You are on page 1of 10

57

Buana Sains Vol 10 No 1: 57-66, 2010

PENDEKATAN S-C-P PADA PENGUKURAN


EFISIENSI PEMASARAN BAWANG MERAH
DI KABUPATEN PROBOLINGGO

Dyanasari, Wahyunindyawati, Asnah dan F. Kasijadi


PS. Agribisnis, Fak. Pertanian, Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang

Abstract
This research aims to analyze structure, conduct and performance of marketing of
onion at Probolinggo to measure market efficiency. Data analysis use structure, conduct,
performance approach and regression methods. The analysis of market structure
showed that market structure of onions moving between olygopsoni to perfect
competition market, and there are not entry/exit barriers for new comer and so does no
differentiation of product. Based on Kr, IH, CR4 and market share indicator, no one of
traders can monopolize the market. Commodity flow analysis shows there at least eight
kinds of marketing channels to distribute product from farmers to consumers. Market
conduct analysis shows that pricing process based on individual negotiations no formal
institution to control the market and no significant competition among traders. Market
performance analysis shows that marketing cost, margin and marketing profit varies
among traders and channels. Share of price of farmer relatively high. Price change of
consumers transmitted to price change of producers correctly, producers market and
consumers market has been integrated with reference market. According to market
structure, conduct and market performance, we saw the marketing system not yet
efficient.
Key word: market structure, market conduct, market performance, market efficiency.

Pendahuluan
Sektor pertanian sampai saat ini masih antara jenis tanah dan syarat tumbuh
dapat diandalkan sebagai sektor yang tanaman di Kabupaten Probolinggo
mampu menopang perekonomian baik adalah komoditas bawang merah.
pada saat normal maupun pada saat Permintaan komoditas bawang
terkena goncangan krisis ekonomi. Di merah untuk pasar domestik sampai
wilayah Kabupaten Probolinggo kinerja saat ini belum terpenuhi dengan baik.
sektor pertanian menunjukkan pola Permintaan bawang merah yang cukup
yang hampir sama dengan tinggi dimungkinkan terjadi karena
kecenderungan pola sektor pertanian di tingkat partisipasi konsumsi yang tinggi
tingkat nasional. Peran penting sektor pada tahun 1996, angka partisipasi
pertanian di Kabupaten Probolinggo konsumsi mencapai 85,5%, dan
juga dapat dilihat dari kemampuannya kebutuhan bawang merah untul
dalam menyumbang PDRB dan keperluan konsumsi rumah tangga
menyerap tenaga kerja. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan.
Dinas Pertanian Kabupaten Sistem pemasaran komoditas
Probolinggo tahun 2004, salah satu bawang merah di Kabupaten
komoditas yang memiliki kesesuaian
58

