Professional Documents
Culture Documents
1. SKENARIO ………………………………………………………………….2
2. KATA SULIT…………….…………………………………………………..3
3. BRAINSTORMING………………………………………………………….4
4. HIPOTESIS…………………………………………………………………..6
5. SASARAN BELAJAR……………………………………………………….7
5.1.Mampu memahami dan menjelaskan tentang kapiler darah ……..……....8
5.2.Mampu memahami dan menjelaskan aspek biokimia dan
fisiologi kelebihan cairan…….……….………………………………….15
5.3. Mampu memahami dan menjelaskan gangguan kelebihan cairan…...….16
6. KESIMPULAN……………………..………………………………………..26
7. DAFTAR PUSTAKA……………...………………………………...……....27
1
SKENARIO
Edema
Seorang laki-laki, umur 24 tahun berobat ke dokter dengan keluhan kaki dan perut
membengkak sejak 2 bulan yang lalu. Untuk mengurangi bengkak biasanya pasien menaikkan
kedua kakinya, tetapi sekarang tidak membantu. Tidak ada riwayat penyakit berat lainnya.
Pemeriksaan fisik didapatkan adanya asites pada abdomen dan edema pada kedua tungkai bawah.
Hasil pemeriksaan laboratorium: kadar protein albumin di dalam plasma darah 2,0 g/L (normal ˃
3,5g/L), pemeriksaan lain dalam batas normal. Keadaan ini menyebabkan gangguan tekanan
koloid osmotic dan tekanan hidrostatik di dalam tubuh. Dokter menyarankan pemberian infus
albumin.
2
KATA SULIT
1. .Asites : Kondisi medis yang ditandai dengan akumulasi cairan di area rongga tubuh
disebabkan oleh hipoalbuminia atau hipertensi portal.
2. Abdomen : Istilah untuk menyebut bagian tubuh diantara toraks dan dada
3. Edema : Pembengkakan pada anggota tubuh yang terjadi karena penumbuhan cairan di dalam
jaringan.
4. Albumin : Protein utama yang terdapat dalam darah yang diproduksi oleh hati.
5. Tekanan koloid osmotik : Tekanan yang berfungsi untuk mempertahanlan cairan agar tidak
mengalir ke dalam rongga interstitial.
6. Tungkai bawah : Bagian kaki dari lutut ke bawah.
7. Tekanan hidrostatik : Tekanan yang dihasilkan oleh cairan pada dinding pembuluh darah.
8. Plasma darah : Komponen darah berbentuk cairan berwarna kuning yang menjadi medium sel-
sel darah dimana sel darah di tutup.
9. Membengkak : Pembesaran pada bagian tubuh.
3
BRAINSTORMING
Jawaban
1. a. Pembengkakan pada tungkai bawah ( jaringan tubuh lainnya)
b. Pembengkakan disertai nyeri dan demam.
2. Asites : pembengkakan di perut
Edema : seluruh jaringan
4
3. Ada penumpukan cairan, adanya tekanan sehingga pembuluh darah kecil bocor ke jaringan
tubuh yang disebabkan karena posisi terlalu lama, adanya gangguan keseimbangan tekanan
koloid osmotic.
4. Karena pembengkakannya terlalu lama, butuh penanganan medis.
5. Untuk mengurangi tekanan serta memperlancar aliran darah
6. Mengkompres dengan air es, mengurangi aktifitas, pemakaian obat-obatan (diuretic)
7. Lokal : Terbatas pada organ atau pembuluh darah tertentu yang terdiri dari ekstrimitas bilateral
pada vena atau pembuluh darah limfe, ekstrimitas bilateral pada anggota tubuh bagian bawah
General : Diakibatkan karena gangguan tekanan koloid osmotic.
8. Suhu, stress, usia, tekanan, retensi natrium di ginjal, iklim, berat badan, diet.
9. Karena albumin protein utama dalam darah. Jika konsentrasi di plasma darah rendah cairan
akan bocor
10. Membatasi asupan natrium, memperbaiki penyakit dasar, menambah asupan albumin.
11. Peningkatan plasma darah maka cairan akan keluar dan terjadi edema.
12. Untuk menimbulkan tekanan koloid osmotik yang berfungsi untuk mempertahankan cairan
agar tidak keluar atau menarik air ke dalam darah.
