You are on page 1of 12

Jurnal Dinamika Pertanian Volume XXX Nomor 3 Desember 2015 (249–260) ISSN 0215-2525

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KARET RAKYAT DI


KABUPATEN KUANTAN SINGINGI, PROVINSI RIAU

Analysis of Agribusiness Development Strategy for Small-holders Rubber in Kuantan


Singingi Regency, Riau Province

Hajry Arief Wahyudy, Azharuddin dan Asrol


Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau, Jl. Khaharuddin Nasution No.113 Pekanbaru. 28284,
Telp: 0761-674681; Fax: 0761-674681
[Diterima September 2015; Disetujui November 2015]

ABSTRACT
Rubber plantation in Kuantan Singingi Regency needs to pay attention in order to give so a
great impact for farmers’ welfare. Therefore, the strategy of rubber development by agribusiness-
oriented become increasingly important. The purpose of this study was to analyze characteristics of
the farmer, to highlight agribusiness system, and to make a strategic development of smallholder
rubber agribusiness. The method used in this study was survey. The data used were primary and
secondary data and then were adjusted to the needs of research v. Data were analyzed by descriptive
quantitative and used SWOT Analysis. The results showed that the ability of farmers in rubber
farming was dominated by productive age ranges with the education level of elementary school. This
will be impacted on mindset primarily in making farm management decision. Management of
smallholder rubber agribusiness system is not currently well integrated, each subsystem needs to get
a referral to a policy binding so that the performance of each subsystem can be optimized. SWOT
analysis directs agribusiness development strategy of smallholder rubber in Kuantan Singingi growth
strategies, ie the quadrant WO (Weakness-Opportunity), so that the internal weakness of agribusiness
system must be completed to take advantage of greater opportunities in the future.
Keywords: Rubber, Strategic, Agribussiness system, SWOT Analysis

ABSTRAK
Eksistensi perkebunan karet di Kabupaten Kuantan Singingi perlu mendapat perhatian agar
dampaknya lebih besar bagi kesejahteraan petani. Oleh sebab itu, strategi pengembangan karet yang
berorientasi agribisnis sangat diperlukan. Tujuan penelitian ini untuk menganalisi karakteristik
petani, sistem agribisnis dan strategi pengembangan agribisnis karet rakyat. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah survei. Data yang digunakan adalah data primer dan skunder yang
variabelnya disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif
yang salah satunya menggunakan SWOT Analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani karet
didominasi oleh usia produktif dengan tingkat pendidikan hanya sampai Sekolah Dasar. Hal ini
berdampak pada pola pikir terutama dalam mengambil keputusan manajemen usahatani. Pengelolaan
sistem agribisnis karet rakyat saat ini belum terintegrasi dengan baik, masing-masing subsistem perlu
mendapatkan arahan dengan kebijakan yang mengikat supaya kinerja masing-masing subsistem dapat
dioptimalkan. Hasil analisis SWOT mengarahkan strategi pengembangan agribisnis karet rakyat di
Kabupaten Kuantan Singingi pada strategi pertumbuhan, yaitu pada kuadran WO (Weakness-
Opportunity), sehingga kelemahan internal sistem agribisnis harus diselesaikan untuk memanfaatkan
peluang yang semakin besar di masa yang akan datang.
Kata Kunci: Karet, Strategi, Sistem agribisnis, Analisis SWOT

PENDAHULUAN beberapa subsektor yang menggerakkannya.


Sektor pertanian mempunyai peranan Kontribusi subsektor perkebunan terhadap
penting dalam kegiatan perekonomian di pembentukan Produk Domestik Bruto yaitu 2,07
Indonesia. Perkebunan merupakan satu dari persen pada tahun 2012. Selain sebagai