Dyanasari,Wahyunindyawati,Asnah&F.kasijadi/Buana Sains Vol 10 No 1:57-66, 2010

Probolinggo dihadapkan pada berbagai keterbatasan petani dalam akses


kendala dan karakteristik, antara lain: informasi dan mengolah informasi yang
a. Pola tanam yang bersifat musiman tersedia sehingga petani menjadi
dan masih sangat tergantung pada bersikap oportunistik. Meskipun petani
faktor alam, terutama cuaca dan bersikap rasional, namun keterbatasan
curah hujan. yang ada merupakan kendala bagi petani
b. Perubahan harga yang sangat cepat dalam melakukan pilihan terhadap
dengan fluktuasi yang sangat tajam saluran pemasaran. Akibatnya petani
antar waktu. harus dihadapkan pada resiko dan
c. Sifat bawang merah cepat busuk ketidakpastian atas kelembagaan pasar
dan memiliki bobot tinggi dengan yang dipilhnya.
nilai yang relatif rendah. Inefisiensi sistem pemasaran
d. Produk dipasarkan dalam bentuk menurut beberapa ahli antara lain
primer dan tidak dilakukan Saefudin (1987), Soekartawi (1989),
pengolahan sebelumnya. Masyrofie (1994), Kohl dan Uhl (1985),
Berbagai persoalan tersebut di samping Azzaino (1982) dan Stifel (1975) dapat
persoalan pada sistem pasar itu sendiri dianalisis dengan menggunakan alat
telah menyebabkan inefisiensi analisis S-C-P (market structure, conduct
pemasaran. Inefisiensi pemasaran dapat and performance) yang merupakan
dilihat dari struktur, perilaku dan pendekatan yang digunakan dalam
penampilan pasar (SCP : structure, conduct penelitian ini. Pada pendekatan S-C-P,
and performance). inefisiensi sistem pemasaran dapat di
Secara teoritis efisiensi pemasaran dekomposisi ke dalam komponen
dapat dijabarkan menjadi efisiensi teknis struktur, perilaku dan penampilan pasar
dan efisiensi harga (Hanafiah dan sesuai dengan variabel pada tingkat
Saefuddin, 1986; Soekartawi, 1993). komponen. Secara teoritis ketiga
Efisiensi teknis menekankan pada aspek komponen tersebut berinteraksi dan
operasional pemasaran yaitu penyaluran saling mempengaruhi, dimana kinerja
produk dari tingkat petani sampai di pemasaran merupakan hasil interaksi
tangan konsumen akhir dengan biaya dari struktur dan perilaku pasar.
seminimal mungkin, sedangkan efisiensi
harga memfokuskan pada distribusi Metode Penelitian
marjin kepada seluruh pelaku pasar
secara proporsional dan memenuhi rasa Lokasi penelitian
keadilan ekonomi. Penelitian ini dilakukan di Desa Blado
Pada kondisi inefisiensi pasar, Kulon Kecamatan Tegalsiwalan
pemilihan terhadap kelembagaan Kabupaten Probolinggo. Penentuan
pemasaran merupakan alternatif yang lokasi dilakukan secara purposife dengan
dapat dilakukan petani. Selama ini pertimbangan bahwa di Kecamatan
pemilihan kelembagaan pemasaran lebih Tegalsiwalan, Desa Blado Kulon
ditekankan pada pendekatan marjin merupakan sentra penghasil bawang
antar pedagang. Minimalnya informasi merah.
yang diterima petani menyebabkan
petani tidak mampu menentukan Penentuan petani sampel
kelembagaan yang tepat (Haris et al, Jumlah sampel yang ditetapkan pada
1998). Kompleksitas persoalan penelitian ini sebanyak 50 orang petani.
lingkungan petani telah menyebabkan Penentuan sampel dilakukan dengan
59

