Professional Documents
Culture Documents
Pengendalian Vektor Nyamuk Aedes Aegypti: Di Rumah Sakit Kota Surabaya
Pengendalian Vektor Nyamuk Aedes Aegypti: Di Rumah Sakit Kota Surabaya
ABSTRACT
Vector control is an approach using the basic principles of management and consideration of disease
transmission and control. The purpose of vector control is to reduce vector breeding habitats, reduce vector
density, inhibit disease transmission, reduce human contact with vectors so that vector-borne disease
transmission can be controlled more rationally, effectively and efficiently. This study aims to analyze the
effectiveness of Aedes aegypti mosquito control vector in a hospital in Surabaya. The Control carried out by the
Hospital is to eradicate Aedes aegypti mosquitoes by installing Ovitrap, Thermal Fogging, Cold Fogging and
Spraying. The type of analysis used is descriptive observational. Data collection was carried out in February of
2017 at K3 unit and Environmental Health of Surabaya Hospital. The data used are hospital pest and rodent
control report, secondary data aboutnumber of mosquito, number of larvae and number of Aedes aegypti
mosquito eggs obtained from unit of K3 and Environmental Health. The conclusions for the hospital are: (1)
always report the Aedes aegypti mosquito vector routine every months; (2) eradicating mosquitoes in difficult
places such as patient and dense populated areas; (3) based on Regulation of the Minister of Health of the
Republic of Indonesia Number 374 / MENKES / PER / III / 2010 concerning Vector Control four of the six tools
used in the Hospital have been used.
ABSTRAK
Pengendalian vektor merupakan pendekatan pengendalian vektor menggunakan prinsip dasar manajemen dan
pertimbangan terhadap penularan dan pengendalian penyakit. Tujuan pengendalian vektor adalah untuk
mengurangi habitat perkembangbiakan vektor, menurunkan kepadatan vektor, menghambat proses penularan
penyakit, mengurangi kontak manusia dengan vektor sehingga penularan penyakit tular vektor dapat
dikendalikan secara lebih rasional, efektif dan efisien. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas
pengendalian vektor nyamuk Aedes aegypti di sebuah Rumah Sakit di Surabaya. Pengendalian yang dilakukan
oleh pihak Rumah Sakit adalah untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti yaitu memasang Ovitrap, Thermal
Fogging, Cold Fogging dan Spraying. Jenis analisis yang digunakan adalah deskriptif observasional.
Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Februari Tahun 2017 di unit K3 dan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit Surabaya. Data yang digunakan adalah laporan pest dan rodent control Rumah Sakit, data sekunder tentang
jumlah nyamuk, jumlah jentik dan jumlah telur nyamuk Aedes aegypti yang didapat dari pihak unit K3 dan
Kesehatan Lingkungan. Kesimpulan untuk Rumah Sakit yaitu: (1) selalu melaporkan vektor nyamuk Aedes
aegypti rutin setiap bulan; (2) melakukan pemberantasan nyamuk di tempat-tempat yang sulit terjangkau seperti
ruang rawat inap dan tempat yang padat; (3) berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 374/MENKES/PER/III/2010 tentang Pengendalian Vektor empat dari enam alat yang digunakan di
Rumah Sakit tersebut sudah terpenuhi.
Kata kunci: aedes aegypti, nyamuk, pengendalian vektor nyamuk, satu rumah sakit.
pelatihan untuk tenaga kesehatan dan pusat pasien ketika berada pada lingkup rumah
penelitian medis. Rumah sakit dimaksud sakit maupun fasilitas kesehatan lain
sebagai institusi pelayanan kesehatan yang dimana infeksi tersebut tidak tampak atau
menyelenggarakan pelayanan kesehatan terlihat pada pasien yang diterima di rumah
perorangan secara paripurna berupa sakit. Infeksi nosokomial yang didapat di
pelayanan rawat inap, rawat jalan dan rumah sakit dapat disebabkan oleh bakteri,
gawat darurat, hal tersebut tertulis virus, jamur, atau parasit.