13. Albumin, cairan elektrolit.
14. Sirosis hati, kegagalan fungsi ginjal, kanker, penyakit paru-paru, mountain sicknes acout
15. Jawabannya sama dengan no 10 dan no 6
16. Ketika kadar albumin rendah, ketika penanganan pertama tidak bisa menyembuhkan.
17. Kadar albumin rendah sehingga menyebabkan gangguan tekanan koloid osmotic.
18. Pemeriksaan fisik : Menekan mata kaki dan menimbulkan cekungan kemudian lama untuk
menjadi semula.
Pemeriksaan lab : Pemeriksaan kadar albumin, natrium, plasma darah.
5
HIPOTESIS
Kadar albumin yang rendah menyebabkan cairan bocor keluar dari pembuluh darah kecil dan
ketidakseimbangan tekanan koloid osmotik, tekanan hidrostatik dan terbentuknya asites
(penumpukan cairan) pada abdomen dan edema sehingga terjadinya pembengkakan pada tungkai
bawah ( pada anggota tubuh lainnya). Adapun penanganan pada penderita edema yaitu dengan
cara pemberian obat-obatan, membatasi asupan natrium dan menambah asupan albumin.
6
SASARAN BELAJAR
7
SASARAN BELAJAR
1) Dinding kapiler sangat tipis (ketebalan 1𝜇𝑚 ; sebagai perbandingan, garis tengah
rambut manusia adalah 100 𝜇𝑚. Kapiler terdiri dari hanya satu lapisan sel endotel
gepeng. Tidak terdapat otot polos atau jaringan ikat. Sel endotel di topang oleh
membran basal yang tipis , lapisan matrik ekstrasel aseluler di sekitarnya yang
terdiri dari glikoprotein dan kolagen. Materi yang memasuki atau meninggalkan
kapiler berdifusi secara bebas melewati membran basal. Kapiler juga memiliki
pori tempat materi yang terlarut air dapat melewatinya. Ukuran dan jumlah pori
kapiler bervariasi, bergantug pada jaringannya.
2) Setiap kapiler sedemikian sempitnya (garis tengah rata-rata 7𝜇𝑚) sehingga sel
darah merah (garis tengan 8 𝜇𝑚) harus melalui satu per satu, karena itu, plasma
dapat berkontak langsung dengan bagian dalam dinding kapiler atau hanya
terpisah oleh jarak difusi yang pendek.
3) Para peneliti memperkirakan bahwa karena luasnya percabangan kapiler, tidak
ada sel yang letaknya lebih jauh dari 0,1 mm (4/1000 inci) dari sebuah kapiler.
4) Kapiler hanya mengandung 5% dari darah normal yaitu 250 ml dari total 5000 ml.
5) Sel-sel endotel membentuk dinding yang sangat rapat. Sebagian besar kapiler
terdapat celah sempit atau pori kapiler. Pori kapiler berisi air yang memungkinkan
lewatnya molekul-molekul kecil larut air. Sedangkan molekul yang larut lemak,
hanya bisa menembus kapiler pada hati.
8
6) Difusi bergantung pada permeabilitas dinding kapiler
7) Histamin bisa memicu perangkat kontraktil aktin-miosin di dinding sel endotel yang
dapat memperbesar pori-pori kapiler. Akibatnya protein-protein plasma yang
tadinya tertahan dapat lewat ke jaringan sekitar, dan menimbulkan tekanan osmotik.
Seperti yang kita bahas diatas bahwa tujuan utama adanya sirkulasi adalah
terjadinya pertukaran antara darah dan jaringan. Dalam pertukaran tersebut saat
melewati kapiler berlangsung dengan dua cara: (1) Difusi pasif menuju
konsentrasi, mekanisme utama untuk pertukaran tiap-tiap zat terlarut; dan (2) Bulk
flow, suatu proses yang mengisi fungsi berbeda dalam menentukan distribusi
volume CES antara kompartemen vascular dan cairan interstisium.
9
1. Difusi
Sebagian besar dinding kapiler tidak memiliki sistem transport yang diperantarai
oleh pembawa, zat-zat terlarut menyebrang terutama dengan difusi mengikuti
penurunan gradient konsentrasi. Organ-organ secara terus menerus menambahkan
nutrient dan O2 dan mengeluarkan CO2. Sementara sel secara terus menerus
menyerap pasokan tersebut dan menghasilkan zat sisa. Sel akan membutuhkan O2
dan glukosa sehingga darah membawa bahan-bahan tersebut dengan mendorong
secara difusi bahan-bahan dari darah ke sel dan secara bersamaan terjadi difusi neto
CO2 dan zat sisa metabolic dari sel ke darah.
