Professional Documents
Culture Documents
Tahun 2004-2014
Disusun Oleh:
FAKULTAS TEKNIK
2019
1
Kata Pengantar
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai bagaimana perkembangan urban
sprawl di Kota Batam. Studi kasus tersebut memberikan sebuah gambaran kepada
kami dan para pembaca pada umumnya untuk dapat melihat serta mengetahui
bagaimana melihat perkembangan atas fenomena urban sprawl yang terjadi.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................
B. Rekomendasi .................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kota merupakan suatu daerah atau kawasan yang memiliki tingkat keramaian
dan kepadatan penduduk yang tinggi, jadi tingkat keramaian dan kepadatan
penduduk tersebut terjadi akibat banyaknya dan lengkapnya fasilitas publik yang
berhubungan dengan sarana dan prasarana kota, antara lain seperti pasar, sekolah,
rumah sakit, taman, tempat hiburan, dan masih banyak lainnya. Sehingga kota di
identikkan suatu daerah yang mampu mencakupi kebutuhan secara mandiri.
Perkembangan suatu kota tidak dapat terlepas dari pengaruh dari kota-kota
besar lainnya yang lebih maju dan berkembang sebelumnya. Proses densifikasi
yang terjadi di daerah pinggiran kota maupun realisasi dan meningkatnya
kebutuhan akan ruang di daerah perkotaan. Peningkatan kebutuhan akan ruang
didaerah perkotaan akan mendorong terjadinya perkembangan di daerah pinggiran
kota (Urban Fringe) dan perkembangan daerah secara acak (Urban Sprawl).
Urban sprawl merupakan fenomena kota yang sering terjadi di kota-kota besar
yang tingkat kepadatan penduduknya semakin tinggi sejalan dengan pertumbuhan
jumlah penduduk dan peningkatan aktifitas ekonomi. Adapun dampak yang
ditimbulkan oleh Urban Sprawl antara lain dampak ekonomi, dampak lingkungan,
dan dampak sosial.
Kota Batam sendiri merupakan kota yang berada di Provinsi Kepulauan Riau
yang juga merupakan salah satu kota dengan potensi pertumbuhan terpesat di
Indonesia. Letaknya yang sangat strategis, berdekatan dengan Singapura,
menjadikan Kota Batam sebagai salah satu destinasi utama bisnis, perdagangan,
dan perpindahan penduduk.
4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keterkaitan Kota Batam sebagai Kota Baru?
2. Bagaimana jalur transportasi terhadap wilayah Kota Batam?
3. Bagaimana karakteristik perembetan areal perkotaan yang terjadi?
4. Bagaimana perkembangan Urban Sprawl Kota Batam pada wilayah
sekitarnya?
5. Bagaimana struktur tata ruang dan pola internal kota batam?
6. Dampak positif dan negatif apa saja yang terjadi terhadap wilayah yang
mengalami Urban Sprawl?
C. Tujuan
D. Sasaran
5
BAB II
LANDASAN TEORI
6
BAB III
PEMBAHASAN
Kota Batam secara geografis mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu
di jalur pelayaran dunia internasional. Luas wilayah Kota Batam yakni 426,563.28
Ha, terdiri dari luas wilayah darat 108,265 Ha dan luas wilayah perairan/laut
318,298.28 Ha. Kota Batam meliputi lebih dari 400 pulau, 329 di antaranya telah
bernama, termasuk di dalamnya pulau-pulau terluar di wilayah perbatasan negara,
meliputi 12 Kecamatan dan 64 Kelurahan. Secara administrasi Kota Batam
berbatasan dengan:
- Sebelah Utara :Selat Singapura
- Sebelah Selatan :Kecamatan Senayang, Kabupaten Lingga
- Sebelah Barat :Kecamatan Karimun dan Moro Kabupaten
Karimun
- Sebelah Timur :Kecamatan Bintan Utara, Kabupaten Bintan
Gambar
Peta Wilayah Administrasi Kota Batam
7
Tabel Nama, luas wilayah perkecamatan dan jumlah kelurahan
LUAS WILAYAH
NAMA JUMLAH LUAS TERBANGUN
ADMINISTRASI
NO KECAM KELURA
Ha % Thd
ATAN HAN Ha % Thd Total
Total
Belakang
1 6 4,402 8.9665
Padang 76,778.44 18.00
Batu
2 Ampar 4 4,541.63 1.06 632 1.2873
8
pemukiman, industri dan pariwisata. Lahan dengan elevasi 25 – 100 m diatas
permukaan laut meliputi 32% dari seluruh luas pulau. Kawasan ini sesuai untuk
pemukiman, industri dan pariwisata serta hutan lindung untuk daerah dengan
elevasi mendekati 100 m diatas permukaan laut. Sedangkan ketinggian diatas 100
m memiliki luasan sekitar 1%.