berdasarkan Undang-undang No.44 Tahun Penyakit Demam Berdarah Dengue
2009 tentang rumah sakit. (DBD) menjadi salah satu masalah
Sanitasi lingkungan (environmental kesehatan yang penting di Indonesia. Jenis
health) menurut WHO adalah sebuah nyamuk yang menyebarkan penularan
upaya pengendalian semua faktor penyakit DBD yaitu nyamuk Aedes sp
lingkungan manusia yang mungkin saja Cara penularan Virus Dengue (VirDen)
dapat menimbulkan dan bahkan merugikan berupa transsexual dimana induk jantan ke
bagi perkembangan fisik, kimiawi dan induk betina, tetapi bisa juga berupa
biologi di rumah sakit yang dapat transovaril dari induk betina kepada
menyebabkan pengaruh buruk terhadap keturunannya. Vektor Aedes sp
kesehatan petugas, penderita, pengunjung, penyebarannya bisa sangat meluas bahkan
maupun masyarakat yang berada di sekitar mulai dari daerah perkotaan (urban)
rumah sakit. dengan jumlah penduduk yang sangat
Rumah sakit rentan akan penularan padat dan bahkan daerah perdesaan (rural).
penyakit bahkan penularan pun mudah Salah satu upaya pengendalian vektor
terjadi jika tidak menjaga kebersihan nyamuk bisa dengan melakukan pembatasan
lingkungan. Untuk mengurangi kejadian vektor. Nyamuk vektor DBD bisa
penularan penyakit maka perlu dilakukan dikembangbiakkan menggunakan Tempat
pengendalian vektor penyakit dan binatang Perkembangbiakan (TP) yang berupa
pengganggu.Menurut Peraturan Menteri wadah (container) berisi air jernih yang
Kesehatan Republik Indonesia Nomor diletakkan di dalam dan di sekitar
374/MENKES/PER/III/2010 tentang lingkungan rumah. Bahkan berdasarkan
Pengendalian Vektor disebutkan survei yang telah dilakukan, angka jentik
“Pengendalian vektor adalah semua kegiatan Aedes sp di beberapa daerah masih
atau tindakan yang ditujukan untuk menurunkan memiliki angka yang tinggi.
populasi vektor serendah mungkin sehingga Virus yang termasuk dalam genus
keberadaannya tidak lagi berisiko untuk Flaviridae ini adalah penyebab Demam
terjadinya penularan penyakit tular vektor Dengue atau Demam Berdarah. Ada 4 jenis
sehingga penularan penyakit tular vektor serotipe Dengue Virus yang beredar
dapat dicegah”. Sanitasi lingkungan rumah khusus di Indonesia, yaitu: Dengue Virus 1
sakit yang tidak memenuhi syarat dapat (DV 1), Dengue Virus 2 (DV 2), Dengue
berisiko menjadi faktor penyebab infeksi Virus 3 (DV 3), Dengue Virus 4 (DV 4)
nosokomial, untuk itulah penting untuk (Xu et al, 2006; Suwandono et al, 2007).
selalu memahami kondisi hiegine di Penyakit ini memiliki masa inkubasi
lingkungan rumah sakit. Menurut World berkisar antara 1 hingga 4 hari timbul
Health Organization (WHO) pada rumah demam. Setelah sehari sebelum demam H-
sakit berasal dari 14 negara berada di 1 dengan menggunakan teknik diagnosis
empat kawasan (regional) WHO, sekitar deteksi NS1, maka antigen virus akan bisa
8,7% penderita yang dirawat di rumah dideteksi. Sebelum dilaksanakan deteksi
sakit mengalami infeksi nosokomial rumah maupun didiagnosis, demam berdarah
sakit. Definisi infeksi nosokomial menurut mendasar pada antigen-antibodi yang baru
yang dituliskan oleh WHO yaitu suatu kemudian baru bisa dideteksi pada hari ke-
infeksi yang tampak atau terlihat pada 3 atau hari ke-4 setelah demam
Ekalina Atikasari dan Lilis Sulityorini, Pengendalian Vektor Nyamuk Aedes... 73
berlangsung atau bahkan bisa pada hari ke- mendadak, sakit kepala yang amat sangat,
7 setelah infeksi berjalan. Teori klasik bagian belakang mata terasa sakit, otot dan
metode diagnostic membagi Infeksi Virus sendi melemah, nafsu makan berkurang,
Dengue atau yang biasanya disebut virus mual dan muncul ruam kemerahan. Gejala
Demam Berdarah menjadi 2 kategori yang muncul pada anak-anak biasanya
umum, yaitu Asymtomatic Dengue berupa demam ringan yang disertai ruam
Infection or Dengue without Symptoms and merah.
