You are on page 1of 7

JURNAL TERNAK TROPIKA DOI: 10.21776/ub.jtapro.2017.018.02.

4
Journal of Tropical Animal Production Open Acces Freely available online
Vol 18, No. 2 pp. 17-23, Desember 2017

PEMANFAATAN REBUSAN DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum)


DALAM MENURUNKAN TINGKAT KEJADIAN MASTITIS
BERDASARKANN UJI CMT DAN SCC
Razan Harastha Sjuhada Putra1), Puguh Surjowardojo2), Endang Setyowati2)
1)
Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
2)
Dosen Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
E-mail: harasthar@gmail.com

ABSTRACT

The red betel leaves (Piper crocatum) known as herbal antiseptic that contain many
substances like essential oil, flavonoid, saponin, and tannin. The red betel leaves can be use to
replace chemical antiseptic and more safe to use for teat dipping for dairy cow. The purpose of
this research was to determine the effect of teat dipping with red betel leaves decoction to
decrease subclinical mastitis level and somatic cell based on CMT and SCC. The method in
this research was experiment with Randomize Block Design with 3 treatments and 5
replications. The data analyzed with Analysis of Variance (ANOVA), if there were significant
effects it would be continue by Duncan’s Multiple Range Test (DMRT). The results showed
that teat dipping with red betel leaves decoction had a significant different (P<0.05) to decrease
mastitis level. Teat dipping with red betel leaves decoction 20% concentration could decrease
mastitis level up to 30%. Teat dipping with red betel leaves decoction had a significant
difference (P<0.05) to decrease the amount of somatic cell too. Teat dipping with red betel
leaves stew 20% concentration could decrease the amount of somatic cell up to 1.98% or
0.12CFU/ml. The conclusion that teat dipping with red betel leaves decoction 20% was the
best concentration and gave the best results to decrease mastitis level and somatic cell.

Keywords: Teat dipping, Red betel leaves, Mastitis, Somatic Cell

PENDAHULUAN pada puting setelah selesai pemerahan


Manajemen pemerahan merupakan sehingga dapat mengakibatkan masuknya
salah satu aspek penting untuk mikroorganime ke dalam ambing.Tindakan
mendapatkan kualitas serta kuantitas susu pencegahan sangat diperlukan sebagai
yang baik. Manajemen pemerahan meliputi salah satu upaya pengendalian mastitis pada
manajemen sebelum pemerahan, saat sapi perah di lapangan, terutama dengan
pemerahan dan akhir pemerahan. Salah satu deteksi dini mastitis subklinis.
faktor yang menghambat produksi susu di California Mastitis Test (CMT)
Indonesia adalah tingginya kemungkinan merupakan salah satu cara untuk
mastitis pada sapi perah. 80% sapi laktasi di mendeteksi mastitis secarakualitatifyang
Indonesia menderita mastitis subklinis, hal dilakukan di lapangan. CMT merupakan
ini menjadi masalah utama peternakan sapi indikasi banyaknya sel leukosit atau sel
perah yang menurunkan produksi susu darah putih dan bakteri yang ada pada susu.
sebesar 20% (Anonimous, 2006). Mastitis CMT berhubungan erat dengan sel somatik
merupakan peradangan pada ambing yang pada susu dimana sel somatik terdiri dari
disebabkan oleh mikroorganisme dan sebagian besar adalah sel darah putih.
mudah menular pada ternak sapi yang Reagen pada uji CMT akan memecah inti
sehat. Peradangan tersebut pada umumnya sel somatik yang terdapat pada susu,
disebabkan oleh kontaminasi bakteri. Hal sehingga mengakibatkan penggumpalan
ini dikarenakan terbukanya saluran susu (Adriani, 2010). Sel somatik dapat dihitung
J. Ternak Tropika Vol 18, No 2: 17-23, 2017 17
Pemanfaatan rebusan daun sirih merah... Razan Harastha Sjuhada Putra, dkk. 2017