Sementara itu, pola struktur geologi pulau ini mengikuti kecenderungan
arah regional mulai dari Semenanjung Malaysia ke jajaran Kepulauan Riau di
sebelah tenggara.
3. Kondisi Demografi
Sejak Pulau Batam dan beberapa pulau disekitarnya dikembangkan oleh
Pemerintah Republik Indonesia menjadi daerah industri, perdagangan, alih kapal
dan pariwisata serta dengan terbentuknya Kotamadya Batam tanggal 24 Desember
1983, laju pertumbuhan penduduk terus mengalami peningkatan dimana dari hasil
sensus penduduk rata-rata per tahunnya selama periode 2000-2013 laju
pertumbuhan penduduk Batam rata-rata sebesar 8%.
4. Kondisi Klimatologi
Kota Batam mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum berkisar
antara 21,2 C – 24,0 C dan suhu maksimum berkisar antara 29,6 C-34,1 C,
sedangkan suhu rata rata sepanjang tahun adalah 25,6 C - 27,8 C. Keadaan
tekanan udara rata rata minimum 1.006,14 MBS dan maksimum 1.014,1 MBS.
Kelembaban udara di Kota Batam rata-rata antara 79 – 86 % . Kecepatan angin
maksimum 14 - 23 knot atau rata rata kecepatan angin maksimal sebesar 4,5 knot.
Banyaknya hari hujan selama setahun di Kota Batam pada tahun 2010 adalah 193
hari
5. Kondisi Perekonomian
9
pertumbuhan ekonomi Kota Batam mencapai 7,20%, sedangkan pada tahun 2010,
pertumbuhan ekonomi Kota Batam mencapai 7,77%. Sedangkan bila kita
melihat distribusi masing-masing sektor pendapatan regional pada tahun 2011
masih sangat dominan berasal dari sektor industri pengolahan sebesar 57,85%.
Sedangkan sektor lainnya yang juga cukup dominan adalah sektor
perdagangan, hotel dan restoran sebesar 27,54%; dan sektor keuangan, persewaan
dan jasa perusahaan sebesar 5,58%. Pendapatan regional per kapita berdasarkan
harga berlaku, pada tahun 2011 mencapai Rp 39,096 juta dan berdasarkan harga
konstan 2000 mencapai Rp 28,171 juta.
B. Studi Kasus
1. Keterkaitan Kota Batam Sebagai Kota Baru
Kota baru dapat diklasifikasin menjadi 4 kategori, yaitu kota satelit, kota
penunjang, kota mandiri, dan kota baru di dalam kota. Kota Batam dapat
diklasifikasikan menjadi kota baru yang mandiri, dikarenakan Kota Batam
10
merupakan daerah yang awalnya tumbuh dari suatu permukiman atau kota
kecil yang kemudian dikembangkan sehingga memiliki suatu kelengkapan
sebagai suatu kota, selain itu hal yang mendorong Kota Batam menjadi
kelompok kota baru mandiri yaitu dapat dilihat pada kebutuhan secara
ekonomis dan sosialnya, dimana kota batam dapat memenuhi sebutuhannya
sendiri atau paling tidak sebagian besar penduduknya. Kota-kota yang masuk
dalam kota baru mandiri ini dapat dirancang secara khusus menjadi suatu kota
dengan fungsi tertentu, dan Kota Batam sendiri merupakan kota yang
berorientasi pada fungsi Industri.
