Professional Documents
Culture Documents
2, hal 201-215
Andreas Vernando
Universitas Ahmad Dahlan
andreas.vernando@act.uad.ac.id
Fuad Rakhman
Universitas Gadjah Mada
frakhman@ugm.ac.id
Abstract
This study aims to investigate the CEO behavior in managing earnings during his tenure. This study
predicts that the CEO will overstate earnings in the early years and the final year of his service. Prior
studies investigating earnings management only focused on either the early years or the final year of
CEO service without considering CEO tenure between the early years and the final year of CEO ser-
vice. Study investigating earnings management during CEO tenure was still scarce (Ali and Zhang
2015). Further, prior studies predicted that new CEO would engage in income-decreasing earnings
management that was explained by big bath theory. However, this study predicts that CEO in early
years of their services will engage in income-increasing earnings management that can be explained
by career concern theory. Therefore, this study contributes to fill the gap in the literature. Using the
sample of nonfinancial companies listed in the Indonesia Stock Exchange from 2005 to 2014, this
study finds that CEO will overstate earnings in the early years of his services. However, this study
does not find that CEO overstate earnings in the final year of his services.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi perilaku CEO dalam mengelola laba selama masa ker-
janya. Penelitian ini memprediksi bahwa CEO akan meningkatkan laba di awal tahun dan akhir tahun
dari masa kerjanya. Penelitian sebelumnya yang menginvestigasi manajemen laba hanya berfokus baik
awal ataupun akhir dari masa kerja CEO tanpa mempertimbangkan masa jabatan CEO di antara masa
kerja awal tahun dan masa kerja akhir tahun. Penelitian yang menginvestigasi manajemen laba selama
karir CEO masih sedikit (Ali dan Zhang 2015). Lebih lanjut, penelitian sebelumnya memprediksi
bahwa CEO baru akan melakukan manajemen laba yang menurunkan laba yang dijelaskan oleh big
bath theory. Akan tetapi, penelitian ini memprediksi bahwa CEO di awal masa kerjanya akan
melakukan manajemen laba yang meningkatkan laba yang dapat dijelaskan oleh career concern theo-
ry. Dengan demikian, penelitian ini berkontribusi untuk menutup gap dalam literatur. Dengan
menggunakan sampel perusahaan nonfinansial yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2005
sampai tahun 2014, penelitian ini menemukan bahwa CEO akan menyalahsajikan lebih laba di awal
tahun dari masa kerjanya. Akan tetapi, penelitian ini tidak menemukan bahwa CEO menyalahsajikan
lebih laba di akhir tahun dari masa kerjanya.
Kata kunci: Masa Jabatan CEO, Manajemen Laba, dan Teori Career Concern
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2018, Vol. 15, No. 2, hal 201-215 202
CEO yang baru menjabat (Gibbons dan sa mendatang (Gibbons dan Murphy
Murphy 1992). Terdapat pelbagai bentuk 1992). Karena terdapat kekhawatiran atas
usaha CEO dalam rangka meyakinkan karirnya, CEO yang baru menjabat cender-
partisipan pasar mengenai kemampuan ung melakukan manajemen laba untuk
CEO tersebut. CEO sering melakukan per- mengamankan jabatannya (Bornemann et
amalan laba untuk memberikan sinyal al. 2015) dan untuk merevisi persepsi
bahwa CEO tersebut mampu mengan- partisipan pasar terhadap kemampuan CEO
tisipasi perubahan ekonomik yang men- tersebut (Holmstrom 1999).