The Symptomatic Dengue (WHO, 1999; Berikut ini adalah tanda demam
Depkes 2005). Nantinya pada infeksi virus berdarah semakin parah yaitu demam yang
dengue dengan gejala (The Symptomatic teramat sangat tinggi hingga mencapai 40-
Dengue) akan dilakukan lagi 3 (tiga) 41oC berlangsung sekitar dua hingga tujuh
pembagian kelompok yaitu: Demam hari, wajah berubah menjadi kemerahan,
dengue tanpa gejala yang spesifik, Demam serta gejala lainnya yang menyertai demam
dengue dengan demam ditambah dengan 2 berdarah ringan. Selanjutnya bisa saja
(dua) gejala spesifik berupa pendarahan terjadi kecenderungan pendarahan seperti
ataupun tanpa pendarahan, dan DBD memar, hidung dan gusi terjadi pendarahan
dengan atau tanpa shock syndrome. dan bahkan bisa saja pendarahan di dalam
Pada tahun 2008 seorang pakar tubuh. Jika kasus semakin bertambah
bernama Achmadi memperkenalkan suatu sangat parah bisa terjadi kemungkinan
konsep Manajemen Demam Dengue yang kegagalan saluran pernapasan, shock dan
lebih sering disebut DBD berbasis berujung pada kematian. Biasanya setelah
masyarakat. Konsep ini menggabungkan terinfeksi oleh salah satu dari keempat
pengendalian penyakit dimulai dari jenis virus dengue, badan ini akan
sumber. Ketiga sumber tersebut yakni memiliki kekebalan terhadap virus
penderita awal yang memiliki potensi tersebut, namun sayangnya tidak menjamin
sebagai sumber penularan, nyamuk itu kekebalan terhadap tiga jenis virus yang
sendiri (seperti misalnya pengendalian lainnya.
pada sarang nyamuk), dan yang terakhir Virus dengue biasanya ditularkan
memberikan penyuluhan kepada melalui gigitan nyamuk betina Aedes yang
masyarakat untuk mendukung gerakan terinfeksi virus dengue, yang kemudian
memberantas secara tuntas penyakit betina tersebut akan menggigit manusia
Demam Berdarah (Getas DBD). dan menularkan demam berdarah tersebut
Penyakit Demam Berdarah adalah kepada manusia. Penyakit demam berdarah
penyakit infeksi oleh virus Dengue yang tidak bisa ditularkan langsung dari satu
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes orang ke orang lain. Penyebar utama virus
aegypti dengan ciri demam tinggi dengue adalah nyamuk Aedes aegypti,
mendadak disertai manifestasi pendarahan namun virus dengue juga dapat disebarkan
dan bertendesi menimbulkan renjatan oleh spesies nyamuk lain yaitu
(shock) dan kematian (Ditjen PPM&PL, Aedesalbopictus. Jangka masa inkubasi
2001). Nyamuk Aedes aegypti betina adalah 3 sampai 14 hari, umumnya 4
menghisap darah manusia setiap 2 hari. sampai 7 hari (Fathi, 2005).