249
Dinamika Pertanian Desember 2015

penyedia bahan baku untuk sektor industri, nakan dengan pendekatan sistem agribisnis.
subsektor perkebunan juga berperan dalam Pengembangan komoditas karet dengan sistem
penyerapan tenaga kerja dan penghasil devisa. agribisnis merupakan acuan dalam penyusunan
Karet merupakan salah satu komoditi yang strategi pengembangan komoditas tersebut.
berkontribusi terhadap subsektor perkebunan. Sehingga dihasilkan strategi pengembangan
85,96 persen produksi karet alam Indonesia komoditas karet yang efektif, efisien dan ber-
diekspor ke manca negara, sisanya digunakan kualitas. Oleh sebab itu kajian tentang Strategi
sebagai bahan baku industri dalam negeri. Pengembangan Agribisnis Karet Rakyat di
Riau merupakan salah satu produsen Kabupaten Kuantan Singingi menjadi sebuah
karet nasional. Pada tahun 2012 Riau menem- keharusan.
pati urutan ke-empat sebagai penghasil karet Tujuan penelitian ini yaitu untuk menga-
terbesar di Indonesia. Perkebunan karet di Riau nalisis: (1) Karakteristik petani dan pedagang
didominasi oleh perkebunan rakyat sebanyak karet rakyat; (2) Sistem agribisnis yang meli-
91,28%, sedangkan perkebunan Negara dan puti: Subsistem penyediaan input, subsistem
swasta masing-masing sebanyak 3,63% dan usahatani, subsistem agroindustri, dan subsistem
5,09% (Badan Pusat Statistik, 2012). pemasaran karet rakyat yang berlaku di daerah
Kondisi perkebunan karet Riau dalam penelitian; dan (3) Strategi pengem-bangan
lima tahun terakhir mengalami penurunan agribisnis karet rakyat.
jumlah luas lahan. Penurunan luas lahan dan
produksi tersebut diduga disebabkan oleh METODE PENELITIAN
terjadinya alih fungsi lahan, terutama alih fungsi Metode yang digunakan dalam penelitian
lahan ke komoditas perkebunan lainnya seperti ini adalah metode survei. Penelitian ini dilaku-
kelapa sawit. Untuk lebih jelasnya mengenai kan di Kabupaten Kuantan Singingi. Desain
perkembangan luas lahan perkebunan Riau pengambilan sampel dilakukan berdasar-kan
dapat dilihat pada Gambar 1. probability & nonprobability sample (Cooper
Ditinjau dari aspek potensinya, karet me- dan Schindler, 2014). Probability sampel akan
rupakan produk ekspor yang jumlah permin- digunakan untuk pengambilan sampel petani
taannya terus meningkat setiap tahun. Hal dan nonprobability sample untuk pedagang dan
tersebut dapat dilihat dari volume ekspor karet stakeholder terkait untuk analisis SWOT. Untuk
yang mengalami peningkatan signifikan. Pada lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 2, diketahui bahwa dari tahun 2005
volume ekspor karet (HS:400122/SIR) sebanyak Analisis Data
1.685 juta kg telah terjual ke berbagai negara
dan terus meningkat hingga pada tahun 2012 Analisis Karakteristik Petani
mencapai 2.370 juta kg. Karakteristik Petani karet rakyat yang ada
Permintaan karet diprediksi akan terus di Kabupaten Kuantan Singingi akan dianalisis
mengalami peningkatan pada masa yang akan secara deskriptif, yang terdiri dari (a) Umur, (b)
datang, sebab kebutuhan barang-barang yang Pendidikan, (c) Pengalaman usahatani dan (d)
berasal dari karet juga semakin bertambah, Jumlah tanggungan keluarga.
khususnya di Kabupaten Kuantan Singingi yang Analisis Sistem Agribisnis Karet Rakyat
mempuyai potensi lahan paling luas di Riau Pengadaan faktor produksi pada usahatani
(30%). Untuk itu, maka Peluang yang ada harus karet dianalsis secara deskripif. Pengadaan
dimanfaatkan secara optimal untuk mendapat- faktor produksi tersebut yaitu berkaitan dengan:
kan nilai tambah, sehingga manfaatnya dapat (1) Lahan, (2) Tenaga Keja, (3) Modal.
dirasakan oleh masyarakat khususnya petani Menurut Soedijanto (1998), dalam me-
karet. nganalisis pengadaan sarana produksi dapat
Efek ganda yang muncul setelah itu juga digunakan dengan identifikasi Impac Point
merupakan dampak positif bagi peningkatan Teknis yaitu memakai model Tingkat Penerapan
pembangunan ekonomi daerah. Untuk dapat Teknologi (TPT) dengan menggunakan nilai
memberikan kontribusi yang tinggi dalam skor yang telah ditetapkan sebagai berikut:
pembangunan perekonomian daerah, maka Skor < 10 = Tidak Sesuai
pengembangan komoditas karet harus dilaksa- Skor 10 – 15 = Kurang Sesuai

250
Analisis Strategi Pengembangan Agribisnis Karet Rakyat Di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau Province

Gambar 1. Perkembangan Luas Lahan Perkebunan Riau, Tahun 2007-2012

Gambar 2. Volume Ekspor Karet HS:400122 (SIR), Tahun 2005-2012

Gambar 3. Penentuan Sampel Penelitian

Skor > 15 = Sesuai. Teknologi budidaya tanaman karet dapat


Dengan angka skor: diketahui dengan melakukan analisis secara
1 = saprodi tidak tersedia saat dibutuhkan deskriptif kualitatif.
2 = saprodi kurang tersedia saat dibutuhkan
Manajemen Usahatani
3 = saprodi tersedia saat dibutuhkan
Biaya produksi dihitung dengan rumus
Analisis yang dilakukan dalam usahatani
Soekartawi (2002):
karet adalah analisis teknik budidaya, biaya,
produksi, pendapatan, dan efisiensi usahatani. TC = TFC + TVC ………………….………. (1)
Adapun model analisis yang digunakan adalah TC = {(X1.PX1) + (X2.PX2) + (X3.PX3) +
sebagai berikut: (X4.PX4)} + D ………………..………. (2)