dengan menggunakan uji Somatic Cell BAHAN DAN METODE


Count (SCC), sehingga jumlah sel somatik Waktu dan Tempat Penelitian
juga dapat dijadikan sebagai cara untuk Penelitian ini dilaksanakan di
mengetahui indikasi mastitis pada sapi Peternakan bapak H. Mulya di Kecamatan
perah. Lembang, Jawa Barat yang merupakan
Teat dipping diketahui menjadi salah satu anggota Koperasi Peternak Sapi
salah satu cara untuk menekan tingkat Bandung Utara (KPSBU). Lokasi
mastitis pada sapi perah. Menurut penelitian berada di dataran tinggi
Reinemann, Bade, dan Thompson (2008), Lembang dengan ketinggian 700-2000
Teat dipping yang dilakukan pasca meter diatas permukaan laut.Uji SCC
pemerahan dapat memberikan efek yang dilakukan di Laboratiorium Sentral
signifikan pada kesehatan puting. Universitas Padjajaran, Jatinangor.
Penerapan teat dipping pasca pemerahan
dapat menurunkan kemungkinan Materi
kontaminasi bakteri (mastitis) mencapai Materi yang digunakan dalam
75%.Teat dipping pada umumnya penelitian ini adalah ternak sapi perah jenis
menggunakan cairan antiseptik kimia. PFH sebanyak 15 ekor yang dibagi menjadi
Penggunaan cairan antiseptik kimia pada 5 kelompok berdasarkan bulan laktasi,
teat dipping memiliki kemungkinan yaitu bulan 1, 2, 4, 6, dan 8. Alat dan bahan
tertinggalnya residu bahan kimia pada yang digunakan pada uji CMT antara lain
puting susu sapi. Residu bahan kimia pada paddledanreagen CMT. Alat danbahan
susu dapat menimbulkan alergi, keracunan, yang digunakan pada uji SCC antara
gagalnya pengobatan akibat resistensi, dan lainobject glass, bunses, mikropipet,
gangguan saluran pencernaan. counter, mikroskop, methylene blue, dan
Penggunaan antiseptik herbal salah alcohol 96%.
satunya daun sirih merah (Piper crocatum)
dapat dijadikan solusi untuk menggantikan Metode
antiseptik komersial yang diharapkan lebih Pemilihan sampel ternak dilakukan
aman untuk digunakan. Daun sirih merah secara purposive sampling, percobaan
(Piper crocatum) diketahui mengandung dilakukan menggunakan 3 perlakuan dan 5
minyak atsiri, alkoloid, saponin, tanin dan ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah
flavonoid yang berfungsi sebagai senyawa P0 (tanpateat dipping), P1 (teat dipping
antibakteri. Senyawa tersebut dapat rebusan daun sirih merah 10%) dan P2 (teat
menghambat beberapa jenis bakteri seperti dipping rebusan daun sirih merah 20%).
Staphylococcus aureus yang merupakan Teknik pengambilan data CMT
salah satu bakteri penyebab terjangkitnya dilakukan satu minggu sekali pasca
mastitis pada sapi perah (Hariana, 2007 pemerahan pagi. Uji SCC dilakukan
dalam Reveny, 2011). sebelum di terapkannya perlakuan
Berdasarkan hal tersebut perlu prapenelitian dan setelah di berinya
dilakukan penelitian mengenai mastitis perlakuan pasca penelitian.
subklinis dan jumlah sel somatik pada sapi
PFH dengan perlakuan teat dipping rebusan Analisis Data
daun sirih merah. Penelitian dilakukan Data yang diperoleh dianalisis
dengan konsentrasi yang berbeda dengan dengan Analisis of Variance (ANOVA)
tujuan untuk mengetahui konsentrasi berdasarkan Rancangan Acak Kelompok
terbaik daun sirih merah yang digunakan (RAK) menggunakan bantuan Microsoft
pada larutan teat dipping. Excel. Apabila diperoleh perbedaan yang
nyata (P<0,05) atau sangat nyata (P<0,01),
maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda

J. Ternak Tropika Vol 18, No 2: 17-23, 2017 18


Pemanfaatan rebusan daun sirih merah... Razan Harastha Sjuhada Putra, dkk. 2017

Duncan untuk mengetahui seberapa besar tinggi pula tingkat mastitis. Perbedaan rata-
perbedaan. rata tingkat mastitis dari setiap perlakuan
dapat dilihat pada Tabel 1.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan
Pengaruh Teat Dipping Air Rebusan bahwa teat dipping rebusan daun sirih
Daun Sirih Merah terhadap Tingkat merah memberikan perbedaan yang nyata
Mastitis (P<0,05) terhadap skor mastitis
Menurut Ruegg (2005), hasil berdasarkan uji CMT. Rataan tingkat
pengujian mastitis dengan uji CMT mastitis pada tiap perlakuan dapat dilihat
digolongkan menjadi beberapa skor yaitu pada Tabel 1. Penggunaan air rebusan daun
negatif (N), trace (T), 1, 2, dan 3 yang sirih merah 20% (P2) memiliki rataan
kemudian diasumsikan menjadi tingkatan tingkat mastitis paling rendah yang
0, 1, 2, 3, 4 yang dapat diartikan bahwa menunjukkan semakin rendahnya
semakin tinggi skor mastitis maka semakin jugaskormastitis.