Dyanasari,Wahyunindyawati,Asnah&F.kasijadi/Buana Sains Vol 10 No 1:57-66, 2010

menggunakan metode acak sederhana a. Biaya pemasaran, dirumuskan


(simple random sampling). Sampel sebagai berikut:
pedagang ditentukan dengan n

menggunakan metode snowball Bpi = ∑ bij


i =1
sampling atau pengambilan sampel bola
Keterangan:
salju.
Bpi = biaya pemasaran lembaga
Analisis data ke-i (Rp/kg)
Metode analisis data yang digunakan bij = biaya pemasaran lembaga
dalam penelitian ini meliputi : ke-i dari berbagai jenis biaya
1. Analisis Struktur Pasar, meliputi mulai j=1 sampai ke-n.
komponen ukuran usahatani, b. Marjin pemasaran, dirumuskan
hambatan keluar masuk pasar, sebagai berikut :
diferensisi produk, aliran komoditas TMP = Pr - Pf
dari petani ke konsumen, elastisitas Keterangan:
penawaran, konsentrasi TMP = total marjin pemasaran
penjual/pembeli. (Rp/kg)
2. Analisis rasio konsentrasi, dengan Pr = harga di tingkat pengecer
indikator rasio konsentrasi penjual, atau konsumen akhir
yaitu rasio antara jumlah komoditas (Rp/kg)
yang dibeli dengan jumlah yang Pf = harga di tingkat petani
diperdagangkan, dirumuskan atau produsen (Rp/kg)
sebagai berikut : c. Keuntungan pemasaran,
dirumuskan sebagai berikut :
n
Volume yang dibeli Kpi = Pji - Pbi - ∑ bij
Kr = x 100% i =1
Volume yang diperdagangkan
Keterangan:
Kpi = keuntungan pemasaran
3. Share pasar, yang dirumuskan lembaga pemasaran ke-i
sebagai berikut : (Rp/kg)
Msi = (Ki/T) x 100% Pji = harga jual lembaga
Keterangan: pemasaran ke-i (Rp/kg)
Msi = Market share lembaga Pbj = harga beli lembaga
pemasaran ke-i pemasaran ke-i (Rp/kg)
Ki = Kapasitas serap pada d. Share harga yang diterima
lembaga pemasaran ke-i petani, dirumuskan sebagai berikut :
(kg) Pf
T = Kapasitas total komoditas SPf = x 100%
Pr
yang diperdagangkan (kg)
Keterangan :
4. Analisis perilaku pasar, meliputi:
SPf = share harga di tingkat
metode dan prinsip pembentukan
petani (%)
harga, jenis kebijakan harga,
e. Share biaya dan keuntungan
promosi penjualan, persaingan
pemasaran, dirumuskan sebagai
harga dan non harga antar petani,
berikut
ada tidaknya kolusi, dan
Ski = (Ki) / (Pr - Pt) x 100%
pengendalian harga.
5. Analisis kinerja pasar, yang meliputi: Sbi = (Bi) / (Pr - Pf) x 100%
60

Dyanasari,Wahyunindyawati,Asnah&F.kasijadi/Buana Sains Vol 10 No 1:57-66, 2010

Keterangan : sederhana sehingga mudah diadopsi.


Ski = share keuntungan lembaga Demikian juga tidak terdapat hambatan
pemasaran ke-i untuk keluar dari sistem pasar karena
Sbi = share biaya pemasaran tidak ada konsekuensi baik finansial
lembaga pemasaran ke-i maupun sosial. Diferensiasi belum
f. Integrasi pasar, dirumuskan dilakukan, brand loyalty atau loyalitas
sebagai berikut : terhadap merek tertentu jelas tidak
Pfi (t) = bo + bli Prj (t) + et terjadi sehingga pendatang baru bisa
Keterangan : dengan mudah memasuki pasar bawang
Pfi(t) = harga rataan di tingkat merah.
produsen ke-i, pada bulan Tabel 1. Indikator Entry and Exit
ke-t (Rp/kg) Barrier Pada Pemasaran Bawang Merah
Prj(t) = harga rataan di tingkat
konsumen ke-i, pada Indikator Keterangan
bulan ke-t (Rp/kg) Struktur pasar tidak ada hambatan
b1i = parameter Modal relatif rendah
bo = intersept Teknologi mudah diadopsi
I = tingkat produsen Skala usaha relatif kecil
J = tingkat pembeli Product tidak ada
e = error term differentiation
Brand loyalty tidak ada
6. Analisis efisiensi pasar, meliputi Tabel 2. Analisis Share Pasar Bawang
efisiensi teknis yang diamati dari Merah
indicator biaya pemasaran, marjin
dan distribusi marjin, share harga, Uraian Total Total Total
Produksi Pembelian Penjualan
share biaya, dan share keuntungan
Petani 213.6
antar lembaga pemasaran.
Pedagang 110.1 107.8
Sedangkan pada analisis efisiensi Penebas 0.31 0.30
harga digunakan beberapa indicator Pedagang 63.8 60.9
antara lain : integrasi pasar, dan Pengumpul 0.17 0.17
elastisitas transmisi harga. Pedagang 57.5 57.5
Antar Pulau 0.16 0.16
Hasil dan Pembahasan Pedagang 82.3 82.3
Besar 0.23 0.23
Indikator luas pengusahaan Pedagang 46.9 46.9
menunjukkan rataan penguasaan lahan Pengecer 0.13 0.13
petani bawang merah di Probolinggo Pedagang 1.25 0.25
seluas 0,20 ha, merupakan ukuran Ind. RT 0.003 0.001
luasan lahan yang sangat sempit untuk Total 0.59
ukuran usahatani. Adapun jumlah Keterangan: Angka italic adalah persen
produksi bawang merah yang dihasilkan terhadap total.
mencapai 3,88 ton per musim tanam.
Pada pemasaran bawang merah tidak Pada hasil analisis dengan
ada hambatan masuk pasar bagi petani pendekatan rasio konsentrasi
karena berusahatani bawang merah menunjukkan bahwa pasar bawang
tidak memerlukan modal usaha yang merah di Probolinggo mengarah pada
terlalu besar dan teknologinya relatif pasar oligopsoni dengan konsentrasi
tinggi karena terdapat empat pedagang
61