Fenomena Urban Sprawl biasanya selalu kerap kali terjadi pada setiap
kota-kota terhadap daerah pinggiran kota tersebut, baik pinggiran dalam kota
maupun pinggiran luar kota yang sudah masuk dalam daerah administrasi
yang berbeda. Sebuah perkembangan atau perluasan daerah secara acak tidak
lepas dari kegiatan transportasi yang merupakan jaringan penghubung suatu
peradaban. Kota Batam merupakan salah satu kota yang memungkinkan
segala macam bentuk jaringan transportasi untuk dapat dilalui, baik air, udara,
maupun darat.
Kawasan Pemukiman Batam Centre, Pulau Batam, Kota Batam terlihat bentuknya
teratur
11
cenderung kedalam pola jalan yang teratur dengan bentuk grid, pembentukan
model grid pada Kota Batam ini didorong karena Batam sendiri merupakan
tempat yang cocok untuk pembagian lahannya dikarenakan masih banyaknya
ketersediaan lahan kosong di areal dalam perkotaan maupun areal luar
perkotaannya, yang dapat disusun dari dasarnya untuk menjadi salah satu kota
grid, selain itu, adanya perusahaan-perusahaan juga mendorong kenapa Batam
cenderung mengadopsi pola grid.
Peta pola jalan Kota Batam yang cenderung teratur dalam bentuk grid
12
Pada Kota Batam, karakteristik perembetan areal perkotaan yang tampak
yaitu cenderung pada perembetan yang bersifat linear, hal ini dapat dilihat
dengan pola perembetan yang dapat diketahui melalui citra satelit history
google earth dari tahun 1984 hingga 2014.
13
Dapat diketahu sebelumnya, bahwa tipe perembetan ini menunjukkan
ketidakmerataan perembetan areal perkotaan disemua bagian sisi-sisi luar dari
pada daerah kota utama. Perembetan paling cepat terlihat disepanjang jalur
transportasi yang ada, khususnya yang bersifat menjari dari pusat kota. Daerah
disepanjang rute transportasi utama merupakan tekanan paling berat dari
perkembangan. Hal ini didorong juga dengan banyaknya konversi lahan
pertanian ke lahan non pertanian, makin banyaknya penduduk, makin
banyaknya kegiatan non agraris, makin padatnya bangunan didaerah Kota
Batam, dan berada pada garis perdagangan Internasional, telah sangat
mempengaruhi kegiatan kota yang awalnya didominasi oleh pertanian menjadi
industri. Hal ini kemudian berakibat makin banyaknya orang terutama para
14
pengembang yang mau membeli telah memperkuat dorongan pemilik lahan
pertanian yang bersangkutan untuk meninggalkan kegiatan pertanian dan
menjualnya, kemudian bagi masyarakat petani yang berhasil menjual lahannya
dapat diinvestasikan pada lahan pertanian lain ditempat yang lebih jauh dari
kota.
15
Peta Rancangan Jembatan Batam-Bintan (garis putih yang memanjang)
16
ketimpangan antar pulau. Selain aliran barang dan jasa (perdagangan),
penurunan ongkos transportasi dengan pembangunan jembatan antar pulau
juga memperbesar pergerakan penduduk antar dua pulau tersebut.
Pembangunan jembatan antar pulau ini juga memperbesar peluang terjadinya
commutting oleh tenaga kerja dan commutters.
Pulau Rempang dan Pulau Galang sendiri merupakan sebuah pulau yang
dulunya berada pada administrasi yang bernama Kabupaten Kepulauan Riau.