Tempat hinggap yang disukai nyamuk Penanganan terhadap DBD tidak
jenis ini adalah benda-benda yang ada perawatan khusus. Obat yang
tergantung, seperti pakaian, kelambu, atau diberikan kepada penderita berfungsi untuk
tumbuhan di dekat tempat berkembang meringankan demam dan rasa sakit. Untuk
biaknya. penderita sebaiknya segera dirawat serta
tidak lupa untuk selalu menjaga jumlah
Ciri Klinis cairan tubuhnya sebab jika penderita akan
mengalami dehidrasi jadi perlu juga
Demam berdarah biasanya ditandai
memastikan penderita cukup minum.
oleh demam tinggi yang muncul secara
74 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 13, No 1 July 2018: 71-82
Perawatan yang tepat dan segera, tingkat sampai sore hari sedangkan nyamuk
kematian tidak mencapai 1%. Pencegahan berjenis kelamin jantan biasanya
terhadap DBD hingga saat ini belum menghisap sari bunga/tumbuhan yang
tersedia vaksin. Pencegahan yang bisa mengandung gula, dan umur nyamuk
dilakukan adalah dengan menghilangkan Aedes aegypti rata-rata 2 minggu, tetapi
genangan air yang dapat menjadi sarang sebagian diantaranya dapat hidup hingga 2-
nyamuk, dan menghindari gigitan nyamuk 3 bulan (Hastuti, 2008).
(Cahyati, 2016). Perkembangan dari telur sampai
Faktor yang mempengaruhi menjadi nyamuk kurang lebih 9-10 hari.
perkembangan nyamuk sangat banyak Setiap kali bertelur, nyamuk betina dapat
dapat berasal dari lingkungan luar maupun mengeluarkan sebanyak 100 butir. Telur
dari hormonal nyamuk itu sendiri. nyamuk Aedes aegypti berwarna hitam
Perkembangabiakkan nyamuk Aedes sp. dengan ukuran kurang lebih 0,80 mm.
sangat tinggi jika telah kenyang darah. Sel Telur nyamuk Aedes aegypti biasanya
telur dalam ovariol akan berkembang cepat diletakkan di tempat kering (tanpa air)
membentuk kuning telur kemudian dapat bertahan sampai 6 bulan. Telur akan
menjadi telur yang matang. Telur mampu menetas menjadi jentik dalam waktu
disimpan dalam enam bulan pada suhu dan kurang lebih 2 hari setelah terendam air.
kelembaban yang optimal dan jika dapat Kemudian jentik kecil yang menetas dari
disimpan dalam 1 tahun daya tetas telur telur akan tumbuh menjadi besar dengan
hanya 5 %. Larva akan menetas jika ukuran panjang 0,5 cm-1 cm (Fadila,
terkontak air. Larva akan mati pada suhu 2015).
10°C. Pada air yang keruh larva tidak
dapat berkembang dengan baik. Hormon
juvenile menentukan perkembangan
stadium larva ke pupa. Jika kadar hormon
juvenil tinggi maka larva tidak dapat
berkembang. Larva akan berubah ke pupa
jika terjadi keseimbangan jumlah hormon
juvenil dan ekdison. Stadium larva akan
berhenti jika sekresi hormon juvenil
berhenti. Hormon juvenil dapat dibuat
secara sintetis sehingga dapat dilakukan
cara pengendalian DBD stadium larva.
Suhu dan kelembaban udara berpengaruh
pada perkembangan nyamuk. Pada daerah
yang bersuhu tinggi dan kelembaban yang
rendah, perkembangan nyamuk Aedes sp.