Dyanasari,Wahyunindyawati,Asnah&F.kasijadi/Buana Sains Vol 10 No 1:57-66, 2010

yang memiliki nilai Kr lebih besar dari f) Petani Æ pedagang besar Æ


40 persen. Analisis IH menunjukkan pedagang pengecer Æ konsumen
bahwa 0,13; artinya bahwa struktur lokal.
pasar bawang merah di Probolinggo g) Petani Æ pedagang pengecer Æ
bersifat pasar bersaing sempurna (perfect konsumen lokal.
competition market). Hasil analisis CR4 h) Petani Æ industri rumahtangga Æ
yang menunjukkan nilai sebesar 0,46 konsumen lokal.
yang menunjukkan bahwa pasar Saluran ke-tujuh dan ke-delapan
komoditas bawang merah bersifat merupakan saluran pemasaran yang
oligopolistik. Analisis market share paling pendek, dari petani langsung
menunjukkan bahwa tidak terdapat kepada pedagang pengecer dan
individu pedagang yang menguasai seterusnya konsumen lokal. Diluar itu,
pasar lebih dari 40%. Berdasar beberapa saluran pemasaran lain relatif lebih
indikator struktur pasar dapat ditarik panjang karena melibatkan pedagang
kesimpulan struktur pasar bawang yang lebih banyak jumlahnya.
merah di Probolinggo bergerak pada
kuantum oligopsoni dan mendekati Perilaku Pasar
pasar persaingan sempurna. Berdasar Analisis market conduct menunjukkan
jumlah pembelian dapat diungkapkan bahwa penentuan harga bawang merah
bahwa konsentrasi pasar pada saluran lebih banyak dilakukan dengan
pertama dan kedua relatif lebih tinggi, pendekatan individual negotiation, tidak
karena lebih dari 40 persen kuantitas dijumpai lembaga pemasaran formal,
komoditas bawang merah yang badan pemasaran resmi maupun
diperdagangkan di wilayah tersebut peraturan pemerintah sehingga
diserap oleh pedagang penebas yang bargaining position petani sangat lemah,
bersentuhan langsung dengan petani. petani sebagai price taker. Demikian juga
Analisis aliran pemasaran tidak tampak adanya kompetisi yang
menunjukkan distribusi bawang merah berarti, baik antar petani maupun antar
dari petani ke konsumen dilakukan pedagang. Persaingan antar pedagang
paling tidak melalui delapan saluran terjadi tidak terlalu kompetitif, hampir
pemasaran: tidak ada bentuk persaingan non harga
a) Petani Æ pedagang penebas Æ yang cukup berarti; sebaliknya terdapat
pedagang pengecer Æ konsumen persaingan harga dimana pedagang
lokal. menaikkan harga dan konsekuensinya
b) Petani Æ pedagang penebas Æ pembayaran yang diterima petani tidak
pedagang luar daerah Æ konsumen tunai melainkan ditunda beberapa
luar daerah bulan.
c) Petani Æ pedagang pengumpul Æ Pedagang bawang merah tidak
industri rumahtangga Æ konsumen melakukan aktivitas promosi secara
lokal. langsung dan petani mengenal para
d) Petani Æ pedagang pengumpul Æ pedagang dari mulut ke mulut secara
pedagang pengecer Æ konsumen alamiah untuk kemudian membentuk
lokal. saluran pemasaran seperti diuraikan.
e) Petani Æ pedagang luar daerah Æ Kecuali beberapa pedagang yang cukup
konsumen luar daerah. besar yang melakukan niaga dari dan ke
daerah lain, jangkauan pemasaran
62