dasari perusahaan (Baik et al. 2011). Lebih
lanjut, Rhee dan Moon (2015) berargumen Big Bath
bahwa CEO yang baru akan melakukan CEO baru melakukan big bath
peramalan laba yang optimistik untuk me- dengan cara memompa laba masa depan
menuhi ekpektasi partisipan pasar. dengan membebani laba masa transisi
(Murphy dan Zimmerman 1993). Hal ini
TELAAH LITERATUR DAN dimungkinkan karena masa transisi
PENGEMBANGAN HIPOTESIS umumnya tidak satu tahun penuh sehingga
kinerja CEO yang dihubungkan dengan
Career Concern laba pada awal masa kerjanya tidak relevan
Ketika terjadi pergantian, CEO yang dan kontrak kompensasi formal akan dil-
baru dapat diperoleh baik dari dalam mau- akukan pada tahun kedua dari masa ker-
pun luar perusahaan. Gibbons dan Murphy janya ketika telah menjabat satu tahun
(1992) menjelaskan bahwa partisipan pasar penuh (Wells 2002). Lebih lanjut, praktik
umumnya masih mempertanyakan me- big bath lebih berkemungkinan terjadi
ngenai kemampuan CEO yang baru men- ketika kinerja CEO sebelumnya buruk
jabat. Meskipun CEO dipromosikan dari (Murphy dan Zimmerman 1993). Big bath
dalam organisasi itu sendiri, partisipan memprediksi praktik manajemen laba yang
pasar masih mempertanyakan mengenai menurunkan laba (income-decreasing
kemampuan CEO yang baru karena keahl- earnings management) di tahun transisi
ian yang dipersyaratkan berbeda dari yang umumnya tidak penuh satu tahun
keahlian yang dipersyaratkan di posisi lev- menjabat. Sedangkan, fokus penelitian ini
el yang lebih rendah (Gibbons dan Murphy yakni praktik manajemen laba untuk
1992). Ketika terjadi pergantian rutin, Choi meningkatkan laba (income-increasing
et al. (2014) menemukan bahwa CEO baru earnings management) pada tahun pertama
yang diperoleh dari luar organisasi masa kerjanya ketika telah menjabat satu
melakukan manajemen laba pada saat tahun penuh.
memulai karirnya untuk memenuhi ek-
spektasi yang tinggi dari dewan komisaris Kontrak Efisien dan Rent Extractio
dan pemegang saham dengan berusaha Terdapat 2 teori yang menjelakan
menunjukkan hasil yang baik. hubungan antara manajemen laba dan CEO
Partisipan pasar menggunakan kiner- yang menjabat cukup lama atau CEO yang
ja perusahaan untuk menentukan kesem- bereputasi. Teori kontrak efisien menjelas-
patan atas tinggi rendahnya gaji CEO yang kan bahwa CEO yang menjabat cukup la-
terdapat di pasar tenaga kerja manajerial ma akan menghindari manajemen laba
(Fama 1980). Pasar tenaga kerja manajerial tetapi teori rent extraction memprediksi
dapat memicu CEO untuk menampilkan sebaliknya.
performa terbaiknya karena bursa tenaga Penelitian ini memprediksi bahwa
kerja manajerial menggunakan kinerja pe- CEO di tahun pertama masa kerjanya akan
rusahaan untuk memperbarui keya- kurang bereputasi daripada CEO di tahun-
kinannya terhadap kemampuan CEO dan tahun mendatang masa kerjanya. Hal ini
untuk menentukan kesempatan gaji di ma- karena CEO yang menjabat cukup lama
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2018, Vol. 15, No. 2, hal 201-215 204
akan lebih berpengalaman, lebih bertalenta jemen laba yang meningkatkan laba pada
dan lebih memahami kondisi perusahaan saat mendekati akhir masa pensiun dalam
dengan lebih baik daripada CEO di awal rangka meningkatkan probabilitas menjab-
tahun masa kerjanya. at sebagai board of directors pada saat
CEO di tahun-tahun mendatang masa CEO memasuki masa pensiun. Berdasar-
kerjanya lebih bereputasi daripada CEO di kan penjelasan sebelumnya, maka hipotesis
awal tahun masa kerjanya sehingga CEO yang diajukan yaitu:
di tahun-tahun mendatang masa kerjanya
tidak akan menggunakan manajemen laba H2 : CEO di akhir tahun masa ker-
untuk menghindari kehilangan reputasi, janya akan lebih agresif
menjaga kos kapital agar tetap rendah menggunakan manajemen laba
(Francis et al. 2008) dan menjaga kredibili- untuk meningkatkan laba.
