akan 6 10,0
menularkan penyakit apapurr'
3. Hubungan seksual lewat anus akan menyebabkan perlukaan 4 6,7
dan memudahkan tertular IMS
4. Berhubungan seksual dengan cara Oral Seks tidak menularkan 1,7
IMS karena hanya lewat mulut
5. Hubungan seksual dengan penderita HIV-AIDS tanpa kondom 5 8,3
tidak akan menularkan HIV pada pasangannya
6. Menggunakan alat suntik secara bergantian tidak akan 1,7
menularkan penyakit apapun
7. Berhubungan seksual saat menstruasi tidak boleh dilakukan 9 15,0
karena lebih memudahkan masuknya kuman
8. Mencuci vagina dengan sabun sebelum dan sesudah 1,7
berhubungan dapat mencegah IMS
9. Pemeriksaan ke tenaga kesehatan tidak terlalu pentingjika kita 10 6,0
merasa sehat
I 0. Minum antibiotik sebelum berhubungan dapat mencegah 0 0
terjangkit IMS

Sama seperti basil yang ditunjakkan dari SSP tahun dilakukan di Lokalisasi Teleju tahun 2009 diketahui adanya
2003 yang dilakukan di Nusa Tenggara Timur oleh Badan hubungan yang bermakna antara lama bekerja dengan
Pusat Statistik (BPS), dugaan semula WPS tidak langsung tindakan pencegahan IMS. WPS yang baru bekerja memiliki
(diluar lokalisasi) yang relatif lebih berpendidikan, dan tindakan pencegahan yang tidak bail· yaitu mencapai
pelanggannya dari kelompok yang lebih peduli pada 73,3%.
perilaku seks yang aman, justru jauh lebih rendah Seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh Syaiful
persentase penggunaan kondomnya. Persentase WPS Jazan., dkk dari Subdirektorat AIDS dan PMS Depkes-RI
langsung (bekerja di Iokalisasi) yang tahu mencegah HIV tahun 2003 di Tanjung Pinang yangmenyimpulkan sebuah
pakai kondom tapi tidak memakainya pada hubungan seks teori bahwa semakin lama seseorang bekerja sebagai WPS
terakhir hanya 21 persen, yang berarti 77 ,3 persen maka semakin besar juga kemungkinan ia berhubungan
menggunakan kondom pada seks terakhir dan 1,7 persen dengan orang yang mengidap IMS serta besar pula
responden tidak ingat. Sementara itu WPS tidak langsung kemungkinan ia telah menularkan penyakittersebut.25
hanya 52,8 persen saja yang menggunakan kondom pada Kesimpulan dan Saran
·eks terakhir,"
Lebih dari separuh PSK tidak melakukan tindakan
Dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan tidak
pencegahan IMS dengan baik, Hampir separuh dari PSK
sepenuhnya memiliki pengaruh terhadap tindakan
µ,asih memiiiki tingkat pengetahuan mengenai tindakan
seseoraug. Terlihat bahwa semakin tinggi tingkat
pencegahan IMS yang masih rcndah. Hampir separuh dari
pendidikan seseorang maka semakin baik pula tindakannya,
PSK masih memlllki sikap negatif terhadap tindakan
Dalam hat ini terlihat bahwa tingkat pendidikan tidak
pencegahan IMS. Sebagian besar PSK merniliki tingkat
memiliki kontribusi positifterhadap tindakan pencegahan
pendidikan yang masih rendah. Separuh responden masih
JMS ang dilakukan para PSK di Lokalisasi Teleju. Namun
baru bekerja sebagai PSK. Adanya hubungan yang
tingkat pendidikan dapat berpengaruh uotuk rnendapatkan bermakoa antara tingkat pengetahuan dengan tindakan
pekerjaan yang lebih baik selain menjadi PS -....
pencegahan IMS,
Hubungan Lama Bekerja Dengan 'I'indakan
J'encegahan IMS Melalui pengumpulan data yang
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2009 - Maret 2010, Vol. 4, No. I