Dyanasari,Wahyunindyawati,Asnah&F.kasijadi/Buana Sains Vol 10 No 1:57-66, 2010

pedagang yang diamati terbatas di Tabel 3. Analisis Usahatani Bawang


wilayah Probolinggo. Merah (per musim tanam)
Kinerja Pasar Uraian Nilai (Rp)
Analisis struktur biaya, margin dan Luas lahan (ha) 0.20
keuntungan usahatani bawang merah A. Biaya usahatani
dan dapat dikemukakan bahwa pada Sewa lahan 1,413,043.48
luasan 0,2 ha, total biaya usahatani Bibit 2,390,605.45
hampir mencapai Rp 4,2 juta, lebih Pupuk 196,690.91
separuhnya merupakan biaya bibit. Obat 35,200.00
Sementara itu biaya pascapanen Tenaga kerja 885,000.00
mencapai lebih dari Rp 700 ribu, yang Pemanenan 181,683.67
sebagian besar merupakan biaya tenaga Penjemuran 287,708.33
kerja sehingga total biaya per kg Total biaya usahatani 4,289,269.09
mencapai lebih dari Rp 1.200. Tingkat B. Perawatan pasca panen
keuntungan yang diterima petani cukup Tenaga protol 453,061.22
besar, mencapai hampir Rp 4 juta atau Tenaga isi + angkut 567,500.00
lebih. Tali, karung 116,375.00
Terdapat enam pelaku dalam sistem Transport 61,040.00
pemasaran bawang merah di lokasi Total perawatan 729,800.00
penelitian, terdiri dari pedagang Biaya total 5,019,069.09
penebas, pengumpul, pedagang besar, Biaya (Rp/kg) 1,288.31
pengecer, pedagang antar pulau dan C. Produksi (ton/musim) 3,883.64
industri rumahtangga. Berdasar jenisnya D. Harga jual (Rp/kg) 2,293.64
dapat dilihat harga pembelian tertinggi E. Penerimaan kotor (Rp) 8,928,454.55
pada pembelian oleh pedagang antar F. Keuntungan total (Rp) 3,909,385.45
pulau, diikuti harga pembelian oleh G. Keuntungan (Rp/kg) 1,005.33
industri rumahtangga yang mengolah H. Return cost ratio (%) 190
bawang menjadi produk jadi bawang
goreng, dan harga beli oleh pedagang Indikator penting lain adalah harga jual,
besar. Jumlah pembelian tertinggi dimana harga tertinggi oleh pedagang
dilakukan oleh pedagang antar pulau, antar pulau (mencapai Rp 4.575/kg)
mencapai lebih dari 28 ton. Analisis yang menjual bawang ke daerah
struktur biaya menunjukkan biaya Sumbawa, Bali dan beberapa daerah di
pemasaran terdiri dari beberapa Kalimantan seperti Samarinda,
komponen, tergantung jenis pedagang Balikpapan dan daerah lainnya. Margin
dan biaya pemasaran terbesar dijumpai harga tertinggi dinikmati oleh pedagang
pada pedagang antar pulau. antar pulau, mencapai lebih dari seribu
rupiah setiap kg, diikuti oleh margin
pada tingkat pengumpul dan penebas.
Tingkat keuntungan yang dinikmati
berbeda, keuntungan tertinggi dicapai
pada pedagang pengumpul yang hampir
mencapai Rp 700/kg.
63