tas dan kompensasi di bursa tenaga mana-
jerial (Jian dan Lee 2011). Ali dan Zhang METODE PENELITIAN
(2015) menemukan bahwa CEO di awal
tahun masa kerjanya melakukan mana- Sampel Penelitian dan Metode Pengum-
jemen laba guna meningkatkan laba. Ber- pulan Data
dasarkan penjelasan sebelumnya, maka Sampel penelitian ini terdiri atas se-
hipotesis yang diajukan yaitu: luruh perusahaan nonfinansial yang ter-
daftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel
H1 : CEO akan lebih agresif penelitian ini tidak memasukkan perus-
menggunakan manajemen laba ahaan nonfinansial karena perusahaan ter-
yang meningkatkan laba di awal sebut memiliki regulasi yang ketat se-
tahun masa kerjanya daripada di hingga menurunkan probabilitas perus-
tahun-tahun mendatang masa ahaan tersebut menggunakan praktik ma-
kerjanya. najemen laba. Periode sampel dari tahun
2005 sampai tahun 2014. Kriteria pemili-
CEO Akhir Tahun dan Manajemen Laba han sampel yakni perusahaan yang me-
CEO yang berencana untuk mening- lakukan pergantian CEO dari 2005-2014,
galkan perusahaan dalam waktu dekat akan perusahaan memiliki CEO yang menjabat
kurang memiliki insentif untuk bertindak minimal 3 tahun dan perusahaan memiliki
sesuai dengan kepentingan pemilik (Kalyta data yang lengkap. Lebih lanjut, data di-
2009). Lebih lanjut, CEO yang mendekati peroleh dari BVD Osiris, Bloomberg, Reu-
akhir masa jabatan kurang memiliki kek- ters, Annual Report dan Laporan Keu-
hawatiran untuk menggunakan manajemen angan.
laba yang dapat meningkatkan laba karena
manajemen laba dapat berkebalikan (re- Peristiwa Pergantian CEO
versed) (Davidson et al. 2007) dan ketika Peristiwa pergantian CEO digunakan
berkebalikan, CEO penggantinya yang untuk mengidentifikasi perilaku CEO da-
akan menanggung risiko ini (Zhang 2009). lam menggunakan praktik manajemen laba
CEO yang mendekati akhir masa di awal dan akhir tahun masa kerjanya, dan
pensiun akan berusaha meningkatkan laba di antara tahun keduannya. Garis waktu
guna meningkatkan kompensasi dana peristiwa pergantian CEO ditampilkan pa-
pensiun (Kalyta 2009; Davidson et al. da Gambar 1.
2007). Risiko akan lebih rendah yang di- Gambar 1 mengilustrasikan bahwa
tanggung oleh CEO yang mendekati masa CEO memiliki masa kerja selama 5 tahun.
pensiun jika terdeteksi menggunakan ma- Tahun pergantian atau tahun transisi tidak
najemen laba secara agresif (Zhang 2009). dihitung untuk menghindari earnings bath.
Lebih lanjut, Reitenga dan Tearney (2003) Mulai tahun pertama dan kedua (awal ta-
menemukan bahwa CEO melakukan mana- hun) diberi nilai 1. Tahun ketiga dan
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2018, Vol. 15, No. 2, hal 201-215 206
Gambar 1
Peristiwa Pergantian CEO
keempat diberi nilai 0. Tahun kelima (akhir lumnya (t-1) pada perusahaan i. ΔREVit
tahun) diberi nilai 1. merupakan pendapatan pada tahun t diku-
Penelitian ini berfokus pada peristi- rangi pendapatan pada tahun t-1 untuk pe-
wa pergantian CEO. Terdapat beberapa rusahaan i. PPEit merupakan gross proper-
alasan yang mendasari pemilihan CEO dan ty, plant, and equipment pada tahun t untuk
tidak menggunakan Chief Finacial Officer perusahaan i. β0, β1, dan β2 merupakan pa-
(CFO). Meskipun CFO secara aktif terkait rameter spesifik perusahaan yang diesti-
dengan pelaporan keuangan, CEO mem- masi.
iliki otoritas terhadap keseluruhan mana- Model persamaan (1) dimaksudkan
jemen perusahaan dan dengan berfokus untuk mendapatkan parameter spesifik pe-
terhadap CEO, hasil penelitian ini dapat rusahaan dan total akrual yang diestimasi.
diperbandingkan dengan literatur pe- Lebih lanjut, model persamaan (2) berikut
nelitian sebelumnya (Demers dan Wang ini dimaksudkan untuk mendapatkan non-
2010). diskresionari akrual:
dari nilai median durasi masa jabatan CEO gukuran manajemen laba. Hal ini sejalan
dibagi 2 untuk dapat diklasifikasikan se- dengan Cohen dan Zarowin (2010) yang
bagai CEO awal tahun. Penelitian ini mengikutsertakan variabel profitabilitas,
menggunakan nilai median agar tidak struktur modal, ukuran dan pertumbuhan
secara subjektif mengklasifikasikan CEO perusahaan sebagai variabel kontrol.