251
Dinamika Pertanian Desember 2015

Keterangan: Efisiensi pemasaran dihitung menggu-


nakan rumus Soekartawi (1995), sebagai
X1 = Jumlah penggunaan pupuk (Kg/ha)
berikut:
X2 = Jumlah penggunaan herbisida (liter/luas
lahan) ........................................(10)
X3 = Jumlah penggunaan cuka (botol/bulan)
X4 = Jumlah penggunaan tenaga kerja
Analisis Strategi Pengembangan Agribisnis
(HKP/luas lahan)
Karet Rakyat
D = Nilai penyusutan (Rp/unit/bulan)
Analisis penyusunan perencanaan stra-
Biaya penyusutan dihitung dengan rumus
tegis pegembangan agribisnis karet rakyat ini
Hernanto (1996):
berguna untuk menentukan faktor penentu
utama dari beberapa faktor yang akan dianalisis.
…………………………..……... (4) Faktor tersebut berupa unsur internal (kekuatan
dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan
Pendapatan Bersih ancaman) dilingkup agribisnis karet di Kabu-
Pendapatan bersih dihitung dengan paten Kuantan Singingi. Penentuan bobot untuk
menggunakan rumus menurut Soekartawi kriteria faktor kepentingan strategis dilakukan
(1995): dengan metode Pair Waste Comparison.
Dari hasil perhitungan nilai ranking
∑ ( ) ……..….... (5) faktor-faktor strategi yang diunggulkan, dipero-
Efisiensi Usahatani Karet leh urutan daftar faktor strategi yang akan
menjadi prioritas untuk dikembangkan. Selan-
Efisiensi usahatani karet akan dianalisis jutnya guna menganalisa berbagai faktor yang
dengan menggunakan rumus Return Cost Ratio dapat mempengaruhi dalam proses pembuatan
(RCR) (Soekartawi, 1995): strategi pengembangan agribisnis karet di
Kabupaten Kuantan Singingi, maka metode
…………………………..…..….. (6) yang akan digunakan adalah analisis SWOT
(Strenght, Weakness, Opportunity dan Threat).
Analisis Subsistem Agroindustri Karet
Rakyat HASIL DAN PEMBAHASAN
Informasi tentang industri pengolahan Karakteristik Petani Karet
karet rakyat akan disajikan dengan mendes- Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kripsikan data dan informasi yang berkaitan petani karet di Kabupaten Kuansing didominasi
dengan gambaran umum proses pengolahan oleh usia produktif. Secara umum petani karet
karet, jenis produksi, kapasitas pabrik, dan di Kabupaten Kuansing hanya memperoleh
informasi umum lainnya. Sedangkan pada pendidikan sampai tingkat SD. Hal ini ber-
tingkat petani akan dideskripsikan mengenai dampak terhadap pola pikir petani yang kurang
pengolahan lateks secara sederhana. baik, terutama dalam mengambil keputusan
Analisis Pemasaran Karet Rakyat manejemen usahatani. Rata-rata pengalaman
petani dalam mengelola usahataninya adalah 14
Saluran pemasaran, lembaga pemasaran
tahun. Jumlah tanggungan keluarga petani rata-
dan fungsi pemasaran yang dilakukan dianalisis
rata sebanyak 3 orang.
secara deskriptif kualitatif.
Biaya pemasaran karet digunakan rumus Sistem Agribisnis Karet
Hamid (1994), sebagai berikut: Subsistem Penyediaan Input
He = Hp + (B + π )………………..…………(7) Hasil penelitian menunjukkan bahwa
B = He – (Hp + π ) ………….……..………(8) rata-rata petani karet memiliki lahan seluas 1,18
Besarnya margin pemasaran akan dihi- ha. Hasil terdapat 19 petani yang lahannya
tung menggunakan rumus menurut Saefuddin dikelola sendiri, sedangkan sisanya 21 petani
dan Hanafiah (1986), yaitu: yang lahannya dikelola oleh orang lain dengan
sistem bagi hasil, yaitu 50:50 dari penerimaan
M = Hk – Hp ……………..…………………(9) hasil usahatani karet.

252
Analisis Strategi Pengembangan Agribisnis Karet Rakyat Di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau Province

Terdapat empat kegitan yang rutin dila- berpedoman pada “Teknologi Budidaya Karet
kukan oleh petani dalam mengelola usahatani Chairil Anwar (2001)”.
karetnya, yaitu penyadapan batang karet, Hasil penelitian, diketahui bahwa pembu-
pengumpulan dan pembekuan, pembersihan kaan lahan dengan cara membakar masih
gulma dan pemupukan. Untuk penyadapan rata- dilakukan. Hal ini berdampak pada ancaman
rata dibutuhkan waktu selama 16,70 HKP, pelarangan impor komoditas yang diperoleh dari
pengumpulan dan pembekuan 1,73 HKP. Untuk hasil pembukaan lahan dengan cara dibakar oleh
pembersihan gulma dan pemupukan dilakukan negara tujuan ekspor karet terutama eropa.
setiap 6 bulan sekali dengan rata-rata peng- Begitu juga dengan penataan jalan pro-
gunaan masing-masing 1,74 HKP dan 0,18 HKP duksi, saluran drainase, penanaman, pemu-
per bulan. pukan, pemeliharaan, teknik penyadapan batang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karet dan penanganan pasca penen yang belum
pupuk dan pestisida terjamin ketersediaannya sesuai dengan standar yang berlaku umum. Oleh
karena sesuai dengan kriteria 6 tepat. Sedangkan sebab itu, maka perlu adanya bimbingan bagi
ketersediaan bibit tidak sesuai dengan kriteria 6 petani. Hal ini dalam rangka memaksimalkan
tepat, dan ketersediaan alat-alat peranian juga produksi yang seharusnya dapat dicapai melalui
kurang sesuai dengan kriteria 6 tepat. penerapan SOP yang sudah ditetapkan.
Subsistem Usahatani Pada Tabel 1 diketahui bahwa total biaya
produksi yaitu sebanyak 1.696.759 Rp/bulan.
Teknologi budidaya karet yang berlaku di
Komponen biaya terbesar adalah upah tenaga
Kab. Kuansing belum mengacu pada SOP
kerja. Upah tenaga kerja didasarkan atas bagi
secara umum. SOP budidaya karet yang dirujuk
hasil penjualan karet. Bagi hasil sebanyak
Tabel 1. Penggunaan Sarana Produksi, Biaya Produksi, Pendapatan dan Efisiensi Usahatani Karet
Harga Nilai Persentase
Uraian Satuan Jumlah
(Rp) perbulan (Rp) (%)
A. Sarana Produksi
Pupuk/6 bulan
- Kandang karung 25,00 17.500 72.917 4,30
- Urea kg 96,43 6.393 102.746 6,06
- Tsp kg 50,00 7.750 64.583 3,81
- NPK kg 100,00 8.600 143.333 8,45
Herbisida/6 bulan liter 1,43 62.188 14.770 0,87
Cuka botol 3,70 4.250 15.725 0,93
Sub total 414.074 24,40
B. Tenaga Kerja -
- Penyadapan % x 0,5TR 82,43 1.037.930 61,17
- Pengumpuluan & Pembekuan % x 0,5TR 8,51 107.211 6,32
- Pembersihan Gulma % x 0,5TR 8,58 108.053 6,37
- Pemupukan % x 0,5TR 0,91 11.407 0,67
Sub total 1.270.008 74,85
C. Penyusutan 12.677 0,75
D. Total Biaya 1.696.759 100,00
- Biaya Tetap 12.677
- Biaya tdk tetap 1.684.082
D. Produksi: Minggu I kg 89,45 7.271 643.778
Minggu II kg 88,70 7.240 637.490
Minggu III kg 87,35 7.106 611.969
Minggu IV kg 89,53 6.985 625.130
355,03
E. Pendapatan Kotor 2.518.366
F. Pendapatan Bersih 821.607
G. Pendapatan Kerja Keluarga 2.104.292
H. RCR 1,48