Dyanasari,Wahyunindyawati,Asnah&F.kasijadi/Buana Sains Vol 10 No 1:57-66, 2010

Tabel 4. Analisis Pemasaran Bawang Merah


Jenis Pedagang
Uraian IRT
Penebas Pengumpul Besar Pengecer Antar pulau
1. Harga beli 2.244 2.580 3.160 2.970 3.250 3.200
(Rp/kg)
2. Jml pembelian 12.233 12.60 16.460 4.690 28.750 1.250
(kg)
3. Nilai 27.576.666 32.030.000 52.212.000 13.929.300 93.437.500 4.000.000
pembelian
(Rp)
4. Biaya
pemasaran
(Rp):
Transpor 659.722 594.000 1.610.000 365.000 18.750.000 150.000
Kuli tebas 505.555 - - - - -
Penjemuran 383.333 - - - - -
Kuli 1.831.666 - - - - -
ombyok/
Protol
Karung + tali 11.666 191.000 291.000 78.000 575.000 100.000
Penyimpanan - 100.000 - 300.000 - -
Pengupasan - 5.387.200 - - - 625.000
+ iris
Penyusutan 615.188 568.200 1.396.000 133.200 2.725.000 80.000
Kuli kemas + 166.666 367.200 458.000 140.200 817.500 -
angkut
Lain-lain - 415.000 - - 475.000 1.100.000
Total biaya 4.173.796 5.241.720 3.755.000 748.250 23.342.5000 2.055.000
pemasaran
5. Biaya 341,2 616,7 228,1 159,5 811,9 1.644,5
pemasaran
(Rp/kg)
6. Jml penjualan 12,0 12,2 16,5 4,7 28,8 0,3
(ton)
7. Harga jual 3.200 3.680 3.660 3.590 4.575 30.000
(Rp/kg)
8. Kehilangan 0,3 0,2 0,0 - 0,0 1,0
(ton)
9. Nilai 38.401.111 46.512.000 60.532.000 16.283.000 131.475.000 7.500.000
penjualan
(Rp)
10. Margin harga 955 1.100 500 620 1.325 26.800
(Rp/kg)
11. Margin 10.824.444 14.482.000 8.320.000 3.050.000 38.150.000 3.500.000
pemasaran
(Rp)
12. Keuntungan 6.650.644 9.240.280 4.565.000 2.301.750 14.807.500 1.445.000
total (Rp)
13. Keuntungan 553 694 271 470 514 1.156
(Rp/kg)
Keterangan: IRT – Industri Rumahtangga
64