yang baru menjabat. Penelitian ini tidak Menurut Cohen dan Zarowin (2010),
mempertimbangkan tahun transisi untuk proksi manajemen laba mungkin men-
menghindari CEO melakukan manajemen cakup kesalahan pengukuran yang beraso-
laba yang menurunkan laba (taking a bath) siasi dengan karakteristik perusahaan.
seperti ditampikan pada Gambar 1. LEV yaitu leverage yang diperoleh
dari total hutang dibagi total aset (Klein
CEO Akhir Tahun 2002). Penelitian ini memprediksi bahwa
Penelitian ini menggunakan variabel leverage berasosiasi positif dengan mana-
dummy yaitu nilai 1 untuk CEO yang men- jemen laba. Hipotesis perjanjian hutang
dekati akhir masa kerjanya dan 0 jika tidak menjelaskan bahwa perusahaan termotivasi
(Kalyta 2009). Seperti yang ditampilkan untuk menggunakan manajemen laba da-
pada Gambar 1, penelitian ini mengukur lam rangka menghindari pelanggaran per-
akhir masa kerja CEO yakni laporan keu- janjian hutang (DeFond dan Jiambalvo
angan yang terakhir ditandatangani oleh 1994).
CEO tersebut meskipun pergantian CEO LOSS merupakan variabel dummy
terjadi di pertengahan tahun mendatang. yaitu nilai 1 untuk perusahaan yang
Untuk menguji hipotesis, penelitian melaporkan kerugian setelah pajak dan 0
ini menggunakan alat analisis regresi ber- jika tidak (Zhou dan Elder 2004). Variabel
ganda. Model persamaan penelitian ini se- LOSS diekspektasikan akan berasosiasi
bagai berikut: secara negatif terhadap manajemen laba
yang mengindikasikan bahwa perusahaan
DA = β0 + β1 CEO AWAL + β2 CEO menggunakan manajemen laba untuk
AKHIR + β3 LEV + β4 LOSS + β5 ROA mencegah terjadinya kerugian (Zhou dan
+ β6 SIZE + εit........................................(4) Elder 2004).
SIZE merupakan ukuran perusahaan
DA adalah diskresionari akrual yang yang diproksikan dengan menggunakan
merupakan variabel dependen yang di- total aset (Francis et al. 2008). Variabel
peroleh dari model persamaan (3). Varia- SIZE diekspektasikan berhubungan negatif
bel CEO AWAL dan CEO AKHIR meru- dengan manajemen laba. Semakin besar
pakan variabel independen utama dalam perusahaan, semakin baik sistem pengen-
penelitian ini. CEO AWAL diberi nilai 1 dalian internal, semakin banyak analis
untuk dua tahun pertama dari masa kerjan- yang memonitor, semakin banyak komite
ya dan 0 jika tidak (Ali dan Zhang 2015). audit yang berkualitas sehingga mana-
CEO AKHIR diberi nilai 1 untuk satu ta- jemen laba dapat rendah di perusahaan-
hun sebelum tahun pergantian dan 0 jika perusahaan besar (Bassiouny et al. 2016).
tidak (Kalyta 2009). ROA yaitu return on asset yang di-
Variabel independen lain di persa- peroleh dari laba bersih dibagi dengan total
maan (4) merupakan variabel kontrol. Be- aset (Cohen dan Zarowin 2010). Variabel
dard et al. (2004) berargumen bahwa ROA diekspektasikan memiliki pengaruh
penelitian yang menginvestigasi mana- positif terhadap manajemen laba karena
jemen laba akrual sebaiknya menyertakan perusahaan yang profitable akan men-
ROA, LOSS, SIZE sebagai variabel dapatkan tekanan yang kuat untuk men-
kontrol karena variabel ini berkemung- capai target laba (Barton dan Simko 2002;
kinan berkorelasi secara bias terhadap pen- dan Barua et al. 2006).