253
Dinamika Pertanian Desember 2015

50:50. Oleh sebab itu, digunakan asumsi bahwa Kemudian ojol siap untuk dijual ke pedagang
50% dari hasil penjualan karet merupakan biaya pengumpul atau pedagang besar.
tenaga kerja. Bagi petani yang berstatus sebagai
pengelola kebun sendiri, 100% penjualan adalah Pengolahan Karet Ditingkat Pabrik
milik pribadi, karena biaya tenaga kerja yang Pabrik pengolahan karet (crumb rubber)
50% tersebut dihitung sebagai pendapatan kerja di Kabupaten Kuantan Singingi hanya ada satu,
keluarga. yaitu PT. Andalas Agrolestari yang berlokasi di
Rata-rata produksi karet dalam satu desa Logas Kecamatan Singingi yang memiliki
minggu yaitu sebanyak 89 kg/ luas lahan, dan kapasitas mesin terpasang 40.000 ton pertahun.
355 kg/luas lahan/bulan. Kualitas produksi Produksi karet di Kuantan Singingi mencapai
dilihat dari kebersihan dan kadar air karet yang 56.299 ton pada tahun 2012. Melihat kapasitas
dijual. Hasil pengujian kadar kemurnian karet mesin yang ada, seharusnya kebutuhan bahan
oleh pabrik menunjukkan bahwa rata-rata baku pabrik sudah melebihi kapasitas. Tetapi
kemurnian karet hanya 60%. Hal ini perlu kebijakan pabrik hanya membatasi kapasitas
ditanggapi serius, sebab harga jual karet yang sebesar 25.000 ton pertahun. Sehingga jumlah
diterima tergantung kemurnian karet yang produksi karet Kuansing yang mampu diserap
dijual. oleh pabrik hanya 44,40%, sedangkan sisanya
Pendapatan bersih usahatani sebanyak dibeli oleh perusahaan lain di luar daerah. Hasil
Rp.821.607/bulan. Jumlah pendapatan kerja penelitian juga menunjukkan bahwa harga beli
keluarga yaitu sebanyak Rp.2.104.292/ bulan. perusahaan dari luar daerah sangat kompetitif.
Jumlah ini relatif kurang memuaskan karena Penetapan harga pada tingkat pabrik
harga karet saat penelitian murah dibanding didasari kadar murni karet yang diketahui rata-
harga normal. rata 60% saja. Ketetapan kadar ini berlaku
Hasil penelitian menunjukkan bahwa umum, padahal tidak semua produksi karet
rata-rata efisiensi usahatani karet di daerah rakyat memiliki tingkat kadar kemurnian karet
penelitian adalah 1,48. Artinya setiap Rp 1 yang sama. Hal ini merupakan sebuah
biaya yang dikeluarkan, maka akan memperoleh kelemahan yang seharusnya menjadi perhatian.
pendapatan kotor sebesar Rp 1,48 atau Produk yang dihasilkan oleh perusahaan
pendapatan bersih sebesar Rp 0,48 (efisien ini adalah Standart Indonesian Rubber (SIR),
secara ekonomi). yaitu SIR 3CV, SIR 10 dan SIR 20. PT. Andalas
Agrolestari telah menjalin hubungan kerja sama
Subsistem Agroindustri Karet dengan beberapa perusahaan ban internasional,
Tahap 1, pada saat batang karet disadap, seperti Brigestone, Michelin, Gajah Tunggal
maka latek akan keluar mengikuti alur sadap (GT) serta perusahaan lain guna menjamin
menuju wadah yang sudah dipersiapkan ketersediaan pasokan serta komitmen untuk
sebelumnya. Wadah dibiarkan penuh hingga 6 meningkatkan industri karet dalam Negeri.
hari sesuai dengan siklus produksi petani.
Tahap 2, selanjutnya adalah proses Subsistem Pemasaran
pengolahan ojol (lumb), yang diawali dengan Secara umum saluran pemasaran yang
pengumpulan lateks ke dalam ember untuk berlaku pada saat penelitian terdiri dari tiga
dibawa ke tahapan selanjutnya. saluran. Masing-masing saluran dapat dilihat
Tahap 3, sebelum proses pembekuan pada Gambar 4.
dimulai, petani biasanya mempersiapkan alat Petani pada saluran 1 mendapat harga
dan bahan seperti cuka dan air, serta pada kisaran 6000-7500 Rp/kg. Penetapan harga
membersihkan lubang tempat pembekuan, dilihat dari kualitas karet secara visual, yaitu
tujuannya agar kualitas ojol baik dan bersih. kebersihan dan kesegaran karet, serta kadar air
Tahap 4, lateks dimasukkan ke dalam yang terkandung didalamnya. Prosesnya
lubang, kemudian dicampur dengan bahan manual, hanya berdasarkan pengalaman pribadi
campuran cuka dan air berdasarkan takaran pedagang pengumpul. Untuk mengantisipasi
tertentu, kemudian diaduk untuk memastikan penyusutan berat timbang yang diterima oleh
bahan tercampur merata. pedangan pengumpul saat menjual karet ke
Tahan 5, proses pembekuan dapat tahap selanjutnya, petani dibebankan 1 kg karet
berjalan sempurna dengan waktu sekitar 6 jam. dalam setiap 10 kg yang dijualnya. Artinya