Pada tahun 1999 kota batam melakukan pemekaran wilayah dimana yang
semula hanya 1.647,83 km2 menjadi 1.882,61 km2 yang dimana Pulau
Rempang dan Pulau Galang juga masuk kedalamnya. Semenjak pembangunan
jembatan Barelang beserta jalan trans Barelang yang menghubungkan Pulau
Batam, Rempang, dan Galang, situasi kedua pulau tersebut mulai
menampakkan gejala Urban Sprawl akibat dari pembangunan jembatan
tersebut, hal itu dikarenakan adanya perpindahan para petani atau pemilik
lahan yang sebelumnya tinggal di Pulau Batam berhasil menjual tanah atau
lahannya kepada pengembang, hal ini dilakukan karena para pemilik lahan
ingin mencari tempat yang jauh dari perkotaan yang masih terdoktrin dalam
masyarakat akan hiruk pikuk dan suasana keindustriannya.
Selain itu, hal lain yang membuat Pulau Rampang dan Pulau Galang
menjadi imbas Urban Sprawl yaitu para pengembang yang ingin mencari
lahan baru yang lebih luas namun masih bisa terkoneksi dengan kota utama,
yaitu Kota Batam, hal ini dilakukan dikarenakan di Pulau Batam sendiri lahan
yang tersedia sudah menipis. Peta berikut yang menunjukkan adanya suatu
imbas Urban Sprawl pada kedua pulau tersebut.
17
Peta pulau Rempang dan Galang yang baru masuk menjadi bagian Batam serta ketika baru
dibentuk jalan trans balerang beserta jembatannya.
18
5. Struktur Tata Ruang dan Pola Internal Kota
19
Pada bentuk struktur Kota Batam, pembagian kawasan terbangun untuk
kawasan industri, pemukiman, perdagangan dan jasa ditempatkan secara
menyebar namun cukup teratur, hal ini dilakukan untuk menumbuhkan
perkembangan akftifitas perekonomian penduduk kawasan setempat dan untuk
mengurangi tingkat kepadatan yang terpusat pada satu kawasan saja.
Struktur tata ruang dan pola internal kota Batam sendiri relatif sangat
berubah, Pada awal tahun 1980-an pola ruang yang ada tidak begitu terlihat
jelas karena wilayah kota Batam masih belum berkembang, dan pola ruangnya
hanya berupa pemukiman yang berada disekitar garis pantai, di wilayah utara
pulau Batam dan Barat pulau ini. Selain itu juga berupa hutan. jadi pola
ruangnya berada di sekitar garis pantai.
20
Gambar Peta Kota Batam 1984
Sedangkan pada saat ini pola ruang cukup terlihat, dapat dilihat pola nnya
yaitu pemukiman menyebar di seluruh area, di daerah selatan, utara dan
sebagian barat. Mengikuti seluruh jalan yang ada di kota. Tidak terdapat
wilayah persawahan, namun yang ada wilayah hutan ditengah pulau ini yang
merupakan sebagai ruang hijau kota. Hal ini dapat kita amati pada peta.
Kemudian pada pulau Rempang dan Galang yang diprediksi akan menjadi
21
sasaran perserakan kota kedepannya, mengingat Pulau Batam, Pulau Rempang
dan Pulau Galang terkoneksi oleh jembatan Barelang.
Ada beberapa dampak, baik itu dampak positif mengenai fenomena Urban
Sprawl ini. Berikut merupakan dampak positif adanya Urban Sprawl di
wilayah Batam :
22
Namun pada kenyataannya adanya urban sprawl ini lebih banyak
menimbulkan dampak negatif bandingkan dampak positifnya. Berikut adalah
dampak negatif adanya urban sprawl di wilayah Batam :
23
permukiman liar dan perkampungan kumuh (slum). Selain itu,
kesenjangan sosial antara kawasan berikat yang menjadi konsentrasi
industrinya dengan daerah di luarnya (hinterland) menjadi tak terelakkan.