2. Bulk Flow
Protein yang bebas dari plasma saat filtrasi yang bercampur dengan cairan
interstisium akan di reabsorbsi, dan proses tersebut dinamakan bulk flow karena
konstituen cairan cair dan zat terlarut berpindah bersama-sama, atau sebagai suatu
kesatuan, berbeda dengan difusi yang bahan-bahannya di secret masing-masing
atau sendiri-sendiri menuruni gradient konsentrasi.
Dinding kapiler berfungsi sebagai penyaring, dengan cairan mengalir melalui pori
berisi air. ultrafiltrasi terjadi saat tekanan di dalam kapiler melebihi tekanan di luar
sehingga cairan terdorong keluar melalui pori. Sedangkan reabsorbsi terjadi saat
tekanan yang mengarah kedalam melebihi tekanan keluar, terjadi perpindahan neto
cairan masuk dari cairan interstisium ke dalam kapiler melalui pori.
Tekanan osmotik koloid/ tekanan ontotik merupakan tekanan yang ditentukan oleh
dispersi koloid protein plasma, tekanan ini mendorong pergerakan cairan kedalam
kapiler. Tekanan koloid terjadi dari tekanan rendah ke tekanan tinggi.
Tekanan hidrostatik merupakan tekanan cairan yang bekerja dibagian luar dinding
kapiler oleh cairan intertisium, tekanan ini mendorong cairan masuk kedalam
kapiler.
Pada ujung arteri dari kapiler tekanan hidrostatik nya lebih tinggi dari tekanan
osmotik koloid darah, air,larutan dan sedikit protein melintasi dinding kapiler.
10
Pada ujung vena, tekanan hidrostatik lebih rendah dan tekanan osmotik koloid
cenderung menarik air, elektrolit, dan produk katabolisme jaringan kembali ke
dalam darah
1) Tekanan Hidrostatik Kapiler (HPc) Tekanan cairan atau hidrostatik darah yang
bekerja pada bagian dalam dinding kapiler. Tekanan ini cenderung mendorong
cairan keluar kapiler untuk masuk kedalam cairan interstisium. Secara rata-rata,
tekanan hidrostatik diujung arteriol kapilr jaringan adalah 37 mmHg dan semakin
menurun menjadi 17 mmHg diujung venula. 2.
2) Tekanan Osmitok Kapiler (OPc) Dikenal juga sebagai tekanan onkotik, adalah
suatu gaya yang disebabkan oleh dispersi koloid protein-protein plasma, tekanan
ini mendorong pergerakan cairan dalam kapiler. Plasma memiliki konsentrasi
protein yag lebih besar dan konsentrasi air yang lebih kecil daripada di cairan
interstisium. Perbedaan ini menimbulkan efek osmotik yang cenderung mendorong
air dari daerah dengan konsentrasi air tinggi di cairan interstisium kedaerah dengan
konsentrasi air rendah (atau konsentrasi protein lebih tinggi) di plasma. Tekanan
osmotik koloid plasma rata-rata 25 mmHg
3) Tekana Hidrostatik Cairan Interstisium (HPi) Tekanan cairan yang bekerja di
bagian luar dinding kapiler oleh cairan interstisium. Tekanan ini cenderung
mendorong cairan masuk kedalam kapiler. Tekanan hidrostatik cairan interstisium
dianggap 1 mmHg. 4
4) Tekanan Osmotik Cairan Interstisium (OPi) Sebagai kecil protein plasma yang
bocor keluar dinding kapiler dan mesuk ke ruang interstisium dalam keadaan
normal dikembalikan kedarah melalui sistem limfe. Namun, apabila protein plasma
secara patologis bocor kedalam cairan interstisium, misalnya ketika histamin
memperlebar celah antarsel selama cedera jaringan. Protein-protein yang bocor
mrnimbulkan efek osmosis yang cenderung mendorong perpindahan cairan keluar
dari kapiler kedalam cairan interstisium.
11
Dengan demikian, dua tekanan yang cenderung mendorong cairan keluar
kapiler adalah tekanan darah kapiler dan tekanan osmotik koloid cairan
interstisium. Dua tekanan yang cenderung mendorong cairan masuk kedalam
kapiler adalah tekanan osmotik koloid plasma dan tekanan hidrostatik cairan
interstisium.