254
Analisis Strategi Pengembangan Agribisnis Karet Rakyat Di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau Province

jumlah timbang karet petani dipotong sebanyak dan biasanya hasil pengujian menunjukkan
10% oleh pedagang pengumpul. Sehingga dapat bahwa rata-rata kemurnian karet yang diterima
dipahami bahwa penyusutan berat timbang hanya mencapai 60%. Sehingga harga yang
pedagang pengumpul ditanggung oleh petani. diterima dihitung dari 60 % dari harga karet
murni (kisaran Rp14.500-15.500/kg). Selain itu
pedagang pengumpul juga menanggung penyu-
(I) (III) sutan berat timbang serta biaya pemasaran.
Petani
Pada Tabel 2, pedagang besar dan pabrik
melakukan fungsi pemasaran secara utuh,
Pedagang Pengumpul sedangkan pedagang pengumpul tidak, karena
Pedagang Pengumpul Pedagang Besar tidak melakukan fungsi pemasaran penyim-
Pedagang Besar panan dan standarisasi grading.
(II)
Pada saluran pemasaran I menunjukkan
Pabrik efisiensi pemasaran sebesar 26,56%. Angka
tersebut mengindikasikan bahwa saluran
pemasaran I sangat tidak efisien. Pada
Gambar 4. Saluran Pemasaran Karet kenyataannya, saluran pemasaran ini sudah
Harga jual petani pada saluran 2 yaitu tidak diminati lagi oleh para pelaku pemasaran
pada kisaran 7000-8000 Rp/kg. Sedangkan pada karet di Kuansing. Tetapi aktifitas seperti ini
saluran 3 yaitu pada kisaran 8000-8700 Rp/kg masih ada terutama bagi pedagang pengumpul
Untuk penetapan harga, prosesnya hampir sama yang berada jauh dari lokasi pabrik Hal ini, akan
dengan yang diterima petani pada saluran 1. menanggung biaya transportasi yang sangat
Berdasarkan saluran pemasarannya, besar.
pedagang pengumpul dibagi menjadi dua Aktifitas pemasaran yang terjadi pada
golongan, yaitu pedagang pengumpul yang saluran pemasaran II menunjukkan efisiensi
menjual karet ke pedagang besar dan yang pemasaran sebesar 15,47%. Angka tersebut
menjual langsung ke pabrik. Untuk harga yang mengindikasikan bahwa saluran pemasaran II
diterima oleh pedagang pengumpul yang lebih efisien dari pada saluaran pemasaran I.
menjual karet ke pedagang besar, penentuan Saat ini saluran pemasaran II sangat banyak
harga ditentukan setelah pedagang besar pelakunya. Dan biasanya pedagang pengumpul
melakukan cek kualitas karet dengan cara memiliki kendaraan sendiri untuk pengangkutan
membelah dua karet tersebut. Perlakuan ini karet ke pabrik, sehingga pemasarannya lebih
untuk menjamin kualitas sebagai antisipasi dari efisien dan menguntungkan tidak hanya bagi
kecurangan-kecurangan petani saat pembekuan pedagang, tapi juga bagi petani karena harga
karetnya. Jika terdapat kotoran-kotoran yang jual karet di tingkat petani lebih tinggi dari pada
menempel pada gumpalan karet, maka saluran I.
pedagang besar menolak karet tersebut. Aktifitas pemasaran pada saluran pema-
Begitu juga dengan pedagang pengumpul saran III ini menunjukkan efisiensi pemasaran
yang menjual karet langsung ke pabrik. Harga sebesar 17,05%. Angka tersebut mengindi-
karet ditentukan berdasarkan kemurnian karet. kasikan bahwa saluran pemasaran III masih
Untuk mengetahui kemurnian karet itu, pihak kalah efisien dari saluran pemasaran II.
pabrik melakukan uji labor berdasarkan sampel

Tabel 2. Fungsi Pemasaran Karet di Kabupaten Kuantan Singingi


Fungsi Pemasaran Pedagang Pengumpul Pedagang Besar Pabrik
Pembelian √ √ √
Penjualan √ √ √
Pengangkutan √ √ √
Penyimpanan − √ √
Info pasar √ √ √
Pembiayaan √ √ √
Standarisasi dan Grading − √ √

255
Dinamika Pertanian Desember 2015

Tabel 3. Biaya, Margin dan Efisiensi Pemasaran Karet (Per kg)


Saluran I Saluran II Saluran III
Uraian Biaya Share Biaya Share Biaya Share
(Rp) (%) (Rp) (%) (Rp) (%)
PETANI
Harga Jual 6.250 68,31 7.151 78,15 8.700 81,50
PEDAGANG PENGUMPUL
Harga Beli 6.250 7.151
Biaya Pemasaran
a. Upah Tenaga Kerja 100 200
b. Transportasi 250 500
c. Penyusutan Berat Timbang (10%) 625 715
Total Biaya Pemasaran 975 10,66 1.415 15,47
Keuntungan 325 3,55 584 6,38
Margin 1.300 1.999
Harga Jual 7.550 9.150
PEDAGANG BESAR
Harga Beli 7.550 8.700
Biaya Pemasaran
a. Upah Tenaga Kerja 200 200
b. Transportasi 500 750
c. Penyusutan Berat Timbang (10%) 755 870
Total Biaya Pemasaran 1.455 15,90 1.820 17,05
Keuntungan 145 1,58 918 8,59
Margin 1.600 2.738
Harga Jual 9.150 11.438
PABRIK KARET
Harga Beli 9.150 100,00 9.150 100,00 10.675 100,00
Margin Pemasaran 2.900 1.999 2.738
Efisiensi Pemasaran 26,56 15,47 17,05