Tabel 5. Analisis Bivariat Variabel Independen dengan Tindakan Pencegahan


Infeksi Menular Seksual Pada Wanita Pekerja Seks Komersial di Wilayah
Kerja Puskesrnas Rejosari Pekanbaru Tahun 2009
Tindakan pencegahan IMS
Total
Variabel Tidak Baik Baik P value
(%)
(%) (%)
Tingkat Pengetahuan
Rendah 29 48,3 0,029
Tinggi 31 41,4

Sikap
Negatif 26 43,3 0,004
Positif 34 56,7

Tingkat Pendidikan
Rendah 53 88,3 0,702
Tinggi 7 u7
Lama Bekerja
Baru 30 50,0 0,023
Lama 30 50,0

~ika dihubungkan dengan penelitian ini terlihat 3. Fahrni Daili, Sjaiful. llmu Penyakit Kulit dan Kelamin-
bahwa PSK yang telah lama bekerja sebagai PSK yaitu Edisi ke lima, Jakarta; Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2007
diatas 8,5 bulan memiliki tndakan pencegahan yang baik
4. Fauzi, Ahmad dkk. Penyakit Menular Seksual, 2005.
dari pada yang masih baru. Hal ini disebabkan karena Dari: www.kesrepropms.com. [ 24 Januari 2009}.
mereka lebih bisa mengena irisiko yang akan mereka dapat 5. Depkes RI. Info Dasar Penya kit Menular Seksual, HIV
dari melayani tamu yang berbeda-beda yang tentu saja dan AIDS, 2002. Dari: www.depkes.go.id. [ 24 Januari
dapat menimbulkan suatu penyakit, Se lain itu mereka dapat 2009).
memperoleh informasi-informasi mengenai 1MS dari rekan 6. Muhardin Moegni, Endy. Penyakit Memrlar Seksual:
seprofesi maupun dari tenaga kesehatan dao LSM yang Dampaknya ternadap Kesehatan Alat Reprnduksi
sering berkunjung dan membuka perneriksaan dan Wanita dan Kehamitan, .2001. Dari:
pengobatan gratis rutin setiap bulannya. www.pdpersl.co.i_r,i.[3! Januari 2009].
Adanya hubungan yang berrnakna antara sikap 7. Mendatu, Achmanto. Ragam Penyakit Seksual, 2005.
Dari: www.psikolog1-oulinc.cg_m. [ 27 Januari 2009].
dengan tindakan pencegahan IMS, Tidak adanya hubungan
Jazan, Syaiful dkk, Prcvalensi Infeks i Sa lur an
yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan tindakan
Reproduksi Pada Wanita Penjaja Seks (WPS) di
pencegahan IMS, Adanya hubungan yang bermakna anta. a Jayapure, Banyuwan i, Se m ar ang , Medan,
lamanya bekerja dengan tindakan pencegahan IMS Palembang, Tanjung Pinang dan Bitung, Indonesia
Memberikan pengetahuan kepada PSK mengenai 2003. Sub Direktorat AIDS dan PMS-Depkes RI; 2003
fMS dan cara pencegahannya dengan cara penyuluhan C) Wulandan, Sri Pinggit, KajianPenyakit Menu ar Seksual
kepada para PSK mengenai [MS. Meningkatkan .Pada Pekerjs Seks Komersial Dengan Metode Regresi
penggunaan kondom dengan meningkatkan persediaan Poisson, 2008. Dad; www.detii.ohp.htm ( l ! Febuari
kondom gratis untuk setiap rumah, Menggerakkan para 2009J
10. KPA. Laporan KPA Nasional Perrode Januari- Maret
PSK dan mucikari untuk berupaya menurunkan angka
2007. KPA; 2007.
prevalensi lMS di lokalisasi Teleju dengan meningkatkan 11. BKKB. HIV-AIDS di Riau, 2009. Dari: www.http:/J
pemakaian kondom dan perneriksaan kesehatan secara prov.bkkbn,go.id. ~22 Febuari 2009}.
nnin. l2. Sitalahi, Rosellv E. Pengaruh Faktor Predisposisi,
Pendukung Dan Penguat Terhadap Tindakan Pekerja
Daftar Pustaka Seks • omersil (PSK) Daiam Menggunakan Kondom
l. Fayza, Ana. Penyakit Mcnular Seksual,2004. DMi'. Untuk Pencegaban HIV/AJDS Di Lokalisasi Tefeju
www.bJogger.com, [24 Januan 2009]. Ko ta Pekan Barn · 'anuu 200 . Dad·
2. Yayasan Utama Riau, Buku Pegangan Peer Tentang www.Iibrarv usu.ac.id, ([7 Maret 20G9.
Kesehatan Reproduksi Remaja, IMS da111 l-UVIA.H).5, 13 Klinil. JM GF-ATM Lokasi Prostitus' Tele :J Pekanbaru.
Oarn t:iasil Pemertksaan iM.:.; th Lokatlsasl Teie_iu Mei
dan Penyalahgunaan Narkoba di kalangan Icem j,
Pekanharu; Yayasan Utarna-Riau dan P'I'Chevron Paclfiv 2008. :ayasan Utama Pekanbar .t.
Inuonesia; 2002 : . . Djuanda, Adhi, Ilmu Penya kit Ku lit daa Kelamin. Jakart -
; FKUI; 2007
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2009- Maret 2010, Vol. 4, No. 1

