Professional Documents
Culture Documents
4
Journal of Tropical Animal Production Open Acces Freely available online
Vol 18, No. 2 pp. 17-23, Desember 2017
ABSTRACT
The red betel leaves (Piper crocatum) known as herbal antiseptic that contain many
substances like essential oil, flavonoid, saponin, and tannin. The red betel leaves can be use to
replace chemical antiseptic and more safe to use for teat dipping for dairy cow. The purpose of
this research was to determine the effect of teat dipping with red betel leaves decoction to
decrease subclinical mastitis level and somatic cell based on CMT and SCC. The method in
this research was experiment with Randomize Block Design with 3 treatments and 5
replications. The data analyzed with Analysis of Variance (ANOVA), if there were significant
effects it would be continue by Duncan’s Multiple Range Test (DMRT). The results showed
that teat dipping with red betel leaves decoction had a significant different (P<0.05) to decrease
mastitis level. Teat dipping with red betel leaves decoction 20% concentration could decrease
mastitis level up to 30%. Teat dipping with red betel leaves decoction had a significant
difference (P<0.05) to decrease the amount of somatic cell too. Teat dipping with red betel
leaves stew 20% concentration could decrease the amount of somatic cell up to 1.98% or
0.12CFU/ml. The conclusion that teat dipping with red betel leaves decoction 20% was the
best concentration and gave the best results to decrease mastitis level and somatic cell.
Duncan untuk mengetahui seberapa besar tinggi pula tingkat mastitis. Perbedaan rata-
perbedaan. rata tingkat mastitis dari setiap perlakuan
dapat dilihat pada Tabel 1.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan
Pengaruh Teat Dipping Air Rebusan bahwa teat dipping rebusan daun sirih
Daun Sirih Merah terhadap Tingkat merah memberikan perbedaan yang nyata
Mastitis (P<0,05) terhadap skor mastitis
Menurut Ruegg (2005), hasil berdasarkan uji CMT. Rataan tingkat
pengujian mastitis dengan uji CMT mastitis pada tiap perlakuan dapat dilihat
digolongkan menjadi beberapa skor yaitu pada Tabel 1. Penggunaan air rebusan daun
negatif (N), trace (T), 1, 2, dan 3 yang sirih merah 20% (P2) memiliki rataan
kemudian diasumsikan menjadi tingkatan tingkat mastitis paling rendah yang
0, 1, 2, 3, 4 yang dapat diartikan bahwa menunjukkan semakin rendahnya
semakin tinggi skor mastitis maka semakin jugaskormastitis.
2,50
2,00
Tingkat Mastitis
1,50
P0
1,00 P1
P2
0,50
0,00
Pra M1 M2 M3 M4 M5
Minggu
terdapat banyak feces dan urin sebelum kemampuan menghambat bakteri pada
pemerahan menunjukkan kemungkinan mastitis akan semakin besar. Peternakan
adanya mastitis subklinis dengan skor 1-2 rakyat di Indonesia memang cenderung
yang dapat mengakibatkan menurunnya memiliki keadaan kandang yang kotor
kualitas dan jumlah produksi susu (Aziz khususnya peternakan rakyat. Tingkat
dkk., 2013). Perlakuan P1 (10%) tidak mastitis setelah pemberian perlakuan
begitu memperlihatkan perubahan tingkat berkisar antara 1 hingga 2, namun tingkat
mastitis setiap minggunya sedangkan mastitis dengan angka tersebut dapat
perlakuan P2 (20%) menunjukkan pengaruh dikatakan wajar dengan mengetahui
serta cenderung menurunkan tingkat kondisi peternakan rakyat pada umumnya
mastitis per minggunya walaupun tidak di Indonesia.
mencapai kondisi negatif. Penurunan Sapi perah dengan tingkat mastitis
tingkat mastitis perlakuan P2 (20%) terlihat yang sangat rendah dengan skor trace (T)
di minggu 2, minggu 3, dan minggu 5. tidak begitu banyak ditemukan terlebih lagi
Hal tersebut di karenakan dengan kondisi negatif (N). Kondisi negatif
kandungan senyawa antibakteri pada daun (N) pada tingkat mastitis sapi perah masih
sirih merah yakni tannin, alkaloid, saponin perlu diupayakan dengan berbagai usaha
dan flavonoid. Senyawa tersebut dapat yang lebih pada manajemen peternakan
menghambat beberapa jenis bakteri seperti seperti memperhatikan aspek kebersihan
Staphylococcus aureus yang merupakan mulai dari kebersihan kandang, pemerah,
salah satu bakteri penyebab terjangkitnya dan alat pemerahan.
mastitis pada sapi perah (Hariana, 2007
dalam Reveny, 2011). Menurut Pasril dan Pengaruh Teat Dipping Air Rebusan
Aditya (2014), Alkaloid berperan sebagai Daun Sirih Merah terhadap Jumlah Sel
antimikroba karena sifatnya yang dapat Somatik
berikatan dengan DNA. Adanya zat yang Sel somatik pada susu merupakan
berada diantara DNA akan menghambat suatu indikator adanya peradangan ambing
replikasi DNA itu sendiri sehingga atau mastitis pada ternak perah baik
menyebabkan kematian sel. Flavonoid mastitis klinis maupun mastitis subklinis
dapat merusak membran sel bakteri yang (Sharma et al., 2011). Mastitis subklinis
mengganggu metabolisme bakteri sehingga tidak memiliki gejala fisik yang terlihat
bakteri mati. Saponin juga berperan sebagai nyata, maka dari itu perhitungan jumlah sel
antibakteri yang dapat melarutkan protein somatik pada susu dapat digunakan sebagai
membran yang menyebabkan bakteri lisis. parameter indikasi mastitis secara
Ma’rifah (2012) daun sirih merah memiliki mikrobiologis.