Dyanasari,Wahyunindyawati,Asnah&F.kasijadi/Buana Sains Vol 10 No 1:57-66, 2010

Pada saluran pemasaran pertama, tingkat petani searah dengan pergerakan


keempat, keenam dan ketujuh, share harga di tingkat konsumen. Koefisien
harga yang diterima petani mencapai regresi mendekati nilai satu (0,932)
tingkat tertinggi. Perbedaan share harga menunjukkan bahwa perubahan harga
tersebut disebabkan perbedaan pada yang terjadi pada pasar konsumen
tingkat harga jual ke konsumen akhir ditransmisikan atau disalurkan dengan
oleh pedagang pada saluran pemasaran baik ke pasar di tingkat petani. Terdapat
yang berbeda. Analisis distribusi share integrasi yang sangat kuat antara pasar
biaya dan keuntungan menunjukkan di tingkat produsen dengan pasar di
share biaya antar pedagang dan antar tingkat sentra, hal mana diindikasikan
saluran pemasaran belum menunjukkan dengan nilai koefisien regresi 0,095,
penyebaran yang merata, sebaliknya demikian juga dari nilai koefisien
distribusi share keuntungan yang determinasi 0,998 dan nilai t hitung
diterima pedagang pada berbagai signifikan pada taraf 99%. Hasil analisis
saluran yang berbeda belum merata. juga menunjukkan adanya integrasi
Tidak berlebihan jika dikemukakan pasar yang sangat kuat antara pasar
pemasaran bawang merah di Kabupaten konsumen dengan pasar sentra, dilihat
Probolinggo belum efisien. dari koefisien regresi yang mendekati
nilai satu (0,944) dengan koefisien
Elastisitas Transmisi dan Intergrasi Pasar
determinasi 0,966 dan tingkat
Analisis elastisitas transmisi signifikansi 99%.
mengungkapkan pergerakan harga di
Tabel 5. Elastisitas Transmisi Harga Pada Pemasaran Bawang Merah
Variabel Koef. Regresi Std. Error t-hitung Prob > | t |
Constan -284.271 121.206 -6.471 0.000
P_CONS**** 0.932 0.025 36.596 0.000
R2 0.967 F-hitung 1339.27
Prob > F 0.000
Keterangan:
* = nyata pada α = 0.20 ** = nyata pada α = 0.10 *** = nyata pada α = 0.05
**** = nyata pada α = 0.01 ns = tidak nyata P_CONS:Harga tingkat konsumen

Tabel 6. Integrasi Pasar Pada Pemasaran Bawang Merah


Variabel Koef. Regresi Std. Error t-hitung Prob > | t |
Integrasi pasar produsen terhadap pasar sentra
Constan -235.388 33.740 -6.977 0.000
P_MARKET**** 0.985 0.009 115.673 0.000
R2 0.998 F-hitung 1338.183
Prob. > F 0.000
Integrasi pasar sentra terhadap pasar pengecer
Constan -547.121 124.830 -4.33 0.000
P_CONS**** 0.944 0.026 35.988 0.000
R2 0.966 F-hitung 1295.156
Prob. > F 0.000
Keterangan: P_CONS: Harga tingkat konsumen
* = nyata pada α = 0.20 ** = nyata pada α = 0.10 *** = nyata pada α = 0.05
**** = nyata pada α = 0.01 ns = tidak nyata P_MARKET: Harga pada pasar
sentra
65