Perpindahan bersih di setiap titik menembus dinding kapiler dapat dihitung dengan
persamaan berkut.
Tekanan pertukaran bersih = (Pc + 𝝅IF) – (Pif + 𝝅p)
Tekanan Ultrafiltrasi akan terjadi jika hasil tekanan pertukaran neto positif
(ketika tekanan keluar melebihi tekanan ke dalam), sedangkan hasil pertukaran
neto negative mencerminkan tekanan reabsorbsi (ketika tekanan masuk melebihi
tekanan keluar).
Di ujung arteriol kapiler terjadi ultrafiltrasi sewaktu gradient tekanan
keluar mendorong protein kapiler bebas karena tekanan berjumlah 37mmHg
sedangkan tekanan masuk totalnya 26mmHg sehingga total keluar neto adalah
11mmHg.
Di ujung venula kapiler, tekanan darah telah turun menjadi 17 mmHg
sementara tekanan masuk total tetap 26mmHg sehingga terjadi tekanan masuk
bersih (Reabsorbsi) 9mmHg.
12
Ultrafiltrasi dan reabsorbsi dikenal dengan Bulk Flow yang disebabkan
antara gaya-gaya fisik pasif yang berkerja menembus dinding kapiler.
Dalam keadaan normal, jumlah cairan yang keluar dari kapiler ke dalam cairan
interstisium(11mmHg) lebih banyak daripada cairan yang di reabsorbsi (9mmHg).
Kelebihan cairan yang tersaring keluar akibat ketidakseimbangan filtrasi-
reabsorbsi ini diserap oleh sistem limfe.
Sel-sel endotel yang membentuk dinding pembuluh limfe awal yang tumpang tindih
dan tidak mengikat sel sekitar membentuk lubang mirip katup satu arah di dinding
13
pembuluh. Tekanan cairan di bagian luar pembuluh mendorong masuk dari tepi
tumpang-tindih, menciptakan celah antar tepi sehingga cairan interstisium bisa
masuk.
Bulk flow sangat penting dalam mengatur distribusi CES antara plasma dan cairan
interstisium. Pemeliharaan tekanan darah yang sesuai sebagian bergantung pada
volume darah yang beredar.
Jika volume plasma turun maka tekanan darah ikut turun yang menyebabkan
peubahan keseimbangan dinding-dinding kapiler sehingga terjadi tambahan cairan
yang berpindah dari kompartemen interstisium kedalam plasma akibat kurangnya
filtrasi dan bertambahnya reabsorbsi. Dan sebaliknya, jika volume plasma
bertambah berlebihan, maka terjadi peningkatan tekanan darah kapiler
14
mendorong lebih banyak cairan keluar dari kapiler ke cairan interstisium sehingga
mengurangi penambahan volume plasma dari kelebihan cairan tersebut dapat
dikeluarkan oleh tubuh.
LO.2 Mampu memahami dan menjelaskan aspek biokimia dan fisiologi kelebihan cairan
2.1 Definisi Cairan CIS dan CES
CIS adalah cairan yang terkandung di dalam sel. Pada orang dewasa kira-kira
dua pertiga dari cairan tubuh adalah intraselular yaitu 25 L pada rata-rata pria
dewasa (70 g).Sebaliknya, hanya setengah dari cairan tubuh bayi adalah cairan
intraselular.
CES adalah cairan diluar sel, menurun dengan peningkatan usia. Pada bayi barulahir,
kira-kira setengah cairan tubuh terkandung di dalam CES. Setelah usia satu
tahun,volume relative dari CES menurun sampai kira-kira sepertiga dari volume
total. ini hampirsebanding dengan 15 L dalam rata-rata pria dewasa (70g).
15
Pengaturan kadar elektrolit dalam CES dengan retensi selektif substansi
yangdibutuhkan
Pengaturan pH CES melalui retensi ion-ion hidrogen.
Ekskresi sampah metabolik dan substansi toksik.