kandungan fenol yang tinggi dan sifatnya Hasil penelitian menunjukkan
mudah larut dalam air. Fenol bekerja bahwa teat dipping rebusan daun sirih
merusak ikatan protein penyusun dinding merah memberikan perbedaan yang nyata
sel bakteri kemudian masuk dan (P<0,05) terhadap jumlah sel somatik susu
menginaktifkan enzim-enzim yang berdasarkan uji SCC. Rataan jumlah sel
berperan pada proses metabolisme sel somatik pada tiap perlakuan dapat dilihat
bakteri sehingga aktivitas biologis bakteri pada Tabel 2. Penggunaan air rebusan daun
berhenti. sirih merah 20% (P2) memiliki rataan
Menurut Zalizar (2009) semakin jumlah selsomatik paling rendah.
tinggi konsentrasi daun sirih merah maka,
6,00
5,95
Jumlah Sel Somatik
5,90
(CFU/ml)
5,85 P0
5,80 P1
5,75 P2
5,70
5,65
5,60
Pra Pasca
Waktu Uji
Gambar2. Rataan jumlah sel somatik susu pra dan pasca perlakuan
peningkatan rataan jumlah sel somatik susu. Hal tersebut dapat diartikan bahwa
sebesar 0,01 CFU/ml. Perlakuan P2 (20%) perbedaan bulan laktasi pada sapi perah
cenderung menurunkan jumlah sel somatik mempengaruhi tingkat kontaminasi
yang lebih tinggi daripada perlakuan P1 mastitis. Nurhayati dan Martindah (2015)
(10%). Perlakuan P2 (20%) menurunkan menjelaskan bahwa semakin tinggi
rataan jumlah sel somatik sebesar 0,12 produksi susu sapi, maka kemungkinan
CFU/ml. Hal tersebut dikarenakan tingkat kontaminasi mastitis semakin
kandungan senyawa antibakteri pada daun tinggi. Hal tersebut disebabkan karena
sirih merah yakni minyak atsiri, tannin, dan semakin tinggi produksi susu, maka waktu
flavonoid. Senyawa tersebut dapat yang dibutuhkan oleh sphincter puting
menghambat beberapa jenis bakteri untuk menutup dengan sempurna akan
penyebab terjangkitnya mastitis subklinis semakin lama. Waktu tersebut merupakan
pada sapi perah (Hariana, 2007 dalam waktu yang sangat rentan terjadinya
Reveny, 2011). Meningkatnya konsentrasi kontaminasi bakteri pada puting.
daun sirih merah maka semakin banyak Berdasarkan data kontaminasi mastitis,
pula zat antibakteri yang ada sehingga didapatkan bahwa bulan laktasi 2
berkurangnya mastitis subklinis yang cenderung memiliki tingkat infeksi yang
diikuti berkurangnya jumlah sel somatik tinggi karena fase bulan laktasi 2-3
susu. merupakan fase puncak produksi susu
Standar mutu jumlah sel somatik susu sehingga produksi susu sedang mengalami
menurut SNI (2011) maksimal berjumlah peningkatan dan memiliki produksi yang
4x105 sel/ml atau setara dengan 5,60 tinggi.
CFU/ml. Rata-rata jumlah sel somatik susu Nurhayati dan Martindah (2015)
setelah diberikan perlakuan masih di atas sapiperah yang akan mengalami periode
angka 5,60 CFU/ml yang artinya susu kering juga rentan terhadap kontaminasi
masih dikategorikan tidak baik karena mastitis karena sebagian besar kontaminasi
berada di atas standar mutu susu segar mastitis terjadi pada periode kering karena
nasional, namun jumlah tersebut pada pada periode tersebut ambing sangatlah
lokasi peternakan rakyat yang berada di peka terhadap kontaminasi. Berdasarkan
Indonesia masih sangatlah wajar dengan data kontaminasi mastitis juga didapatkan
kondisi peternakan yang cenderung kotor. bahwa sapi dengan bulan laktasi 8 atau
menuju kering cenderung menunjukkan
Pengaruh Kelompok terhadap Tingkat tingkat kotaminasi yang tinggi.
Mastitis
Tingkat mastitis sapi perah dan KESIMPULAN DAN SARAN
jumlah sel somatik pada susu dipengaruhi Teat dipping rebusan daun sirih
beberapa faktor salah satunya adalah status merah dengan konsentrasi 20% mampu
fisiologis ternak itu sendiri. Status menurunkan tingkat kejadian mastitis
fisiologis pada sapi perah pada umumnya sebesar 30% dan jumlah selsomatik sebesar
dapat diamati berdasarkan bulan laktasinya. 1,98% atau 0,12 CFU/ml.Teat dipping
Bulan laktasi merupakan fase laktasi pada sangatlah penting untuk diterapkan dalam
sapi perah yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan sapi perah, jika
jumlah produksi susu serta sebagai acuan bahan yang digunakan adalah bahan herbal,
yang digunakan oleh peternak untuk maka rebusan daun sirih merah konsentrasi
melakukan manajemen periode kering pada 20% dapat digunakan sebagai larutan teat
sapi perah. dipping.
Analisis data menunjukkan bahwa
kelompok memberikan pengaruh yang
nyata pada tingkat mastitis namun tidak
memberi pengaruh pada jumlah sel somatik