Dyanasari,Wahyunindyawati,Asnah&F.kasijadi/Buana Sains Vol 10 No 1:57-66, 2010

Efisiensi Pemasaran bahwa pasar pada beberapa tingkat


pasar, baik secara vertikal maupun
Dari dimensi struktur pasar, berdasar
horizontal tidak berarti.
indikator rasio konsentrasi (rasio Kr),
pasar bawang merah cenderung bersifat
oligopsoni karena terdapat empat Kesimpulan
pedagang yang menguasai pasar lebih 1. Struktur pasar bawang merah
besar dari 40%. Indikator CR4 bergerak pada kuantum pasar
menunjukkan pasar bawang merah oligopsoni dan persaingan
bersifat oligopolistik. Sedangkan sempurna, sementara dari sisi
berdasar indikator indeks herfindal, produsen cenderung bersifat
pasar cenderung bersifat persaingan oligopolistik.
sempurna. Berdasar hasil penelitian ini 2. Analisis saluran pemasaran
dikemukakan bahwa karakteristik menunjukkan paling tidak terdapat
struktur pasar bawang merah berada delapan saluran yang dapat
pada kuantum oligopsoni pada satu digunakan petani untuk
kutub dan persaingan sempurna pada memasarkan bawang merah,
kutub yang lain. Dengan demikian maka melibatkan pedagang yang berbeda
dapat dikemukakan bahwa pasar pada konsumen lokal maupun luar
bawang merah di lokasi penelitian daerah.
belum mencapai tingkat efisiensi yang 3. Analisis market conduct menunjukkan
tinggi atau belum efisien. bahwa penetapan harga bawang
Berdasar share biaya, dapat merah didasarkan pada negosiasi
dikemukakan bahwa secara teknis, individu, tidak ada lembaga
pemasaran bawang merah belum efisien pemasaran formal yang berperan
karena share biaya relatif besar, berkisar dalam penetapan maupun control
antara 12 – 42%. Artinya pada saluran harga. Kecuali fasilitas bibit dan
pemasaran tertentu, hampir 50% dari peningkatan harga dengan
harga yang dibayarkan konsumen kompensasi pembayaran tidak tunai,
merupakan komponen biaya pemasaran. praktis tidak terjadi persaingan yang
Share antar petani dan pedagang, baik berarti antar pedagang.
share biaya maupun keuntungan, 4. Analisis market performance
menunjukkan distribusi yang tidak menunjukkan biaya pemasaran,
merata, baik antar pedagang pada margin dan keuntungan antar jenis
saluran yang sama maupun antar pedagang dan saluran bervariasi.
pedagang pada berbagai saluran Share harga menunjukkan bagian
pemasaran. harga yang diterima petani cukup
Berdasar indikator elastisitas tinggi, share biaya menunjukkan
transmisi dan integrasi pasar, dinamika proporsi biaya yang dikeluarkan
harga pada pasar konsumen pedagang berkisar 10 – 40%,
ditransmisikan dengan baik terhadap proporsi keuntungan berkisar 20 –
harga pada pasar produsen. Demikian 40% dari harga beli oleh konsumen.
juga harga antar pasar produsen dan 5. Dinamika harga tingkat konsumen
pasar konsumen telah terintegrasi ditransmisikan dengan baik
dengan baik terhadap harga pada pasar terhadap harga tingkat produsen,
acuan atau pasar sentra, dalam hal ini pasar tingkat produsen dan tingkat
adalah pasar kabupaten. Kedua konsumen terintegrasi dengan baik
indikator ini secara umum menunjukkan
66

Dyanasari,Wahyunindyawati,Asnah&F.kasijadi/Buana Sains Vol 10 No 1:57-66, 2010

terhadap pasar acuan. Berdasar Kohl, Richard L dan Uhl J. 1985.


indikator struktur, conduct dan Marketing of Agricultural Product, 5th
market performance, sistem Edition. Jhon Willey and Sons. Mc-
pemasaran bawanng merah belum Millan Publishing and Co-Inc. New
efisien. York.
Masyrofie. 1994. Agroindustri Emping
Melinjo Di Desa Siraman Blitar Jawa
Daftar Pustaka Timur : Tinjauan Aspek Ekonomi.
Jurnal Universitas Brawijaya. Vol. VI. 1
Azzaino, Z. 1982. Pengantar Tataniaga
April 1994, 87-101.
Pertanian. Jurusan Sosial Ekonomi
Saefudin, A.M. dan A.M. Hanafiah. 1987.
Pertanian. IPB. Bogor.
Tataniaga Hasil Perikanan. UI Press.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Jakarta.
Kabupaten Probolinggo. 2004. Laporan
Soekartawi. 1989. Prinsip Dasar Manajemen
Tahunan. Probolinggo.
Pemasaran Hasil-hasil Pertanian : Teori
Hanafiah dan Saefudin. 1986. Tataniaga
dan Aplikasi. Rajawali Press. Jakarta.
Hasil Perikanan. UI. Press. Jakarta.
Soekartawi. 1993. Agribisnis : Teori dan
Haris, U., A. Anwar, I Gonarsyah dan B.
Aplikasi. Raja Grafindo Persada.
Juanda. 1998. Analisis Ekonomi
Jakarta.
Kelembagaan Tataniaga Bahan Olah
Karet Rakyat : Kinerja Kelembagaan
dan Peranan Biaya Transaksi Dalam
Penentuan Pilihan Kelembagaan.
Indonesian Journal of Natural Rubber
Research. Vol. 16, 1-3. 35-58.

You might also like