Oleh karena itu gagal ginjal jelas mempengaruhi keseimbangan cairan, karena ginjal
tidak dapat berfungsi.
b. Jantung dan pembuluh darah
Kerja pompa jantung mensirkulasi darah melalui ginjal di bawah tekanan yang
sesuaiuntuk menghasilkan urine. Kegagalan pompa jantung ini mengganggu perfusi
ginjaldan karena itu mengganggu pengaturan air dan elektrolit.
c. Paru-paru
Melalui ekhalasi paru-paru mengeluarkan air sebanyak +300L setiap hari pada
orangdewasa. Pada kondisi yang abnormal seperti hiperpnea atau batuk yang terus-
menerusakan memperbanyak kehilangan air; ventilasi mekanik dengan air yang
berlebihan menurunkan kehilangan air ini.
d. Kelenjar pituitary
Hipotalamus menghasilkan suatu substansi yaitu ADH yang disebut juga
hormon penyimpan air, karena fungsinya mempertahankan tekanan osmotik sel deng
anmengendalikan retensi atau ekskresi air oleh ginjal dan dengan mengatur
volumedarah.
e. Kelenjar adrenal Aldosteron yang dihasilkan/disekresi oleh korteks adrenal (zona
glomerolus).Peningkatan aldosteron ini mengakibatkan retensi natrium sehingga air
juga ditahan,kehilangan kalor. Sedangkan apabila aldosteron kurang maka air akan
banyak keluarkarena natrium hilang. Kortisol juga menyebabkan retensi natrium.
f. Kelenjar paratiroid
Mengatur keseimbangan kalsium dan fosfat melalui hormon paratiroid
(PTH).Sehingga dengan PTH dapat mereabsorbsi tulang, absorbsi kalsium dari usus
danreabsorbsi kalsium dari ginjal.
16
3.1.2.Mampu memahami dan menjelaskan jenis-jenis edema
a. Berdasarkan peletakannya
1) Edema lokal
Edema lokal disebabkan oleh kerusakan kapiler, konstriksi sirkulasi (vena
regional) atau sumbatan drainase limfatik
2) Edema menyeluruh (generalisata)
Edema menyeluruh disebabkan oleh penurunan tekanan osmotik koloid
pada hipoproteinemia
b. Berdasarkan penekanan pada kulit
1) Edema pitting adalah mengacu pada menyingkirnya air interstitial oleh
tekanan dari pada kulit yang meninggalkan cekungan. Setelah tekanan
dilepas memerlukan beberapa menit bagi cekungan ini untuk kembali pada
keadaan semula. Edema pitting sering terlihat pada individu yang tirah
baring, begitu juga dengan tekanan hidrostatik grafitasi meningkatkan
akumulasi cairan di tungkai dan kaki pada individu yang berdiri.
2) Edema non-pitting adalah terlihat pada area lipatan kulit yang longgar,
seperti pada wajah. Edema non-pitting apabila ditekan, bagian yang ditekan
itu akan segera kembali ke bentuk semula.
c. Berdasarkan tempatnya
1) Hidrotoraks : Edema berada di rongga dada
2) Hidroperikardium : Edema pada pericardium
3) Hidroperitoneum : Edema pada rongga perut
4) Anasarka : Edema umum di seluruh jaringan subkutan
3.1.3.Mampu memahami dan menjelaskan etiologi edema
a. Berkurangnya konsentrasi protein plasma menurunkan tekanan osmotik koloid
plasma. Penurunan tekanan masuk utama ini menyebabkan kelebihan cairan
yang keluar sementara cairan yang direabsorpsi lebih sedikit daripada normal;
karena itu kelebihan cairan tersebut tetap berada di ruang interstisium. Edema
dapat disebabkan oleh penurunan konsentrasi protein plasma melalui beberapa
cara berbeda : pengeluaran berlebihan protein plasma melalui urin akibat
penyakit ginjal, penurunan sintesis protein plasma akibat penyakit hati (hati
membentuk hamper semua protein plasma), makanan yang kurang mengandung
protein serta pengeluaran bermakna protein plasma akibat luka bakar yang luas.
b. Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler memungkinkan lebih banyak
protein plasma yang keluar dari plasma ke dalam cairan interstisium sekitar.
Penurunan tekanan osmotik koloid plasma yang terjadi menurunkan tekanan
masuk efektif, sementara peningkatan tekanan osmotik koloid cairan intestisium
yang terjadi akibat peningkatan protein di cairan interstisium meningkatkan gaya
keluar efektif. Ketidakseimbangan ini ikut berperan menyebabkan edema lokal
yang berkaitan dengan cedera (misalnya lepuh) dan reaksi alergik (misalnya
biduran)
c. Meningkatnya tekanan vena, seperti ketika darah terkandung di vena,
menyebabkan peningkatan tekanan darah kapiler karena kapiler mengalirkan
17
isinya ke dalam vena. Peningkatan tekanan keluar kapiler ini berperan besar
menyebabkan edema pada gagal jantung kongestif. Edema regional juga dapat
terjadi akibat restriksi lokal aliran balik vena.
d. Sumbatan pembuluh limfe menyebabkan edema karena kelebihan cairan filtrasi
tertahan di cairan interstisium dan tidak dapat dikembalikan ke darah melalui
pembuluh limfe.