menjadi lebih lama dan siklus Gambar 1. Siklus Hidup Nyamuk Aedes
gonotrofiknya menjadi lebih pendek.Ciri aegypti Sumber: denguepatrolsmkab.com
morfologi nyamuk Aedes aegypti yaitu:
tubuhnya berwarna hitam dan memiliki Jentik nyamuk Aedes aegypti ini
corak belang-belang berwarna putih selalu bergerak aktif dalam air. Geraknya
(loreng) di seluruh tubuhnya, suka tinggal berulang dari bawah ke atas permukaan air
dan berkembang biak di dalam dan di untuk bernafas (mengambil oksigen)
sekitar rumah (bisa bahkan bisa juga di kemudian turun, setelah itu kembali lagi ke
tempat umum yang padat akan penduduk), bawah dan seterusnya dan dilakukan secara
kemampuan terbang hingga jarak 100 berulang ulang. Posisi jentik akan berubah
meter, nyamuk betina aktif menggigit menjadi tegak lurus dengan permukaan air
(menghisap) darah manusia pada pagi hari ketika beristirahat. Di dinding tempat
Ekalina Atikasari dan Lilis Sulityorini, Pengendalian Vektor Nyamuk Aedes... 75
penampungan air biasanya kita bisa Surabaya dan data sekunder berasal dari
menemukan jentik tersebut. Jentik hasil laporan Unit K3 dan Kesehatan
membutuhkan waktu sekitar 6-8 hari untuk Lingkungan Rumah Sakit di Surabaya.
berkembang/berubah menjadi kepompong. Analisis data dilakukan secara deskriptif
Kepompong nyamuk Aedes aegypti dan dibandingkan dengan Peraturan
berbentuk koma, gerakannya pelan dan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
lamban, dan lebih banyak berada di Nomor74/MENKES/PER/III/2010 tentang
permukaan air. Membutuhkan waktu Pengendalian Vektor.
sekitar 1-2 hari hingga akhirnya menjadi
nyamuk dewasa ( Hadi, 2008). HASIL DAN PEMBAHASAN
Nyamuk Aedes aegypti suka tinggal
pada area gelap dan menyukai benda- Macam Pengendalian vektor nyamuk
benda berwarna hitam atau merah. Aedes aegypti di Sebuah Rumah Sakit di
Biasanya ditemukan di bawah meja, Surabaya
bangku, kamar yang gelap, atau dibalik
Pengendalian yang sudah dilakukan
baju-baju yang digantung dalam waktu
oleh pihak Rumah Sakit dalam
yang lama. Nyamuk ini menggigit pada
memberantas nyamuk Aedes aegypti yaitu
siang hari pukul 09.00-10.00 WIB dan sore
Cold Fogging, Spraying Thermal Fogging,
hari pukul 16.00-17.00 WIB. Tempat yang
dan Pemasangan Ovitrap (Hadi, 2012).
disukai oleh Nyamuk Aedes aegypti
Sebelumnya Rumah Sakit Surabaya ini
berkembang biak adalah tempat
melaksanakan pengendalian vektor dan
penampungan air sehari-hari dan bahkan
rodent secara mandiri yang dilakukan oleh
barang yang bisa menampung air. Nyamuk
Unit K3 dan Kesehatan Lingkungan hingga
Aedes aegypti ini juga bisa berkembang
akhirnya pihak Rumah Sakit di Surabaya
biak di bak mandi atau WC. ,drum, vas
ini memutuskan untuk bekerja sama
bunga/pot tanaman air, kaleng bekas,
dengan pihak Patronage CV. STARINDO
botol, plastik dan barang lain yang dibuang
PRATAMA dan sudah berjalan sekitar 6
sembarangan sembarangan (Depkes RI,
bulan lamanya.
2007).
Tujuan dari penelitian ini adalah
Metode Cold Fogging
untuk menganalisis efektivitas
pengendalian vektor nyamuk Aedes
aegypti di sebuah Rumah Sakit di
Surabaya kemudian dibandingkan dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor
74/MENKES/PER/III/2010 tentang
Pengendalian Vektor.