Tabel 1. Rata-rata tingkat mastitis


Perlakuan Rata-Rata ± SD
P0 (tanpateat dipping) 1,73±0,21a
P1 (10%) 1,45±0,35ab
P2 (20%) 1,26±0,49b
Keterangan: superskrip berbeda (a–b) pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang
nyata (P<0,05).

Tabel 1. Menunjukkan bahwa P2 antara P1 dan P2 menunjukkan bahwa


merupakan perlakuan terbaik yaitu teat semakin tinggi konsentrasi daun sirih
dipping dengan air rebusan daun sirih merah dalam air rebusan teatdipping maka
merah 20%. Perbedaan rataan mastitis semakin rendah rataan tingkat mastitis.

2,50

2,00
Tingkat Mastitis

1,50
P0
1,00 P1
P2
0,50

0,00
Pra M1 M2 M3 M4 M5
Minggu

Gambar 1. Rata-rata produksi susu sebelum dan sesudah perlakuan

Gambar 1 menunjukkan bahwa oleh beberapa faktor. Salah satu faktor


perlakuan P0 (tanpa teat dipping) cenderung penyebabnya adalah kebersihan lingkungan
mengalami peningkatan tingkat mastitis sekitar yang meliputi kebersihan lantai
yang terjadi di minggu 1, minggu 3, minggu kandang, kebersihan proses pemerahan,
4, dan minggu 5. Hal tersebut dipengaruhi dan kebersihan pemerah. Lantai kotor yang

J. Ternak Tropika Vol 18, No 2: 17-23, 2017 19


Pemanfaatan rebusan daun sirih merah... Razan Harastha Sjuhada Putra, dkk. 2017

terdapat banyak feces dan urin sebelum kemampuan menghambat bakteri pada
pemerahan menunjukkan kemungkinan mastitis akan semakin besar. Peternakan
adanya mastitis subklinis dengan skor 1-2 rakyat di Indonesia memang cenderung
yang dapat mengakibatkan menurunnya memiliki keadaan kandang yang kotor
kualitas dan jumlah produksi susu (Aziz khususnya peternakan rakyat. Tingkat
dkk., 2013). Perlakuan P1 (10%) tidak mastitis setelah pemberian perlakuan
begitu memperlihatkan perubahan tingkat berkisar antara 1 hingga 2, namun tingkat
mastitis setiap minggunya sedangkan mastitis dengan angka tersebut dapat
perlakuan P2 (20%) menunjukkan pengaruh dikatakan wajar dengan mengetahui
serta cenderung menurunkan tingkat kondisi peternakan rakyat pada umumnya
mastitis per minggunya walaupun tidak di Indonesia.
mencapai kondisi negatif. Penurunan Sapi perah dengan tingkat mastitis
tingkat mastitis perlakuan P2 (20%) terlihat yang sangat rendah dengan skor trace (T)
di minggu 2, minggu 3, dan minggu 5. tidak begitu banyak ditemukan terlebih lagi
Hal tersebut di karenakan dengan kondisi negatif (N). Kondisi negatif
kandungan senyawa antibakteri pada daun (N) pada tingkat mastitis sapi perah masih
sirih merah yakni tannin, alkaloid, saponin perlu diupayakan dengan berbagai usaha
dan flavonoid. Senyawa tersebut dapat yang lebih pada manajemen peternakan
menghambat beberapa jenis bakteri seperti seperti memperhatikan aspek kebersihan
Staphylococcus aureus yang merupakan mulai dari kebersihan kandang, pemerah,
salah satu bakteri penyebab terjangkitnya dan alat pemerahan.
mastitis pada sapi perah (Hariana, 2007
dalam Reveny, 2011). Menurut Pasril dan Pengaruh Teat Dipping Air Rebusan
Aditya (2014), Alkaloid berperan sebagai Daun Sirih Merah terhadap Jumlah Sel
antimikroba karena sifatnya yang dapat Somatik
berikatan dengan DNA. Adanya zat yang Sel somatik pada susu merupakan
berada diantara DNA akan menghambat suatu indikator adanya peradangan ambing
replikasi DNA itu sendiri sehingga atau mastitis pada ternak perah baik
menyebabkan kematian sel. Flavonoid mastitis klinis maupun mastitis subklinis
dapat merusak membran sel bakteri yang (Sharma et al., 2011). Mastitis subklinis
mengganggu metabolisme bakteri sehingga tidak memiliki gejala fisik yang terlihat
bakteri mati. Saponin juga berperan sebagai nyata, maka dari itu perhitungan jumlah sel
antibakteri yang dapat melarutkan protein somatik pada susu dapat digunakan sebagai
membran yang menyebabkan bakteri lisis. parameter indikasi mastitis secara
Ma’rifah (2012) daun sirih merah memiliki mikrobiologis.
kandungan fenol yang tinggi dan sifatnya Hasil penelitian menunjukkan
mudah larut dalam air. Fenol bekerja bahwa teat dipping rebusan daun sirih
merusak ikatan protein penyusun dinding merah memberikan perbedaan yang nyata
sel bakteri kemudian masuk dan (P<0,05) terhadap jumlah sel somatik susu
menginaktifkan enzim-enzim yang berdasarkan uji SCC. Rataan jumlah sel
berperan pada proses metabolisme sel somatik pada tiap perlakuan dapat dilihat
bakteri sehingga aktivitas biologis bakteri pada Tabel 2. Penggunaan air rebusan daun
berhenti. sirih merah 20% (P2) memiliki rataan
Menurut Zalizar (2009) semakin jumlah selsomatik paling rendah.
tinggi konsentrasi daun sirih merah maka,