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2018, Vol. 15, No. 2, hal 201-215 208
Tabel 1
Jumlah Sampel Penelitian
Keterangan Jumlah
Perusahaan nonfinansial yang tercatat di BEI dari tahun 2014 473
Perusahaan yang tidak melakukan pergantian CEO dari tahun 2005-2014 (121)
Perusahaan tidak memiliki CEO yang menjabat minimal 3 tahun (146)
Perusahaan yang tidak memiliki data yang lengkap (5)
Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria 201
Tabel 2
Statistik Deskriptif dan Korelasi
Variabel Dikotomus 0 1
CEO AWAL 1565 1121 (72%) 444 (28%)
CEO AKHIR 1565 1383 (88%) 182 (12%)
LOSS 1565 1226 (78%) 339 (22%)
Panel B: Korelasi
Variabel DA CEO AWAL CEO AKHIR LEV LOSS ROA
CEO AWAL 0.08***
CEO AKHIR -0.01 -0.23***
LEV 0.05* -0.03 -0.01
SIZE -0.03 0.06** -0.04* -0.12***
LOSS -0.17*** -0.04 0.02 0.21*** -0.21***
ROA 0.17*** 0.04* 0.00 -0.12*** 0.09*** -0.28***
Keterangan: tanda *, ** dan *** merupakan tanda yang masing-masing mengindikasikan tingkat signifikansi
10%, 5%, dan 1%. CEO merupakan durasi masa kerja CEO. DA merupakan diskresionari akrual yang di-
peroleh dari persamaan (3). CEO AWAL merupakan awal tahun dari masa kerja CEO yang diukur dengan
variabel dummy yaitu nilai 1 jika CEO yang baru menjabat sampai dua tahun dan 0 jika tidak. CEO AKHIR
merupakan akhir tahun dari masa kerja CEO yang diukur dengan variabel dummy yaitu bernilai 1 untuk satu
tahun sebelum tahun pergantian dan 0 jika tidak. LEV yaitu leverage yang diperoleh dari total hutang dibagi
total aset. Loss merupakan variabel dummy yaitu nilai 1 untuk perusahaan yang melaporkan kerugian setelah
pajak dan 0 jika tidak. ROA yaitu return on asset yang diperoleh dari laba bersih dibagi dengan total aset.
Size merupakan ukuran perusahaan yang diukur dengan total aset.
Hasil penelitian ini telah memenuhi jemen laba untuk meningkatkan laba.
semua unsur asumsi klasik yakni asumsi Dengan demikian, hipotesis pertama ter-
normalitas, asumsi autokorelasi, asumsi dukung. Hasil ini mendukung hasil pe-
multikolinieritas, dan asumsi heteroskedas- nelitian Ali dan Zhang (2015). Lebih
tisitas. Untuk memenuhi asumsi normali- lanjut, hasil penelitian ini sejalan dengan
tas, penelitian ini menghapus nilai ekstrim teori career concern dan kontrak efisien.
positif dan negatif, dan menggunakan data CEO baru atau CEO kurang bereputasi
pada tingkat persentil ke-5 dan ke-95. Un- akan menggunakan manajemen laba untuk
tuk memenuhi asumsi heteroskedastisitas, mengamankan jabatannya dan untuk mere-
penelitian ini menggunakan prosedur visi persepsi partisipan pasar terhadap ke-
White, Ringkasan hasil pengujian hipotesis mampuan CEO tersebut (Holmstrom
ditampilkan pada Tabel 3. 1999).
Tabel 3 menunjukkan bahwa variabel Tabel 3 menunjukkan bahwa variabel
CEO AWAL memiliki koefisien positif CEO AKHIR memiliki koefisien positif
(0,020) dan signifikan pada tingkat 1%. (0,004) dan tidak signifikan (0,646).
Hasil ini menunjukkan bahwa CEO di awal Dengan demikian, hasil ini tidak men-
masa kerjanya akan menggunakan mana- dukung hipotesis kedua yang memprediksi
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2018, Vol. 15, No. 2, hal 201-215 210
Gambar 2
Masa Jabatan CEO
bahwa CEO di akhir tahun masa kerjanya rasosiasi secara negatif dengan kinerja pe-
akan lebih agresif menggunakan mana- rusahaan.
jemen laba untuk meningkatkan laba. Hasil Variabel kontrol dalam penelitian ini
ini sejalan dengan hasil penelitian Murphy semuanya berpengaruh signifikan dengan
dan Zimmerman (1993) dan bertolak tingkat signifikansi yang bervariasi. Varia-
belakang dengan hasil penelitian Reitenga bel LEV memiliki koefisien positif (0,023)
dan Tearney (2003) dan Ali dan Zhang dan signifikan pada tingkat 1%. Hasil
(2015). penelitian ini sejalan dengan hasil
Penjelasan yang mungkin atas tidak penelitian Cohen dan Zarowin (2010).