METODE PENELITIAN
bawah, menuangkan air bersih ¾ setinggi populasi nyamuk dewasa secara langsung
kasa yang terpasang, meletakkan ovitrap di adalah hal yang mustahil. Oleh karena
taman dibawah pohon dan di semak- itulah penghitungan dilakukan dengan cara
semak. menghitung larva (jentik) yang dihasilkan
Dalam pembuatan ovitrap yang di sekitar area Rumah Sakit Surabaya.
dilaksanakan oleh pihak Rumah Sakit Perangkap nyamuk berupa ovitrap
Surabaya ini masih kurang tepat karena diletakkan di seluruh tempat yang dapat
menggunakan botol bekas bewarna putih. menampung air. Perkiraan populasi
Sebaiknya botol yang digunakan berwarna nyamuk dewasa kemudian dapat dimonitor
gelap (bisa menggunakan warna hitam atau dengan cara menggunakan nilai indeks
merah). Jika memang tidak memungkinkan ovitrap.
botol bewarna putih tadi bisa ditutup
menggunakan kertas berwarna hitam. Indeks Ovitrap di Sebuah Rumah Sakit
di Surabaya
Populasi Nyamuk Aedes aegypti di
Ovitrap dipasang di taman dan di
Sebuah Rumah Sakit di Surabaya
tempat yang memungkinkan tempat
bersarang nyamuk Aedes aegypti.
Populasi nyamuk menurut data
Pemasangan ovitrap dilakukan pada
laporan pada bulan November 2016 –
pertengahan bulan dan biasanya dilakukan
Januari 2017 banyak ditemui di drainase
2 (dua) kali yaitu sebelum dan sesudah
dan area IPAL bisa dilihat pada Tabel 1.
pelaksanaan Thermal Fogging. Observasi
pengamatan jentik nyamuk dilakukan 2-3
Tabel 1. Jumlah Vektor NyamukAedes
hari setelah pemasangan ovitrap. Berikut
aegypti di Rumah Sakit tahun
adalah tabel pengamatan jentik sebelum
2016
pelaksanaan thermal fogging. Setiap lokasi
Bulan Jumlah Waktu Area
dipasang ± 3 ovitrap maka jumlah ovitrap
keseluruhan berjumlah 18 botol. Ovitrap
November ±100 Pagi-siang Outdoor, ini kemudian didiamkan di lokasi yang
drainase, ditetapkan kurang lebih sekitar 3 hari
collecting
pit, IPAL
untuk melihat berapa banyak telur dan
jentik yang tertangkap. Jumlah keseluruhan
Desember ±75 Pagi-siang Outdoor,
telur yang tertangkap jaring berjumlah 18.
drainase,
collecting Maka perhitungan Ovitrap Index
pit, IPAL (Fatmawati, 2014) adalah sebagai berikut:
Januari ±60 Pagi-siang Outdoor,
drainase,
Ovitrap Index = Jumlah ovitrap positif x100%
collecting Jumlah Ovitrap terpasang
pit, IPAL
Sumber: Data Laporan pest rodent & control di Ovitrap Index= 18 x 100%
Rumah Sakit tahun 2016 18
= 100 %
Kurang lebih dalam periode November
2016 hingga Januari 2017 total seluruh Thermal Fogging dilaksanakan
nyamuk yang berada di lingkungan di sebulan sekali pada pertengahan bulan.
sebuah Rumah Sakit di Surabaya sebesar Pada bulan Februari Thermal Fogging
kurang lebih 235 nyamuk dan banyak dilaksanakan tanggal 22 Februari 2017.
ditemukan di drainase, taman, IPAL dan Setelah dilakukan fogging dilakukanlah
collecting pit. Menurut pihak Rumah Sakit pemasangan Ovitrap baru. Guna
Surabaya iniuntuk mengukur kepadatan pemasangan Ovitrap baru ini untuk
Ekalina Atikasari dan Lilis Sulityorini, Pengendalian Vektor Nyamuk Aedes... 79
untuk dilakukan karena banyaknya jumlah yang digunakan untuk menangkap telur
pasien yang menginap dan berkunjung ke dan jentik nyamuk
Rumah Sakit Surabaya tersebut, oleh Dua alat yang tidak dimiliki oleh
karena itulah pemberantasan nyamuk Rumah Sakit berdasarkan Peraturan
Aedesaegypti hanya dilakukan sebulan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
sekali jam 05.00 WIB menggunakan Nomor 374/MENKES/PER/III/2010 Tentang
thermal fogging. Spraying dilakukan setiap Pengendalian Vektor yaitu mist-blower dan
seminggu sekali setiap hari senin, rabu dan hot fogger yang dioperasikan diatas
jumat. kendaraan pengangkut. Rumah Sakit ini
bekerjasama dengan pihak Patronage CV.