Strategi Pengembangan Agribisnis Karet Berdasarkan Tabel IFAS dan EFAS dapat
Rakyat diketahui bahwa hasil analisis SWOT untuk
Untuk menganalisis strategi pengem- pengembangan agribisnis karet di Kab.
bangan agribisnis karet rakyat di Kabupaten Kuansing yaitu sebagai berikut. Faktor internal
Kuantan Singingi menggunakan analisis SWOT. pengembangan agribisnis karet yang meliputi
Analisis SWOT merupakan identifikasi berba- kekuatan (strengths) dan kelemahan (weak-
gai faktor produksi secara sistematis untuk nesses) menunjukkan bahwa total nilai dari
merumuskan strategi suatu perusahaan. Analisis kekuatan adalah 1,07 dan kelemahan adalah
ini didasarkan pada usaha untuk memaksi- 1,69 sehingga total keseluruhan dari faktor
malkan kekuatan dan peluang, namun dapat internal adalah 2,76. Faktor eksternal yang
meminimalkan kelemahan dan ancaman secara meliputi peluang (opportunities) dan ancaman
bersamaan. Model analisis yang digunakan (threats) menunjukkan bahwa nilai peluang
dalam perumusan strategi yang akan dijalankan adalah 1,48 dan ancaman adalah 1,21 sehingga
yaitu model matrik SWOT. Berdasarkan hasil total keseluruhan dari faktor eksternal adalah
penelitian dan pengamatan dari sistem agribisnis 2,68.
karet diperoleh beberapa faktor internal dan
eksternal yang menentukan arah strategi pe-
ngembangan agribisnis karet di Kabupaten
Kuansing. Selengkapnya dapat dilihat pada
Tabel 4 dan Tabel 5.

256
Analisis Strategi Pengembangan Agribisnis Karet Rakyat Di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau Province

Tabel 5. Hasil Penentuan Bobot dan Rating Selanjutnya, hasil analisis pada diagram
Faktor Eksternal (EFAS) SWOT (Tabel 6), menunjukkan bahwa strategi
pengembangan agribisnis karet di Kabupaten
Kuansing terletak pada kuadran III yaitu
Strategi WO (Weaknesses and Opportunities).
Stra-tegi ini merupakan strategi pertumbuhan,
de-ngan cara mengatasi kelemahan untuk
mengejar peluang.
Berdasarkan Tabel matrik SWOT dike-
tahui bahwa terdapat empat macam strategi
yang bisa digunakan untuk pengembangan
agribisnis karet di Kabupaten Kuansing, yaitu:
1. Strategi S-O (Strengths-Opportunities),
yaitu strategi pencapaian, mengejar peluang
yang cocok untuk kekuatan yang ada pada
internal. Adapun langkah-langkah yang da-
pat dilakukan untuk pengembangan agri-
bisnis karet dengan strategi ini adalah
sebagai berikut:
• Memaksimalkan teknologi budidaya pada
lahan perkebunan karet yang dimiliki
sebagian besar petani,
• Pengelolaan kebun dengan diversifikasi
pola bagi hasil,
Berdasarkan data tersebut dapat diketauhi
• Memanfaatkan ketersediaan pabrik pe-
bahwa pada faktor internal jumlah bobot nilai
ngolahan, jumlah pedagang yang banyak,
untuk faktor kelemahan lebih besar diban-
serta lokasi pemasran yang berdekatan
dingkan dengan faktor kekuatannya, artinya
untuk memaksimalkan potensi demand
faktor kelemahan harus menjadi fokus dalam
yang terus meningkat, yang didukung
langkah strategis pengembangan agribisnis
dengan kebijakan pemerintah.
karet. Pada faktor eksternal dapat diketahui pula
bahwa jumlah bobot nilai untuk faktor peluang 2. Strategi W-O (Weaknesses-Opportuni-
lebih besar dibandingkan faktor ancaman. ties), yaitu strategi pertumbuhan, mengatasi
Dalam kondisi seperti ini faktor peluang harus kele-mahan untuk mengejar peluang. Ada-
dimanfaatkan secara maksimal agar keberlang- pun langkah-langkah yang dapat dilakukan
sungan agribisnis bisa terjaga. Untuk lebih untuk pengembangan agribisnis karet de-
jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4. ngan strategi ini adalah sebagai berikut:
• Memperbaiki akses permodalan bagi pe-
tani untuk memanfaatkan peluang yang
1,48
ada, agar pengembangan agribisnis karet
Peluang
bisa dilaksanakan
Kuadran III Kuadran I • Melakukan program replanting bagi
tanaman tua dan rusak, dengan peng-
gunaan bibit unggul yang produktivitas-
1,69 Kelemahan Kekuatan 1,07 nya tinggi,
• Memperbaiki kualitas ojol dengan tekno-
logi yang tepat sehingga harga jual karet
Kuadran IV Kuadran II
dapat ditingkatkan,
Ancaman
• Melakukan penyuluhan untuk diversifi-
1,21 kasi produk olahan karet,
• Memperbaiki rantai pemasaran agar lebih
Gambar 4. Diagram Analisis SWOT efisien dan menguntungkan.