terdukungnya hipotesis kedua yakni CEO Lebih lanjut, hasil ini mendukung hipotesis
yang berakhir masa kerjanya tidak mem- pelanggaran hutang (debt convenant) yang
iliki cukup waktu untuk mengurangi menjelaskan bahwa perusahaan akan ter-
pengeluaran diskresioner untuk mening- motivasi untuk menggunakan manajemen
katkan laba. CEO akan memiliki cukup laba dalam rangka menghindari pelang-
waktu untuk melakukan manajemen laba garan perjanjian hutang (DeFond dan
jika CEO tersebut mengetahui kapan CEO Jiambalvo 1994).
tersebut berakhir masa jabatannya atau Variabel LOSS memiliki koefisien
pensiun. Di sisi lain, ketika pergantian negatif (-0,049) dan signifikan pada tingkat
CEO karena kinerja CEO yang dianggap 1%. Hasil ini sejalan dengan hasil
buruk maka CEO tersebut diberhentikan penelitian Ali dan Zhang (2015). Hal ini
sebelum masa jabatannya berakhir sehing- mengindikasikan bahwa perusahaan
ga CEO tersebut tidak dapat memiliki menggunakan manajemen laba untuk
cukup waktu untuk melakukan manajemen menghindari terjadinya kerugian (Zhou
laba (Murphy dan Zimmerman 1993). dan Elder 2004).
Dengan demikian, tidak terdukungnya Variabel ROA memiliki koefisien
hipotesis kedua karena lebih banyak CEO positif (0,063) dan signifikan pada tingkat
yang diberhentikan sebelum masa jab- signifikansi 1%. Hasil ini mendukung hasil
atannya berakhir (pergantian nonrutin) da- penelitian Cohen dan Zarowin (2010).
ripada berakhir karena pensiun atau be- Hasil ini mengindikasikan bahwa perus-
rakhir jabatannya karena mendapatkan po- ahaan yang profitable akan mendapatkan
sisi yang lebih baik (pergantian rutin). Ar- tekanan yang kuat untuk mencapai target
gumen ini didukung oleh hasil penelitian laba (Barton dan Simko 2002; dan Barua et
Lindrianasari dan Hartono (2012) yang tid- al. 2006).
ak membedakan pergantian rutin atau Variabel SIZE memiliki koefisien
nonrutin pada analisis utamanya dan negatif (-0,005) dan signifikan pada tingkat
menemukan bahwa pergantian CEO be- 1%. Hasil penelitian ini sejalan dengan
211 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2018, Vol. 15, No. 2, hal 201-215
Tabel 3
Ringkasan Hasil Uji Hipotesis
DA = β0 + β1 CEO AWAL + β2 CEO AKHIR + β3 LEV + β4 LOSS + β5 ROA+ β6 SIZE + εit
Variabel Expected Sign Koefisien Probabilitas
Konstanta 0.022 0.536
CEO AWAL + 0.020 0.005***
CEO AKHIR + 0.004 0.646
LEV + 0.023 0.002***
LOSS - -0.049 0.000***
ROA + 0.063 0.000***
SIZE - -0.005 0.003***
F Test 17,891***
N 1565
Adj. R Square 0,061
Keterangan: tanda *, ** dan *** merupakan tanda yang masing-masing mengindikasikan tingkat signifikansi
10%, 5%, dan 1%. DA merupakan diskresionari akrual yang diperoleh dari persamaan (3). CEO AWAL meru-
pakan awal tahun dari masa kerja CEO yang diukur dengan variabel dummy yaitu nilai 1 jika CEO yang baru
menjabat sampai dua tahun dan 0 jika tidak. CEO AKHIR merupakan akhir tahun dari masa kerja CEO yang
diukur dengan variabel dummy yaitu bernilai 1 untuk satu tahun sebelum tahun pergantian dan 0 jika tidak.