J. Ternak Tropika Vol 18, No 2: 17-23, 2017 20


Pemanfaatan rebusan daun sirih merah... Razan Harastha Sjuhada Putra, dkk. 2017

Tabel 2. Rata-ratajumlahselsomatiksusu (CFU/ml)


Perlakuan Rata-Rata ± SD (CFU/ml)
P0 (tanpateat dipping) 5,86±0,03a
P1 (10%) 5,83±0,04ab
P2 (20%) 5,80±0,04b
Keterangan: superskrip yang berbeda (a–b) menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

Tabel 2 Menunjukkan bahwa P2 merupakan P1 dan P2 menunjukkan bahwa semakin


perlakuan terbaik yaitu teat dipping dengan tinggi konsentrasi daun sirih merah dalam
air rebusan daun sirih merah 20%. air rebusan teatdipping maka semakin
Perbedaan rataan jumlah sel somatik antara rendah rataan jumlah sel somatik.

6,00
5,95
Jumlah Sel Somatik

5,90
(CFU/ml)

5,85 P0
5,80 P1
5,75 P2
5,70
5,65
5,60
Pra Pasca
Waktu Uji
Gambar2. Rataan jumlah sel somatik susu pra dan pasca perlakuan

Gambar 2 menunjukkan bahwa P0 sebagai upaya melawan peradangan.


(tanpa teat dipping) mengalami Menurut Mahardika dkk. (2016), sel
peningkatan jumlah sel somatik. P0 somatik susu merupakan suatu indikasi
mengalami peningkatan rataan jumlah sel adanya infeksi mastitis pada sapi perah. Hal
somatik dari pra hingga pasca perlakuan tersebut dapat diartikan bahwa dengan
sebesar 0,13 CFU/ml. Peningkatan jumlah meningkatnya tingkat mastitis maka jumlah
sel somatik tersebut sejalan dengan sel somatik juga akan meningkat. Jumlah
peningkatan tingkat mastitis subklinis pula sel somatik merupakan suatu parameter
karena pada dasarnya adanya sel somatik kualitatif adanya indikasi mastitis subklinis
merupakan upaya untuk memperbaiki sedangkan CMT merupakan parameter
peradangan pada ambing karena sel kuantitatif indikasi mastitis subklinis yang
somatik sebagian besar terdiri dari sel darah ditentukan dengan sebuah skor. Nurdin
putih. Sel somatik merupakan sel epitel (2007), menjelaskan bahwa derajat mastitis
sekresi susu yang berasal dari lapisan yang ditampilkan pada uji CMT
kelenjar susu serta bercampur dengan sel menunjukkan jumlah sel somatik yang
darah putih lalu masuk ke dalam kelenjar terdapat pada susu yaitu semakin banyak
mammae sebagai respon terhadap luka atau jumlah sel somatik yang terdapat pada susu
infeksi yang terjadi (Anonimous, 2009 maka semakin tinggi pula tingkat mastitis.
dalam Sharma et al, 2011). Semakin tinggi Perlakuan P1 (10%) tidak begitu
tingkat peradangan maka semakin tinggi menunjukkan perubahan jumlah sel
pula jumlah sel somatik yang dibutuhkan somatik dengan hanya mengalami