257
Dinamika Pertanian Desember 2015

3. Strategi S-T (Strengths-Threats), yaitu Oleh sebab itu perlu ditingkatkan dengan
strategi bertahan, mengidentifikasi cara-cara cara penyuluhan yang intensif dan berkua-
usaha dengan kekuatan yang dimiliki untuk litas.
mengurangi kerentanan terhadap ancaman 2. Sistem agribisnis karet rakyat di Kabupaten
eksternal. Adapun langkah-langkah yang Kuantan Singingi menunjukkan hasil seba-
dapat dilakukan untuk pengembangan agri- gai berikut:
bisnis karet dengan strategi ini adalah a. Dalam pengembangan perkebunan karet
sebagai berikut: di Kabupaten Kuantan Singingi, subsis-
• Mempertahankan lahan perkebunan karet tem penyediaan input belum dikelola
agar tidak dialih fungsikan, secara maksimal terutama pada faktor
• Dengan tersedianya tenaga kerja dari produksi modal, sehingga masih me-
dalam keluarga, maka dapat mengurangi merlukan perbaikan. Di samping itu
biaya TK sehingga penerimaan tetap juga memerlukan kebijakan yang tegas
besar, meskipun harga tidak stabil, untuk meminimalkan alih fungsi lahan
• Memperbaiki kualitas ojol yang dijual ke komoditas lain.
dengan penerapan standarisasi dan gra- b. Subsistem usahatani pada perkebunan
ding untuk meningkatkan harga karet dan karet yang ada saat ini masih berpotensi
kepercayaan internasional. untuk dikembangkan dengan penerapan
teknologi budidaya yang efektif, efisien
4. Strategi W-T (Weaknesses-Threats), yaitu
dan berkualitas. Teknologi tersebut
strategi diversifikasi, membuat rencana lain
berkaitan dengan peningkatan kualitas
untuk menutupi kelemahan usaha yang
produksi agar harga yang diterima lebih
sangat rentan terhadap ancaman eksternal.
tinggi.
Adapun langkah-langkah yang dapat dilaku-
c. Subsistem agroindustri ditingkat petani
kan untuk pengembangan agribisnis karet
belum ada peningkatan dari sebelumnya
dengan strategi ini adalah sebagai berikut:
karena tidak mempunyai diversifikasi
• Untuk menutupi keterbatasan modal,
pengolahan lebih lanjut, sedangkan
maka penggunaan pupuk alternative yang
pada tingkat pabrik masih berpeluang
harganya relatif lebih murah namun tetap
untuk pemenuhan kapasitas mesin yang
efektif, seperti kompos dapat diterapkan,
masih bisa dimaksimalkan.
• Meningkatkan kemampuan petani dengan
d. Pada subsistem pemasaran karet di
penyuluhan yang efektif, efisien dan
Kabipaten Kuantan Singingi, efisiensi
berkualitas, agar kelemahan yang ada
pemasaran perlu ditingkatkan. Saluran
dapat diatasi, sehingga ancaman dapat
pemasaran yang paling efisien adalah
dihindarkan.
saluran II, yaitu: Petani – Pedangang
Pengumpul – Pabrik.
KESIMPULAN DAN SARAN e. Berdasarkan hasil analisis SWOT, maka
Kesimpulan strategi pengembangan agribisnis karet
1. Kemampuan petani dalam usaha pengem- rakyat di Kabupaten Kuantan Singingi
bangan perkebunan karet rakyat di Kabu- adalah strategi WO (Weaknesses-
paten Kuantan Singingi masih dibatasi oleh Opportunities), yaitu strategi pertum-
rendahnya tingkat pengetahuan terhadap buhan, dengan caramengatasi kelema-
proses pelaksanaan budidaya yang sesuai han internal usaha untuk mengejar
dengan standar operasional prosedur (SOP). peluang yang ada saat ini.

258
Analisis Strategi Pengembangan Agribisnis Karet Rakyat Di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau Province

Tabel 5. Matrik SWOT


Kekuatan Kelemahan
1. Status kepemilikan lahan sebagian besar 1. Keterbatasan modal yang dimiliki
Faktor Internal milik petani oleh petani
2. Tersedianya tenaga kerja yang bersumber 2. Bibit yang digunakan tidak unggul
dari dalam keluarga 3. Budidaya yang dilakukan belum
3. Pengelolaan kebun yang relatif mudah sesuai SOP
dibanding dengan komoditas lainnya 4. Kualitas ojol masih rendah
4. Siklus porduksi cukup singkat.
5. Lokasi pabrik relatif jauh
5. Proses pengolahan ojol mudah dilakukan
6. Tersedianya pabrik pengolahan
6. Petani belum mampu mengolah karet
lebih lanjut
7. Jumlah pedagang relatif banyak
8. Lokasi pedagang yang berdekatan dengan 7. Standarisasi dan grading tidak
Faktor Eksternal berjalan baik
kebun petani
8. Rantai pemasaran masih belum
efisien
Peluang Strategi SO Strategi WO
1. Supplyer saprodi semakin 1. Memaksimalkan teknologi budidaya pada 1. Memperbaiki akses permodalan bagi
berkembang lahan perkebunan karet yang dimiliki petani untuk memanfaatkan peluang
sebagian besar petani.{(S)1, (O)2,3)} yang ada, agar pengembangan
2. Tersedianya jenis bibit de-
2. Pengelolaan kebun dengan diversifikasi agribisnis karet bisa dilaksanakan
ngan produktivitas tinggi pola bagi hasil. {(S) 1,2,3,4,5, (O) 4} {(W)1, (O)1,2,3,4,5,6,7,8}
3. Teknologi budidaya karet 3. Memanfaatkan ketersediaan pabrik 2. Melakukan program replanting bagi
masih bisa dimaksimalkan pengolahan, jumlah pedagang yang tanaman tua danb rusak, dengan
4. Diversifikasi pola bagi banyak, serta lokasi pemasran yang penggunaan bibit unggul yang
hasil berdekatan untuk memaksimalkan potensi produktivitasnya tinggi {(W)
5. Diversifikasi produk demand yang terus meningkat, yang 2,3,(O)1,2,3}
didukung dengan kebijakan pemerintah 3. Memperbaiki kualitas ojol dengan
olahan
{(S)6,7,8, (O)6,7,8). teknologi yang tepat sehingga harga
6. Barang substitusi(karet jual karet dapat ditingkatkan
sintetis) semakin mahal {(W)4,6,7 (O) 3}
7. Permintaan terus semakin 4. Melakukan penyuluhan untuk
meningkat tiap tahun. diversifikasi produk olahan karet
8. Kebijakan bea dan tarif {(W)6, (O) 5}
sangat mendukung 5. Memperbaiki rantai pemasaran agar
lebih efisien dan menguntungkan
{(S)8, (O)7}
Ancaman Strategi ST Strategi WT
1. Harga pupuk mahal 1. Mempertahankan lahan perkebunan karet 1. Untuk menutupi keterbatasan modal,
2. Alih fungsi lahan agar tidak dialih fungsikan {(S)1, (T) 2} maka penggunaan pupuk alternative
3. Perubahan iklim 2. Dengan tersedianya tenaga kerja dari yang harganya relatif lebih murah
4. Efisiensi dan kualitas dalam keluarga, maka dapat mengurangi namun tetap efektif, seperti kompos
produksi negara pesaing biaya TK sehingga penerimaan tetap dapat diterapkan {(W)1, (T)1}
penghasil karet jauh besar, meskipun harga tidak stabil {(S)2, 2. Meningkatkan kemampuan petani
lebih tinggi (T) 1,7} dengan penyuluhan yang efektif,
5. Klaim kualitas SIR yang 3. Memperbaiki kualitas ojol yang dijual efisien dan berkualitas, agar
rendah di pasar dengan penerapan standarisasi dan kelemahan yang ada dapat diatasi,
internasional grading untuk meningkatkan harga karet sehingga ancaman dapat dihindarkan
6. Bahan baku industri dan kepercayaan internasional {(W) 1,2,3,4,5,6,7,8,
semakin terbatas {(S)1,2,3,4,5,6,7,8 (T)5,7) (T)1,2,3,4,5,6,7,8}
7. Harga karet tidak stabil
8. Adanya spekulan