3.1.4.Mampu memahami dan menjelaskan manifestasi klinis edema
1) Edema Paru
a. Batuk yang konstan merupakan gejala pertama yang biasanya terjadi. Ini
disebabkan oleh cairan yang tergenang di dalam paru-paru lebih tepatnya di
alveoli.
b. Dispenia (kesulitan bernapas)
c. Pembengkakan pada vena di leher, sublingualis atau tangan
d. Rongki halus yang dapat terdengar lewat stetoskop
e. Bounding pulse. Denyut nadi mungkin meningkat.
f. Sianosis
2) Edema Perifer
a. Pitting edema in extremities
b. Tight, smooth and shiny skin over edematous area
c. Pallor, cool skin at edematous area
d. Kelopak mata menebal (puffy)
e. Berat badam naik
3) Hasil Laboratorium
a. Osmolalitas serum menurun
b. Penurunan protein serum dan albumin, BUN, HgB, Hct
c. Peningkatan CVP (Central Venous Pressure)
Pemeriksaan fisik:
a.Bentuk paru
– paru seperti kodok ; abdomen cembung dan sedikit tegang
b.Variesis di dekat usus
c.Variesis di dekat tungkai bawah
d. Edema timbal karena hipoalbuminemia
e. Perubahan sirkulasi Distensi abdomen
f. Timpani pada puncak asites
Pemeriksaan penunjang :
a. Test protein dengan test pandy dan test nonne, test pandy untuk globulin dan
albumin sedangkan test nonne hanya untuk globulin
b.Test plasma
c.Test urine
a)Pemeriksaan makroskopis
Jumlah
Warna
Kejernihan
Bau
Berat jenis
Bekuan
b)Pemeriksaan kimia
Percobaan rivalta
19
Kadar protein
Zat lemak
c)Pemeriksaan mikroskopis
Menghitung jumlah leukosit
Menghitung jenis sel
d)Bakterioskopi
Tes fungsi hati
Tes Fungsi ginjal
EKG
Foto thorax
Ekokadiogram
a. Retriksi asupan natrium primer dilakukan pada penyakit ginjal, akibat obat-
obatan tertentu (minoksidil, NSAID, estrogen), refeeding edema, tidak ada
pengurangan volume sirkulasi efektif dan terjadi ekspansi cairan ekstrasel.
Pemberian diuretik aman karena tidak mengurangi volume sirkulasi efektif
sehingga tidak mengganggu perfusi jaringan.
b. Retriksi asupan natrium sekunder dilakukan pada penyakit sirosis hepatis
dan gagal jantung untuk memenuhi volume sirkulasi efektif menjadi normal
sehingga perfusi jaringan menjadi baik Pemberian diuretik harus berhati-
hati karena berisiko berkurangnya perfusi jaringan.
3) Pemberian diuretik
Pada sindroma nefrotik : pemberian albumin dibatasi hanya pada kasus yang berat.
20
LI.3.2.Mampu memahami dan menjelaskan tentang asites
3.2.1.Mampu memahami dan menjelaskan definisi asites
Asites adalah hasil dari tekanan tinggi dalam pembuluh darah hati (hipertensi portal)
dan rendahnya tingkat protein albumin.
21
meliputi hilangnya rambut badan, gangguan tidur, dan demam tak begitu tinggi.
Mungkin disertai adanya gangguan pembekuan darah, perdarahan gusi, epistaksis,
gangguan siklus haid, ikterus dengan air seni berwarna seperti teh pekat, muntah
darah dan/ atau melena, serta perubahan mental, meliputi mudah lupa, sukar
konsentrasi, bingung, agitasi, sampai koma.
Gejala dapat berkembang secara perlahan atau tiba-tiba tergantung pada penyebab
ascites. Gejala tidak akan timbul jika hanya ada sejumlah kecil cairan di perut. Sakit
perut dan kembung juga dapat dirasakan. Kemudian,sejumlah besar cairan dapat
menyebabkan sesak napas.Banyak gejala lain dari kegagalan hati juga dapat hadir
(Longstreth, 2013).