1.:-. Siregar, RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit- ·


Edisi. 2. Jakarta: EGC; 2005.
Hi. Fahrni Daili, Sjaiful,dkk. Infeksi Menular Seksual-Ed 2.
Jakarta: FKUJ; 20C7.
17. BKKBN. Pendalaman Materi Membantil Remaja
Memahami Dirinya 2002.
18. Mendatu, Achmanto. Ragam Penyakit Seksua!, 200:5.
Dari: www.psikologi oruine.com, [ 24 Januari 2009 .
19. Karang Taruna & The World Bank. Bahaya dan Akibat
Penyakit Menular Seksual-Materi Pcnyuluhan bagi
kader/fasilitator karang taruna. Jawa Timur: Bagian
Proyek Pemberdayaan Karang Taruna Dalarn Bidang
Keschatan Reproduksi Remaja (KRR}; 200'!
20. BKKBN. Partisipasi Pria Dalam KB dan Kesehatan
Reproduksi. Jakarta: BKKBN; 2006.
21. Tana, Susilawati. lnfeksi Menular Seksual:
Terkendalikah?. Yogyakarta: Pusat Studi Kependudukan
dan Kebijakan Universitas Gajah Mada; 2004.
22. Notoatmodjo S. Pengantar Ilmu Pendidikan dan
Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2002.
23. BPS & ASA/FHL Laporan Hasil SSP 2003-Nusa
Tenggara Timur. Jakarta: BPS; 2003
24. BPS &ASA/FHl. Laporan Hasil SSP2002. Jakarta: BPS;
2002.
25. Jazan, Syaiful dkk. PrevaJensi Infeksi Salur an
Reproduksi Pada Wanita Penjaja Seks di Tanjung
Pinang, Indonesia, 2003. Sub Direktorat AIDS dan PMS-
Depkes RI; 2003
26. Chandra, Budiman. Metodologi Penelitian Kesehatan.
Jakarta: EGC; 2008.
27. Notoatmodjo, Soekldjo. Metodologi Penelitian
Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta; 2005.
28. Depkes RI. Modul Analisis Data Menggunakan .SPSS.
Jakarta: Pusat Data clan lnformasi Depkes RI; 2004.
29. Riduwan. Dasar-Dasar Statitiska- Edisi Revisi. Bandung:
Alfabeta; 2003
30. Kresno, Sudarti. Penilaian Cepat Perilaku Mencari
Pengobatan Pada Penderita Penyakit Menular Seksual
(PMS) di Jakarta. Depkes RI & FKM-UJ; 2001.
31. Jazan, Syaiful dkk. Prevalensi Infeksi Salur an
Reproduksi Pada Wanita Penjaja Seks di Palembang,
Indonesia, 2003. Sub Direktorat AIDS dan PMS-Depkes
RI; 2003

You might also like