Pelaksana Pengendalian Vektor STARINDO PRATAMA sudah berjalan
Nyamuk Aedes aegypti di Sebuah selama 6 bulan terakhir. Sebelumnya
Rumah Sakit di Surabaya pelaksanaan pengendalian vektor
dilakukan secara mandiri oleh pihak rumah
Petugas pengendalian berjumlah 2 (dua)
sakit dibawah naungan Unit K3 dan
orang dan bergatian setiap harinya. Dalam
Kesehatan lingkungan.Pihak ketiga pun
pelaksanaannya petugas menggunakan
sudah memiliki SOP dan Pedoman
Alat Pelindung Diri berupa Masker Hawk
Pelaksanaan Hama baik vektor maupun
untuk melindungi pernapasan bagian atas,
rodent.Pengendalian vektor nyamuk Aedes
sarung tangan karet yang terbuat dari
aegypti di sebuah Rumah Sakit di
lateks untuk perlindungan tangan agar
Surabaya ini telah dilaksanakan secara
tidak terjadi iritasi kulit jika terkena bahan
rutin yaitu dilakukan Thermal Fogging
kimia dan sepatu khusus IPM untuk
setiap sebulan sekali, Cold Fogging
melindungi kaki.
dilakukan berdasarkan permintaan jika
Setelah melaksanakan
dirasa memang ruangan tersebut memiliki
pengendalian vektor petugas akan
jumlah nyamuk tinggi, dan penyemprotan
menuliskan hasil laporannya di sebuah
dilaksanakan 3 kali seminggu di tempat
buku, pada akhir bulan akan dilakukan
yang memungkinkan perindukan nyamuk
analisa masalah dan pemberian treatment
Aedes aegypti.
yang harus dilakukan untuk mengantisipasi
Pihak ketiga bekerja sama dengan
meningkatnya jumlah populasi vektor.
pihak Rumah Sakit Surabaya sudah
Setelah dibandingkan dengan Peraturan
melaksanakan pemantauan telur dan jentik
Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nyamuk Aedes aegypti dan berusaha
Nomor 374/MENKES/PER/III/2010
mengurangi angka Index Ovitrap hingga ±
Tentang Pengendalian Vektor, Rumah
22,2 %. PengendalianAedes aegypti yang
Sakit di Surabaya ini sudah melakukan
dilakukan di Rumah Sakit ini terdiri dari
pelaksanaan pengendalian vektor secara
Cold Fogging, Spraying Thermal Fogging,
benar dan tepat dimulai dari penggunaan
dan Pemasangan Ovitrap.
alat, prosedur pelaksanaan, dan kadar
bahan kimia yang digunakan. Peraturan
SIMPULAN
Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 374/MENKES/PER/III/2010
Disimpulkan bahwa dari keempat
Rumah Sakit di Surabaya ini dalam
metode yang dilaksanakan, yang paling
melaksanakan pengendalian vektor sudah
efektif adalah metode thermal
menggunakan 4 (empat) alat pengendalian
foggingkarena kabutnya terlihat jika
yaituspray-cansebuahalat semprot
dibandingkan dengan metode lain sehingga
bertekanan yang dioperasikan dengan
mudah untuk diarahkan ke tempat-tempat
tangan, mesin ULV sebuah mesin yang
yang menjadi persembunyian sarang
mengeluarkan kabut dingin, hot fogger
nyamuk Aedes aegypti, tidak hanya itu
mesin pengkabut panas yang dioperasikan
thermal fogging biayanya lebih murah
dengan cara dijinjing, dan botol ovitrapalat
Ekalina Atikasari dan Lilis Sulityorini, Pengendalian Vektor Nyamuk Aedes... 81