LEV yaitu leverage yang diperoleh dari total hutang dibagi total aset. LOSS merupakan variabel dummy yaitu
nilai 1 untuk perusahaan yang melaporkan kerugian setelah pajak dan 0 jika tidak. ROA diperoleh dari laba
bersih dibagi dengan total aset. SIZE merupakan ukuran perusahaan yang diukur dengan total aset.
hasil penelitian Francis et al. (2008). Hasil ikan. Hasil ini mengindikasikan bahwa
penelitian ini menunjukkan bahwa semakin CEO hanya meningkatkan laba melalui
besar perusahaan, maka praktik mana- manajemen laba pada saat tahun pertama
jemen laba akan berkurang karena terdapat menjabat. Hal ini karena tahun pertama
sistem pengendalian internal yang baik, merupakan tahun yang tepat untuk menun-
terdapat komite audit yang berkualitas, dan jukkan performa CEO. Gambar 2 terkait
terdapat banyak analis yang memonitor durasi masa kerja CEO menunjukkan bah-
(Bassiouny et al. 2016). wa di tahun pertama merupakan tahun
yang mendominasi pergantian CEO. De-
Pengujian Tambahan ngan demikian, jika CEO bermaksud untuk
Penelitian ini melakukan pengujian menjaga karirnya, maka CEO tersebut ha-
tambahan untuk mendapatkan gambaran rus menunjukkan kemampuannya mulai
yang lebih komprehensif. Pengujian tam- dari tahun pertama.
bahan ini dimaksudkan untuk mengidentif- Tidak terdukungnya CEO AWALt2
ikasi sejak kapan CEO mulai meningkat- dan CEO AWALt3 yakni CEO tidak
kan laba melalui manajemen laba ketika di menggunakan manajemen laba yang
tahun-tahun awal masa kerjanya. Ringka- meningkatkan laba di tahun kedua dan ke-
san hasil pengujian tambahan ditampilkan tiga karena potensi CEO diberhentikan
pada Tabel 4. lebih besar di tahun pertama sejumlah 66
Tabel 4 menunjukkan bahwa hanya pergantian CEO daripada tahun kedua
variabel CEO AWALt1 yang memiliki sejumlah 56 pergantian CEO dan tahun
memiliki koefisien positif (0,023) dan sig- ketiga sejumlah 49 pergantian CEO, seper-
nifikan pada tingkat 1%. Di sisi lain, varia- ti yang ditampilkan pada Gambar 2 terkait
bel CEO AWALt2 memiliki koefisien posi- durasi masa kerja CEO. Dengan demikian,
tif (0,014) dan CEO AWALt3 memiliki kekhawatiran atas karirnya lebih besar
koefisien positif (0,011) tetapi tidak signif- ketika di tahun pertama daripada di tahun
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2018, Vol. 15, No. 2, hal 201-215 212
Tabel 4
Hasil Pengujian Tambahan
DA = β0 + β1 CEO AWALt1 + β2 CEO AWALt2 + β3 CEO AWALt3 + β4 CEO AKHIR+ β5 LEV+
β6 LOSS + β7 ROA + β8 SIZE + εit
Variabel Expected Sign Koefisien Signifikansi
Konstanta 0.021 0.546
CEO AWALt1 + 0.023 0.010***
CEO AWALt2 + 0.014 0.138
CEO AWALt3 0.011 0.334
CEO AKHIR + 0.005 0.587
LEV + 0.023 0.002***
LOSS - -0.049 0.000***
ROA + 0.064 0.000***
SIZE - -0.005 0.003***
F Test 13,478***
N 1535
Adj. R Square 0,060
Keterangan: tanda *, **, dan *** merupakan tanda yang masing-masing mengindikasikan tingkat signif-
ikansi 10%, 5%, dan 1%. DA merupakan diskresionari akrual yang diperoleh dari persamaan (3). CEO
AWALt1 merupakan masa kerja CEO di tahun pertama yang diukur dengan variabel dummy yaitu bernilai 1
untuk satu tahun setelah tahun pergantian dan 0 jika tidak. CEO AWALt2 merupakan masa kerja CEO di ta-
hun kedua yang diukur dengan variabel dummy yaitu bernilai 1 untuk dua tahun setelah tahun pergantian dan 0
jika tidak. CEO AWALt3 merupakan masa kerja CEO di tahun ketiga yang diukur dengan variabel dummy
yaitu bernilai 1 untuk tiga tahun setelah tahun pergantian dan 0 jika tidak. CEO AKHIR merupakan akhir
tahun dari masa kerja CEO yang diukur dengan variabel dummy yaitu bernilai 1 untuk satu tahun sebelum
tahun pergantian dan 0 jika tidak. LEV yaitu leverage yang diperoleh dari total hutang dibagi total aset. LOSS
merupakan variabel dummy yaitu nilai 1 untuk perusahaan yang melaporkan kerugian setelah pajak dan 0 jika
tidak. ROA yaitu return on asset yang diperoleh dari laba bersih dibagi dengan total aset. SIZE merupakan
ukuran perusahaan yang diproksikan dengan total aset.