1. Mempertahankan lahan perkebunan karet


Saran agar tidak dialih fungsikan,
Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi 2. Memperbaiki akses permodalan bagi petani
diharapkan membuat kebijakan pengembangan untuk memanfaatkan peluang yang ada, agar
agribisnis karet mengikuti acuan strategi yang pengembangan agribisnis karet bisa dilak-
telah diprioritaskan, strategi itu adalah sebagai sanakan,
berikut:

259
Dinamika Pertanian Desember 2015

3. Melakukan program replanting bagi tanaman Bogor. Jurnal Manajemen Pengembangan


tua dan rusak, dengan penggunaan bibit Industri Kecil Menengah, 5 (2): 132-144.
unggul yang produktivitasnya tinggi, Saefudin dan Hanafiah. 1986. Tataniaga Hasil
4. Memperbaiki kualitas ojol yang dijual Pertanian. Universitas Indonesia, Jakarta.
dengan penerapan standarisasi dan grading Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Univer-
untuk meningkatkan harga karet dan sitas Indonesia Press, Jakarta.
kepercayaan internasional, Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi
5. Memperbaiki rantai pemasaran agar lebih Pertanian Teori dan Aplikasinya. PT Raja
efisien dan menguntungkan, Grafindo Persada, Jakarta.
6. Memaksimalkan teknologi budidaya pada Soedijanto. 1998. Program Penyuluhan Perta-
lahan perkebunan karet yang dimiliki nian. Universitas Terbuka Departemen
sebagian besar petani, Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
7. Pengelolaan kebun dengan diversifikasi pola Suhendra, U. 2010. Kajian Strategi Pemasaran
bagi hasil, Ikan Asap di UKM Petikan Cita Halus
8. Memanfaatkan ketersediaan pabrik pengola- Citayam Bogor. Jurnal Manajemen
han, jumlah pedagang yang banyak, serta Pengembangan Industri Kecil Menengah,
lokasi pemasran yang berdekatan untuk 5 (2): 145-156.
memaksimalkan potensi demand yang terus Badan Pusat Statistik. 2012. Statistik Karet
meningkat, yang didukung dengan kebijakan Indonesia. BPS, Jakarta.
pemerintah. Syafriwan, Saipul Hadi dan Rosnita. 2013.
Peranan Penyuluh dan Strategi Pening-
DAFTAR PUSTAKA katan Peranan Penyuluh Perkebunan
Chairil, A. 2001. Manajemen Dan Teknologi dalam Pengembangan Kelompok Tani
Budidaya Karet. Pusat Penelitian Karet, Pemasaran Karet di Kabupaten Kuantan
Medan. Singingi. Jurnal Dinamika Pertanian,
Cooper D. R. and P. S. Schindler. 2014. 28(2): 131-140.
Business Research Methods, Twelfth United Nation Comtrade. 2013. Data Ekspor-
Edition. The McGraw-Hill/Irwin, Witten- Impor Karet Alam Indonesia. Online
berg University, New York. pada: http://www.uncomtrade.com, Diak-
Hamid, A. K. 1994. Dasar-Dasar Tataniaga ses tanggal Juli 2014.
Pertanian. Percetakan Fajar, Pekanbaru.
Hernanto, F, 1996. Ilmu Usahatani, Penebar
Swadaya, Jakarta.
Hunger dan Wheelen. 2003. Strategic Mana-
gement. Penebar Swadaya, Bandung.
Hutagaol, R. E. 2010. Kajian Strategi Pemasa-
ran Es Krim Baltic di PT. Balticindo
Jaya-food Jakarta. Jurnal Manajemen
Pengembangan Industri Kecil Menengah,
5 (2): 122-131.
Lusianah, M. Syamsun dan N. S. Palupi. 2010.
Strategi dan Prospek Pengembangan
Industri Produk Olahan Minyak Pala
dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat
di Kabupaten Bogor. Jurnal Manajemen
Pengembangan Industri Kecil Menengah,
5 (1): 65-79.
Nainggolan, T. Y. 2010. Startegi Pengembangan
Usaha “Nila Puff” dalam Meningkatkan
Pebdapatan Ikam Pengolahan Hasil
Perikanan pada CV. “X” di Cibinong

260

You might also like