22
akan terjadi ketidakseimbangan perpindahan cairan yang pada akhirnya menimbulkan
edema dan asites.
Terdapat 3 teori tentang terbentuknya asites ini, seperti : underfilling, overflow dan
vasodilatasi arteri perifer.
23
plasma ke peritoneal. Dan ini sering ditemukan pada pasien asites baik dengan
hipertensi portal maupun hipoalbuminemia.
CT scan dan MRI. Untuk memeriksa kondisi perut dan organ di sekitarnya secara
mendalam.
Tes darah. Tes ini meliputi hitung sel darah lengkap, pemeriksaan fungsi organ hati
dan ginjal, serta pengukuran kadar elektrolit dan protein.
Angiografi. Pencitraan yang dilakukan dengan menyuntikkan cairan pewarna khusus
untuk memeriksa aliran darah, terutama sistem vena porta.
Laparoskopi. Tindakan operasi dengan membuat sayatan sebesar lubang kunci untuk
memeriksa kondisi organ di dalam perut.
Analisa cairan asites. Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel cairan asites dari
dinding perut dengan menggunakan jarum. Tindakan ini disebut dengan parasentesis
atau punksi asites. Setelah sampel cairan diambil, dilanjutkan dengan pemeriksaan
laboratorium untuk mengetahui jumlah sel darah, kadar albumin, enzim amilase,
protein, dan glukosa. Analisa cairan tersebut adalah untuk mengetahui karakteristik
cairan dan menentukan serum-ascites albumin gradient (SAAG), guna mengetahui
kemungkinan penyebab asites. Sampel cairan asites juga dapat diperiksa untuk
mengetahui ada tidaknya sel kanker (sitologi) atau pertumbuhan bakteri tertentu
(kultur).
24
2) Tata laksana pada asites volume sedang. Dapat dilakukan secara rawat jalan.
Sesuaikan dengan toleransi pasien.
Target diuresis : penurunan berat badan sekitar 300-500 g/hari pada pasien
tanpa edema perifer, atau sekitar 800-1000 g/hari pada pasien dengan
edema perifer. Diureseis yang terlalu masif dapat mengakibatkan gagal
ginjal akut. Selain berat badan, lingkar perut juga perlu dimonitor.
3) Tata laksana pada asites volume besar. Ditandai dengan rasa tidak nyaman pada
abdomen yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Evakuasi cairan asites dapat
dilakukan dengan parasintesis terapeutik atau optimalisasi medikamentosa.
25
KESIMPULAN
Manusia memiliki jumlah cairan dalam tubuh sebanyak kurang lebih 60% dari total berat badan.
Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat makanan dan ion-ion yang diperlukan oleh sel untuk hidup,
berkembang dan menjalankan tugasnya. Untuk dapat mempertahankan keseimbangan cairan
tubuh, perlu adanya pengaturan fisologis agar tubuh tetap dalam keadaan homeostatis yang
dipengaruhi oleh beberapa factor seperti konsentrasi cairan tubuh, pergerakan cairan tubuh,
tekanan pada kompartemen, komposisi cairan tiap-tiap kompartemen, komposisi elektrolit dan
lain-lain. Hal ini dapat menyebabkan berpindahnya cairan dari kompartemen ke kompartemen lain,
seperti dari plasma menuju kompartemen interstitial yang jika dalam jumlah berlebih dapat
menyebabkan gangguan pada ruang interstitial seperti edema dan asites.
26
DAFTAR PUSTAKA
Anderson MD. 2000. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Garbett C. 2015. The Concept of The Civilian Legal Recognition.
Horne M dan Swearingen P. 2001. Keseimbangan Cairan Elektrolit dan Asam Basa. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Kee JL dan Paulanka BJ. 2000. Handbook of Fluid, Electrolyte, and Acid-Base Imbalances.
Canada: Delmar Publisher.
Setiati S, et. al. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 6 Jilid 2. Jakarta: Interna Publishing.
Sherwood L. . Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Staff Pengajar FKUI. 2013. Gangguan Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam-Basa Edisi Ketiga.
Jakarta: Badan Penerbit FKUI
Tanto C, et. al. 2014. Kapita Selekta Kedokteran essential of medicine Edisi IV. Jakarta: Media
Aesculapius.
27