J. Ternak Tropika Vol 18, No 2: 17-23, 2017 21


Pemanfaatan rebusan daun sirih merah... Razan Harastha Sjuhada Putra, dkk. 2017

peningkatan rataan jumlah sel somatik susu. Hal tersebut dapat diartikan bahwa
sebesar 0,01 CFU/ml. Perlakuan P2 (20%) perbedaan bulan laktasi pada sapi perah
cenderung menurunkan jumlah sel somatik mempengaruhi tingkat kontaminasi
yang lebih tinggi daripada perlakuan P1 mastitis. Nurhayati dan Martindah (2015)
(10%). Perlakuan P2 (20%) menurunkan menjelaskan bahwa semakin tinggi
rataan jumlah sel somatik sebesar 0,12 produksi susu sapi, maka kemungkinan
CFU/ml. Hal tersebut dikarenakan tingkat kontaminasi mastitis semakin
kandungan senyawa antibakteri pada daun tinggi. Hal tersebut disebabkan karena
sirih merah yakni minyak atsiri, tannin, dan semakin tinggi produksi susu, maka waktu
flavonoid. Senyawa tersebut dapat yang dibutuhkan oleh sphincter puting
menghambat beberapa jenis bakteri untuk menutup dengan sempurna akan
penyebab terjangkitnya mastitis subklinis semakin lama. Waktu tersebut merupakan
pada sapi perah (Hariana, 2007 dalam waktu yang sangat rentan terjadinya
Reveny, 2011). Meningkatnya konsentrasi kontaminasi bakteri pada puting.
daun sirih merah maka semakin banyak Berdasarkan data kontaminasi mastitis,
pula zat antibakteri yang ada sehingga didapatkan bahwa bulan laktasi 2
berkurangnya mastitis subklinis yang cenderung memiliki tingkat infeksi yang
diikuti berkurangnya jumlah sel somatik tinggi karena fase bulan laktasi 2-3
susu. merupakan fase puncak produksi susu
Standar mutu jumlah sel somatik susu sehingga produksi susu sedang mengalami
menurut SNI (2011) maksimal berjumlah peningkatan dan memiliki produksi yang
4x105 sel/ml atau setara dengan 5,60 tinggi.
CFU/ml. Rata-rata jumlah sel somatik susu Nurhayati dan Martindah (2015)
setelah diberikan perlakuan masih di atas sapiperah yang akan mengalami periode
angka 5,60 CFU/ml yang artinya susu kering juga rentan terhadap kontaminasi
masih dikategorikan tidak baik karena mastitis karena sebagian besar kontaminasi
berada di atas standar mutu susu segar mastitis terjadi pada periode kering karena
nasional, namun jumlah tersebut pada pada periode tersebut ambing sangatlah
lokasi peternakan rakyat yang berada di peka terhadap kontaminasi. Berdasarkan
Indonesia masih sangatlah wajar dengan data kontaminasi mastitis juga didapatkan
kondisi peternakan yang cenderung kotor. bahwa sapi dengan bulan laktasi 8 atau
menuju kering cenderung menunjukkan
Pengaruh Kelompok terhadap Tingkat tingkat kotaminasi yang tinggi.
Mastitis
Tingkat mastitis sapi perah dan KESIMPULAN DAN SARAN
jumlah sel somatik pada susu dipengaruhi Teat dipping rebusan daun sirih
beberapa faktor salah satunya adalah status merah dengan konsentrasi 20% mampu
fisiologis ternak itu sendiri. Status menurunkan tingkat kejadian mastitis
fisiologis pada sapi perah pada umumnya sebesar 30% dan jumlah selsomatik sebesar
dapat diamati berdasarkan bulan laktasinya. 1,98% atau 0,12 CFU/ml.Teat dipping
Bulan laktasi merupakan fase laktasi pada sangatlah penting untuk diterapkan dalam
sapi perah yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan sapi perah, jika
jumlah produksi susu serta sebagai acuan bahan yang digunakan adalah bahan herbal,
yang digunakan oleh peternak untuk maka rebusan daun sirih merah konsentrasi
melakukan manajemen periode kering pada 20% dapat digunakan sebagai larutan teat
sapi perah. dipping.
Analisis data menunjukkan bahwa
kelompok memberikan pengaruh yang
nyata pada tingkat mastitis namun tidak
memberi pengaruh pada jumlah sel somatik