Bahkan Batam pun tidak luput dari menjamurnya perumahan liar,
pelacuran, dan kriminalitas.
6. Terdapat kasus pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan rencana yang
ada di Batam. Alih fungsi guna lahan dari kawasan lindung menjadi
kawasan budidaya ini dapat menyebabkan ekosistem terganggu,
mengingat fungsi dan peran hutan bakau dalam ekosistem suatu kota atau
wilayah cukup penting. Dengan pengalihan fungsi lahan ini salah satunya
dapat mengakibatkan banjir terutama yang diakibatkan pasang surut air
laut.
7. Menjelang tahun 2005 para pengembang mulai khawatir, hambatan besar
sedang mengancam peluang yang selama ini dimanfaatkan dari kedekatan
wilayah antara Singapura dan Batam tersebut. Hambatannya yaitu
semakin kecilnya ketersediaan lahan di Pulau Batam yang dapat digunakan
sebagai kawasan perumahan. Pembangunan perumahan yang semakin
merebak seakan mengeksploitasi lahan di Kota Batam.
24
BAB IV
PENUTUP
A. Saran
B. Rekomendasi
Berdasarkan apa yang telah dipaparkan di bagian pembahasan mengenai
dampak negatif dari urban sprawl, maka dapat diberikan rekomendasi
kebijakan yang dibuat oleh pemerintah untuk mengatasi permasalahan
maupun perluasan dari urban sprawl, antara lain dengan pengembangan kota
yang sesuai dengan aturan yang tertera pada Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW), salah satunya membuat arahan pada kawasan urban sprawl untuk
mengembangkan perumahan baru di kawasan pemukiman yang telah ada
sebelumnya, agar pemukiman lebih tertata di kawasan tersebut dan tidak
menyebar secara tidak terstruktur di kawasan lainnya yang tak sesuai dengan
tata ruang pemukiman. Hal ini akan menghemat pemakain lahan maupun
biaya untuk penyediaan sarana dan prasarana. Dengan kebijakan tersebut juga
dapat mengurai risiko berupa permukiman liar dan perkampungan kumuh
(slum), juga tentunya akan menciptakan lingkungan yang bersih, sehat dan
terhindar dari kriminalitas. Namun penduduk yang semakin bertambah
membuat berkurangnya ketersediaan lahan terbuka hijau, untuk mengatasi hal
tersebut sebaiknya adanya pembangunan pemukinan yang berbasis vertical,
seperti rumah susun (rusun) yang bersubsidi untuk masyarakat kalangan
menengah ke bawah maupun apartemen untuk masyarakat kalangan
menengah ke atas yang berposisi dekat dengan pusat kota, namun tetap
dengan harga yang disesuaikan dengan perekonomian penduduk di sekitaran
Kota Batam. Selain itu pengembangan infrastruktur jalan untuk mengakses
kawasan urban spawl ke jalan utama dan transportasi umum juga sangat di
25
perlukan, hal ini bertujuan untuk mempermudah masyarakat sehingga
masyarakat tidak perlu lagi menggunakan kendaraan pribadi dalam
menjalankan kegiatannya sehari-hari, akibatnya dampak polusi yang
ditimbulkan dari asap kendaraan akan berkurang dan juga menghemat
penggunaan sumber daya alam (bahan bakar). Selain itu di kota Batam
terdapat permasalahan kasus pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan
rencana yang ada di Batam dan alih fungsi guna lahan dari kawasan lindung
menjadi kawasan budidaya, adapun cara untuk mengatasi hal tersebut yaitu
dengan mempertegas peraturan UU No. 24 Tahun 1992 dan UU No.26 Tahun
2007 tentang penataan ruang terhadap oknum yang tidak bertanggung jawab.
26
DAFTAR PUSTAKA
27
JOBDESK ANGGOTA KELOMPOK
28