kedua dan ketiga sehingga CEO berupaya Penelitian ini menyediakan bukti
untuk mengamankan jabatannya di tahun empiris bahwa CEO akan menyalahsajikan
pertama dengan melakukan manajemen lebih laba di awal tahun masa kerjanya.
laba. Hasil penelitian ini diharapkan berim-
SIMPULAN plikasi untuk perbaikan kualitas pengambi-
lan keputusan pemangku kepentingan,
Penelitian ini bertujuan untuk meng- khususnya dewan komisaris dan investor
investigasi perilaku CEO dalam mengelola agar tidak hanya berfokus pada laba untuk
laba selama masa kerjanya. Penelitian ini menilai kinerja CEO di awal masa kerjan-
memprediksi bahwa CEO akan mening- ya.
katkan laba melalui manajemen laba di Penelitian ini hanya menggunakan
awal dan akhir tahun masa kerjanya. Lebih dua tahun masa kerja CEO sebagai pisah
lanjut, penelitian ini menemukan bahwa batas untuk mengklasifikan CEO di awal
awal tahun dari masa kerjanya merupakan tahun. Dua tahun diperoleh dari nilai medi-
determinan yang signifikan terhadap kepu- an masa jabatan CEO dibagi dua. Oleh ka-
tusan praktik manajemen laba. Akan tetapi, rena itu, penelitian selanjutnya diharapkan
penelitian ini tidak menemukan bahwa menggunakan pengukuran yang lain untuk
CEO di akhir tahun masa kerjanya akan mengklasifikasikan CEO baru. Selain itu,
meningkatkan laba melalui manajemen penelitian ini hanya menggunakan mana-
laba. jemen laba akrual. Dengan demikian,
113 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2018, Vol. 15, No. 2, hal 201-215
Fama, E. F. 1980. Agency Problems and Hribar, P. dan D. W. Collins. 2002. Errors
The Theory of The Firm. Journal of in Estimating Accruals: Implica-
Political Economy, 88 (2), 288-307. tions for Empirical Research. Jour-
nal of Accounting Research, 40 (1),
Francis, J., A. H. Huang, S. Rajgopal, dan 105-134.
A. Y. Zang. 2008. CEO Reputation Jian, M. dan K. W. Lee. 2011. Does CEO
and Eamings Quality. Contempo- Reputation Matter for Capital In-
rary Accounting Research, 25 (1), vestments?. Journal of Corporate
109-47. Finance, 17, 929–946.
Gibbons, R. dan K. J. Murphy. 1992. Op-
timal Incentive Contracts in The Jones, J. J. 1991. Earnings Management
Presence of Career Concerns: The- During Import Relief Investiga-
ory and Evidence. Journal of Polit- tions. Journal of Accounting Re-
ical Economy, 100 (3), 468-505. search, 29 (2), 193-228.
Hazarika, S., J. M. Karpoff, dan R. Nahata. Klein, A. 2002. Audit Committee, Board
2012. Internal Corporate Govern- of Director Characteristics, and
ance, CEO Turnover, and Earnings Earnings Management. Journal of
Management. Journal of Financial Accounting and Economics, 33,
Economics, 104, 44–69. 375–400.
Healy, P. M. 1985. The Effect of Bonus Koh, W. L. K. 2007. The Impact of Super-
Schemes on Accounting Decisions. star CEOs on Financial Reporting
Journal of Accounting and Eco- Practices and Firm Performance.
nomics, 7, 85-107. Ph.D dissertation, University of
Washington.
Healy, P. M. dan J. M. Wahlen.1999. A
Review of The Earnings Manage- Land, J. K. 2010. CEO Turnover around
ment Literature and Its Implications Earnings Restatements and Fraud.
For Standard Setting. Accounting Pacific Accounting Review, 22 (3),
Horizons, 13 (4), 365-383. 180-198.
115 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2018, Vol. 15, No. 2, hal 201-215