J. Ternak Tropika Vol 18, No 2: 17-23, 2017 22


Pemanfaatan rebusan daun sirih merah... Razan Harastha Sjuhada Putra, dkk. 2017

UCAPAN TERIMA KASIH Nurhayati, I. S. dan E. Martindah. 2015.


Penulis mengucapkan terima kasih Pengendalian mastitis subklinis
kepada semua pihak yang telah membantu, melalui pemberian antibiotik saat
sehingga penulis dapat menyelesaikan periode kering pada sapi perah.
penulisan skripsi ini. WARTAZOA. 25(2): 65-74.
DAFTAR PUSTAKA Reinemann, D. J., R. D. Bade., and P. D.
Anonimus. 2006. Statistik peternakan. Thompson. 2008. Method for
Jakarta (Indonesia): Direktorat assessing teat and udder hygiene.
Jenderal Peternakan. Paper No. 083796. In: ASABE
2011. Standar Nasional Indonesia Annual International Meeting.
Susu Segar. Badan Standardisasi Providence, Rhode Island.
Nasional. Reveny, Julia. 2011. Daya Antimikroba
Adriani. 2010. Penggunaan somatic cell Ekstrak dan Fraksi Daun Sirih Merah
count (SCC), jumlah bakteri dan (Piper betle Linn.). Jurnal Ilmu
californa mastitis test (CMT) untuk Dasar. 12(1): 6-12.
deteksi mastitis pada kambing. Jurnal Ruegg, P. L. 2005. Caliornia mastitis test
Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan XIII: (CMT) fact sheet 1. Resources Milk
229-234. Money.http://milkquality.wisc.edu/w
Aziz, A. S., P. Surjowardojo., dan p-
Sarwiyono. 2013. Hubungan Bahan content/uploads/2011/09/california-
dan Tingkat Kebersihan Lantai mastitis-test-fact-sheet.pdf. Diakses
Kandang terhadap Kejadian Mastitis pada tanggal 22 Desember 2016.
melalui Uji California Mastitis Test Sharma, N., N. K. Singh., and M. S.
(CMT) di Kecamatan Tutur Bhadwal. 2011. Relationship of
Kabupaten Pasuruan. Jurnal Ternak somatic cell count and mastitis: an
Tropika. 14(2): 72-81. overview. Asian-Australian Journal
Hariana, A. 2007. Tumbuhan Obat dan Animal Science. 24(3): 429-438.
Khasiatnya. Edisi ketiga. Jakarta: Zalizar, Lili. 2009. Efektivitas salep daun
Penebar Swadaya. sirih dan meniran terhadap penurunan
Mahardika, H.A., P. Trisunuwati dan P. jumlah bakteri pada sapi perah
Surjowardojo. 2016. Pengaruh Suhu penderita mastitis sub klinis. Laporan
Air Pencucian Ambing dan Teat Penelitian. Fakultas Pertanian-
Dipping terhadap Jumlah Produksi, Peternakan Universitas
Kualitas dan Jumlah Sel Somatik Muhammadiyah Malang.
Susu pada Sapi Peranakan Friesian
Holstein. Buletin Peternakan, 40 (1):
11 – 20.
Ma’rifah, A. 2012. Efek ekstrak daun sirih
merah (Piper crocatum) terhadap
pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus. Skripsi. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Nurdin, E. 2007. Pengaruh pemberian
tongkol bunga matahari (Helianthus
annuus l.) dan probiotik terhadap
penurunan derajat mastitis pada sapi
perah Fries Holland penderita
mastitis sub-klinis. Jurnal Indonesia
Tropical Animal Science. 32(2): 76-
79.

J. Ternak Tropika Vol 18, No 2: 17-23, 2017 23

You might also like